Anda di halaman 1dari 5

TK 4103

Ekonomi & Manajemen Proyek Teknik Kimia

Tugas Materi Minggu 09-10

Break-even plot for pricing alternatives

Oleh:

Winda Devina (13011060)

Dosen:
Dr. Irwan Noezar
Dr. Dendy Adityawarman

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
November 2014

TK 4103
Ekonomi & Manajemen Proyek Teknik Kimia
Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan
di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan
kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat
terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan
hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup
untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita
kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan
melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan.

Gambar 1. Break Even Point

Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana
pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan
diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan dalm
mengambil keputusan mengenaihal-hal sebagai berikut:
a. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan
terhadap keuntungan yang diperoleh.

Halaman 1

TK 4103
Ekonomi & Manajemen Proyek Teknik Kimia
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Variable Cost (biaya Variabel)
Variable cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan
volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam
pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari
penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume
penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu (function of time) sehingga jenis
biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga.
Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3. Semi Variable Cost
Semi variable cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap,
yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini
misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi salesman ini
tetap untuk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.

Gambar 2. Break even plot for pricing alternatives

Halaman 2

TK 4103
Ekonomi & Manajemen Proyek Teknik Kimia
Break-even analysis adalah bentuk yang paling sederhana dari sensitivity analysis yang
digunakan untuk: menentukan profit planning, menetapkan product pricing, kapasitas
produksi, dan incremental costing of equipment. Shutdown point terjadi pada saat garis
revenue yang berpotongan dengan garis expense. Titik pada garis revenue di atas breakeven adalah nilai penjualan (total $/unit sold), sedangkan titik pada garis expense di atas
break-even menunjukkan average unit expense (total $/unit produced).
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa fixed cost yang merupakan biaya operasional tetap yang
harus dikeluarkan, tanpa bergantung dengan jumlah barang yang diproduksi berada pada
$50,000. Titik potong antara garis operasi dengan garis total cost akan menunjukkan volume
minimum produksi untuk menjalankan pabrik agar pabrik tidak mengalami kerugian. Total
cost atau biaya total sendiri adalah jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan
untuk memproduksi barang/jasa. Komponen biaya total terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel. pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin kecil harga penjualan setiap unit
produk maka semakin besar total cost yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menjalankan
usahanya.
Pada proses produksi di pabrik, semakin besar kapasitas atau volume suatu unit diproduksi
menyebabkan penurunan biaya pembuatan alat per satuan unitnya. Penjualan produk yang
diproduksi oleh suatu pabrik dapat dikatakan memberi keuntungan jika harga produk tersebut
berada di atas break event point (titik P). Semakin kecil harga penjualan suatu produk, maka
semakin besar volume produk yang harus dijual untuk mendapatkan keuntungan. Hal tersebut
juga menyebabkan nilai break event point yang harus dicapai semakin besar. Fenomena ini
ditunjukkan pada Gambar 2 di mana semakin rendah harga penjualan setiap unit produk,
semakin landai kurva yang terbentuk dengan peningkatan letak titik break event point. Pada
Gambar 2 juga dapat dilihat bahwa pada volume produksi yang sama, keuntungan atau laba
yang diperoleh suatu pabrik akan meningkat jika harga penjualan produk ditingkatkan.
Nilai P juga menunjukkan bahwa nilai AT (after tax) cash flow yang diperoleh dalam
memproduksi sejumlah volume produk adalah nol. AT cash flow sendiri memiliki persamaan
sebagai berikut:
AT Cash Flow = (Revenues-Expenses)(1-tax rate) + depreciation.....(Persamaan 1)

Halaman 3

TK 4103
Ekonomi & Manajemen Proyek Teknik Kimia
Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat
dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa
break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity, klasifikasi cost dan penggunaannya
terbatas untuk jangka waktu yang pendek.
1. Asumsi tentang linearitas
Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit, tidaklah berdiri
sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain, tingkat penjualan yang
melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan menurunkan harga jual
per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan garis renevue tidak akan lurus,
melainkan melengkung. Disamping itu variabel operating cost per unit juga akan
bertambah besar dengan meningkatkan volume penjualan mendekati kapasitas penuh.
Hal ini bisa saja disebabkan karena menurunnya efesiensi tenaga kerja atau bertambah
besarnya upah lembur.
2. Klasifikasi biaya
Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam
mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini tetap
sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah melewati titik
tersebut.
3. Jangka waktu penggunaan
Kelemahan lain dari analisa break even point adalah jangka waktu penerapanya yang
terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi selama
setahun. Apabila perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi ataupun
biaya lainnya yang cukup besar dimana hasil dari pengeluaran tersebut (tambahan
investasi) tidak akan terlihat dalam waktu yang dekat sedangkan operating cost sudah
meningkat, maka sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang harus dicapai menurut
analisa break even point agar dapat menutup semua biaya-biaya operasi yang
bertambah besar juga.

Halaman 4

Anda mungkin juga menyukai