serosa
atau
adalah
adanya
rangsangan
hipotalamus
yang
(dyspnea
on
exertion),
napas
yang
yang
rendah
cepat
(tachypnea),
(hypoxia)
mungkin
mendidih
pada
pendek
yang
muncratan
cairan
terputus-putus
dalam
alveoli
yang
selama
septa
interlobularis
menebal
(garis
Kerley
B).
Adanya
pengaruh
gravitasi.
Mungkin
pula
terjadi
refleks
paru
normal,
yang
dapat
dicegah
de-ngan
pemberian
atau
cyclic
nucleotide
phosphodiesterase
akan
8.
Akumulasi cairan di paru-paru
9.
10.
11.
12.membran alveolokapiler
ningkatan permeabilitas
13.
Peningkatan tekanan hidrostatik
Gagal ginjal dan gg. hepar
14.
Gagal jantung kiri
15.
hipoalbuminemia
16.
Gangguan
difusi
O2
&
CO2
B3 (brain)
B2 (blood)
B1 (Breathing)
17.
Gangguan Endotelium
Kerusakan
Kapiler
Ephitelium alveolar
Ketidakmampuan memompa darah ke ventrike
18.
Peningkatan permeabilitas membarane alveokapiler
Kebocoran cairan kapiler
19.
Suplai O2 ke jantung peningkatan CO2 dan penurunan O2
20.
difusi O2Gangguan
& CO2
pertukaran Gas
Gangguan difusi O2 &Gangguan
CO2
21.
22.
Darah terhenti di atrium kiri
Kontraksi
jantung
gg.
endothelium
kapiler
Kerusakan
epitelium
alveolar
Hubungan inter endotelial
tegang
23. bocor ke alveoli
Cairan
Penurunan kesadaran
24. Kapasitas vital dan volume paru menurun
25. bernapas, tachipneu
Peningkatan usaha
Darah kembali ke paru2
26.
Cairan bocor ke intersisialis
Resiko cidera
Cairan bocor ke alveoli
27.
otein darah mengalir ke interstisial
28.
Suplai O2 ke jaringan Tekanan pengisian diastolic
29.
Sekresi yang kental
berlebihan
Napas
sesak dan berbuhi kemerahan
30. atau
Penumpukan cairan
pada akral
alveoli
Edema
MRS
Hospitalisasi
Ansietas
Sianosis,
dingin, CRT
> 2 paru
detik
31.
Infeksi pada alveoli
Volume sekuncup
Gangguan difusi O2 & CO2
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
B4 (bladder)
39.
40.
41.Suplai O2 ke ginjal
42.
43. Perfusi ginjal
44.
GFR
45.
46.
47. system renin angiotensin
Aktivasi
B5 (bowel)
Immobolisasi
Suplai O2 ke usus
Peristaltik usus menurun konstipasi
Distensi abdomen
Mual, muntah
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
B6 (bone)
Suplai O2 ke jaringan otot
Metabolism anaerob
katabolisme protein dan lemak
Lemah, lelah
Intoleran aktivitas
kecemasan
dan
dispnu
sehingga
darah
dapat
antibiotic
tua
cenderung
mengalami,
75.
1) B1 (Breathing)
79.
reflex menurun
4) B4 (Bladder)
82.
Produksi urine menurun, VU(vesika urinaria) teraba
lembek.
5) B5 (Bowel)
83.
Kadang mual, muntah, bising usus normal.
6) B6 (Bone)
84.
Lemah, cepat lelah, tonus otot menurun, sensasi nyeri
sendi berkurang.
85.
86.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan
perfusi
jaringan
berhubungan
dengan
gangguan
92. DO: edema, penurunan nadi, warna kulit pucat, bradikardi, akral
dingin, sianosis, penurunan suplai O 2.CRT < 2 dtik, takipnea.
4. Resiko cedera berhubungan dengan kesadaran menurun.
5. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
O2 dengan kebutuhan tubuh.
93. DS: klien mengatakan merasa letih dan merasa lemah pada
saat melalukan aktivitas.
94. DO: respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas,
ketidak nyamanan setelah beraktivitas, dispnea setelah aktivitas,
6. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
preload, penurunan kontraktilitas dan penurunan curah jantung.
95. DS: klien mengatakan gelisah, klien mengatakan susah BAK.
96. DO: edema, gangguan elektrolit, perubahan pola pernapasan,
104.
stres.
105.
106.
3. Intervensi Keperawatan
107.
a. Penurunan curah jantung b.d perubahan volume sekuncup
108. Goal: klien akan meningkatkan curah jantung yang efektif
selama dalam perawatan
109. Objektive: klien tidak akan mengalami perubahan volume
sekuncup
110. Outcomes: dalam waktu 3x 24 jam perawatan klien
1) Tidak mengeluh pusing pada saat beraktivitas ringan dan berat
2) Klien tidak akan mengalami vertigo,
3) Klien tidak akan mengalami dispenea,
4) Tidak ada sianosis,
5) Tidak ada aritmia,
111. Intervensi:
1) Ajarkan kepada pasien tentang bagaimana melakukan teknik
pengurangan stres
112.
R/. untuk
menurunkan
ansietas
dan
menghindari
komplikasi cardiac
2) Bantu pasien untuk menghindari aktifitas yang terlalu banyak
113.
R./ yang dapat meningkatkan kebutuhan oksingen mio
cardia.
3) Berikan oksingen, sesuai instruksi
114.
R/.untuk meningkatkan suplai oksingen ke mio kardium.
4) Berikan obat anti aritmia, bila diprogramkan.
115.
R/. Untuk mengurangi atau menghentikan aritmia.
5) Pantau nadi apikal dan radial sekurang-kurangnya setiap 4jam.
116.
R./. untuk mendekteksi aritmia secara lebih baik.
6) Observasi irama nadi minimal setiap 4 jam, dan laporkan ketidak
teraturannya.
117.
R/. Aritmia dapat mengindikasikan komplikasi yang
menuntut intervensi yang cepat.
118.
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan transport
oksigen melalui alveolar dan membran kapiler yang ditandai dengan
dalam perawatan.
120. Objective : Klien tidak akan mengalami gangguan transport
oksigen dan membrane kapiler.
121. Outcomes : Dalam waktu 3 x 24 jam klien akan tidak mengalami
perfusi jaringan, setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan
kriteria hasil:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
122. Intervensi:
1) Jelaskan kepada klien tindakan yang akan diberikan kepada
klien.
123.
inspirasi
dan
memperbaiki
ventilasi
3) Minta pasien untuk tetap beristirahat
125.
Rasional: mencegah peningkatan penggunaan oksigen
sehingga dapat memperparah kekurangn oksigen dijaringan.
4) Observasi kondisi yang dirasakan oleh pasien yaitu dispneu,
CRT>2
detik,
sianosis,
retraksi
dada,
RR.12-20x/menit,
126.
Rasional
perbaikan
kondisi
mengindikasikan
dengan
retensi
137.
Bersihan
jalan
napas
berhubungan
dengan:
atau
ventilator.
Auskultasi
bunyi
nafas
setelah
penghisapan
3) Auskultasi bunyi nafas tiap 2-4 jam
146.
R/ Monitor produksi sekret
4) Beri fisioterapi dada sesuai indikasi
147.
R/ Fasilitasi pengenceran dan penge-luaran sekret
menuju bronkus utama.
5) Beri bronkodilator
148.
R/ Fasilitasi pengeluaran sekret menuju bronkus utama.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
169. Intervensi
1) Jelaskan pentingnya asupan nutrisi bagi tubuh
170.
R/ nutrisi dapat membantu metabolisme
dalam
Rasional:
dengan
penjelasan
pasien
memahami
Rasional:
mobilisasi
pasif
dapat
memprtahankan
Rasional:
kelenturan
latihan
sendi,
rentang
mencegah
gerak
kontraktur
mempertahankan
dan
membantu
normal.
186.
h. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kesadaran menurun.
187. Goal : Klien tidak akan mengalami resiko cedera selama dalam
perawatan.
188. Objective : Klien tidak akan mengalami penurunan kesadaran
selama dalam perawatan.
196.
i. Konstipasi berhubungan dengan imobilisasi.
197. Goal : klien tidak akan mengalami konstipasi selama dalam
perawatan.
198. Objective : klien tidak akan mengalami imobilisasi selama
dalam perawatan.
meningkatkan
peristaltic usus.
4) Kolaborasi dalam pemberian obat pencahar/ minyak pelumas
feses.
204.
Rasional:
mungkin
dibutuhkan
untuk
membantu
2)
3)
4)
5)
6)
210.
211.
212. Intervensi
1) Motivasi klien untuk mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam
aktifitas yang ia rasa menyenangkan
213.
R/. untuk membangun rasa kontrol
2) Berikan penjelasan yang benar kepada pasien tentang semua
tindakan
214.
R/. untuk menghindari terlalu banyak informasi
3) Secara seksama, perhatikan kebutuhan fisik klien.berikan
makanan bergizi dan tingkatkan kualitas tidur disertai langkahlangkah yang memberikan rasa nyaman.
215.
R./ menciptakan kesejahtraan dan menyakinkan klien
bahwa kebutuhannya akan terpenuhi.
216.
217.
4. Implementasi Keperawatan
218.
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada
rencana tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.
219.
220.
5. Evaluasi Keperawatan
221.
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah
masalah keperawatan telah teratasi,tidak teratasi atau teratasi sebagian
dengan mengacu pada criteria evaluasi.
222.
223.
224.
225.
226.
DAFTAR PUSTAKA
227.
228.
229.
230.
231. Donges, Marilynn E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. 2000. Alih
Bahasa: Brahm U. Jakarta: EGC.
232.
233.
234.
235.
236.
237.
238.
239. Smeltzer, Suzanne C. 1997. Buku Ajar Keperawataan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Vol 1. 2002. Alih Bahasa: Agung
Waluyo. Jakarta: EGC.
240.
241.
242.