Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

POTENSI DAN PELUANG AGRIBISNIS


DESA PANJANGREJOKECAMATAN PUNDONG
KABUPATEN BANTUL

Disusun oleh :
1.

Ihsan

2.
3.

No. Mhs

20110220063

Rezky Ariesta Agyastama

No. Mhs

20110220065

Dwi Nugraha

No. Mhs

20110220031

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2012

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
I.

PENDAHULUAN...........................................................................................1
A.

Latar Belakang..........................................................................................1

B.

Tujuan Praktikum Lapangan.....................................................................2

II.

DESKRIPSI WILAYAH..................................................................................3

III.

POTENSI ABGRIBISNIS............................................................................4

A.

Potensi Sumber Daya Alam.......................................................................4


1.

Luas penggunaan lahan..........................................................................4

2.

Jenis tanah, topografi, dan keadaan sumber irigasi...............................5

3.

Produksi tanaman pertanian...................................................................6

4.

Produksi peternakan...............................................................................7

5.

Keadaan Perikanan................................................................................7

B.

IV.

Potensi Sumber Daya Manusia..................................................................8


1.

Struktur Penduduk menurut umur dan jenis kelamin............................8

2.

Struktur penduduk menurut mata pencaharian....................................10

3.

Struktur penduduk menurut tingkat pendidikan..................................11


PELUANG AGRIBISNIS...........................................................................13

1.

Keadaan Sarana Perekonomian...................................................................13

2.

Keadaan Sarana Transportasi dan Komunikasi..........................................14

3.

Sarana Komunikasi.....................................................................................16

4.

Keadaan prasarana transportasi Desa Panjangrejo tahun 2010...................16

5.

Produksi Pertanian Kabupaten Bantul........................................................17

6.

Produksi Peternakan Kabupaten Bantul......................................................20

7.

Produksi ternak unggas...............................................................................23

8.

Produksi Perikanan.....................................................................................24

9.

Industri Kecil Kabupaten Bantul.................................................................26

V.

POTENSI DAN PELUANG AGRIBISNIS...................................................28

VI.

KESIMPULAN...........................................................................................30

VII.

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................32

ii

iii

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas penggunaan lahan PanjangrejoTahun 2010......................................5
Tabel 2. Produksi tanaman pertanian Desa Panjangrejo tahun 2010.......................6
Tabel 3. Produksi perikanan Desa Panjangrejo tahun 2010....................................7
Tabel 4. Struktur penduduk menurut umur Desa Panjangrejo Tahun 2010............9
Tabel 5. Struktur penduduk menurut jenis kelamin Desa Panjangrejo Tahun 2010
..................................................................................................................................9
Tabel 6. Struktur penduduk menurut mata pencaharian Desa Panjangrejo Tahun
2010........................................................................................................................10
Tabel 7. Struktur penduduk menurut tingkat pendidikan Desa Panjangrejotahun
2010........................................................................................................................11
Tabel 8 Keadaan sarana perekonomian Desa Panjangrejo tahun 2010.................13
Tabel 9. Keadaan sarana transportasi Desa Panjangrejo tahun 2010.....................15
Tabel 10. Keadaan sarana komunikasi Desa Panjangrejo tahun 2010...................16
Tabel 11.Produksi tanaman pangan Kabupaten Bantul tahun 2009(ton)...............17
Tabel 12.Produksi tanaman sayuran Kabupaten Bantul tahun 2009 (kw)............18
Tabel 13 Produksi tanaman buah Kabupaten Bantul tahun 2009 (kw)..................19
Tabel 14. Produksi tanaman biofarmaka Kabupaten bantul tahun 2009 (kw)......20
Tabel 15. Produksi ternak berat Kabupaten Bantul tahun 2009 (ekor)..................21
Tabel 16. Produksi ternak kecil kabupaten Bantul tahun 2009..............................22
Tabel 17. Produksi ternak unggas Kabupaten Bantul tahun 2009.........................24
Tabel 18. Produksi perikanan Kabupaten Bantul tahun 2009 (ekor).....................25
Tabel 19. Sentra industri kecil Kabupaten Bantul tahun 2010...............................26

iv

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Administrasi Desa Panjangrejo......................................................3

vi

I.
a.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan ekonomi yang tepat perlu didasarkan pada keunggulan

komparatif yang dimiliki.

Melalui proses pembangunan yang bertahap dan

konsisten, keunggulan komparatif ini dikembangkan menjadi keunggulan


kompetitif.

Negara yang berdaya saing adalah negara yang mampu

mengembangkan keunggulan komparatifnya menjadi keunggulan kompetitif.


Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada keanekaragaman sumber daya
hayati. Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan keunggulan sumber daya hayati di
Indonesia adalah kegiatan pertanian dalam arti luas. Oleh sebab itu Indonesia
perlu mengembangkan keunggulan komparatif di

bidang pertanian menjadi

keunggulan bersaing melalui pengembangan industri yang mengolah hasil


pertanian dan mengembangkan industri hulu pertanian, yang secara keseluruhan
dikenal sebagai pembangunan sistem agribisnis. (Saragih, 2000)
Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang
mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan
"hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai
sektor pangan (food supply chain). Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara
pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan.

Sebagai subjek akademik,

agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek


budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap
pemasaran. Istilah "agribisnis" diserap dari bahasa Inggris: agribusiness, yang
merupakan portmanteau dari agriculture (pertanian) dan business (bisnis).
(Wikipedia, 2011)
Sistem agribisnis tidak sama dengan sektor pertanian. Sistem agribisnis
jauh lebih luas daripada sektor pertanian yang dikenal selama ini.

Sistem

agribisnis terdiri dari tiga subsistem utama, yaitu: Pertama, subsistem agribisnis
hulu (upstream agribusiness) yang merupakan kegiatan ekonomi yang
menyediakan sarana produksi bagi pertanian, seperti industri dan perdagangan
agrokimia (pupuk, pestisida, dll), industri agro otomotif (mesin dan peralatan),
dan industri benih/bibit.
1

Kedua, subsistem usahatani(on-farm agribusiness) yang merupakan


kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh
subsistem agribisnis hulu untuk menghasilkan produk pertanian primer. Termasuk
kedalam subsistem usahatani ini adalah usaha tanaman pangan, usaha tanaman
hortikultura, usaha tanaman obat-obatan, usaha perkebunan, usaha perikanan,
usaha peternakan, dan kehutanan. Ketiga, subsistem agibisnis hilir (down-stream
agribusiness) yang berupa kegiatan ekonomi yang mengolah produk pertanian
primer menjadi produk olahan, baik produk antara maupun produk akhir, beserta
kegiatan perdagangan di pasar domestik maupun di pasar internasional. Kegiatan
ekonomi yang termasuk dalam subsistem agibisnis hilir ini antara lain adalah
industri pengolahan makanan, industri pengolahan minuman, industri pengolahan
serat (kayu, kulit, karet, sutera, jerami), industri jasa boga, industri farmasi
danbahan kecantikan, dan lain-lain beserta kegiatan perdagangannya. Disamping
ketiga subsistem di atas, diperlukan subsistem keempat sebagai bagian dari
pembangunan sistem agribisnis. Subsistem keempat ini dikenal sebagai subsistem
penunjang. Subsistem penunjang adalah seluruh kegiatan yang menyediakan jasa
bagi agribisnis, seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan,
lembaga transportasi, lembaga pendidikan, danlembaga pemerintah (kebijakan
fiskal dan moneter, perdagangan internasional, kebijakan tata-ruang, serta
kebijakan lainnya).
Potensi agribisnis adalah kemampuan atau daya yang dimiliki dalam
sebuah usaha komersial bidang pertanian.

Ruang lingkup bidang pertanian

mencakup tanaman pangan, perkebunan, perikanan, kehutanan, hortikultura dan


tanaman biofarmaka. Sedangakan peluang agribisnis adalah kesempatan yang
dimiliki umtuk mengembangkan atau memenuhi potensi yang ada.
b.

Tujuan Praktikum Lapangan

1.

Mengidentifikasi potensi agribisnis di Desa Panjangrejo Kecamatan


Pundong.

2.

Mengidentifikasi

peluang agribisnis

Desa Panjangrejo

Kecamatan

Pundong.
3.

Menentukan produk agribisnis (mentah dan atau olahan) berdasarkan


potensi dan peluang.
2

II.

DESKRIPSI WILAYAH

Desa Panjangrejo merupakan salah satu Desa di Kecamatan Pundong yang


letaknya 3 km dari ibukota Kecamatan Pundong, 10 km dari ibukota Kabupaten
Bantul dan 22 km dari ibukota

Propinsi DI Yogyakarta.

Desa Panjangrejo

memiki ketinggian 20 m dari permukaan laut (dpl), dengan topografi 98 persen


berupa dataran rendah, dan 2 persen lainnya berupa perbukitan yang berarti
sebagian besar wilayahnya termasuk dataran rendah.
Desa Panjangrejo memiliki 16 dusun yaitu Grudo, Jamprit, Nglembu,
Tarungan, Gendangan, Badan, Panjang, Soronggan, Gedong, Watu, Jetis,
Nglorong, Semampir, Krapyak Kulon, Krapyak Wetan dan Gunung Puyuh.
Seluruh dusun tersebut tersebar dalam 75 RT. Desa Panjangrejo memiliki luas
wilayah 524,6260 ha.
Secara

administratif,

Desa Panjangrejo termasuk

dalam wilayah

Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, sedangkan secara geografis desa ini


terletak pada 75o 56 52 75 o 59 00 LS dan 110o
Batas-batas administrasi Desa Panjangrejo terhadap daerah sekitarnya
adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa
Srihardono, Kecamatan Pundong.
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa
Srihardono, Kecamatan Pundong.
Sebelah Selatan berbatasan dengan
Sungai Opak .
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa
Mulyodadi, Kecamatan Bambanglipuro.

Gambar 1. Peta Administrasi Desa Panjangrejo


III.
POTENSI AGRIBISNIS

Potensi adalah kemampuan yang mungkin untuk dikembangkan.


Sedangkan potensi agribisnis adalah kemampuan atau daya yang dimiliki usaha di
bidang pertanian (tanaman pangan, kehutanan, peternakan, perikanan, perkebunan
dan tanaman holtikultura) yang mencakup semua komponen-komponen di
dalamnya, baik sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dapat
dikembangkan.
Sumber daya alam (SDA) adalah segala sesuatu yang berasal dari alam
dan dapat dimanfaatkan agar dapat digunakan bagi kelangsungan hidup di muka
bumi. Sedangkan sumber daya manusia (SDM) adalah segala yang mencakup
semua energi, keterampilan, bakat, dan pengetahuan manusia yang dipergunakan
untuk tujuan produksi dan jasa-jasa yang bermanfaat. Jadi SDM disimpulkan
sebagai kemampuan fisik dan psikis manusia yang secara potensial dapat
digunakan untuk tujuan yang produktif.
a.

Potensi Sumber Daya Alam


Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam dan dapat

dimanfaatkan dan berguna bagi kelangsungan hidup makhluk di muka bumi ini.
Dalam makalah ini, sumber daya alam yang akan di jelaskan meliputi luas
penggunaan lahan, jenis tanah, topografi, keadaan sumber irigasi, produksi
pertanian, peternakan dan perikanan.
1.2.1

Luas penggunaan lahan


Penggunaan lahan merupakan salah satu faktor penting dalam produksi

pertanian. Lahan yang digunakan mempunyai pengaruh yang besar, baik luas
ataupun jenis lahan yang digunakan. Pengaruh luas dan jenis lahan diantaranya
mempengaruhi jumlah dan kualitas produksi suatu komoditi pertanian.

Luas

penggunaan lahan Desa Panjangrejo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Luas penggunaan lahan PanjangrejoTahun 2010


No. Macam dan penggolongan tanah

Luas lahan (ha)

1.

Tanah sawah
- milik rakyat
- bengkok
- milik Desa
2.
Tanah Tegal
3.
Tanah pekarangan
4.
Tanah lain-lain
Jumlah
Sumber : Kantor Kecamatan Pundong

3.578.884
405.661
270.441
14.580
1.482.060
46.652
737.334

Dari tabel.1 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lahan yang berada di
Desa Panjangrejo adalah tanah sawah.

Tanah sawah tersebut merupakan

gabungan dari tanah milik raktyat, tanah bengkok dan tanah milik Desa. Luas
penggunaan lahan lainnya adalah tanah tegal, tanah pekarangan dan tanah lainlain ( termasuk tanah kuburan ).
1.2.2

Jenis tanah, topografi, dan keadaan sumber irigasi


Pada dasarnya, kondisi tanah erat kaitannya dengan kehidupan dan mata

pencaharian penduduk, terutama bagi penduduk yang bekerja di sektor pertanian.


Dalam hal ini, tanah didefinisikan sebagai akumulasi tubuh alam bebas,
menduduki daratan, dapat menjadi lahan tempat tumbuhnya tanaman, dan
dipengaruhi iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk
tertentuselama jangka waktu tertentu. Jenis tanah yang terdapat di Desa
Panjangrejo adalah aluvial dan regosol. Jenis tanah aluvial memiliki ciri warna
kelabu hingga coklat, tekstur lempung pasir 50 persen, struktur pejal, tidak
memiliki batas horizon yang jelas, serta konsistensi teguh saat lembab, plastis saat
basah, dan keras saat kering. Sifat kimia tanah aluvial yaitu tingkat kemasaman
beraneka, kandungan bahan organik rendah, kejenuhan basa sedang hingga tinggi,
daya absorbsi tinggi, permeabilitas rendah, dan memiliki kepekaan erosi tinggi.
Meskipun memiliki kepekaan erosi besar, namun karena sebagian besar Desa
Panjangrejo berupa dataran, erosi yang terjadi tingkatnya tidak sampai lanjut
(BPN, Bantul 2001). Tanah ini memiliki potensi yang sangat besar jika
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.
Topografi di suatu daerah akan sangat mempengaruhi perilaku manusia
bertempat tinggal di daerah tersebut.

Topografi adalah suatu keadaan tinggi

rendahnya suatu tempat terhadap permukaan laut. Desa Panjangrejo terletak pada

ketinggian 20 m dari permukaan laut dengan topografi 98 persen berupa dataran


rendah, dan 2 persen lainnya berupa perbukitan (BPN, Bantul 2001).
Keadaan irigasi Desa Panjangrejomasih sangat sederhana yang berupa
irigasi tanah. Sebagian besar jaringan irigasi ini digunakan sebagai pengairan
untuk lahan sawah, sedangkan untuk ladang yang lainnya belum terdapat jaringan
irigasi yang memadai. Keadaan irigasi Desa Panjangrejo hanya menggunakan
sistem teknis dengan lahan yang diairi seluas 342 ha, sedangkan untuk
sumber air irigasi lainnya

berasal dari DAM Tegal (Kali Opak) dan Legen

(Sungai Winongo).
1.2.3

Produksi tanaman pertanian


Produksi tanaman pertanian merupakan sumber produksi utama desa

Panjangrejo, mengingat hampir seluruh warga Desa Panjangrejo bermata


pencaharian sebagai petani. Produksi tanaman pertanian Desa Panjangrejo dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Produksi tanaman pertanian Desa Panjangrejo tahun 2010
Produktivitas
Luas Panen
(ton/ha)
(ha)
Sawah
1 1. Padi
7,1
176
2 2. Jagung
4,7
4
3 3. Kedelai
1,6
1,4
4. Jumlah
13,4
181,4
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul
No

Tanaman

Produksi
(ton)
1249,1
18,7
2,3
1270,1

Dari tabel.2 dapat diketahui bahwa jenis pertanian yang ditanam di Desa
Panjangrejo adalah pertanian sawah.

Beberapa komoditi yang ditanam oleh

masyarakat Desa Panjangrejo adalah padi, jagung dan kacang kedelai. Produksi
tanaman padi memiliki jumlah yang paling tinggi dari senua komoditi yang ada,
kemudian di susul oleh produksi jagung dan kacang kedelai.

1.2.4

Produksi peternakan
Peternakan merupakan salah satu bentuk hasil dalam bidang pertanian

selain tumbuhan atau tanaman. Desa panjangrejo merupakan salah satu Desa

yang memiliki produksi peternakan, walaupun produksinya tidak sebesar produksi


di bidang tanaman. Jenis peternakan yang ada di Desa Panjangrejo antara lain
sapi, kambing, ayam, dan kelinci. (Rencana Penataan Permukiman Desa
Panjangrejo, 2010)
1.2.5

Keadaan Perikanan
Perikanan merupakan salah satu bentuk hasil dalam bidang pertanian

selain tanaman dan hewan ternak. Desa panjangrejo merupakan salah satu desa
yang memiliki produksi perikanan. Jenis perikanan yang ada di Desa Panjangrejo
antara lain gurame, nila, lele dan bawal. Produksi perikanan Desa Panjangrejo
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Produksi perikanan Desa Panjangrejo tahun 2010
Jenis Ikan
Jumlah (kg)
1. Gurame
45.615
2. Nila
2.901
3. Lele
114.033
4. Bawal
1.744
164.293
Jumlah
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul
Berdasarkan tabel.3 jenis perikanan yang ada di Desa Panjangrejo adalah
jenis ikan air tawar.

Ikan lele merupakan hasil produksi perikanan di Desa

Panjangrejo yang paling banyak di tahun 2010. Berdasarkan tabel.3 terdapat 4


macam jenis ikan yang dikembangkan di Desa Panjangrejo, antara lain ikan
gurame, nila, lele, dan bawal. Produksi ikan lele mencapai 114.033 kg, gurame
45.615 kg, nila 2.901 kg, dan bawal 1.744 kg.

Ikan lele menjadi produksi

perikanan yang paling banyak, karena ikan lele mudah untuk dikembangkan.
Perikanan di Desa Panjangrejo didukung oleh irigasi yang baik dari Sungai Opak.
Parit-parit dibangun untuk menyalurkan air dari kolam ke kolam untuk perputaran
air agar oksigen di dalam kolam tercukupi.
b.

Potensi Sumber Daya Manusia


Istilah SDM mencakup semua energi, keterampilan, bakat, dan

pengetahuan manusia yang dipergunakan untuk tujuan produksi dan jasa-jasa


yang bermanfaat. (Herbison (1973) dalam Gunawan A. Wardhana (1980) .

SDM disimpulkan sebagai kemampuan fisik dan psikis manusia yang secara
potensial dapat digunakan untuk tujuan yang produktif. (Nefsia, 1984)
i.

Struktur Penduduk menurut umur dan jenis kelamin


Informasi komposisi penduduk berguna dalam antara lain dalam
perencanaan kependudukan berkaitan dengan pembangunan sumberdaya manusia
di suatu daerah, misalnya jumlah fasilitas kesehatan maupun pendidikan yang
diperlukan di suatu daerah.

Data penduduk Desa Panjangrejo masih banyak

masyarakat yang menganut budaya patriarki, seperti umumnya masyarakat di


Jawa, penduduk laki-laki biasanya berperan sebagai pencari nafkah utama dalam
keluarga, karena para wanita banyak menghabiskan waktunya disektor
domestik.Karena itu semakin kecil proporsi pria, pencari nafkah akan
menanggung beban ekonomi yang semakin besar. Semakin besar proporsi
penduduk perempuan juga bisa diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk akibat
kelahiran

juga akan

semakin

besar. Komposisi

penduduk berdasarkan

kelompok umur dan jenis kelamin dapat terlihat dari tabel 4 dan 5.
Berdasarkan tabel 4 jumlah penduduk yanga ada di Desa Panjangrejo di
dominasi oleh penduduk usia produktif yang berusia 29-45 tahun dengan jumlah
penduduk 2938 jiwa dan jumlah paling sedikit terdapat pada penduduk dengan
usia 15- 24 tahun dengan jumlah penduduk 1335 jiwa.
Berdasarkan tabel 5 jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan lakilaki. Dari tabel tersebut diketahui bahwa jumlah laki- laki lebih banyak terdapat
di dusun Grudo, jamprit, Gedangan, Soronggan, Nglorong, Gunungpuyuh.
Sedangakan jumlah perempuan lebih banyak terdapat di dusun Ngelembu,
Tarungan, Badan, panjang, Gedong, Watu, Jetis, Semampir, Krapyak kulon dan
Krapyak wetan.

Tabel 4. Struktur penduduk menurut umur Desa Panjangrejo Tahun 2010


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Dusun
Grudo
Jamprit
Ngelembu
Tarungan
Gedangan
Badan
Panjang
Soronanggan
Gedong
Watu
Jetis
Nglorong
Semampir
Krapyak Kulon
Krapyak Wetan
Gunung Puyuh
Jumlah

0-14
128
189
125
134
158
162
173
137
123
189
109
115
196
169
175
145
2.327

Struktur Umur (jiwa)


15-24
25-49
98
127
143
228
109
187
70
173
88
230
118
253
105
233
64
140
51
141
73
184
86
111
100
193
121
153
106
186
107
216
96
123
1.335
2.938

>50
160
147
146
113
175
123
207
80
135
176
133
149
148
194
199
119
2.404

Tabel 5. Struktur penduduk menurut jenis kelamin Desa Panjangrejo Tahun 2010
No

Dusun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Grudo
Jamprit
Ngelembu
Tarungan
Gedangan
Badan
Panjang
Soronanggan
Gedong
Watu
Jetis
Nglorong
Semampir
Krapyak Kulon
Krapyak Wetan
Gunung Puyuh
Jumlah

Jenis Kelamin (jiwa)


Laki-laki
310
380
280
280
336
310
338
264
216
249
201
284
303
314
333
331
4.609

Perempuan
303
387
387
336
315
396
388
257
384
273
288
283
315
341
364
152
4.889

Total
Jumlah
613
767
667
616
651
706
726
521
600
522
489
567
618
655
697
683
10.098

Jumlah
KK
164
257
188
199
204
202
241
156
143
163
144
186
213
190
226
176
3.052

Sumber : Pemetaan swadaya TIP Panjangrejo 2010

ii.

Struktur penduduk menurut mata pencaharian


Mata pencaharian penduduk mencerminkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat serta interaksi manusia terhadap sumber daya fisik dan nonfisik suatu
wilayah lewat usaha penduduk mencari penghasilan. Di daerah pedesaan,
karakteristik yang menonjol adalah budaya agrikultur masyarakatnya. Ciri ini
tercermin dalam pemanfaatan lahan sebagai lahan pertanian, seperti sawah dan
tegalan. Selain tanaman pangan dan hortikultura, bentuk kegiatan pertanian lain
dapat berupa perkebunan, perikanan dan peternakan. Seiring pesatnya
pertumbuhan penduduk, kebutuhan lahan pemukiman semakin meningkat, diikuti
semakin luasnya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian dan
pemukiman. Hal ini menyebabkan produktivitas lahan pertanian berkurang dan
pendapatan dari bidang pertanian tidak lagi menjadi satu-satunya tumpuan hidup
bagi keluarga petani di pedesaan. Berbagai kesulitan yang dialami petani seperti
kesulitan pupuk, serangan hama pengganggu dan kegagalan panen membuat
masyarakat dengan budaya agraris ini semakin sulit bertahan hidup dengan hanya
mengandalkan hasil pertanian.

Kondisi ini mendorong munculnya kegiatan-

kegiatan ekonomi pedesaan di luar bidang pertanian, yaitu industri kecil dan
kegiatan perekonomian lainnya. Berikut adalah struktur penduduk menurut mata
pencaharian di Desa Panjangrejo.
Tabel 6. Struktur penduduk menurut mata pencaharian Desa Panjangrejo Tahun
2010
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Jenis Mata Pencaharian


Jumlah (jiwa)
Petani
2.019
Pegawai negeri
40
Karyawan swasta
110
Industri RT
799
Pedagang
249
Tukang Bangunan/Bengkel
421
Buruh Tani
321
Lain-lain
1.799
5.758
Jumlah
Sumber : Pemetaan Swadaya TIP Panjangrejo 2010
Sebagian besar masyarakat Desa Panjangrejo bermata pencaharian sebagai
petani. Hal ini sesuai dengan luasnya lahan Desa Panjangrejo yang memang
10

mampu dioptimalkan untuk usaha pertanian. Bidang usaha yang lain adalah
industri penbuatan kerajianan bambu dan dalam tabel termasuk dalam lain-lain.
Industri kerajinan kayu dalam beberapa tahun ini mengalami perkembangan yag
cukup baik yang didukung dengan usaha perdagangan keluar kota untuk
pemasaran produk asli Desa Panjangrejo.( Rencana penataan Pemukiman Desa
Panjangrejo, 2010)
iii.

Struktur penduduk menurut tingkat pendidikan


Tingkat pendidikan merupakan faktor penting dalam pengembangan
sumber daya manusia. Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap kualitas
hidup penduduk, baik dalam cara berpikir, menyerap ilmu pengetahuan,
maupundalam menerima dan menerapkan inovasi baru yang akan meningkatkan
taraf hidup mereka. Terdapat suatu kecenderungan semakin maju suatu daerah,
semakin tinggi tingkat pendidikan penduduknya.
keberhasilan

program

pemerintah

dalam

Selain menggambarkan

melaksanakan

program

wajib

belajar,tingkat pendidikan secara tidak langsung juga mencerminkan kondis


kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakatnya. Suatu daerah dikatakan maju
apabila kesadaran masyarakatnya untuk menyekolahkan anak-anak mereka
ketingkat yang lebih tinggi telah cukup baik. Pendidikan yang baik ini dapat
diwujudkan apabila masyarakat telah lebih dahulu terpenuhi kebutuhan
pokok lainnya seperti pangan dan papan.

Berikut adalah struktur penduduk

menurut tingkat pendidikan.


Tabel 7. Struktur penduduk menurut tingkat pendidikan Desa Panjangrejo tahun
2010
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah (jiwa)
1
2
3
4
5
6
7

Tidak sekolah
Belum sekolah
TK
SD
SMP
SMU
PT
Jumlah

1.891
531
491
1.884
2.298
2.716
249
10.060

Sumber : Pemetaan Swadaya TIP Panjangrejo 2010

11

Berdasrkan

tingkat

pendidikan

sebagian

besar

masyarakar

Desa

Panjangrejo merupakan lulusan SD, SMP dan SMU, namun masih banyak pula
masyarakat Desa Panjangrejo yang tidak mempunyai tingkat pendidikan atau
tidak sekolah. Hal ini di sebabkan oleh masalah perekonomian, mengingat
sebagian besar jumlah penduduk Desa Panjangrejo adalah petani kecil.

12

IV.

PELUANG AGRIBISNIS

Peluang adalah kesempatan yang dimiliki untuk mengembangkan atau


memenuhi potensi yang ada. Peluang agribisnis adalah kesempatan berbisnis di
bidang pertanian (tanaman pangan, kehutanan, peternakan, perikanan, perkebunan
dan tanaman holtikultura) yang mencakup semua komponen-komponen di
dalamnya atau kesempatan yang digunakan untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki oleh suatu biasnis di dalam bidang pertanian.
A.

Keadaan Sarana Perekonomian


Keadaan sarana perekonomian sangat berpengaruh sebagai penunjang
kesejahteraan masyarakat. Berikut adalah gambaran umum keadaan sarana
perekonomian yang ada di Desa Panjangrejo . Berikut adalah Keadaan sarana
perekonomian di Desa Panjangrejo.
Tabel 8 Keadaan sarana perekonomian Desa Panjangrejo tahun 2010
Macam sarana
Jumlah
Toko
1
Warung
66
Warung PKL
6
Jumlah
73
Sumber : Pemetaan Swadaya TIP Panjangrejo 2010
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa pasar yang berfungsi sebagai penunjang
perekonomian masyarakat belum dapat diakses di Desa Panjangrejo. Disamping
karena jaraknya yang sangat jauh juga sarana transportasi yang belum memadai.
Akses pasar masyarakat terbantu dengan adanya warung-warung yang tersebar di
seluruh Desa Panjangrejo dengan 1 toko, 66 warung dan 6 warung tenda atau
yang biasa disebut warung angkringan. Oleh karena itu warung-warung tersebut
dapat menunjang perekonomian masyarakat Desa Panjangrejo untuk mengakses
barang dan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

13

B.

Keadaan Sarana Transportasi dan Komunikasi


Perbedaan sumber daya antara suatu daerah dengan daerah lain akan
mendorong terjadinya interaksi antar wilayah berupa kegiatan tukar menukar atau
perdagangan. Pada tahap selanjutnya interaksi ini tidak hanya berupa perpindahan
barang dan jasa, tapi juga mobilitas penduduk antar daerah yang berbatasan.
Kelancaran arus barang dan jasa serta kemudahan mobilitas penduduk antar
wilayah pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pembangunan wilayah tersebut.
Untuk mendukung arus pergerakan barang dan jasa maupun mobilitas penduduk,
diperlukan prasarana dan sarana transportasi yang memadai.

Prasarana dan

sarana transportasi terdiri dari jalan dan alat transportasi. Untuk memudahkan
aksessibilitas penduduk, keberadaan jaringan jalan sangat penting. Keberadaan
jalan sebagai penghubung antara suatu daerah dengan daerah sekitarnya,
merupakan hal pertama yang harus ada sebelum tersedia alat-alat transportasi
yang lain. Kondisi jalan yang baik akan memperlancar arus barang dan jasa antar
daerah. Secara umum jalan-jalan penghubung antara Desa Panjangrejo dengan
desa-Desa yang berdekatan sudah cukup baik, berupa jalan beraspal. Jalan antar
dusun juga cukup baik, sebagian besar telah beraspal atau diperkeras dengan batu.
Pada saat gempa, terjadi kerusakan sebagian badan jalan yang kemudian
diperbaiki dengan dasar batu-batu dan tanah lempung dari Desa setempat.
Bagian-bagian inilah yang lama kelamaan menjadi tidak rata, karena sifat
kembang-kerut tanah lempung itu sendiri. Sarana transportasi adalah alat yang
mengantar manusia, barang maupun jasa dari suatu daerah ke daerah lain, baik
berupa sepeda motor, mobil, dansebagainya.

Berikut disajikan sarana

penghubung di Desa Panjangrejo, berupa panjang jalan dan alat angkutan yang
dipakai penduduk dalam melakukan mobilitasnya.

14

Tabel 9. Keadaan sarana transportasi Desa Panjangrejo tahun 2010


Jalan dan
jembatan(km)
Jalan dusun26.500
Gang 34.305
Jembatan 26

Alat Transportasi
Jenis
Jumlah (unit) Persentase (%)
Sepeda
1.799
61,5
Sepeda motor
1.086
37,1
Bus
4
0,1
Mobil
6
0,2
Mobil Pick Up
18
0,6
Becak
13
0,4
Total
2.926
100
Sumber: Pemetaan Swadaya TIP Panjangrejo 2010
Pada tabel 9. menggambarkan alat transportasi pribadi yang digunakan
masyarakat Desa Panjangrejo dalam melakukan mobilitas sehari-hari. Sedangkan
angkutan umum yang beroperasi di dalam Desa Panjangrejo sampai saat ini
belumada. Trayek angkutan umum yang tersedia hanyalah angkutan dari Kota
Yogyakarta dengan tujuan Parangtritis. Persentase masyarakat yang menggunakan
sepeda sangat besar yaitu mencapai 61,5 persen, disusul sepeda motor sebanyak
1.086 unit atau 37,1 persen. Kedua jenis kendaraan ini banyak dipakai karena
lebih murah dibanding kendaraan roda empat lainnya, baik dari segi perawatan
maupun bahan bakar. Kendaraan roda dua ini digunakan penduduk selain untuk
bepergian ke tempat-tempat sekitarnya, juga mendukung kegiatan usaha, misalnya
mengantar barang hasil industri ke desa-desa lain, atau ke Kota Yogyakarta.
Industri yang dikerjakan penduduk sebagian besar adalah industri rumah tangga
yang hasil produksinya tidak terlalu banyak. Oleh karena itu penggunaan sepeda
dan sepeda motor akan lebih efisien dari segi ongkos angkutnya. Kendaraan roda
empatseperti mobil, bus dan mobil pick up berjumlah 37 unit, di antaranya
terdapat bus 4 unit dan mobil bak terbuka (jenis pick up) 18 unit. Bus dan mobil
bak terbuka merupakan jenis kendaraan yang biasanya dipakai untuk usaha. Jenis
kendaraan lainnya adalah becak berjumlah 13 unit, juga digunakan untuk mencari
penghasilan pemiliknya, baik untuk mengangkut penumpang, barang hasil
pertanian dan lainnya dengan jarak angkut yang tidak terlalu jauh dalam desa.

15

C.

Sarana Komunikasi
Perkembangan
transportasi, juga

suatu

dipengaruhi

wilayah
oleh

selain
sarana

dipengaruhi
komunikasi

oleh
yang

sarana
berperan

memperlancar arus informasi penduduk suatu daerah terhadap dunia luar. Hal ini
berguna dalam memperluas wawasan masyarakat terhadap pengetahuan, maupun
peristiwa yang sedang terjadi di tempat-tempat lain, disamping memudahkan
penduduk untuk saling berkomunikasi. Sarana komunikasi yang tersedia di Desa
Panjangrejo sebagai berikut:
Tabel 10. Keadaan sarana komunikasi Desa Panjangrejo tahun 2010
No.
1
2
3
4

Alat Komunikasi
Radio
Televisi
Telepon
Warung Telekomunikasi
Jumlah

Jumlah (unit)
1.154
1.507
76
2
2.739

Pada tanel 10. Dapat dijelaskan bahwa alat komunikasi yang paling
banyak digunakan adalah radio dantelevisi. Saat ini kepemilikan televisi dan radio
sudah bukan menjadi barangmewah bagi sebagian besar masyarakat. Kepemilikan
radio dan televisi yanghampir merata di semua lapisan masyarakat akan
mempermudah

akses

informasibaru

dan

pengetahuan

masyarakat

akan

perkembangan daerah lain. Jumlahsambungan telepon rumah ( fixed telephone)


sebanyak 76 unit ditambah warungtelekomunikasi 2 unit. Kepemilikan telepon
bergerak nirkabel (mobile phone) sebenarnya telah banyak dimiliki masyarakat,
tapi tidak terdata.
D.

Keadaan prasarana transportasi Desa Panjangrejo tahun 2010


Jalan merupakan sarana vital dalam kegiatan ekonomi. Jenis jaringan jalan
Desa Panjangrejo berupa jalan aspal, jalan makadam, jalan cor blok dan jalan
tanah dengan status jalan kabupaten, desa, ligkungan dan jalan stapak. Pada peta
jaringan hampir seluruh dusun dilalui jalan aspal dengan status jalan kabupaten
kecuali Grudo, Soranggan, Watu, Semampir, Krapyak kulon dan Gedangan..
Dengan adanya jalan jalan kabupaten ini mempermudah akses transportasi antar
wilayah. Sedangkan jenis jalan madakam sangatlah banyak yaitu terdapat di
hampir setiap dusun. Untuk jenisjalan cor blok jumlahnya masih sedikit hanya
16

terdapt di beberapa dusun yaitu Grudo, Jamprit, Nglembu, Panjang, Soronggan da


Jetis. Untuk jenis jalan tanah masih sangat banyak karena jumlah penduduk yang
berada di daerah terpencil masih sedikit seingga belum ada upaya perbaikan aspal
menuju daerah- dearah tersebut sehingga jaringan jalan masih berupa jalan anah
dan stapak. ( Rencana Penataan Pemukiman Desa Panjangrejo, 2010)
E.

Produksi Pertanian Kabupaten Bantul


1.

Produksi tanaman pangan Kabupaten Bantul

Tabel 11.Produksi tanaman pangan Kabupaten Bantul tahun 2009(ton)


No

Kecamatan

Padi sawah

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Srandakan
4.715
Sanden
11.270,74
Kretek
10.322,9
Pundong
9.543,25
Bambanglipura
10.341,72
Pandak
12.904,48
Bantul
16.484
Jetis
7.782
Imogiri
11.327,39
Dlingo
6.275,9
Pleret
4.793
Piyungan
80.586
Banguntapan
19.602
Sewon
189.579
Kasihan
11.804
Pajangan
2.339,56
Sedayu
12.989
Jumlah
422.660
Sumber: BPS Bantul tahun 2010

Jagung
341,6
768,6
325,8
841,8
468,1
824,5
755
6.120
1.199,05
7.919,32
1.529,8
4.031
1.921
5.759,3
413
5.231,75
1.218
39.668

Kedelai
107,6
146,87
134,3
365,51
651,57
80,66
1.255
1.582
144,65
2.441,74
174,4
5.312,6
1.704,01
10,46
284,6
14.396

Ubi kayu
1.711,8
20.154,14
291,6
1.185
23.343

Kacang
Tanah
224,5
27,5
11,4
689,7
1.048,79
38,5
1.185
895,78
486,2
717,75
680,9
610
720
33
76,81
5,4
7.451

Pada tabel 11. dapat disimpulkan bahwa seluruh kecamatan di Kabupaten


Bantul memproduksi tanaman padi dan jagung. Padi yang merupakan komoditi
utama pertanian, pada tahun 2009 mempunyai angka produksi sebanyak 422.660
ton, sedangkan jagung diproduksi sebanyak 39.668 ton dan ubi kayu diproduksi
sebesar 23.343 ton. Jumlah produksi padi terbesar terdapat di Kecamatan
Sewonyaitu sebanyak 189.579 ton. Untuk produksi jagung terbesar terdapat di
Kecamatan Dlingo sebanyak 7.919,32 ton, dan produksi ubi kayu terbesar
terdapat di Kecamatan Dlingo sebanyak 20.154,14 ton.

17

2.

Produksi tanaman sayuran dan buah Kabupaten Bantul

Tabel 12.Produksi tanaman sayuran Kabupaten Bantul tahun 2009 (kw)


Cabai
merah
1 Srandakan
2.335
2 Sanden
10.340
3 Kretek
6.552
4 Pundong
460
5 Bambanglipura
100
6 Pandak
18
7 Bantul
8 Jetis
7
9 Imogiri
10 Dlingo
11 Pleret
12 Piyungan
43
13 Banguntapan
100
14 Sewon
15 Kasihan
16 Pajangan
17 Sedayu
Jumlah
19.955
Sumber: BPS Bantul tahun 2010
No

Kecamatan

Bawang
merah
3.120
116.250
38.760
2.000
150
402
5.605
2
166.559

Kacang
panjang
17
20
2
382
50
47
518

Melinjo
549
1.069
21.568
204
884
457
539
571
9
221
138
6.794
1.896
256
60
35.215

Dari tabel 12 dapat disimpulkan bahwa, hasil pertanian yang memiliki


potensi yang besar adalah cabai merah, bawang merah, kacang panjang dan
melinjo. Dalam hal produktivitas, komoditi yang memberikan produksi paling
besar adalah bawang merah yaitu sebesar 166.559 kwintal, kemudian disusul oleh
melinjo sebesar 35.215 kwintal, dan produksi cabai sebesar 19.955 kwintal.
Sedangkan tanaman kacang panjang hanya menghasilkan sedikit yaitu
sebesar 518 kwintal.Hal ini dikarenakan komoditi tersebut tidak ditanam di
seluruh kecamatan di Kabupaten Bantul. Adapun produksi kacang panjang
terbanyak berasal dari Kecamatan Piyungan sebesar 382 kwintal atau lebih dari
setengah dari total produksi di Kabupaten Bantul.

18

Tabel 13 Produksi tanaman buah Kabupaten Bantul tahun 2009 (kw)


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Kecamatan
Pisang Rambutan
Srandakan
7.302
457
Sanden
245
760
Kretek
5.384
351
Pundong
3.666
Bambanglipura
3.870
168
Pandak
2.084
102
Bantul
947
1.665
Jetis
15.151
Imogiri
3.380
Dlingo
453
84
Pleret
5.674
2.395
Piyungan
35.073
341
Banguntapan
659
10.191
Sewon
34.079
Kasihan
10.437
1.411
Pajangan
1.673
149
Sedayu
250
808
Jumlah
130.527
18.882
Sumber: BPS Bantul tahun 2010

Sawo
440
117
72
600
214
518
52
1.267
392
1.531
53
1.028
286
1.851
8.421

Pepaya Mangga
1.785
672
591
1.066
444
8.208
85
1.169
370
2.287
43
720
688
1.730
1.728
6.784
616
273
3.009
1.103
7.796
209
6.864
821
938
830
1.997
1.252
1.308
120
225
2.692
13.116 45.307

Berdasarkan tabel 13 dapat di simpulkan bahwa beberapa jenis tanaman


buah yang dominan dibudidayakan petani di daerah Bantul yaitu pisang, sawo,
papaya dan mangga.

Pada tabel 13 juga menjelaskan bahwa tanaman buah-

buahan tersebut diproduksi di hampir semua kecamatan di Kabupaten Bantul.


Buah pisang menjadi komoditas yang paling banyak di produksi di
Kabupaten Bantul, yaitu sebanyak 130.527 kwintal. Kemudian produksi terbesar
kedua yaitu buah mangga yang diproduksi hampir di seluruh kecamatan, yaitu
sebanyak 45.307 kwintal.

19

3. Produksi tanaman biofarmaka


Tanaman biofarmaka merupakan tanaman yang digunakan sebagai bahan
pembuat obat-obatan atau biasanya juga dicampur sebagai bumbu masakan dapur.
Tabel 14. Produksi tanaman biofarmaka Kabupaten bantul tahun 2009 (kw)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Kecamatan
Jahe
Kunyit
Kencur
Temulawak
Srandakan
803
Sanden
496
Kretek
7
8
27
136
Pundong
200
3.000
Bambanglipura
Pandak
5.400
Bantul
Jetis
825
305
125
Imogiri
2.400
15.480
884
1.240
Dlingo
1.740
1.682.764
192
1.295.974
Pleret
4.300
3.100
Piyungan
200
410
370
Banguntapan
Sewon
Kasihan
3.000
1.350
10
7.800
Pajangan
19.000
Sedayu
21.500
9.500
9.640
4.539
Jumlah
35875
1733317
11744
1315789
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul
Berdasarkan tabel 14 menunjukkan bahwa tanaman biofarmaka khususnya

tanaman kunyit, temulawak dan laos berpotensi besar untuk terus dikembangkan
di Kabupaten Bantul. Bisa dilihat dalam tabel, jumlah produksi tanaman kunyit
pada tahun 2009 mencapai 1.733.317 kwintal, temulawak sebanyak 1.326.949
kwintal dan laos sebesar 1.604.422.

Hebatnya lagi, ketiga komoditas tersebut

dihasilkan paling banyak di Kecamatan Dlingo. Hal ini menunjukkan bahwa


Dlingo merupakan sentra tanaman biofarmaka di Kabupaten Bantul.
F.

Produksi Peternakan Kabupaten Bantul


1.

Produksi ternak berat


Peternakan merupakan salah satu dari komoditas agribisnis. Peluang bisnis

di bidang peternakan sangatlah besar. Hal ini dikarenakan perilaku konsumsi


manusia akan daging dari tahun ke tahun selalu meningkat. Peternakan dibagi

20

menjadi dua, yaitu peternakan berat dan peternakan kecil. Peternakan berat seperti
sapi, kerbau, dan kuda. Adapun peternakan kecil seperti kambing, domba, dan
babi.
Tabel 15. Populasi ternak berat Kabupaten Bantul tahun 2009 (ekor)
Sapi
Sapi
Kerbau
potong
perah
1 Srandakan
3.643
18
38
2 Sanden
2.702
54
3 Kretek
2.607
15
4 Pundong
2.946
25
5 Bambanglipura
4.664
6 Pandak
3.439
7 Bantul
2.452
60
8 Jetis
2.054
47
103
9 Imogiri
2.196
93
10 Dlingo
6.319
0
11 Pleret
3.145
8
16
12 Piyungan
3.955
1
7
13 Banguntapan
1.476
36
126
14 Sewon
1.984
10
77
15 Kasihan
2.750
3
16 Pajangan
4.149
17 Sedayu
2.033
10
60
Jumlah
52.514
130
677
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul
No

Kecamatan

Kuda
87
23
14
226
48
331
94
21
12
856

Berdasarkan tabel 15 menunjukkan bahwa peternakan sapi potong di


Kabupaten Bantul menunjuk angka yang merata di setiap kecamatan dengan total
produksi mencapai 52.514 ekor di tahun 2009. Tetapi hal tersebut tidak diikuti
oleh produksi peternakan sapi perah, yang hanya terdapat di tujuh kecamatan
yaitu kecamatan Srandakan, Jetis, Pleret, Piyungan, Banguntapan , Sewon, dan
Sedayu. Adapun total produksinya hanya 130 ekor dan peternak sapi perah
tertinggi berada di Kecamatan Banguntapan sebanyak 36 ekor. Hal ini terjadi
dikarenakan, harga indukan sapi perah yang mahal dari pada sapi potong. Selain
harga yang mahal, perawatan sapi perah pun cukup sulit dan membutuhkan biaya
yang tidak sedikit. Oleh karena itu, masih sangat jarang peternakan sapi perah di
Kabupaten Bantul.

21

Selain sapi potong dan sapi perah, di Kabupaten Bantul juga terdapat
peternakan kerbau dan kuda. Kerbau biasanya digunakan untuk membantu
membajak sawah dan dikonsumsi dagingnya, seperti kulitnya dibuat krecek atau
krupuk rambak. Kecamatan Banguntapan merupakan daerah produksi kerbau dan
kuda terbanyak, yaitu kerbau 126 ekor dan kuda 331. Hal ini berarti, peluang dan
potensi pengembangan ternak kerbau dan kuda di daerah tersebut sangat tinggi.
2.

Produksi ternak kecil


Telah disebutkan bahwa peternakan terbagi dibedakan menjadi dua, yaitu

peternakan berat dan peternakan kecil. Adapun tabel peternakan kecil di


Kabupaten sebagai berikut.
Tabel 16. Produksi ternak kecil kabupaten Bantul tahun 2009

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Kecamatan
Kambing
Domba
Babi
Srandakan
3.157
651
Sanden
2.683
1.444
Kretek
1.212
777
Pundong
1.488
1.156
Bambanglipura
1.632
1.053
Pandak
2.232
1.785
Bantul
2.121
2.915
Jetis
2.107
2.031
Imogiri
6.863
3.080
Dlingo
7.955
374
Pleret
408
2.377
Piyungan
2.994
927
Banguntapan
478
777
Sewon
843
974
Kasihan
1.107
1.609
Pajangan
2.786
857
Sedayu
988
270
Jumlah
41.054
23.057
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul

430
134
22
27
105
155
15
2.730
58
3.676

Menurut tabel 16 dapat dijelaskan produksi peternakan kambing di


Kabupaten Bantul menunjukan angka yang merata di setiap kecamatan, dengan
total produksi mencapai 41.054 ekor di tahun 2009.

Kecamatan Dlingo

merupakan kecamatan penghasil produksi peternakan kambing tertinggi di


Kabupaten Bantul, yaitu mencapai 7.955 ekor.

Produksi kambing tinggi

22

disebabkan beberapa faktor, salah satunya faktor lingkungan dan pakan.Para


petani di Kecamatan Dlingo selain menanam tanaman pangan seperti padi,
jagung, kedelai,dll, mereka juga menanam rumput kolonjono di pinggir sawah
atau ladang mereka.

Rumput kolonjono yaitu sejenis rumput raksasa yang

digunakan sebagai pakan ternak.


Domba merupakan salah satu komoditi peternakan di Kabupaten Bantul,
dapat dilihat pada tabel.13 produksi peternakan domba mencapai 23.057
ekor.Adapun kecamatan paling tinggi produksi peternakan domba terdapat di
Kecamatan Imogiri dengan angka 3.080 ekor. Permintaan akan kambing dan
domba ini melonjak drastis ketika mejelang perayaaan hari raya kurban atau idul
adha, sesuai dengan hukum penawaran jika permintaan naik maka harga akan
naik. Hal ini dimanfaatkan oleh para pembisnis peternakan kambing dan domba
untuk mengambil untung besar dengan menaikkan harga berkali lipat.
Selain kambing dan domba masih ada peternakan yang berpotensi di
Kabupaten Bantul, yaitu babi. Peternakan babi masih sangat jarang di Kabupaten
Bantul, dikarenakan babi hanya dikonsumsi oleh penganut agama kristen, katolik,
dan hindu. Padahal mayoritas penduduk Indonesia beragama islam. Oleh karena
itu, peternakan babi kurang dikembangkan di Kabupaten Bantul.
3. Produksi ternak unggas
Selain peternakan hewan berat dan kecil, hewan lain yang diternakan di
Kabupaten Bantul adalah hewan unggas, seperti ayam, itik, dan puyuh. Ayam
ternak dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu ayam ras petelur, ayam ras daging, dan
ayam buras. Ayam ras petelur adalah ayam yang diternakan khusus untuk
menghasilkan telur, sedangkan ayam ras pedaging adalah ayam yang diternakan
untuk diambil dagingnya atau dengan kata ayam potong, dan ayam buras adalah
ayam yang dipelihara di pekarangan rumah dibebaskan perkeliaraan mencari
makanan sendiri atau yang disebut dengan ayam kampung.

Tabel 17. Produksi ternak unggas Kabupaten Bantul tahun 2009


No

Kecamatan

Ayam
buras

Ayam ras
petelor

Ayam ras
pedaging

Itik

23

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Srandakan
35.613
31.639
4.705
Sanden
31.858
90.188
111.993
Kretek
23.897
17.453
Pundong
43.980
5.634
55.568
Bambanglipura
50.192
8.350
3.258
Pandak
18.930
11.000
18.469
Bantul
38.706
23.757
32.914
Jetis
17.570
504
11.505
Imogiri
13.478
1.879
1.750
Dlingo
40.637
38
49.920
Pleret
30.676
538
24.771
Piyungan
23.250
13.616
56.335
Banguntapan
34.093
20.827
Sewon
19.099
13.124
Kasihan
44.497
5.308
15.201
Pajangan
34.797
234.133
147.229
Sedayu
30.774
18.342
5.259
Jumlah
532.047
444.926
590.281
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul

2.471
3.419
11.187
3.418
4.470
2.732
13.050
18.037
3.261
1.476
2.218
6.456
6.997
6.000
5.213
18.234
1.050
109.689

Dari tabel 17 dapat dijelaskan bahwa jenis ternak yang paling banyak
diternakan di Kabupaten Bantul adalah ayam ras pedaging, dengan total
keseluruhan 590.281 ekor pada tahun 2009. Hal ini disebabkan, permintaan
konsumen akan daging yang tinggi. Sehingga jenis ayam buras pedaging banyak
diternakan oleh peternak.

Selain tingginya akan konsumsi akan daging,

pemeliharaan ayam buras relatif singkat dan mudah. Dengan waktu berkisar 6
bulan ayam buras pedaging dapat dipanen. Adapun daerah pensuplai ayam ras
pedaging terbanyak terdapat di Kecamatan Pajangan, yaitu 147.229.

Selain

menjadi daerah produksi peternakan ayam ras pedaging tertinggi, Kecamatan


Pajangan adalah kecamatan produksi ayam ras petelur tertinggi di Kabupaten
Bantul.
G.

Produksi Perikanan
Perikanan merupakan salah satu komodits yang unggul di Kabupaten
Bantul. Perikanan menjadi hal yang unggul karena didukung oleh sistem irigasi
yang baik. Dalam sistem irigasi atau perariran perikanan, air dibuat mengalir.
Yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Jika didalam air tersebut mengandung
cukup oksigen, maka ikan akan tumbuh dengan baik dan hasil yang didapat akan
meningkat.

24

Tabel 18. Produksi perikanan Kabupaten Bantul tahun 2009 (ekor)


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Kecamatan
Mas
Tawes
Gurami
Srandakan
476
2.803
Sanden
81.481
Kretek
855
148
634
Pundong
108
Bambanglipura
951
Pandak
808
693
Bantul
2.028
2.126
1509
Jetis
19.347
3.951
Imogiri
237
80
23.117
Dlingo
Pleret
350
450
1.412
Piyungan
13.567
22.789
60.934
Banguntapan
789
12
20.797
Sewon
160
20.987
Kasihan
450
234
Pajangan
312
Sedayu
791
1.874
2.796
Jumlah
19.875
47.462
222.719
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul

Lele
22.233
81.641
1955
13.382
72.162
353
63.222
9.426
126.246
19.423
7.541
221.735
209.299
5.049
1.882
7.175
16.488
879.212

Dari tabel 18 dapat diketahui bahwa produksi perikanan di Kabupaten


Bantul cukup tinggi, terutama lele. Dengan otal produksi mencapai 1.322.786
ekor pada tahun 2009. Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi pasar yang
menjajikan untuk pemasaran ikan lele. Banyak rumah makan atau lesehan pinggir
jalan, yang rata-rata menawarkan menu ikan lele kepada pelanggan. Adapun Ikan
lele dapat diolah menjadi berbagai menu masakan, seperti dapat digoreng,
dimangut, daibakar, dan dipepes. Selain diolah menjadi menu makanan, ikan
dewasa ini dapat diolah menjadi abon lele, pempek lele, dan kripik lele. Hal ini
sangat menjadi peluang bagi para pembisnis untuk mencari varian baru dalam
pilihan pengolahan ikan lele.
Selain ikan lele, beberapa jenis ikan yang dibudidayakan di Kabupaten
Bantul adalah gurami, nila, tawes, bawal, tombro, patin, dan lain-lain. Daerah
produksi perikanan paling banyak dihasilkan di Kecamatan Piyungan, dengan
angka mencapai 60.934 ekor untuk gurami, 221.735 ekor untuk lele, dan 66.902
untuk nila.

Potensi pengembangan perikanan di Kecamatan Piyungan sangat

tinggi, karena sebagian masyarakat ahli dalam bidang pembudidayaan perikanan

25

dan sebagian masyarakat yang ada di daerah ini banyak memiliki tambak atau
kolam pemeliharaan ikan.
H.

Industri Kecil Kabupaten Bantul


Banyak industri kecil di Kabupaten Bantul yang bergerak dalam berbagai
bidang industri, seperti bidang makanan, kesenian, pakaian, sampai funitur.
Industri-industri ini yang mengolah hasil panen atau bahan mentah kemudian
memasarkannya ke konsumen atau tengkulak. Industri ini memiliki kepengurusan
atau organisasi pengelolaan yang menunjang tercapainya visi dan misi mereka.
Tabel 19. Sentra industri kecil Kabupaten Bantul tahun 2010

No Jenis produk

Kecamatan

Tahu

1.
2.
3.
4.
5.

Banguntapan
Srandakan
Bantul
Kasihan
Sewon

Tempe

1.
2.
3.
4.

Sewon
Jetis
Srandakan
Piyungan

Emping melinjo

1.
2.
3.
4.

Banguntapan
Bantul
Pajangan
Bambanglipuro

Krecek

1. Pleret

Pati ubi kayu

Volume
Satuan
produksi
1.265.000
kg
4.000.000
kg
650.000
kg
5.750.000
kg
1.455.000

Bahan baku
(Rp)
1.050.000
3.810.000
1.285.000
2.950.000
950.000

1.455.000
420.000
552.000
110.000

kg
kg
kg
kg

1.695.000
1.600.000
89.500
31.000

248.000
60.000
40.800
500.000

kg
kg
kg
kg

3.300.000
900.000
850.500
245.000

341.000

kg

5.090.000

1. Pundong

30.000

kg

70.500

Gula Kelapa

1. Pajangan
2. Kretek

69.000
20.000

kg
kg

150.000
100.000

Minyak kelapa

1. Kasihan

30.000

kg

90.200

Peyek,Kripik tempe 1. Imogiri

9.000

kg

300.500

9.

Krupuk

100.000

kg

250.200

80.000

kg

1.900.000

10. Emping ketela

1. Pundong
1. Bantul

26

11. Geplak

1. Bantul

12

Yangko

1. Banguntapan

13

Kue satu

1. Jetis

14

Mebeul

15

1.
2.
3.
4.
5.
Bahan bangunan kayu1.

16

Kerajinan kayu

17

Kerajinan bambu

Kasihan
Piyungan
Sewon
Bambanglipuro
Pleret
Dlingo

1. Sewon

1.000.000

kg

225.000

25.500

kg

270.000

200.000

kg

150.000

4.650
3.000
4.450
1.450
45.000
27.000

m3
m3
m3
m3
m3
bh

260.000
440.000
655.000
230.000
650.000
235.000

100.000

bh

2.500.000

bh
bh
bh
bh

2.600.000
45.000
5.510
24.900

1. Dlingo
150.000
2. Kasihan
30.000
3. Bantul
1.800
4. Sedayu
25.000
Sumber : Daftar sentra Industri Kecil kabupatn Bantul Tahun 2010

Berdasarkan tabel 19 dapat dijelaskan bahwa Kabupaten Bantul sangat


memiliki potensi agribisnis baikdalam bidang pertanian, peternakan, dan
perikanan. Sentra Industri kecil yang terdapat di Kabupaten Bantul turut
menyumbang pendapatan daerah dan menjadi peluang bisnis bagi para pembisnis.
Banyak sekali macam jenis industri-industri kecil sampai menengah yang
ada di kabupaten Bantul, khususnya industri makanan olahan menjadi usaha yang
memiliki peluang besar untuk menunjang perekonomian masyarakat di Kabupaten
Bantul, Pada tabel.18 dapat dijelaskan bahwa industri tahu dan tempe merupakan
sektor industri yang sangat besar produksinya yaitu mencapai 23.119.000 kg
untuk tahu dan 2.357.000 Kg untuk tempe. Kecamatan Kasihan menjadi daerah
yang memproduksi tahu paling banyak, yaitu 5.750.000 kg, sedangkan tempe
diproduksi paling banyak di Kecamatan Sewon dengan jumlah 1.455.000 kg.

27

V.

POTENSI DAN PELUANG AGRIBISNIS

Wilayah Desa Panjangrejo merupakan salah satu Desa di kecamatan


Pundong yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani.
Hal ini sesuai dengan luasnya lahan Desa Panjangrejo yang memang mampu
dioptimalkan untuk usaha pertanian. Sebagian besar jumlah lahan yang berada di
Desa Panjangrejo adalah tanah sawah yaitu seluas 3.578.884 ha dengan komoditas
utamanya adalah tanaman padi. Dalam hal irigasi Desa Panjangrejo masih masih
menggunakan irigasi sederhana yang berupa irigasi tanah.

Sebagian besar

jaringan irigasi ini digunakan sebagai pengairan untuk lahan sawah, sedangkan
untuk sumber air irigasi lainnya berasal dari DAM Tegal (Kali Opak) dan Legen
(Sungai Winongo).
Mengenai sektor pertanian, jenis komoditas pertanian yang di produksi di
lahan sawah Desa Panjangrejo adalah padi, jagung dan kedelai, di mana padi
menjadi komoditas utama dengan total nilai produksi mencapai 1249,1 ton pada
tahun 2010. Sementara untuk komoditas hortikultura hanya sedikit yang ditanam
dan hasil produksinya pun tidak terlalu besar. Jenis tanaman hortikultura yang
diproduksi yaitu bawang merah, cabai merah dan melinjo,.

Untuk potensi

perikanan yang di kembangkan di Desa Panjangrejo diantaranya lele, nila, bawal


dan gurame. Komoditas yang terlihat paling menonjol dari sektor ini adalah ikan
lele yang produksinya sebanyak 114.033 kg. Sedangkan di sektor peternakan
diantaranya sapi, kambing, ayam dan kelinci.
Selain

mempunyai

sumber

daya

alam

yang

mendukung

untuk

pengembangan pertanian dan agribisnis, Desa Panjangrejo juga memiliki sumber


daya manusia yang menunjang pembangunan sistem agribisnis di desa ini.
Dilihat dari segi sumber daya manusianya, struktur penduduk desa
Panjangrejo berdasarkan jenis mata pencaharian sebagian besarnya

bermata

pencaharian sebagai petani dengan jumlah 2.019 jiwa atau hampir setengah dari
total penduduk keseluruhan.

28

Berdasarkan pemetaan swadaya TIP Panjangrejo tahun 2010, tercatat


sebanyak 2938 jiwa penduduk usia produktif yang berusia 29-45 . Hal itu berarti
di Desa Panjangrejo sebagian besarnya adalah penduduk yang masih produktif.
Sedangkan ditinjau menurut tingkat pendidikan, penduduk Desa
Panjangrejo didominasi oleh lulusan dari tingkatan SMP dan SMA. Hal ini berarti
penduduk Desa Panjangrejo sadar akan pentingnya pendidikan.
Mengenai keadaan sarana perekonomian di Desa Panjangrejo sebenarnya
masih kurang memadai bagi keberlangsungan kegiatan ekonomi masyarakatnya,
hal tersebut dikarenakan belum terdapat pasar tradisional di Desa Panjangjero
yang dapat di akses semenjak bencana gempa pada tahun 2007.

Selain itu

disamping karena jaraknya yang sangat jauh juga sarana transportasi yang belum
memadai. Akses pasar masyarakat terbantu dengan adanya warung-warung yang
tersebar di seluruh Desa Panjangrejo dengan 1 toko, 66 warung dan 6 warung
tenda atau yang biasa disebut warung angkringan.

Sehingga warung-warung

tersebut dapat menunjang perekonomian masyarakat Desa Panjangrejo untuk


mengakses barang dan sebagai pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat Desa
Panjangrejo sehari-hari.
Selain itu, untuk mendukung keberhasilan pembangunan sistem agribisnis di
Desa Panjangrejo, perlu diketahui pula peluang-peluang apa saja yang bisa
diperoleh Desa Panjangrejo baik dalam produksi pertanian ataupun serta industri
kecil di Kabupaten Bantul. Hal tersebut perlu diketahui karena sangat berkaitan
dengan adanya wilayah produsen-produsen pertanian lain di Kabupaten Bantul
yang tentunya memiliki keunggulan yang beragam.

29

VI.

KESIMPULAN

Wilayah Desa Panjangrejo memiliki banyak sekali potensi sumber daya


alam beberapanya seperti potensi produksi tanaman pertanian, peternakan dan
perikanan. Potensi produksi tanaman pertanian yang ada di desa panjangrejo
yaitu padi, jagung dan kedelai, di mana padi menjadi komoditas terbesar dari
produksi tanaman lainnya. Selain produksi tanaman pertanian, Desa Panjangrejo
juga memiliki sektor produksi peternakan dan perikanan .
Masyarakat Desa Donotirto memiliki usia produktif di mulai dari umur 1656 tahun.

Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di desa tersebut

berprofesi sebagai petani. Tingkat pendidikan masayarakat di Desa Panjangrejo


sebagiannya lulusan dari tingkat SMP dan SMA. Desa Panjangrejo juga memiliki
peluang dalam hal perekonomian dengan terdapatnya warung-warung yang
terdapat di Desa Panjangrejo.
Tanaman padi menjadi komoditas unggulan Kabupaten Bantul. Produksi
bawang merah sebagai Produksi tanaman sayuran yang memberikan produksi
paling besar di Kabupaten Bantul selain melinjo, cabai, kacang panjang, bayam
dan sebagainya, sedangkan produksi buah pisang menjadi komoditas unggulan di
Kabupaten Bantul. Sementara untuk komoditas biofarmaka yang memilki potensi
besar yaitu tanaman kunyit, temulawak dan laos berpotensi besar untuk terus
dikembangkan di Kabupaten Bantul. Ketiga komoditas tersebut dihasilkan paling
banyak di Kecamatan Dlingo. Peluang agribisnis di bidang peternakan Kabupaten
Bantul sangat mendominasi pada hewan ternak sapi potong sedangkan untuk
hewan unggas di dominasi oleh ayam ras pedaging.

Sementara produksi

perikanan yang paling unggul adalah ikan lele.


Adanya potensi dan peluang agribisnis yang ada di Kabupaten Bantul
khususnya di Desa Panjangrejo tentu akan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat di wilayah tersebut. Salah satu cara yaitu dengan membuka lapangan
kerja dan industri baik besar maupun kecil seperti industri emping melinjo,
kerajinan bambu, tahu, tempe dan masih banyak lagi yang lainnya sesuai dengan

30

potensi dan peluang yang ada. Sehingga diharapkan dapat mensejahterahkan


penduduknya.

LENGKAPI

PEMBAHASAN

PANJANGREJO,

POTENSI

DAN

PELUANG

DESA

KESIMPULAN SESUAIKAN DENGAN TUJUAN,

LENGKAPI DENGAN DAFTAR PUSTAKA

31

VII.

DAFTAR PUSTAKA

Masyhuri. 2005. Realita dan pengembangan agribisnis: perspektif manajemen.


Dalam Prosiding seminar Nasional: Realita dan Prospek Pengembangan
Agribisnis di Indonesia. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
UMY, Yogyakarta.
BPS Bantul. 2010. Bantul dalam Angka Tahun 2009
Saragih, 2000
Pemerintah Desa Panjangrejo. 2010. Pemetaan Swadaya TIP Panjangrejo 2010
Daftar sentra Industri Kecil kabupatn Bantul Tahun 2010

32

Anda mungkin juga menyukai