Anda di halaman 1dari 10

Otot yang menimbulkan pengembangan dan pengempisan paru

Paru paru dapat dikembangkempiskan melalui dua cara: (1) difragma bergerak turun naik
untuk memperbesar atau memperkecil rongga dada, dan (2) depresi dan elevasi tulang iga
untuk memperbesar atau memperkecil diameter anteroposterior rongga dada.
Pernapasan normal dan tenang dapat dicapai dengan hampir sempurna melalui metode
pertama dari kedua metode tersebut, yaitu melalui gerakan diafragma. Selama inspirasi,
kontraksi diafragma menarik permukaan bawah paru ke arah bawah. Kemudian selama
ekspirasi, diafragma mengatakan relaksasi, dan sifat elastis daya lenting paru, dinding dada,
dan struktur abdominal akan menekan paru paru. Namun selama bernapas kuat, daya elastis
tidak cukup kuat untuk menghasilkan ekspirasi cepat yang diperlukan, sehingga diperlukan
tenaga ekstra yang terutama diperoleh dari kontraksi otot otot abdominal, yang mendorong
isi abdomen ke atas melawan dasar diafragma.
Metode kedua untuk mengembangkan paru adalah dengan mengangkat rangka iga.
Pengembangan paru ini dapat terjadi karena pada posisi istirahat, iga miring ke bawah.
Dengan demikian strenum turun kebelakang ke arah columna vetebralis. Tetapi bila rangka
iga dielevasikan, tulang iga langsung maju sehingga sternum sekarang bergerak ke depan
menjauhi spinal, membentuk jarak anteroposterior dada kira kira 20% lebih besar selama
inspirasi maksimum dibandingkan selama ekspirasi. Oleh karena itu otot otot yang
mengelevasikan rangka dada dapat diklasifikasikan sebagai otot otot inspirasi, dan otot
otot yang menurunkan rongga dada disebut otot otot ekspirasi. Otot paling penting yang
mengangkat rangka iga adalah otot interkostalis eksterna, tetapi otot otot lain yang
membentuknya adalah (1) sternokleidomastoideus, mengangkat sternum ke atas, (2) serratus
anterior , mengangkat sebagian besar iga dan (3) skalenus, mengangkat dua iga pertama.
Otot otot yang menarik rangka iga ke bawah selama ekspirasi adalah (1) rektus abdominis,
mempunyai efek tarikan ke arah bawah yang sangat kuat terhadap iga iga bagian bawah
pada saat yang bersamaan ketika otot otot ini dan otot otot abdominal lainnya menekan isi
abdomen ke atas, ke arah diafragma, dan (2) interkostalis internus sebagai otot ekspirasi,
karena otot ini membentuk sudut diantara tulang iga dalam arah yang berlawanan dan daya
ungkit yang berlawanan pula, sedangkan interkostalis eksternus membantu selama ekspirasi
sehingga tulang tulang iga membentuk sudut kebawah dan otot interkostalis eksternus
memanjang kedepan dan kebawah.

Hampir semua kontraksi otot pernapasan hanya terjadi selama inspirasi, sedangkan ekspirasi
adalah proses yang hampir seluruhnya pasif akibat elastisitas paru (elastic record) dan
struktur rangka dada. Jadi secara normal otot otot pernapasan hanya bekerja untuk
menimbulkan inspirasi dan bukan untuk ekspirasi.
Kerja inspirasi dapat dibagi menjadi tiga bagian: (1) yang dibutuhkan untuk pengembangan
paru dalam melawan daya elastisitas paru dan dada yaitu kerja compliance atau kerja elastis,
(2) yang dibutuhkan untuk mengatasi viskositas jaringan paru dan struktur dinding dada,
disebut kerja resistansi jaringan, dan (3) yang dibutuhkan untuk mengatasi resistansi jalan
napas selama udara masuk ke dalam paru, disebut kerja resistansi jalan napas.

Refleks Batuk
Bronkus dan trakea sedemikian sensitifnya terhadap sentuhan halus, sehingga benda asing
dalam jumlah berapa pun atau penyebab iritasi lainnya akan menimbulkan refleks batuk.
Laring dan karina (tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus) adalah yang paling
sensitif, dan bronkiolus terminalis dan bahkan alveoli bersifat sensitif terhadap rangsangan
bahan kimia yang korosif seperti gas sulfur dioksida dan klorin. Impuls aferen yang berasal
dari saluran napas terutama berjalan melalui nervus vagus ke medula. Disana, suatu
rangkaian peristiwa otomatis digerakkan oleh lintasan neuronal medula, yang menyebabkan
efek sebagai berikut:
Pertama, kira kira 2.5 liter udara diinspirasi, kedua epiglotis menutup, dan pita suara
menutup erat erat untuk menjerat udara dalam paru. Ketiga, otot otot perut berkontraksi
dengan kuat mendorong diafragma, sedangkan otot otot ekspirasi lainnya seperti
interkostalis internus, juga berkontraksi dengan kuat. Akibatnya tekanan dalam paru
meningkat sampai 100 mmHg atau lebih. Keempat, pita suara dengan epiglotis terbuka lebar,
sehingga udara bertekanan tinggi dalam paru meledak keluar. Selanjutnya adalah penekanan
kuat pada paru yang menyebabkan bronkus dan trakea menjadi kolaps sehingga bagian yang
tidak berkartilago ini berinvaginasi ke dalam, akibatnya udara yang meledak tersebut benar
benar mengalir melalui celah celah bronkus dan trakea. Udara yang mengalir dengan cepat
tersebut biasanya membawa pula benda asing apapun yang terdapat dalam bronkus atau
trakea.

Mekanisme menelan
Menelan, dikenal secara ilmiah sebgai deglutisi, merupakan reflex dalam tubuh manusia yang
membeuat sesuatu melewati mulut melalui esophagus. Kalau proses ini gagal dan benda
tersebut masuk trakea seseorang akan tersedak.
Mekanisme menelan dikendalikan oleh medulla oblongata dan pons. Refleks ini diawali
dengan reseptor sentuhan di faring ketika bolus makanan di dorong ke belakang mulut oleh
lidah. Kemudian :
-

Palatum Mole tertarik ke atas, untuk mencegah makanan masuk ke hidung dan lipatan
palato faring di setiap sisi faring mendekat bersama, agar hanya bolus yang berukuran

kecil saja yang bisa lewat.


Laring tertarik ke atas kepakan seperti epiglottis yang secara pasif menutup jalan
masuk untuk plika vokalis tertarik mendekat bersama, mempersempit laluan di
antaranya.

Pusat pernafasan di medulla oleh pusat menelan dalam waktu yang singkat agar proses
menelan dapat berlangsung.
M. sfingter esophagus superior berelaksasi untuk memungkinkan makanan lewat, yang
setelah itu sejumlah otot konstriktor lurik di faring berkonstruksi secara berurutan untuk
mendorong bolus makanan turun ke esophagus

Mekanisme Pembentukan Suara


Proses berbicara tidak hanya melibatkan sistem pernapasan saja tetapi juga (1) pusat pengatur
sara bicara spesifik dalam korteks cerebri, (2) pusat pengatur pernapasan di otak, dan (3)
struktur artikulasi dan resonansi pada rongga mulut dan hidung. Berbicara diatur oleh dua
fungsi mekanis: (1) fonasi yang dilakukan oleh laring dan (2) artikulasi yang dilakukan oleh
struktur pada mulut.
Fonasi, laring khususnya berperan sebagai penggetar (vibrator). Elemen yang bergetar adalah
pita suara, yang umumnya disebut tali suara. Pita suara menonjol dari dinding lateral laring
ke arah tengah dari glotis;pita suara ini diregangkan dan diatur posisinya oleh beberapa otot
spesifik pada laring itu sendiri.

Selama pernapasan normal, pita akan terbuka lebar agar aliran udara mudah lewat. Selama
fonasi, pita menutup bersama sama sehingga aliran udara diantara mereka akan
menghasilkan getaran (vibrasi). Kuatnya getaran terutama ditentukan oleh derajat peregangan
pita, tetapi juga oleh bagaimana kerapatan pita satu sama lain dan oleh massa pada tepinya.
Tepat disebelah dalam setiap pita terdapat ligamen elastik yang kuat yang disebut ligamen
vokalis. Ligamen ini melekat disebelah anterior dari kartilago tiroid yang besar, yaitu
kartilago yang menonjol dari permukaan anterior leher dan disebut adams apple. Disebelah
posterior, ligamen vokalis terlekat pada prossesus vokalis dari kedua kartilago aritnoid.
Proses pembentukan suara atau disebut sebagai fonasi terjadi karena vibrasi pada lipatanlipatan pita suara baik :
-

Secara pasif : pada saat melemas (relax) oleh dorongan udara ekspirasi pada saat

pernapasan normal, sehingga udara masuk ke celah glotis secara bebas.


Secara aktif : disebabkan udara yang menggetarkan pita suara yang menegang/
melemas, sehingga celah glotis menyempit/ melebar karena kontraksi laring, otot
hyoid yang menggerakan kartilago, aritnoid dan tiroid tempat menempel pita suara
masuk.

Variasi posisi glotis yang dapat menimbulkan pembentukan bunyi suara dan bunyi
pernapasan :
-

Terbuka lebar : saat bernafas normal


Terbuka sempit : menghasilkan bunyi tak bersuara
Tertutup : menghasilkan bunyi bersuara

Artikulasi dan Resonansi. Tiga organ artikulasi utama yaitu bibir, lidah, dan palatum molle.
Yang termasuk resonator adalah mulut, hidung, dan sinus nasal yang berhubungan, dan
bahkan rongga dada sendiri. Fungsi resonator hidung diperlihatkan oleh perubahan kualitas
suara bila seseorang menderita pilek berat yang menhambat aliran udara ke resonator.
Fungsi Pernapasan Hidung
Bila udara mengalir melalui hidung, akan ada tiga fungsi tertentu yang dikerjakan oleh
rongga hidung: (1) udara dihangatkan oleh permukaan konka dan septum yang luas, dengan
total area kira kira 160cm2, (2) udara dilembabkan sampai hampir lembab sempurna
sebelum udara meninggalkan hidung, (3) udara disaring. Semua fungsi ini disebut fungsi
pelembab udara dari saluran napas bagian atas.
Fungsi Penyaringan Hidung

Bulu bulu pada pintu masuk lubang hidung penting untuk menyaring partikel partikel
besar. Jauh lebih penting, adalah mengeluarkan partikel melalui presipitasi turbulen, artinya
udara mengalir melalui saluran hidung membentur banyak dinding penghalang. Konka
(disebut juga turbinates sebab konka menimbulkan turbulensi udara), septum, dan dinding
faring. Tiap kali udara membentur penghalang ini, udara harus mengubah arah alirannya,
partikel partikel yang tersuspensi dalam udara, mempunyai momentum dan massa yang
jauh lebih besar daripada udara, maka tidak dapat mengubah arah perjalanannya secepat
udara. Oleh karena itu, partikel partikel tersebut terus maju kedepan membentur permukaan
penghalang penghalang ini, dan kemudian dijerat oleh mukus pelapis dan dibawa oleh silia
ke faring untuk ditelan.
Aliran Darah yang Melalui Paru Paru serta Distribusinya
Aliran darah yang melalui paru paru pada dasarnya sama dengan curah jantung. Karena itu
faktor faktor yang mengendalikan curang jantung, terutama faktor faktor perifer yang
mengendalikan arah aliran paru. Dalam kondisi pada umumnya, pembuluh paru berfungsi
sebagai tabung yang pasif dan mudah meregang, yang membesar pada peningkatan tekanan
dan mengecil pada penurunan tekanan. Untuk oksigenasi darah secara optimal, maka darah
perlu didistribusikan ke segmen segmen paru yang yang alveolinya teroksigenasi dengan
baik. Hal ini tercapai melalui mekanisme berikut:
PENGARUH PENURUNAN OKSIGEN ALVEOLUS TERHADAP ALIRAN DARAH
ALVEOLUS SETEMPAT PENGENDALIAN DISTRIBUSI ALIRAN DARAH PARU
SECARA OTOMATIS.

Anatomi Sistem Pernapasan


Anatomi komponen sistem pernapasan memungkinkan terjadinya pendistribusian udara dan
pertukaran gas pernapasan. Fungsi ganda ini pada akhirnya memungkinkan terjadinya
pertukaran gas antara udara di lingkungan dan darah dalam paru paru, dan pertukaran gas
antara darah dan sel sel tubuh. Untuk memahami homeostatis dalam semua sistem oragan
tubuh diperlukan pemahaman tentang hubungan antara struktur sistem pernapasan dan
fungsinya.

Fungsi pernapasan tidak hanya bergantung pada organisasi struktural dan bagian bagian
sistem tetapi juga pada inter-relasi dari komponenya dengan sistem tubuh yang lain, termasuk
sistem persarafan, sirkulasi, muskular, dan imun.
a. Saluran Pernapasan Atas
HIDUNG
Hidung merupakan pintu masuk pertama udara yang kita hirup. Udara masuk
dan keluar sistem pernapasan melalui hidung, yang terbentuk dari dua tulang dan
beberapa kartilago. Terdapat dua pintu pada dasar hidung nostril (lubang hidung),
atau nares eksternal yang dipisahkan oleh septum nasal dibagian tengahnya.
Lapisan mukosa hidung adalah sel epitel bersilia, dengan sel goblet yang
menghasilkan lendir. Udara yang melewati rongga hidung dihangatkan dan
dilembabkan. Bakteri dan partikel polusi udara akan terjebak dalam lendir; silia pada
lapisan mukosa secara kontinu menyapu lendir ke arah faring. Sebagian besar lendir
ini pada akhirnya akan tertelan, dan setiap bakteri yang ada akan dihancurkan oleh
asam hidroklorida dalam getah lambung.
Rongga nasal berhubungan dengan beberapa rongga lain yang terdapat dalam
tulang tengkorak, yaitu sinus paranasal yang fungsinya adalah untuk meringankan
tulang tengkorak dan memberikan resensi suara. Rongga ini berhubungan dengan
rongga nasal melalui saluran kecil yang juga dilapisi oleh membran mukosa. Karena
lendir dan cairan lainnya menjadi terperangkap dan menumpuk didalam sinus yang
tersumbat, menimbulkan tekanan yang terasa sangat nyeri. Kondisi ini disebut
sinusitis.
FARING
Faring atau tenggorokan adalah tuba muskular yang terletak di posterior
rongga nasal dan oral dan di anterior vertebrata servikalis. Secara deskriptif, faring
dapat dibagi menjadi tiga segmen, setiap segmen dilanjutkan oleh segmen lainnya;
nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Bagian paling atas (superior) adalah nasofaring, yang terletak dibelakang
rongga nasal. Nasofaring berhubungan dengan nares internal dan ostium ke kedua
tuba auditorius yang memanjang ke telinga tengah. Adenoid atau tonsil faringeal
terletak pada dinding posterior nasofaring, yaitu nodulus limfe yang mengandung
makrofag. Nasofaring adalah saluran yang hanya dilalui oleh udara, tetapi bagian
faring lainnya dapat dilalui baik oleh udara maupun makanan, namun tidak untuk
keduanya pada saat bersamaan.

Bagian faring yang dapat anda lihat ketika anda bercermin dengan mulut
terbuka lebar adalah orofaring, terletak dibagian belakang mulut; mukosa orofaring
adalah epitel akuamiosa bertingkat, dilanjutkan dengan epitel yang terdapat di rongga
mulut. Pada dinding lateralnya terdapat tonsil palatin yang juga nodulus limfe. Tonsil
adenoid dan lingual pada dasar lidah, membentuk cincin jaringan limfatik
mengelilingi faring untuk menghancurkan patogen yang masuk kedalam mukosa.
Laringofaring merupakan bagian paling inferior dari faring. Laringofaring
membuka ke arah anterior ke dalam laring dan ke arah posterior ke dalam esofagus.
Kontraksi dinding muskular orofaring dan laringofaring merupakan bagian dari
refleks menelan.
LARING
Laring sering disebut kotak suara, nama yang menunjukan salah satu
fungsinya, yaitu berbicara adalah saluran pendek yang menghubungkan faring dengan
trakhea. Laring memungkinkan udara mengalir didalam struktur ini, dan mencegah
benda padat agar tidak masuk kedalam trakhea. Laring menjadi tempat pita suara,
dengan demikian laring menjadi sarana pembentukan suara. Dinding laring terutama
dibentuk oleh tulang rawan (kartilago) dan bagian dalamnya dilapisi oleh membran
mukosa bersilia. Kartilago laring terdiri atas sembilan buah yang tersusun sedemikian
rupa sehingga membentuk seperti kotak dan satu sama lain dihubungkan oleh
ligamen. Kartilago laring yang terbesar adalah kartilago tiroid, yang teraba pada
permukaan anterior leher. Pada pria kartilago ini membesar yang disebut Adams
apple atau buah jakun.
Epiglotis atau kartilago epiglotik adalah kartilago paling atas, bentuknya
seperti lidah dan keseluruhannya dilapisi oleh membran mukosa. Selama menelan,
laring bergerak ke atas dan epiglotis tertekan ke bawah menutup glotis. Gerakan ini
mencegah masuknya makanan atau cairang kedalam laring.
Pita suara terletak dikedua sisi glotis. Selama bernapas, pita suara tertahan di
kedua sisi glotis sehingga udara dapat masuk dan keluar dengan bebas dari trakhea.
Selama berbicara, otot otot intrinsik laring menarik pita suara menutupi glotis, dan
udara yang dihembuskan akan menggetarkan pita suara untuk menghasilkan bunyi

yang selanjutnya diubah menjadi kata kata. Saraf kranial motorik yang
mempersarafi faring untuk berbicara adalah nervus vagus dan nervus accesorius.
b. Saluran Pernapasan Bawah
TRAKHEA
Pipa udara atau trakhea saluran udara tubular yang mempunyai panjang sekitar
10 13 cm dengan lebar sekitar 2.5 cm. Trakhea terletak di depan esofagus dan saat
palpasi teraba secara struktur yang keras., kakutepat dipermukaan anterior leher.
Trakhea memanjang dari laring ke arah bawah kedalam rongga toraks tempatnya
terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri.
Dinding trakhea disangga oleh cincin cincin kartilago, otot polos, dan serat
elastik. Cincin kartilago ini berujung terbuka yang menghadap belakang seperti huruf
C yang banyaknya 16 sampai 20 buah. Ujung terbuka dari cincin ini dihubungkan
oleh otot polos dan jaringan ikat, memungkinkan pelebaran esofagus ketika makanan
ditelan. Cincin kartilago memberikan bentuk kaku pada trakhea, mencegahnya agar
tidak kolaps dan menutup jalan udara.
Bagian dalam trakhea dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Lapisan mukosa
banyak mengandung sel yang menyekresi lendir. Seperti halnya pada laring, silia pada
trakhea juga menyapu ke arah atas mengarah ke faring. Ketika mencapai faring,
mukus biasanya tertelan dan dikeluarkan sebagai sputum.
BRONKHIAL DAN ALVEOLI
Ujung distal trakhea membagi menjadi bronkhi primer kanan dan kiri yang terletak
dalam rongga dada. Didalam paru paru, masing masing bronkhus primer sedikit
memanjang dari trakea ke arah paru paru membentuk cabang menjadi bronkhus
sekunder, meski perpanjangan ini tidak simetris; cabang bronkus mempunyai sudut
yang lebih tajam dibandingkan dengan cabang bronkhus kanan. Sebagai akibat dari
perbedaan anatomi ini adalah bila benda asing secara tidak sengaja terhirup biasanya
akan tersangkut pada bronkhus kanan. Cabang cabang bronkhus yang paling kecil
disebut sebagai bronkhiolus. Pada dinding bronkhiolus tidak terdapat kartilago;
keadaan ini menjadi penting secara klinis dalam asma. Bronkhiolus yang paling kecil
berakhir dalam kumpulan alveoli (kantung udara dalam paru paru).
Fungsi percabangan bronkhiolus untuk memberikan saluran bagi udara antara
trakhea dan alveoli. Sangat penting artinya untuk menjaga agar jalur udara ini tetap
terbuka dan bersih.
Unit fungsi paru atau alveoli berjumlah sekitar 300 500 juta didalam paru
paru pada rata rata orang dewasa. Fungsinya adalah sebagai satu satunya tempat
pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan aliran darah. Jumlah alveoli yang

sangat

banyak

memberikan

area

permukaan

yang

sangat

luas

sehingga

memungkinkan terjadinya pertukaran gas ini; setiap paru mempunyai area permukaan
internal sekitar 80 kali lebih besar dari luas permukaan tubuh eksternal.
Struktur alveoli sangat efisien untuk mendukung terjadinya difusi gas. Setiap
alveolus terdiri atas ruang udara mikroskopik yang dikelilingi oleh dinding yang tipis,
yang memisahkan satu alveolus dengan alveolus lainnya, dan dari kapiler didekatnya.
Dinding ini terdiri atas satu lapis epitel skuamosa. Diantara sel epitel terdapat sel sel
khusus yang menyekresi lapisan molekul lipid seperti deterjen yang disebut surfaktan.
Surfaktan normalnya melapisi permukaan dinding alveolar. Cairan ini dubutuhkan
untuk menjaga alveolar tetap lembab, yang terpenting untuk terjadinya difusi gas
melalui dinding alveolar. Air dalam cairan ini mengeluarkan tenaga atraktif yang kuat
disebut tekanan permukaan, yang menyebabkan dinding alveolar tertarik dan kolaps
ketika udara meninggalkan bilik alveolar selama ekspirasi. Surfaktan melawan
tekanan ini dengan memungkinkan alveoli mengembang kembali dengan cepat
setelah ekspirasi. Tanpa surfaktan, tekanan permukaan akan menjadi demikian besar,
sehingga membutuhkan upaya muskular yang sangat besar untuk mengembangkan
alveoli.
PARU PARU
Paru paru terletak dikedua sisi jantung didalam rongga dada dan dikelilingi serta
dilindungi oleh sangkar iga. Bagian dasar setiap paru terletak diatas diafragma; bagian
apeks paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula. Pada permukaan tengah dari
setiap paru terdapat identasi yang disebut hillus, tempat bronkhus primer dan
masuknya arteri serta vena pulmonari kedalam paru. Bagian kanan dan kiri paru
terdiri atas percabangan saluran yang membentuk pohon bronkhial, jutaan alveoli dan
jaring- jaring kapilernya, dan jaringan ikat. Sebagai organ, fungsi paru paru adalah
tempat terjadinya pertukaran gas antara udara atmosfir dan udara dalam aliran darah.
Setiap paru dibagi menjadi kompartemen yang lebih kecil. Pembagian pertama
disebut lobus. Paru kanan terbagi atas 3 lobus dan lebih besar, sedangkan paru kiri
hanya mempunyai 2 lobus. Lapisan yang membatasi antara lobus disebut fissura.
Setiap lobus dipasok oleh cabang utama percabangan bronkhial dan diselaputi oleh
jaringan ikat.
Lobus kemudian membagi lagi menjadi kompartemen yang lebih kecil dan
dikenal sebagai segmen. Setiap segmen terdiri atas banyak lobulus, yang masing
masing mempunyai bronkhiole, arteriole, venula, dan pembuluh limfatik.
Dua lapis membran serosa mengelilingi setiap paru disebut sebagai pleura.
Lapisan terluar disebut pleura parietal yang melapisi dinding dada dan mediastinum.

Lapisan dalamnya disebut pleura viseral yang mengelilingi paru dan dengan kuat
melekat pada permukaan luarnya. Rongga pleura ini mengandung cairan yang
dihasilkan oleh sel sel serosa didalam pleura. Cairan pleural melicinkan permukaan
kedua membran pleura untuk mengurangi gesekan ketika paru paru mengembang
dan berkontraksi selama bernapas. Jika cairan yang dihasilkan berkurang atau
membran pleura membengkak, akan terjadi suatu kondisi yang disebut pleurisi dan
terasa sangat nyeri karena membran pleural saling bergesekan satu sama lain ketika
bernapas.
TORAKS
Rongga toraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan bagian tengah
yang disebut mediastinum. Jaringan fibrosa membentuk dinding sekeliling
mediastinum, yang secara sempurna memisahkannya dari rongga pleura kanan,
dimana terletak paru kanan, dan dari rongga pleura kiri, yang merupakan tempat dari
paru kiri. Satu satunya organ dalam toraks yang tidak terletak didalam mediastinum
adalah paru paru.
Toraks mempunyai peranan penting dalam pernapasan. Karena bentuk elips
dari tulang rusuk dan pelekatannya ke tulang belakang, toraks menjadi lebih besar
ketika dada dibusungkan dan menjadi lebih kecil ketika dikempiskan. Bahkan
perubahan yang lebih besar lagi terjadi ketika difragma berkontraksi dan relaksasi.
Saat difragma berkontraksi, diafragma akan mendatar keluar dan dengan demikian
menarik dasar rongga toraks ke arah bawah sehingga memperbesar volume toraks.
Ketika diafragma rileks, difragma kembali ke bentuk awalnya yang seperti kubah
sehingga memperkecil volume rongga toraks. Perubahan dalam ukuran toraks inilah
yang memungkinkan terjadinya proses inspirasi dan ekpirasi.

Anda mungkin juga menyukai