Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ANATOMI LEHER
PERSARAFAN LEHER
4 saraf superfisial berhubungan dengan tepi
posterior otot sternokleidomastoid.
1. N. Oksipitalis minor (C2)
2. N. Auricularis magnus (C2 dan C3)
3. N. Cutaneus anterior (cutaneus colli, C2 dan
C3)
4. N. Supraklavikularis (C3 dan C4).
4 nervi kranial terletak di daerah M. Digastricus :
1. N. Vagus
2. N. Glossopharyngeus
3. N. Asesorius
4. N. Hypoglossus
VASKULARISASI
Definisi
Spasmodik tortikolis
kekakuan dari pada otot-otot leher,
yang disebabkan oleh kontraksi klonik atau tonik
dari otot-otot servikal pada leher dengan gejala
terjadi kekakuan pada sistem saraf dan
terdapatnya histeria.
Klasifikasi
Penyebab congenital (congenital torticollis)
Penyebab yang didapat
Epidemiologi
Tortikolis terjadi pada 0,4 % dari seluruh
kelahiran.
Tortikolis muscular nonkongenital, rata-rata
terjadi pada usia 40 tahun.
Perempuan lebih sering terkena dengan
perbadingan 2 : 1 dibandingkan laki-laki
Etiologi
Pada anak-anak
Pada orang dewasa
Pada Anak-Anak
Kelainan lokalis
Kelainan kongenital
Kelainan Otolaryngologi
Refluks esofagus
Tumor spinal cord
Trauma
Artritis rheumatoid juvenil
Penyebab Sentral
Distonia, meliputi distonia torsi, distonia yang di induksi obatobatan (drug-induced dystonia), dan palsy cerebral
Wryneck akut
Tortikolis spina cervical
Tortikolis inflamasi
Tortikolis infeksi
Penyebab Sentral
Patofisiologi
Tortikolis muskuler congenital disebabkan
oleh trauma local pada jaringan longgar
leher sebelum atau saat persalinan.
Terutama pada bayi dengan persalinan letak
bokong atau persalinan dengan forceps.
Dapat terjadi cedera musculus
sternocleidomastoideus yang menimbulkan
hematoma sehingga terjadi pemendekan
otot akibat fibrosis
Hipotesis malposisi dalam rahim yang
mengakibatkan syndrome kompartemen
intrauterin atau perinatal.
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Palpasi untuk menentukan jika fibrosis atau
suatu area fibrosis terdapat di sepanjang
otot sternokleidomastoid
Tepi anterior dari otot tersebut harus
dipalpasi. Umumnya tepi anterior tersebut
tampak nyata sebagai garis yang
mengkerut.
Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan Radiologi :
Foto polos cervical, CT scan atau MRI pada tulang cervical bisa
membantu evaluasi untuk trauma tulang, dicurigai adanya
subluksasi C1-C2, abnormalitas tulang congenital, atau
osteomielitis
CT scan atau MRI leher bisa berguna untuk evaluasi bila
dicurigai adanya abses, infeksi ruang dalam, atau adanya
massa
CT scan atau MRI kepala bisa membantu untuk menyingkirkan
kecurigaan adanya tumor.
Electromiografi (EMG) berguna untuk menetukan derajat otot
atau saraf yang terkena
Diagnosis Banding
Fraktur Cervical 1
Fraktur Cervical 2
Cedera medulla spinal cervicalis pada
olahraga
Abses Peritonsiler
Abses Retrofaring
Hematome Spinal
Toksisitas obat neuroleptik
Terapi
Perawatan sebelum di rumah
sakit (Prehospital Care) :
Memastikan patensi jalan napas
Memasang immobilisasi spina cervical
(sebagai pencegahan pada pasien dengan
riwayat trauma)
Medikamentosa:
Obat pilihan (drugs of choice) analgetik
(NSAIDs, acetaminophen, apium),
benzodiazepine, antikolinergik, dan injeksi
intramuscular local toxin botulinum
Reaksi distonik karena obat-obatan
diphenhydramine, benztropine, dan
benzodiazepine.
Terapi Pembedahan:
pelepasan otot sternokleidomastoideus
(unipolar atau bipolar)
denervasi selectif
stimulasi corda dorsalis
Komplikasi
Plagiocephali deformitas berupa asimetri
kepala pada bayi yang disebabkan oleh
mendatarnya salah satu occiput yang diikuti
terjadinya pendataran pada bagian depan
kepala kontralateral.
Hipoplasia wajah gangguan pertumbuhan
pada mandibula dan maxilla karena otot yang
inaktif.
Efek pada musculoskeletal elevasi bahu sisi
ipsilateral sebagai reaksi kompensasi, begitu
juga dapat terjadi scoliosis cervical dan
thorakal. Bisa terjadi tidak bergunanya otot-otot
tambahan pada leher karena tidak aktifnya otot
sternokleidomastoideus
Prognosis
Tergantung pada kelainan yang mendasarinya
90% pasien dengan tortikolis muskuler
kongenital berespon terhadap peregangan
pasif dalam tahun pertama kehidupannya.
Pada pasien yang dilakukan denervasi selektif,
65-80% menunjukkan hasil yang memuaskan
Sebagian besar kasus tortikolis didapat
(acquired torticollis) merupakan penyakit yang
hilang sendiri (self-limited) dalam waktu 2
minggu.
Tortikolis spasmodik idiopatik (IST) secara
bertahap dapat berkembang berbulan-bulan
dan bahkan seumur hidup
TERIMA KASIH