Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

Evaluasi Sumberdaya Manusia dan Ekonomi


(GEL 3003)
Dosen : Dra. Kistini, S.U

Analisis Ekonomi Sumberdaya Bahan Galian


Provinsi Jawa Barat Tahun 2006-2010

Oleh
Nama

: Bima Arifiyanto

NIM

: 11/316575/GE/07148

GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGAN


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
I.

Latar Belakang

Sumberdaya merupakan suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau unsur
tertentu dalam kehidupan. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik, tetapi juga non-fisik
(intangible). Sumberdaya merupakan salah satu hal terpenting yang sangat dibutuhkan manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupya. Salah satu sumberdaya yang memiliki nilai tinggi adalah
bahan tambang. Barang Tambang adalah Sumber Daya Alam yang berasal dari dalam perut bumi
yang sifatnya tidak bisa diperbaharui. Barang tambang diperoleh dari kegiatan pertambangan
yang merupakanrangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian),
pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas bumi, migas).
Letak Indonesia yang berada di sisi Barat dari apa yang dinamakan Pacific Ring of
Fire ditandai dengan kegiatan vulkanik yang tinggi karena pergerakan lempeng-lempeng bumi
yang menimbulkan gejolak tektonik di bawah permukaan bumi. Dilihat dari sisi geologi,
Indonesia terletak pada titik pergerakan lempeng tektonik sehingga banyak terbentuk
pegunungan yang kaya akan mineral. Hal inilah yang membuat banyak terdapat mineral tambang
yang terdapat di Indonesia namun penyebarannya tidak merata. Salah satu daerah kajian yang
dapat dilakukan analisis ekonomi adalah provinsi Jawa Barat karena keterdapatannya beberapa
bahan tambang yang ada.
Menurut UU No.11 Tahun 1967, bahan tambang tergolong menjadi 3 jenis, yakni
Golongan A (yang disebut sebagai bahan strategis), Golongan B (bahan vital), dan Golongan C
(bahan tidak strategis dan tidak vital). Bahan Golongan A merupakan barang yang penting bagi
pertahanan, keamanan dan strategis untuk menjamin perekonomian negara dan sebagian besar
hanya diizinkan untuk dimiliki oleh pihak pemerintah, contohnya minyak, uranium dan
plutonium. Sementara, Bahan Golongan B dapat menjamin hidup orang banyak, contohnya
emas, perak, besi dan tembaga. Bahan Golongan C adalah bahan yang tidak dianggap langsung
mempengaruhi hayat hidup orang banyak, contohnya garam, pasir, marmer, batu kapur dan
asbes.
Sumber daya tambang dan tingkat perekonomian suatu wilayah memiliki kaitan yang
erat, dimana kekayaan sumber daya tambang akan menunjang pertumbuhan ekonomi. Hal
tersebut seperti yang terjadi pada provinsi Jawa Barat yang sector pertambangan menjadi salah
satu penyumbang ekonomi dalam PDRB provinsi. Sumber daya alam hasil penambangan

memiliki beragam fungsi bagi kehidupan manusia. Berbagai jenis bahan hasil galian memiliki
nilai ekonomi yang besar dan hal ini memicu eksploitasi sumber daya alam tersebut
Tingginya nilai ekonomi dari hasil pertambangan juga menjadikannya perlu dilakukan
suatu analisis ekonomi mengenai hasil tambang yang dihasilkan. Analisis tersebut dapat
dilakukan dengan melihat nilai ekonomi guna langsung serta melihat nilai ekonomi berdasarkan
suku bunga yang ada. Hasil nilai-nilai tersebut dapat dijadikan dasar untuk melihat potensi
pendapatan daerah yang tentunya dapat dijadikan suatu potensi ekonomi daerah kajian yaitu
Provinsi Jawa Barat. Selain itu dalam bidang ekonomi peran bahan tambang juga sangat vital,
pergerakan pasar saham dunia pun selalu seiring dengan fluktuasi harga bahan bahan tambang.
Eksploitasi besar-besaran ini yang membuat terjadinya degradasi lingkungan yang terjadi
diwilayah tersbut. Oleh karena itu diperlukan suatu kajian analisis lebih mendalam tentang daya
dukung lingkungan dari sector pertambangan Pemanfaatan sumberdaya dan lingkungan
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Pemanfaatan sumberdaya secara berlebihan
serta semakin bertambahnya jumlah manusia, membuat pemanfaatan yang dilakukan tanpa
dibarengi dengan pemeliharaan dan peningkatan daya dukung lingkungan yang seimbang.
Namun apabila ekploitasi bahan tambang tersebut dilarang, tentunya hal ini bukan kebijakan
yang akan mudah diterima semua pihak karena dirasakan akan sangat menghambat
perekonomian dan pembangunan. Namun dalam pelaksanaannya, ekploitasi bahan tambang
tersebut telah menimbulkan degradasi lingkungan.
Oleh dikarenakan hal itu perlu dilakukan suatu kajian daya dukung lingkungan terhadap
pemanfaatan sumberdaya tambang di provinsi Jawa Barat. Provinsi yang memiliki tingkat
kepadatan tinggi ini disertai dengan banyaknya bahan tambang yang tersedia tentunya akan
saling mempengaruhi. Semua analisis baik secara ekonomi maupun daya dukung lingkunga yang
ada perlu dijadikan dasar dalam pengelolaan sumberdaya yang ada. Pertambangan harus dikelola
secara arif dan bijaksana yang mengutamakan Kesejahteraan Masyarakat, mempertimbangkan
keberlanjutan ketersediaan Bahan Tambang serta tetap menjaga keseimbangan lingkungan.

II.

Permasalahan

Permasalahan pengelolaan sumberdaya alam menjadi sangat penting dalam pembangunan


ekonomi pada masa kini dan masa yang akan datang. Sumberdaya tambang merupakan
sumberdaya dengan nilai ekonomi tinggi dan hal ini dapat menjadi suatu potensi daerah yang
ada. Keadaan ini membuat perlunya dilakukan suatu analisis nilai ekonomi dari bahan tambang
yang ada. Nilai ekonomi ini dilakukan dengan suatu periode waktu tertentu yaitu 5 tahun, 10
tahun serta 15 tahun.
Hasil dari analisis ekonomi ini dapat dijadikan dasar penentuan potensi sumberdaya
tambang serta potensinya dalam menyumbang PDRB Provinsi Jawa Barat. Kurangnya analisis
ekonomi dari sumberdaya tambang yang ada menjadi suatu permasalahan utama yang membuat
kajian potensi sumberdaya tambang Provinsi Jawa Barat menjadi kurang maksimal dan efektif.
Dasar permasalahan inilah yang membuat perlu dilakukan suatu analisis mengenai Nilai
Ekonomi dari sumberdaya tambang yang dihasilkan.
Permasalahan yang kedua adalah terkait dengan masalah lingkungan. Sumberdaya alam
yang telah banyak mengalami kerusakan-kerusakan, terutama berkaitan dengan cara-cara
eksploitasinya guna mencapai tujuan bisnis dan ekonomi. Pemanfaatan secara berlebihan inilah
yang membuat terjadinya degradasi lingkungan terjadi. Pemanfaatan sumberdaya secara
berlebihan serta semakin bertambahnya jumlah manusia, membuat pemanfaatan yang dilakukan
tanpa dibarengi dengan pemeliharaan dan peningkatan daya dukung lingkungan yang seimbang.
Degradasi lingkungan yang terjadi akan memepengaruhi kehidupan manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung dan tentunya akan menghasilkan efek negative bagi kehidupan
manusia. Degradasi dan pemanfaatan berlebih juga akan membuat sumberdaya yang ada menjadi
rusak atau bahkan tidak dapat dimanafaatkan lagi. Karena hal ini perlu dilakukan kajian
mengenai kemampuan sumberdaya yang ada untuk mendukung kehidupan manusia yaitu dengan
kajian daya dukng dan juga perlu dilakukan suatu kajian mengenai cadangan mineral. Daya
dukung lingkungan ini dipengaruhi oleh ketersediaan produksi bahan tambang serta jumlah
penduduk yang ada di Provinsi Jawa Barat. Nilai daya dukung lingkungan inilah yang
selanjutnya digunakan untuk melihat potensi cadangan serta kemampuan lingkungan untuk
mendukung perikehidupan semua makhluk hidup.

III.

Perhitungan

IV.

Pembahasan

Kajian mengenai nilai ekonomi guna langsung yang dilakukan Di provinsi Jawa Barat
menggunakan 3 bahan galian ineral yaitu pasir kuarsa, marmer dan batu kapur. Ketiga bahan
galian ini dipilih karena produksi dari bahan tabang ini cukup tinggi serta nilai ekonomi dari
ketiga bahan tambang ini cukup baik. Sumber daya alam tambang termasuk dalam kelompok
sumber daya alam yang tidak bisa diperbarui. Sehingga jika kelak sumber daya alam ini habis,
maka tidak bisa dimanfaatkan lagi
Analisis yang pertama dilakukan adalah analisis mengenai nilai ekonomi guna langsung
dari suatu bahan tambang.Nilai guna langsung (DUV) adalah nilai ekonomi yang diperoleh dari
pemanfaatan langsung dari sebuah sumber daya /ekosistem. Nilai dihasilkan dari hasil produksi
dikalikan dengan harga satuan yang ada. Nilai ekonomi guna langsung yang dihasilkan pada
beberapa periode tahun yaitu dari 2006 hingga 2010. Hasilnya tiap bahan tambang akan berbeda
sesuai dengan harga satuan dan tingkat produksinya. Nilai ekonomi guna langsung dapat
menunjukkan besaran nilai ekonomi suatu komoditas yang berbanding lurus dengan jumlah
produksi dan harga. Semakin besar julah produksi dan semakin tinggi harganya, maka nilai
ekonomi guna langsung akan semakin besar.
Mineral tambang yang pertama adalah Pasir kuarsa. Pasir kuarsa adalah bahan galian
yang terdiri atas kristal-kristal silika (SiO2) dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa
selama proses pengendapan. Dalam kegiatan industri, penggunaan pasir kuarsa sudah
berkembang meluas, baik langsung sebagai bahan baku utama maupun bahan ikutan. Sebagai
bahan baku utama, misalnya digunakan dalam industri gelas kaca, semen, tegel, mosaik keramik,
bahan baku fero silikon, silikon carbide bahan abrasit (ampelas dan sand blasting). Sedangkan
sebagai bahan ikutan, misalnya dalam industri cor, industri perminyakan dan pertambangan, bata
tahan api (refraktori), dan lain sebagainya. Pasir kuarsa pada provinsi Jawa Barat banyak berada
di wilayah Cianjur, Tasikmalaya, Cimenteng, Bogor, Cibitung, Bekasi.
Nilai ekonomi guna langsung didapat menunjukkan fluktuasi yaitu pada tahun 2006
hinga 226 158 ton produksinya dan menurun pada tahun 2007 dan 2008 kemudian mengalami
peningkatan pada tahun 2009 dan 2010. Harga satuan pasir Kuarsa adalah Rp. 4.000.000/ton.

Dan dari nilai itu didapatkan nilai guna ekonomi langsung tertinggi pada tahun 2009-2010.
Nilainya adalah 960,47 miliar rupiah. Nilai ini cukup tinggi dan menjadi penyumbang cukup
besar pada PDRB Provinsi Jawa Barat. NIlai Pasir kuarsa ini cukup tinggi dari segi potensi dan
harga satuannya dan hal itu menunjukkan potensi ekonomi yang baik.
Mineral tambang yang kedua adalah Marmer. Marmer adalah batuan kristalin kasar yang
berasal dari batu gamping atau dolomit. Marmer yang murni berwarna putih dan terutama
disusun oleh mineral kalsit. Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen
menyebabkan terjadi rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non
foliasi. Hasil nilai eknomi guna langsung menunjukkan kejadian hampir sama dengan Pasir
kuarsa. Produksi menurun pada tahun 2007 dan 2008 namun kembali meningkat pada tahun
2009 dan 2010. Peningkatan yang terjadi cukup signifikan. Keadaan ini membuat nilai ekonomi
guna langsung juga akan meningkat. Harga satuan adalah Rp. 120.00/ton. Hasil nilai ekonomi
guna langsungnya mencapai 18,89 miliar pada tahun 2009-2010 dan hal itu merupakan nilai
tertinggi yang didapatkan. Sedangkan untuk nilai terendah adalah pada tahun 2007 yang
produksinya hanya 166 ton.
Mineral tambang yang ketiga adalah Batu kapur (Gamping). Batuan ini dapat terjadi
dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar
batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan
cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka
binatang koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan
hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya. Penggunaan batu kapur sudah beragam
diantaranya untuk bahan kaptan, bahan campuran bangunan, industri karet dan ban, kertas, dan
lain-lain.
Hasil menunjukkan perbedaan dengan mineral pasir kuarsa dan marmer. Produksi Batu
Kapur terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun kecuali tahun 2008. Peningkatan ini
akan menghasilkan nilai guna langsung yang juga akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal
tersebut terlihat dari nilai yang dihasilkan pada tahun 2009-2010 mencapai 532,6 miliar dan nilai
ini merupakan yang tertinggi. Potensi produksi yang sangat banyak terutama didaerah citatah
membuat nilai gunanya juga semakin meningkat.

Hasil analisis ekonomi mengenai nilai ekonomi guna langsung dari ketiga mineral
tersbut menunjukkan adanya peningkatan produksi dari tahun ke tahun dan produksi tertinggi
pada tahun 2009-2010. peningkatan produksi ini terjadi akibat adanya investasi besar pada bidang
ini serta teknologi yang tinggi, di samping juga diperlukannya tahapan eksplorasi yang lebih intensif dan
waktu yang lebih lama.Teknologi tinggi dan maju juga akan diterapkan dalam kegiatan eksplorasi
maupun produksi,demikian pula pada usaha pemurnian/pengolahan.
Selain itu nilai ekonomi guna langsung juga dipengaruhioleh nilai ekonomis dari bahan tambang
tersebut. Seperti pada yang terjadi pada marmer tahun 2006. Walaupun memiliki harga satuan paling
rendah namun tingkat produksi yang tinggi membuat nilai ekonmi guna langsungnya juga meningkat.
Sedangkan pada tahun 2008 produksi pasir kuarsa lebih sedikit dibandingkan batu kapur namun nilai
ekonomi guna langsungnya lebih tinggi akibat harga stuan atau nilai ekonomisnya lebih tinggi dari pada
batu kapur.
Secara umum Kegiatan pertambangan meliputi beberapa kegiatan yakni observasi,
eksplorasi dan eksploitasi di daerah litosfer maupun di permukaan bumi.

Observasi merupakan kegiatan pengamatan ke daerah yang diperkirakan secara teoritis


mempunyai sumber tambang.

Ekplorasi merupakan kegiatan penyelidikan tentang keadaan mineral tambang beserta


kemungkinannya untuk dimanfaatkan secara ekonomis. Kegiatan eksplorasi terdiri dari 2
macam yakni:

1) penyelidikan tentang banyaknya mineral, persebarannya serta

keuntungan ekonomisnya bila dilakukan pengelolaan, 2) Menentukan syarat teknis


bilamana akan dilakukan ekploitasi.

Eksploitasi merupakan kegiatan pengambilan barang tambang. Eksploitasi bisa kita sebut
juga sebagai penambangan. Dalam melakukan eksploitasi harus memperhatikan betulbetul tentang teknis dan ketentuan lain yang berlaku.

Analisis selanjutnya dalah tentang nilai cadangan dari ketiga mineral tersbut. Nilai dcadangan
yang dimaksud adalah nilai dari ketiga mineral tersebut dalam suatu proyeksi waktu yaitu 5 tahun 10
tahun dan juga 10 tahun. Nilai ini didapat dari nilai ekonomi guna langsung pada tahun terakhir yaitu

tahu 2010 kemudian dimasukkan suku bunga 12 % dan dihitung nilainya. Hasilnya adalah nilai tertinggi
pada 5 tahun yaitu Pasir kuarsa sebesar 869,02 miliar, marmer 17,12 miliar dan batu kapur 474,26 miliar.
Nilai tersbut terus mengalami penurunan dari periode tahun-tahun selanjutnya. Hal dikarenakan adalah
tingkat bunga yang ada sebesar 12 %, jadi hal tersbut membuat nilai ekonomi dari satuan bahan tambang
tersebut menjadi menurun. Meskipun produksi dari bahan tambang tersbut diperkirakan dapat
meningkat pada tahun selanjutnya. Penurunan nilai ekonomi ini sangat jelas mengindikasikan
bahwa komoditas ini merupakan komoditas yang non-renewable.
Hasil nilai cadangan ini kemudian selanjutnya dapat dijadikan dasar untuk melihat
potensi cadangan sumberdaya tersbut. Nilai itu akan mengindikasikan tingkat pengukuran dari
cadangan sumberdaya yang ada.
Analisis berikutnya adalah tentang permasalahan lingkungan dan daya dukung lingkungan.
Setiap bahan tambang akan memiliki tingkat kemampuan untukmendukung suatu kehidupan yang ada
diwilayah etrsebut. Selain nilai ekonomi suatu potensi bahan tambang yang ada dapat dilihat
kemampuanya untuk mendukung kehidupan manusia yang ada. Kemampuan lingkungan untuk
mendukung perikehidupan semua makhluk hidup yang meliputi ketersediaan sumber daya alam
untuk memenuhi kebutuhan dasar dan tersedianya cukup ruang untuk hidup pada tingkat
kestabilan sosial tertentu disebut daya dukung lingkungan. Nilai daya dukung yang baik umunya
bernilai lebih dari satu. Nilai daya dukung yang lebih kecil dari satu berarti bahwa ketersedian
SDA (komoditas) lebih kecil daripada kebutuhan penduduk. Komoditas ynag memiliki Nilai
daya dukung yang kecil mengindikasikan bahwa komoditas tersebut memiliki kempauan yang
kecil untuk mendukung kehidupan manusia.
Hasil nilai daya dukung memperlihatkan bahwa pasir kuarsa memiliki nilai daya dukung
terbesar dibandingkan dengan kedua mineral lain. Keadaan ini memperlihatkan bahwa hasil nilai
ekonomi dari pasir kuarsa sangat tinggi untuk menopang penduduk jawa barat. Sumberdaya pasir
kuarsa memang tersebar cukup merata di wilayah Jawa Barat hal ini tentunya dapat
dimanfaatkan untuk memaksimalkan potensi dari hasil tambang yang telah ada. Sementara untuk
Marmer nilai dari daya dukung lingkujngan yang ada reatif kecil dan bahkan pada tahun 2008
nilainya kurang dari 1. Hal ini menunujukkan bahwa potensi sumberdaya marmer tidaklah terlalu

besar di Provinsi Jawa barat. Potensi ini tidak dapat dimaksimalkan dan dimanfaatkan untuk
kesejahteraan rakyat secara luas karena nilai ekonominya tidak terlalu tinggi.
Hal yang cukup berbeda terjadi pada Batu kapur. Fluktuasi produksi membuat nilai daya
dukung menjadi bervariasi. Pada tahun 2007 dan 2009-2010 nilai day dukungnya cukup tinggi
namun pada tahun 2006 dan 2008 nilai daya dukungnya sangat kecil. Hal ini dipengaruhi oleh
adanya peningkatan jumlah penduduk yang cukup banyak namun peningkatan produksi batu
kapur tidak terlalu tinnggi peningkatannya terutama pada tahun 2008. Hal ini yang menyebabkan
daya dukungnya tidak terlalu tinggi pada tahun tersebut.
Permasalahan lain yang menjadi masalah adalah permasalahn lingkungan. Sumberdaya
alam yang telah banyak mengalami kerusakan-kerusakan, terutama berkaitan dengan cara-cara
eksploitasinya guna mencapai tujuan bisnis dan ekonomi. Pemanfaatan secara berlebihan inilah
yang membuat terjadinya degradasi lingkungan terjadi. Pemanfaatan sumberdaya secara
berlebihan serta semakin bertambahnya jumlah manusia, membuat pemanfaatan yang dilakukan
tanpa dibarengi dengan pemeliharaan dan peningkatan daya dukung lingkungan yang seimbang.
Namun dalam kenyataannya, eksploitasi lingkungan selalu berjalan lebih cepat daripada
pemeliharaan dan peningkatan daya dukung lingkungan itu sendiri.
Keberadaan sumber daya alam di bumi tidak tersebar merata sehingga daya dukung
lingkungan pada setiap daerah akan berbeda-beda. Oleh karena itu, pemanfaatanya harus dijaga
agar terus berkesinambungan dan tindakan eksploitasi harus dihindari. Pemeliharaan dan
pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara antara lain sebagai berikut:
1. Memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-hati dan efisien,
misalnya: air, tanah, dan udara.
2. Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran).
3. Mengembangkan metode penambangan dan pemrosesan yang lebih efisien serta dapat
didaur ulang.
4. Melaksanakan etika lingkungan dengan menjaga kelestarian alam.

V.

Kesimpulan

1. Analisis nilai ekonomi guna langsung dapat dijadikan dasar dalam melihat potensi
ekonomi suatu komoditas barang tambang dalam suatu wilayah. Nilai guna ekonomi
langsung menunjukkan besaran nilai ekonomi suatu komoditas yang berbanding lurus
dengan jumlah produksi dan harga satuannya. Semakin besar julah produksi dan semakin
tinggi harganya, maka nilai ekonomi guna langsung akan semakin besar.
2. Hasil Analisis nilai ekonomi guna langsung menunjukkan pasir kuarsa memiliki nilai
ekonomi paling tinggi dibandingkan dengan dua mineral lainnya diikuti oleh batu kapur
dan marmer.
3. Nilai ekonomi pasir kuarssa tertinggi akibat produksi yang dihasilkan paling tinggi
diikuti dengan harga satuan pasir kuarsa yang juga cukup tinggi.
4. Hasil nilai cadangan dari ketiga mineral menunjukkan terjadinya penurunan dari tahun ke
tahu terutama dalam periode waktu 5 tahunan. Hal ini diakibatkan oleh tingkat bunga yang
ada sebesar 12 % sehingga nilai ekonominya terus menurun dan keadaan ini mengindikasikan
bahwa komoditas ini merupakan komoditas yang non-renewable.
5. Hasil nilai daya dukung memperlihatkan bahwa pasir kuarsa memiliki nilai daya dukung
terbesar dibandingkan dengan kedua mineral lain. Keadaan ini memperlihatkan bahwa
nilai ekonomi dari pasir kuarsa sangat tinggi untuk menopang penduduk jawa barat dan
menjadi salah satu komoditas unggulan di Jawa Barat.
6. Keberadaan sumber daya alam di bumi tidak tersebar merata sehingga daya dukung
lingkungan pada setiap daerah akan berbeda-beda sehingga diperlukan suatu pengelolaan
yang sesuai dan tepat untuk mencegah degradasi lingkungan terjadi.

VI.

Referensi

Anda mungkin juga menyukai