TINJAUAN PUSTAKA
program-program
pencegahan
sehingga
tidak
terjadi
sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau
informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap
kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah
yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis
kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan;
pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan
melaksanakan prosedur; dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur, sesaat
sebelum memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur
dan sisi yang akan dibedah.
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki
profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya
adalah berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat standardissasi dari dosis,
unit ukuran dan istilah; dan pencegahan atas campur aduk/bingung tentang cairan
elektrolit pekat yang spesifik.
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi/pengalihan.
Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain
untuk mencegah salah obat (medications error) pada titik-titik transisi pasien.
Rekomendasinya adalah menciptakaan suatu daftar yanng paling lengkap dan
akurat dan seluruh medikasi yng sedang diterima pasien juga disebut sebagai
Sebelum memberikan suatu obat, maka perawat harus yakin bahwa obat
tersebut benar-benar diorderkan oleh dokter. Dalam hal ini perawat berpegang pada
prinsip lima benar yang meliputi: benar ordernya, benar obatnya, benar pasiennya,
benar cara pemberiannya dan benar waktu pemberiannya.
Perawat
mempunyai
peranan
dalam
melakukan
pengkajian
secara
bukti-bukti
dari
seseorang
sehingga
kita
dapat
menetapkan
dan
baik bila didukung dengan keterangan-keterangan lain yang bersifat legal, misalnya
KTP, Pasport, SIM dsb (www.ranocenter.com).
2.1.5. Komunikasi Keperawatan
Komunikasi merupakan proses yang sangant khusus dan berarti dalam
berhubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih
bermakna karena merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan
khusus dan kepedulian sosial yang besar (M. Jenny, 2003).
Komunikasi adalah sesuatu yang kompleks, sehingga banyak model yang
digunakan dalam menjelaskan bagaimana cara organisasi
dan orang
Faktor Internal
Komunikator
Faktor Eksternal
Tertulis
Pesan
Verbal
Non verbal
Faktor Internal
Komunikan
Faktor eksternal
dengan
semakin
kompleksnya
pelayanan
keperawatan
dan
dokumentasi
yang
efektif
memungkinkan
perawat
untuk
model
praktik
keperawatan
profesional
merupakan
sarana
Dalam pencapaian hasil terbaik bagi pasien diperlukan tenaga kesehatan yang
kompeten dan kerjasama yang sinergis antara masing-masing anggota tim. Secara
umum anggota tim dalam prosedur pembedahan ada tiga kelompok besar, meliputi:
1). Ahli anastesi dan perawat anastesi yang bertugas memberikan agen analgetik dan
membaringkan pasien dalam posisi yang tepat di meja operasi, 2). Ahli bedah dan
asisten yang melakukan scub dan pembedahan, 3). Perawat intra operatif.
Perawat intra operatif bertanggung jawab terhadap keselamatan dan
kesejahteraan (well being) pasien. Untuk itu perawat intra operatif perlu mengadakan
koordinasi petugas ruang operasi dan pelaksanaan perawat scrub dan pengaturan
aktifitas selama pembedahan (http://athearobiansyah.bogspot.com).
Peran lain perawat di ruang operasi adalah sebagai RNFA (Registered Nurse
First Assistant). Peran sebagai RNFA ini sudah berlangsung dengan baik di negara
Amerika utara dan Eropa. Namun demikian praktikny di Indonesia masih belum
sepenuhnya tepat. Peran perawat RNFA diantaranya meliputi penanganan jaringan,
memberikan pemajanan didaerah operasi, penggunaan instrumen, jahitan bedah dan
pemberian hemostasis.
Untuk menjamin perawatan pasien yang optimal selama pembedahan,
informasi mengenai pasien harus dijelaskan pada ahli anastesi dabn perawat anastesi,
serta perawat bedah dan dokternya. Selain itu segala macam perkembangan yang
berkaitan dengan perawatan pasien di unit perawatan pasca anastesi (PACU) seperti
perdarahann, temuan yang tidak diperkirakan, permasalahan cairan dan elektrolit,
tarik obat
secukupnya secara hati-hati. Tarik spuit dari vial kemudian tutup jarum
dengan kap penutup lalu ganti jarum pada spuit dengan jarum biasa.
c. Bila obat berbentuk (powder), bacalah cara penggunaannya. Obat injeksi
bentuk bubuk harus dibuat dalam larutan dulu sebelum diambil. Untuk
membuat larutan obat bubuk maka sebelum dibuat larutan, hisap udara dalam
vial yang berisi obat tersebut dengan spuit (kecuali untuk obat yang tidak
diperbolehkan). Masukkan air steril atau cairan lain sesuai yang dibutuhkan
ke dalamnya, kemudian putar-putar vial sampai obat menjadi larutan. Bila
obat merupakan multidosis, beri label pada vial tersebut tentang tanggal
dicampur, banyaknya obat dalam vial dan tanda tangan anda. Bila perlu
disimpan, baca cara penyimpanan nya sesuai yang dianjurkan oleh pabrik
farmasi.
d. Bila obat perlu dicampur dari beberapa vial misalnya dua vial, maka perawat
harus berupaya mencegah tercampurnya obat pada kedua vial tersebut. Cara
mencampur obat dari dua vial adalah: masukkan udara secukupnya pada vial
A dan jaga jarum tidak menyentuh cairan. Lalu cabut jarum kemudian hisap
udara secukupnya lalu masukkan pada vial B, hisap cairan obat dari B sesuai
yang diperlukan kemudian cabut spuit tersebut. Ganti jarum kemudian tusuk
kan pada vial A dan hisap cairan obat dari vial A sesuai yang diperlukan
berikutnya cabut spuit dari vial A.
4. Kateter yang sudah terpasang harus difiksasi secara baik untuk mencegah tarikan
pada uretra.
2.1.9.3. Tindakan Pemasangan Kateter
Prosedur pemasangan (insersi), pencabutan, dan/atau penggantian kateter
urine. Sebelum pemasangan kateter, periksa untuk memastikan kateter akan dipasang
dengan alasan tepat.
2.1.9.4. Prosedur Pemasangan Kateter
a. Pastikan seluruh alat tersedia, kateter Indwelling steril dengan sistem drainase
kontiniu tertutup atau didesinfeksi tingkat tinggi atau kateter lurus steril dan
tempat pengumpulan urine yang bersih, semprit yang telah didesinfeksi
tingkat tinggi atau steril untuk mengisibalon pada kateter indwelling, sepasang
sarung tangan steril
c. Bersihkan tangan dengan sabun dan air bersih dan keringkan dengan handuk
kering yang bersih atau dengan udara. Sebaagai alternatif agar tangan tidak
kelihatan kotor gunakan sekitar 1 sendok the, 5 ml larutan anti septik
berbahan dasar lkohol tanpa air pada kedua tangan dan gosok dengan kuat
diantara jari-jemari sampai kering.
d. Kenakan sarung tanagan steril atatu yang telah didesinfeksi tingkat tinggi
pada kedua tangan.
e. Gunakan kateter kecil sesuai dengan sistem drainase yang baik.
f. Untuk petugas kesehatan yang bertangan kanan (tangan yang dominan),
berdiri disebelah kanan pasien (dan disebelah kiri bila dominan bertangan
kiri)
g. Untuk pasien perempuan, pisahkan dan pegang labia terpisah dengan tangan
yang tidak dominan dan bersihkan daerah uretra sebanyak dua kali dengan
larutan antiseptik dengan menggunakan kuas kapas ataupun cunam dengan
potongan kain kasa.
h. Untuk pasien laki-laki, tarik ke belakang kulup dan pegang kepala penis
dengan tangan yang tidak dominan, kemudian bersihkan kepala penis dan
saluran uretra sebanyak dua kali dengan larutan antiseptik, menggunakan
kuas kapas atau cunam dengan potongan kain kasa.
i. Apabila pemasangan kateter lurus, genggam kateter sekitar 5 cm (2 inci) dari
ujung kateter dengan tangan yang dominan dan taruh ujung lainnya pada
tempat pengumpulan lainnya.
c) Sonde harus diletakkan dengan sempurna di sayap hidung dengaan plaster yang
baik tanpa menimbulkan rasa sakit.
d) Perawat dan pasien harus ssetia kali mengontrol letaknya tanda di sonde, apakah
masih tetap tidak berubah (tergeser).
2.1.9.9. Pemasangan NGT
Insersi slang nasogastrik meliputi pemasangan slang plastik lunak melalui
nasoffaring klien kedalam lambung. Slang mempunyai lumen berongga yang
memungkinkan baik pembuangan sekret gastrik dan pemasukan cairan ke dalam
lambung.
Pelaksanaan harus seorang profesional kesehatan yang berkompeten dalam
prosedur dan praktek dalam pekerjaannya. Pengetahuan dan keterampilan dibutuhkan
untuk melakukan prosedur dengan aman adalah :
1. Anatomi dan fisiologi saluran gastri-intestinal bagian atas dan sistem
pernafasan.
2. Kehati-hatian
dalam
prosedur
pemasangan
dan
kebijaksanaan
4. Stetoskop
5. Lampu senter/pen light
6. Klem
7. Handuk kecil
8. Tissue
9. Spatel lidah
10. Sarung tangan dispossible
11. Plaster
12. Kidney tray
13. Bak instrumen
2.1.9.11. Langkah Pemasangan
a. Cuci tangan dan atur peralatan
b. Jika memungkinkan, jelaskan prosedur kepada klien dan keluarga
c. Identifikasi kebutuhan ukuran ngt klien
d. Bantu klien untuk posisi semifowler
e. Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan dominan kanan
(atau sisi kiri bila bertangan dominan kiri)
f. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal, minta klien untuk bernafas melalui satu
lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yaang
lain, bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi
kapas.
g. Tempatkan handuk mandi di atas dada klien, pertahankan tissue wajah dalam
jangkauan klien.
h. Gunakan sarung tangan
i. Tentukan panjang selangyang akan dimasukkan dan ditandai dengan plaster.
j. Ukur jarak dari lubang hidung ketelinga, dengaan menempatkaan ujung
melingkar slang pada daun telinga, lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke
tonjolan sternum, tandai lokasi tonjolan sternum disepanjang slaang dengan
plaster kecil.
k. Minta klien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung
paling bersih, pada saat memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien
menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut.
l. Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan
klien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan.
m. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut
tanpa memaksa sat klien menelan, jika klien batuk atau slang menggulung
ditenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya, diantara
upaya tersebut dorong klien untuk bernafas dalam.
n. Ketika tanda plaster pada slang mencaapai jalan masuk ke lubang hidung,
hentikan insersi slang dan peeriksa penempaatannya,
mulut untuk melihat slang. Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung,
tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan slang dan dorong udara
dan
kebersihan
tangan
secara
bermakna
mengurangi
jumlah
sabun biasa atau antiseptik atau penggunaan penggosok tangan berbasis alkohol
bergantung pada besarnya resiko konta dengan pasien (misalnya tindakan medis rutin
versus pembedahan) atau tersedianya bahan.
2.1.11.1. Mencuci Tangan
Mikroorganisme pada kulit manusia dapat diklasifikasikan dalam dua
kelompok, yaitu flora residen dan flora transien. Flora adalah mikroorganisme yang
secara konsisten dapat diisolasi dari tangan manusia, tidak mudah dihilangkan dengan
gesekan mekanisme, yang telah beradaptasi pada kehidupan ttangan manusia. Flora
transier yang juga disebut flora kontaminasi, jenisnya tergantung dari jenis tempat
bekerja. Mikroorganisme ini dengan mudah dapat dihilangkan dari permukaan
dengan gesekan mekanisme dan pencucian sabun dan detergen. Oleh karena itu cuci
tangan adalah cara pencegahan infeksi yang paling penting.
Cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat
pelindung lain untuk menghilangkan/mengurangi mikroorganisme yang ada ditangan
sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi.
Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan. Cuci tangan
tidakdapat digantikan dengan memakai sarung tangan.
Tiga cara cuci tangan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, yaitu:
1). Cuci tangan higynik atau rutin, mengurangi kotoran dan flora yang ada ditangan
dengan menggunakan sabun atau detergen. 2). Cuci tangan aseptik, sebelum tindakan
aseptik pafa pasien dengan menggunakan antiseptik. 3). Cuci tangan bedah (surgical
hand scrub), sebelum melakukan tindakan bedah cara aseptik dengan antiseptik dan
sikat steril.
2.1.11.2. Sarana Cuci Tangan
Air mengalir adalah sarana utama untuk cuci tangan dengan saluran
pembuangan atau bak penampung yang memadai. Dengan guyuran air mengalir
tersebut atau bak penampung yang memadai, maka mikroorganisme yang terlepas
karena gesekan mekanisme atau kimiawi saat cuci tangan akan terhalau dan tidak
menempel lagi dipermukaan kulit.
Sabun dan detergen bahan tersebut tidak membunuh mikroorganisme tetapi
menghambat atau mengurangi jumlah mikroorganisme dengan jalan mengurangi
tegangan permukaan sehingga mikroorganisme terlepas dari permukaan kulit dan
mudah terbawa oleh air. Jumlah mikroorganisme semakin berkurang dengan
meningkatnya frekuensi cuci tangan, namun dilain pihak dengan seringnya
menggunakan sabun atau detergen maka lapisan lemak kulit akan hilang dan
membuat kulit menjadi kering dan pecah-pecah. Hilangnya lapisan lemak akan
memberi peluang untuk timbulnya kembali mikroorganisme.
Larutan antiseptik atau disebut juga antimikroba topikal, dipakai kulit atau
jaringan hidup lainnya untuk menghambat aktivitas atau membunuh mikroorganisme
pada kulit. Antiseptik memiliki bahan kimia yang memungkinkan untuk digunakan
pada kulit dan selaput mukosa antiseptik memiliki keragaman dalam hal efektivitas
(Prawiroharjo, 2004).
2.2. Perilaku
Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manuasia
dengan lingkungannya yang terbentuk dalam wujud pengetahuan, sikap dan
tindakan. Dengan kata lain perilaku manusia merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dalam dirinya. Respon
ini bersifat pasif dan aktif (tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap) sesuai
batasan, perilaku kesehatan dapat dirumuskan ssegala bentuk pengalaman dan
interaksi individu dengan lingkungannya (Sarwono, 1997).
Menurut Bloom dalam Notoadmojo (1993) perilaku dibagi 3 (tiga) domain yang
terdiri dari : domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotor. Ketiga
domain ini diukur
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu komponen untuk menjabarkan analisis atau suatu objek
kedalam komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja seperti menggambaarkan (membuat bagan) membedakan memisahkan,
mengelompokkan dan lain sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis
menunjukkan
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya sendiri kebenaran tindakannya
tersebut.
2.5. Keterampilan
Keterampilan adalah kemampuan seseorang menerapkan pengetahuan kedalam
bentuk tindakan. Keterampilan seorang karyawan diperoleh melalui pendidikan
dan latihan. Menurut Garry Dessler, pelatihan memberikan pegawai baru atau
yang ada sekarang keterampilan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan
pekerjaan.
Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan adanya pendidikan dan latihan
yakni : a) membantu individu untuk dapat membuat keputusan dan pemecahan
masalah secara lebih baik; b) internalisasi dan operasionalisasi motivasi kerja,
prestasi, tanggung jawab, dan kemajuan; c) mempertinggi rasa percaya diri;
d) membantu untuk mengurangi rasa takut dalam menghadapi tugas-tugas baru
(Justine Sirait, 2006).
kamar yang khusus, seperti Rumah Sakit khusus, rumah bersalin, lembaga
masyarakat, kapal laut, dan lain-lain.
Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah
Sakit, menyatakan bahwa rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat di manfaatkan untuk
pendidikan tenaga kesehatan dan peneliti kegiatan pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit berupa pelayanan rawat jalan, rawat inap dan pelayanan gawat darurat yang
mencakup pelayanan medik dan penunjang medik.
Pengertian Rumah Sakit yang modern sering disalah tafsirkan oleh sebagian
pihak sebagai gambaran sebuah Rumah Sakit yang gedung serta peralatan medis dan
peralatan umum lainnya (hardware) serba mutakhir dan mahal.
Pengertian ini sebelumnya tidak tepat. Istilah Rumah Sakit modern sebetulnya
ialah Rumah Sakit yang memakai pendekatan konsepsi dan pelaksanaan dengan
menggunakan dasar-dasar pemikiran dan manajemen pemikiran yang didasari atas
situasi dan kondisi yang ada dan dengan kebutuhan masyarakat yang dilayaninya dari
waktu ke waktu, harus selalu menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan
masyarakat.
Milton Roemer dan Friedman dalam buku Doctor in hospital (1971)
menyatakan bahwa Rumah Sakit setidaknya mempunyai lima fungsi :
1. Harus ada pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan terapeutiknya.
Berbagai jenis spesialisasi, baik bedah dan non bedah, harus tersedia. Pelayanan
rawat inap ini juaga meliputi pelayanan keperawatn, gizi, farmasi, laboratorium,
radiologi, dan berbagai pelayanan diagnostik serta terapeutik lainnya.
2. Rumah Sakit harus memiliki pelayanan rawat jalan
3. Rumah Sakit punya tugas melakukan pendidikan dan pelatihan
4. Rumah sakit perlu melakukan penelitian di bidang kedokteran dan kesehatan,
karena keberadaan pasien di Rumah Sakit merupakan modal dasar untuk
penelitian ini
5. Rumah Sakit juga punya tanggung jawab untuk program pencegahan dan
penyuluhan kesehatan bagi populasi di sekitarnya.
2.6.2. Fungsi dan Jenis Rumah Sakit
Menurut SK Menkes RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang pedoman
organisasi Rumah Sakit, fungsi Rumah Sakit adalah :
a. Menyelenggarakan pelayanan medik
b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik dan non medik
c. Menyelenggarakan pelayanan keperawatan
d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan
e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
g. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan
Sesuai dengan perkembangan yang dialami, pada saat ini rumah sakit dapat
dibedakan atas beberapa jenis yaitu :
1. Menurut pemilik
Jika ditinjau dari pemiliknya, rumah sakit dibedakan atas dua macam yakni rumah
sakit pemerintah (Government Hospital) dan rumah sakit swasta (Private
Hospital).
2. Menurut filosofi yang dianut
Jika ditinjau dari filosofi yang dianut, Rumah Sakit dapat dibedakan atas dua
macam yakni rumah sakit yang tidak mencari keuntungan (non profit hospital)
dan rumah sakit yang mencari keuntungan (profit hospital).
3. Menurut pelayanan yang diberikan
Jika ditinjau dari jenis pelayanan yang diselenggarakan, Rumah Sakit dapat
dibedakan atas dua macam yakni rumah sakit umum (general hospital) serta
rumah sakit khusus (speciality hospital) jika hanya satu jenis yang
diselenggarakan.
4. Menurut lokasi Rumah Sakit
Jika ditinjau dari lokasinya, rumah sakit dapat dibedakan atas beberapa macam
yang semuanya tergantung dari pembagian sistem pemerintahan yang dianut.
Misalnya rumah sakit pusat jika lokasinya di ibu kota negara, rumah sakit
provinsi jika lokasinya di ibu kota provinsi dan rumah sakit kabupaten jika
lokasinya di ibu kota kabupaten.
2.6.3. Pelayanan Rumah Sakit
Rumah Sakit yang merupakan sub sistem dari pelayanan kesehatan juga
merupakan suatu indikasi jasa yang berfungsi untuk memenuhi salah satu kebutuhan
primer manusia, baik sebagai individu, masyarakat, atau bangsa secara keseluruhan
untuk meningkatkan hajat hidup yang utama yaitu kesehatan.
Dalam upaya menghasilkan proses dan keluaran pelayanan yang bermutu,
efektif dan efisien yang berorientasi pada kepentingan pasien, Depkes RI telah
menyusun kriteria- kriteria penting mengenai jenis disiplin pelayanan yang berkaitan
terutama dengan struktur dan proses pelayanan Rumah sakit. Kriteria kriteria
tersebut tertuang dalam bentuk standar pelayanan rumah sakit sebagai suatu nilai/
modul yang dijadikan dasar perbandingan yang harus dipakai oleh pengelola rumah
sakit dalam melaksanakan pelayanan yang didasari ilmi pengetahuan dan
keterampilan manajemen rumah sakit yang memadai yang di jiwai oleh etika profesi.
Standar pelayanan rumah sakit mencakup 20 pelayanan di rumah sakit sebagai
berikut : 1. Administrasi dan managemen, 2. pelayanan medis, 3. pelayanan gawat
darurat, 4. kamar operasi, 5. pelayanan intensif, 6. pelayanan perinatal resiko tinggi,
7. pelayanan keperawatan, 8. pelayanan anestesi, 9. pelayanan radiologi,
10. pelayanan farmasi, 11. pelayanan laboratorium, 12. pelayanan rehabilitasi medik,
13. pelayanan gizi, 14. rekam medik, 15. pengendalian infeksi di rumah sakit,
16. pelayanan sterilisasi sentral, 17. keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan
bencana alam, 18. pemeliharaan sarana, 19. pelayanan lain, 20. perpustakaan.
Pelayanan kesehatan tersebut disediakan rumah sakit dalam bentuk
pelayanan kesehatan yang diberikan dalam waktu dan jam tertentu, rawat inap yaitu
pelayanan kesehatan yang diberikan dalam waktu 24 jam.
1. Disiplin
Mengikuti tata tertib, norma-norma, kode etik sesuai dengan disiplin ilmu yang
telah dikuasai.
2. Inovatif
Perawat harus berwawasan luas dan harus mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berdasarkan kepada
iman dan taqwa (IMTAQ).
3. Rasional
Perawat harus berfikir dan bertindak secara rasional demi keselamatan pasien
yang dirawat.
4. Integrated
Perawat harus mampu bekerja sama dengan sesama profesi, tim kesehatan lain,
pasien atau keluarga pasien berdasarkan azaz kemitraan.
5. Mampu dan mandiri
Perawat harus mampu dann kompeten.
6. Ugem
Perawat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan bertindak dengan sikap
optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan berhasil.
2.6.6. Fungsi Pelayanan Keperawatan Rawat Inap
Fungsi perawat menurut Aziz (2004) merupakan suatu pekerjaan yang
dilakukan sesuia dengan perannya. Fungsi tersebut dapat brubah dengan keadaan
yang ada. Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi
diantaranya : fungsi independen, fungsi dependen dan fungsi interdependen.
a. Fungsi Independen
Fungsi Independen merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada
orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri
dengan keputusan sendiri dalam mlkukan tindakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan
kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhn cairan
Dependen
merupakan
fungsi
perawat
dalam
melaksanakan
kegiatannya atas pesan dan instruksi dari perawat lain ataupun dari dokter. Sehingga
ssebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh
perawat kepada perawat umum, atau perawat yang fungsinya sebagai perawat
pelaksanan, juga dokter melimpahkan keperawat.
c. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan
diantara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan
membutuhkan kerja sama tim dalam pemberiaan pelayanan seperti dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada penderita yang memiliki penyakit
kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga
dokter maupun lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan kerja
sama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.
Praktik Keperawatan
Pengetahuan
Sikap
Keterampilan
Variabel Dependen
Keselamatan Pasien (Sembilan Solusi
Keselamatan Pasien)
Etika Pemberian Obat Terhadap Pasien
Identifikasi Pasien
Komunikasi Secara Benar Saat Serah
Terima Pasien
Tindakan Yang Tepat Terhadap Pasien
Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat
(concentrated)
Akurasi Pemberian Obat Pada Pasien
Pemasangan Kateter Dan NGT Yang Tepat
Terhadap Pasien
Penggunaan Alat Injeksi sekali Pakai
Terhadap Pasien
Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk
pencegahan infeksi Nosokomial
Gambar 2.2. Kerangka Konsep