57
BAB IV
PENOMORAN, ROUTING,
PENTARIFAN, DAN SIGNALLING
4.1 Penomoran
Tujuan perencanaan penomoran nasional adalah menetapkan sebuah nomor
ke setiap terminal yang dihubungkan ke jaringan telepon. Perencanaan penomoran
nasional menentukan prosedur pemutaran angka yang harus diikuti oleh pelanggan
untuk mencapai pelayanan yang berbeda apakah lokal, interlokal, SLI, atau layanan
khusus. Pada prinsipnya penomoran sama seperti pemberian alamat pada sebuah
lokasi. Hanya saja pemberian alamat dengan penomoran bukan memberitahukan
nama kota, jalan, RT/RW dan sebagainya, tetapi ada aturan baku yang dipakai oleh
penyedia jasa untuk memberi identitas yang khusus kepada pelanggannya. Misalnya
pada pelanggan yang diberi identitas dengan nomor (022) 7533308, terdiri dari:
1. (022) , disebut prefix, nomor yang menunjukkan diwilayah mana pelanggan
tersebut berdomisili, dalam contoh nomor di atas, menunjukkan bahwa
pelanggan tersebut berdomisili di Bandung.
2. 7533308 : tiga digit pertama menunjukkan kode sentral dimana pelanggan
tersebut terdaftar dan sisa digit merupakan identitas nomor pelanggan.
Dengan nomor identitas tersebut, pelanggan dapat dihubungi oleh pelanggan lainnya
dengan mengacu pada alamat tersebut dan pelanggan dapat meminta layanan
dengan memberikan identitas tersebut ke sentral.
Untuk membangun satu hubungan melalui suatu jaringan, pusat
penyambungan tentunya memerlukan informasi dari pemanggil mengenai alamat
pelanggan yang dipanggil yang disebut dengan nomor directory pelanggan dan
identitas nomor si pemanggil untuk legalitas layanan. Informasi ini akan menentukan
jalur lintasan yang akan dibangun (routing) panggilan dan tentunya akan
berpengaruh pada pentarifan. Oleh karena itu, rencana penomoran disyaratkan untuk
mengalokasikan suatu nomor yang unik untuk masing-masing pelanggan. Hal ini
penting karena tidak boleh ada satu nomor yang digunakan oleh lebih dari satu
pelanggan. Nomor direktori pelanggan mungkin bisa sama, tetapi identitas frefik dan
kode sentralnya tentunya harus berbeda. Sehingga secara umum ada dua hal yang
harus diperhatikan dalam perencanaan awal penomoran yaitu:
1. Aturan masing-masing penomoran hanya digunakan untuk satu sentral
tunggal dan sentral-sentral diidentifikasi dengan nama dari kotanya.
2. Aturan penomoran link digunakan untuk link antar sentral.
Dalam aturan penomoran link, aturan penomoran lokal mencakup suatu
nomor sentral sehingga suatu panggilan dari sentral lain dalam satu wilayah
menggunakan nomor yang sama. Bagian pertama dari nomor directory adalah kode
sentral dan diikuti nomor pelanggan pada sentral tersebut. Contoh, suatu aturan
penomoran link 6 digit sehingga secara teori memiliki kapasitas 100 sentral 4 digit.
Pada prakteknya, hal ini dikurangi untuk mengalokasikan kode untuk akses layanan
yang berbeda.
58
59
akses kecepatan dasar untuk menambah sampai 8 nomor untuk menerima panggilan
melalui PSTN.
Di negara dimana layanan telekomunikasi dibebaskan, kode harus dilayani
untuk mengijinkan pelanggan untuk mendapatkan akses untuk bersaing dalam
jaringan yang berbeda. Di Ingris, kode wilayah mungkin tidak menggunakan digit
awal 8, sejak memberikan akses ke BT digital diambil jaringan layanan. Jaringan
ini melayani untuk layanan telepon bebas pulsa (0800) dan untuk panggilan berbayar
pada kecepatan premium (misalnya layanan pesan). Juga menyediakan akses ke
jaringan yang lain seperti jaringan radio cellullar. 836 digunakan sebagai kode
wilayah, tetapi 0836 XXXXXX merupakan nomor dari suatu telepon mobile
disuatu wilayah di Inggris.
Di USA, perbandingan masing-masing pembawa jarak jauh ditempatkan tiga
digit Carrier Identification Code (CIC), misalnya 288 untuk AT&T dan 222
untuk MCI. Seorang pelanggan sentral loal SPC mungkin memilih satu pembawa
khusus untuk semua panggilan jarak jauh. Informasi ini disimpan pada database
sentral dan menyebabkan panggilan interlokal dirutekan ke pembawa yang dipilih.
Jika pelanggan menginginkan untuk menggunakan pembawa yang lain, prefiks
interlokal adalah 1 diikuti 0 dan 3 digit CIC untuk merutekan panggilan ke
jaringan yang tepat.
Pengenalan layanan mobile memiliki peranan penting dalam penggabungan
nomor seorang pelanggan, daripada lokasi geografis seperti PSTN yang tetap.
Dimana ini akan digunakan setiap orang. Ini tidak diperlukan untuk panggilan yang
gagal ketika pelanggan sedang sibuk, dan tidak diperlukan pelanggan untuk
mengubah nomornya jika mereka bergerak ke kota lain. Hal ini akan memerlukan
jaringan cerdas, dimana disetiap sentral lokal dapat mengidentifikasi nomor langsung
secara lengkap, untuk pelanggan jarak jauh (tetapi hanya kode wilayah): dan akses
database nasional secara lengkap untuk menentukan rute untuk setiap panggilan.
Nomor lokal seorang pelanggan terdiri dari nomor sentral (exchange prefik)
dan nomor stasiun dalam sentral tersebut. Contoh seorang pelanggan di Bandung
mempunyai nomor 7533308 berarti pesawat pelanggan tersebut dihubungkan ke
sentral lokal dengan nomor sentral 753 sedangkan pesawat pelanggannya sendiri
mempunyai nomor 3308. sebuah nomor pelanggan sendiri bisa terdiri dari 4, 5, 6, 7
digit, tergantung kebutuhan di sebuah negara yang tentunya disesuaikan dengan
kapasitas sentral yang bersangkutan.
CCITT mendefinisikan penomoran serba sama (uniform numbering) sebagai
skema penomoran dimana panjang nomor pelanggan serba sama dalam sebuah
daerah penomoran lokal (numbering area). Penomoran yang tidak sama adalah
skema penomoran dimana nomor pelanggan bervariasi dalam sebuah daerah
penomoran.
Konsep penomoran tertutup berarti ke setiap pesawat di dalam sebuah daerah
penomoran dialokasikan sebuah nomor yang unik yang dapat dicapai dari setiap titik
pada daerah yang sama dengan memutar nomor tersebut.
Agar antara nomor lokal dapat saling berkomunikasi tentunya diperlukan juga
aturan penomoran untuk skala nasional. Harus ada kode-kode wilayah sebagai ciri
khas identitas wilayah masing-masing sehingga bisa di akses oleh wilayah lainnya.
Sesuai dengan perencanaan penomoran, sebuah negara dibagi menjadi
beberapa wilayah kode trunk. Kode trunk dapat terdiri dari satu, dua, atau tiga digit.
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi T eknologi Telekomunikasi
60
Di indonesia kode wilayah terdiri dari dua digit untuk beberapa wilayah dan tiga
digit untuk wilayah lainnya. Penomoran wilayah ini diperlukan agar pelanggan yang
tidak berada pada daerah penomoran yang sama dapat saling berkomunikasi.
Untuk melakukan hubungan telepon dari suatu daerah penomoran ke daerah
penomoran lainnya, terlebih dahulu harus memutar dulu nomor trunk-nya sebagai
identitas wilayah yang dituju (trunk perfix). Trunk prefix (toll access code) adalah
angka atau kombinasi angka yang harus diputar oleh pelanggan yang akan
melakukan panggilan telepon dengan pelanggan yang berada pada daerah penomoran
yang bebeda teapi masih dalam wilayah satu negara.
Biasanya angka 0 adalah awalan trunk yang sering digunakan. Di Indonesia
juga menggunakan 0 sebagai trunk prefix. Jadi jika ada pelanggan yang mendial
angka nol (0) diawal nomor yang dituju, peralatan sentral sudah emastikan bahwa
panggilan bukanlah lokal melainkan inter lokal.
Penomoran dalam suatu jaringan nasional harus dibuat sedemikian rupa
sehingga:
a. Sesuai dengan operasi internasional otomatisasi dan semi otomatisasi.
b. Sesuai untuk keperluan nasional yang telah direncanakan.
c. Mengikuti kaidah-kaidah Penomoran Internasional yang diterapkan CCITT.
Tujuan penomoran nasional adalah menyusun pola baku penomoran di dalam
prosedur pemilihannya sehingga :
a. Penggunaan jaringan dapat melakukan
Panggilan lokal.
Panggilan interlokal.
Panggilan internasional.
b. Pengguna jaringan di luar negeri dapat melakukan panggilan ke Indonesia
secara otomatis ataupun semi otomatis.
Setiap pelanggan telpon memerlukan suatu nomor yang khas sedemikian rupa
sehingga setiap pelanggan yang lainnya dapat mengadakan hubungan dengan orang
lain pintu diatur dengan benar dan tepat, maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
1. Penomoran harus mudah dimengerti (diingat) oleh pelanggan.
2. Penomoran harus sesuai dengan peralatan switching yang ada dan yang
direncanakan akan ada.
3. Penomoran harus sesuai dengan sistem penomoran nasional.
Yang paling utama adalah struktur penomoran dibuat atas dasar nomor yang
pendek, yaitu yang disebut dengan nomor pelanggan. Di depan nomor pelanggan ini
ditambahkan angka-angka lain untuk membentuk penomoran nasional serta
internasional. Jadi syarat terpenting yang harus dipenuhi dalam perencanaan sistem
penomoran adalah (sasaran penomoran) :
1. Tiada duanya dalam suatu area.
2. Dengan awalan kode area tiada duanya diseluruh negara.
3. Dengan awalan kode negara dan kode are tiada duanya diseluruh dunia.
4. Harus dibuat sependek mungkin.
5. Modah dalam routing, akan tetapi tidak tergantung dari routingnya.
6. Fleksibel dan mudah disesuaikan dengan pengembangannya (jadi sedapat
mungkin tetap berlaku untuk jangka waktu yang lama, yaitu + 40 tahun,
karena perubahan penomoran berarti perubhan peralatan switching dan
membutuhkan modifikasi dari pengadministrasian. Sebaiknya 10 tahun sekali
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi T eknologi Telekomunikasi
61
Kode
1
2
3,4
5
6
7
8
9
0
Zona
Amerika Utara termasuk Hawai, Karibia
Afrika
Eropa
Amerika Tengah, Amerika Selatan, Kuba
Pasifik Selatan ( Austraia, Asia Tenggara)
Bekas negara Unisovyet
Pasifik Utara dan Asia Timur
Timur Jauh dan Timur Tengah
Cadangan
62
Dalam masing-masing zona, setiap negara memiliki nomor kode 2 digit atau
3 digit tunggal. Contoh, dalam zona 3 (Eropa), Belanda memiliki kode 31 dan
Albania memiliki 35. Kode 3 digit digunakan untuk negara kecil. Untuk
meminimumkan total nomor dari digit internasional pelanggan beberapa digit
digunakan untuk pola penomoran nasional. Kecuali ketika pola penomoran digabung
yang mencakup semua zona: negara di zona ini disyaratkan hanya memilki kode
digit tunggal. Kemudian. 1 adalah kode negara untuk pola penomoran di semua
negara Amerika Utara (14).
Kode negara untuk Indonesia adalah 62, jadi kalau ada pelanggan dari
Australia akan memanggil pelanggan lainnya di Indonesia dengan nomor pelanggan
7533308 yang berlokasi di Bandung, maka pelanggan Australia akan memutar nomor
: 0011-62-22-7533308
Disamping nomor lokal, nasional dan internasional, ada juga nomor kode
pelayanan khusus untuk panggilan darurat (polisi, pemadam kebakaran, ambulan),
informasi, perbaikan , bantuan operator, dan lain-lain. Untuk pelayanan darurat
seperti diatas diperlukan kombinasi nomor yang pendek. Jumlah dan sifat dari
berbagai macam layanan yang harus disediakan akan menentukan panjang dan
format dari kode-kode yang akan digunakan. Idealnya kode pelayanan khusus
sebaiknya sama disemua wilayah dalam sebuah negara.
Dari sudut pandang peralatan penyambungan dan dengan mempertimbangkan
alasan-alasan lainnya, sebuah skema penomoran nasional akan mempunyai struktur
seperti pada tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2 Skema penomoran nasional
Jenis Objek
Kode Nomor
Awalan Trunk
0
Awalan Internasional
00
Nomor Pelanggan
XNN-----Kode Trunk
Y--Kode Pelayanan Khusus INN
Dimana:
N adalah angka 0 9
X adalah angka yang bukan 0 atau 1
Y adalah angka yang bukan 0
Kode trunk boleh satu, dua, atau tiga angka, nomor
pelanggan terdiri dari 5, 6, 7 angka tergantung pada
kebutuhan negara dan kapasitas sistem.
Skema ini memenuhi standar rekomendasi dari CCITT, dimana dengan
menganalisa angka pertama saja, peralatan penyambungan sudah mampu mengenali
apakah panggilan akan dialamatkan ke sebuah pesawat pelanggan yang berada pada
daerah penomoran yang sama atau berbeda. Angka pertama dari nomor yang di dial
dapat juga menunjukkan sebuah panggilan ke layanan tertentu misalnya layanan
darurat, panggilan interlokal, atau SLI (dengan menganalisa dua digit awal).
Perencanaan penomoran sebaiknya berumur 20 30 tahun. Perubahanperubahan pada skema penomoran disamping tidak disukai oleh pelanggan, hal ini
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi T eknologi Telekomunikasi
63
64
Alternative Routing
Pada metode routing jenis ini disediakan beberapa jalur lintadsan untuk
menuju ke sentral tujuan. Jika alternatif pertama gagal, maka akan dipilih jalur
alternatif ke-2, ke-3 dan seterusnya sampai last choise route atau route memutar
sebagai pilihan terakhir. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4. 1, dimana pada
saat semua jalur pertama/direct route sibuk (jalur A E) maka akan dipilih jalur
kedua (jalur A B E). Jika jalur kedua juga sibuk, maka akan dipilih jalur ketiga
(jalur A B C E), dan jika jalur ketiga sibuk, maka jalur terakhir adalah jalur keempat (jalur A B C D E). Proses tersebut terus berulang sampai ditemukan
jalur yang tersedia, atau sampai jalur yang terakhir dilacak masih sibuk dan
panggilan tersebut akan gagal.
C
B
D
A
Gambar 4.1 Alternative routing
65
cepat. Metoda ini disebut " Far-to-Far Rotation" atau "Far-shaped Rotation" dan
metoda ini telah banyak digunakan di banyak negara.
A
Random
Routing
: Rangkaian Dasar
B2
B3
Pada hirarki jarngan nasional, konfigurasi minimum tree dari sentral biasanya
diperbesar oleh interkoneksi rute sentral secara langsung dimana tingkat kepadatan
masyarakat yang tinggi menghasilkan trafik yang cuku. Penggabungan rute utama
masing-masing sentral switching ke tingkat yang lebih tinggi melalui sentral
perantara, bersama dengan cabang lain yang melintang diantara beberapa sentral
pada tingkat yang sama. Ini mungkin juga beberapa rute alngsung yang lain diantara
sentral-sentral pada tingkat yang berbeda yang melanggar pola ini.
Jika diasumsikan bahwa suatu negara menjadi wilayah-wilayah sentral lokal
dan lokasi sentral-sentralnya sudah ditetapkan, perencanaan ruting seharusnya dibuat
untuk menentukan :
Dimana sentral seharusnya dihubngkan oleh saluran langsung, dan dimana
hubungan dibangun secara tidak langsung melalui sentral tandem.
Jumlah dan lokasi sentral switching tandem.
Jumlah tingkat dari switcing tandem yang digunakan di jaringan.
Apakah ruting alternatif otomatis digunakan dan jika digunakan dibawah
kondisi apa ?
Perencanaan ruting ini harus sesuai dengan pola penomoran, pentarifan, transmisi
dan pensinyalan.
Kelompok saluran besar lebih efisien daripada kelompok saluran kecil,
karena tersedianya lebih tinggi (misalnya trafik per kanal),. Jika jumlah trafik
diantara 2 sentral cukup besar, maka lebih ekonomis untuk menyediakan rute
alngsung diantara 2 sentral tersebut. Sebaliknya jika trafik diantara 2 sentral kecil,
lebih ekonomis untuk menggabungkan dengan trafik ke sentral tujuan yang sama
untuk menghasilkan jumlah trafik yang besar melalui penggabungan rute ke suatu
sentral switching tandem. Solusi yang tepat jelas tergantung pada tarif saluran
sebanyak jumlah trafik. Jika saluran murah, ini sedikit lebih mahal untuk
menempatkannya secara langsung daripada untuk menempatkan biaya perangkat
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi T eknologi Telekomunikasi
66
switching di suatu sentral tandem. Sehingga banyak rute langsung yang disediakan
diantara sentral-sentral lokal diwilayah kecil dengan kepadatan pelanggan yang
tinggi tetapi tidak untuk sentral yang lebih jauh.
Pada beberapa jaringan digunakan Automatic Alternative Routing (AAR).
Ketika semua saluran untuk rute langsung sibuk, maka trafik akan overflows. Untuk
itu disediakan rute tandem melalui sentral switching pada tingkt hirarki yang lebih
tinggi. Dengan menggunakan rute langsung disebut High Usage Rute dan jika rute
langsung tersebut disediakan rute tak langsung dimana trafik akan overflows disebut
Final Rute. Jumlah panggilan yang menggunakan final rute hanya sebagian kecil,
dimana rute transverse digunakan ketika kanal bebas.
Level trafik dari rute langsung, rute tandem dan rute AAR yang digunakan
tergantung pada tarif relatif rute langsung dan rute tandem (termasuk perangkat
switching dan pensinyalan). Trafik rendah dan tarif tinggi rute langsung menyatakan
hubungan melalui tandem. Trafik tinggi dan tarif rendah menyatakan hubungan
langsung.
Ruting AAR dapat diterapkan dijaringan umum seperti PSTN. PBX pada
jaringan umum mungkin diprogram sehingga ketika semua kanal umum ke PBX
yang lain pada jaringan sibuk, trafik overflows dilewatkan ke PSTN.
Ruting AAR akan mengubah panggilan jarak jauh dari rute kepadatan tinggi
ketika rute tersebut tidak dapat untuk melewatkan trafik. Ini dapat terjadi jika timbul
breakdown dari trafik yang tinggi. Ini adalah suatu keuntungan, ketika trafik sampai
ke tujuan. Sebaliknya ini tidak dapat jika hanya digunakan rute langsung.
Penambahan trafik yang ditawarkan dalam jumlah besar ke rute utama dapat
menyebabkan kesibukan, yang menyebabkan berkurangnya panggilan yang hanya
dilayani oleh rute tersebut ke tujuan (yang mungkin paling banyak ke sentral lain
didalam jaringan). Suatu penyelesaian untuk masalah ini adalah Trunk Reservation
Saluran pada rute akhir dipesan untuk panggilan yang hanya dapat menerima rute
tersebut. Jadi, panggilan ini mendapatkan grade of service yang pantas ketika trafik
yang ditawarkan ke rute ini overflows.
Pada hirarki jaringan tradisional masing-masing sentral pada umumnya hanya
memiliki satu rute utama ke sentral lainnya pada tingkat yang lebih tinggi. Suatu
jaringan integrated digital trunk biasanya non hirarki. Jika jaringan terhubung penuh,
suatu rute langsung diantara 2 sentral dapat juga merupakan bagian dari rute tandem
diantara pasangan-pasangan sentral-sentral yang lain. Ini memberikan jumlah pilihan
yang sangat besar. Masing-masing sentral memiliki tabel ruting yang berisi semua
pilihan yang diijinkan dan akan memilihnya sesuai dengan permintaan.
Common Channel Signalling dikerjakan diantara prosesor sentral-sentral. Ini
memungkinkan Crank Back untuk digunakan. Jika suatu hubungan dibangun
diantara sentral A dan B dan semua saluran pada rute langsung A-B sibuk, maka
sentral A mencoba untuk merutekan panggilan melalui sentral C, jika rute A-C
saluran-salurannya bebas. Jika rute C-B sibuk, maka percobaan tersebut akan gagal.
Sentral C mengirimkan kembali sinyal informasi ke A. Pada penerimaan pesan,
sentral A akan melepas hubungan A-C dan membuat suatu percobaan baru, mungkin
rute A-D-B.
Pada bentuk dynamic routing, rute yang ditetapkan sebelumnya didasarkan
pada prediksi trafik untuk waktu yang berbeda tiap hari. Metoda yang lebih teliti juga
mungkin, dimana pilihan rute secara otomatis diubah menurut kondisi trafik. Bell
Canada menggunakan suatu metoda dimana prosesor sentral untuk ruting secara
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi T eknologi Telekomunikasi
67
periodik menerima informasi mengenai jumlah trunk bebas pada masing-masing rute
yang keluar. Rute dipilih dipusat dan pemilihan sinyal balik ke sentral.
British Telecom memiliki pembagian Dynamic Alternative Routing yang
menggunakan pendekatan ilmiah. Ketika semua trunk sibuk pada rute langsung,
alternatifnya menggunakan rute 2 link, yang terakhir berhasil digunakan dipilih lagi.
Jika sibuk, rute alternatif baru dipilih secara random.
Jaringan interlokal AT&T menggunakan distribusi Dynamic Alternative
Routing, yang dikenal sebagai Real-Time Network Routing (RTNR). Setiap sentral
switching memiliki tabel yang berisi data kondisi beban masing-masing rute
langsung dan 2 saluran alternatif. Tabel ini diperbaharui dengan pesan yang dikirim
diantara sentral-sentral melalui jaringan Common Channel Signalling. Ketika rute
langsung sibuk, sentral switching akan mengecek kapasitas yang tersedia dari
masing-masing alternatif dan memilihnya yang memiliki bobot beban yang paling
kecil. Dalam pemilihannya, perhitungan diambil berdasarkan jenis layanan
panggilan, yang menentukan bandwidth yang disyaratkan. Suatu panggilan ISDN
memerlukan 64 kbps untuk suara atau data, 384 kbps untuk satu kanal H0 atau 1536
kbps untuk satu kanal hubungan H11.
Penggunaan AAR akan menambah kapasitas trafik pada suatu jaringan non
hirarki pada kondisi normal. Pertama total trafik melebihi beberapa tingkat, trafik
yang dibawa sebenarnya mulai diturunkan dengan bertambahnya trafik yang
ditawarkan. Analisa dari sifat ini kompleks (27-29). Penjelasan yang sederhana
bahwa jumlah panggilan yang besar maka menggunakan rute alternatif. Masingmasing hubungan menggunakan 2 trunk di tandem, kemudian satu panggilan dibawa
untuk menghindari pembangunan 2 hubungan langsung yang baru. Jelasnya, kondisi
ini akan membuat lebih buruk jika hubungan dibangun lebih dari 2 saluran melalui
tandem. Oleh karena itu, pada prakteknya AAR pada jaringan non hirarki dibatasi
untuk merutekan dengan hanya 2 saluran tandem.
Pengukuran harus diambil untuk mencegah kelebihan beban (overload) yang
mengurangi kapasitas jaringan. Suatu metoda yang digunakan adalah pemesanan
trunk. Panggilan yang melimpah dari suatu rute langsung diblok, ketika jumlah
saluran bebas yang tersedia kurang pada rute alternatif. Meskipun pemilihan trafik
yang pertama selalu memiliki akses ke semua saluran pada rute tersebut. Ini tampak
pada penggunaan Common Channel Signalling yang mengijinkan penggunaan rute
diantara sentra-sentral bekerja pada 2 arah. Sehingga trafik yang melebihi batas dari
A ke B akan mencegah panggilan dari B ke A. Hal ini dapat dihindari dengan
pemesanan beberapa trunk untuk digunakan hanya pada satu arah.
Cara yang lain untuk menghindari kelebihan beban adalah Call Gapping,
yaitu hak untuk menggagalkan sentral atau saluran transmisi. Atau hak untuk
pengecualian jumlah trunk yang besar ke satu tujuan. Ini akan berhasil pada kasus
Focused Overload. Contoh, karena suatu bencana lokal atau pemrograman telepon
pada radio atau televisi, akan menarik orang untuk membuat panggilan ke suatu
nomor telepon khusus. Maka pada satu bagian dijaringan akan sibuk sekali. Sebagian
besar usaha untuk merutekan panggilan tidak akan berhasil dan hanya akan
menyebabkan kesibukan yang menyebar disetiap saat. Oleh karena itu yang lebih
baik menghentikan panggilan ini adalah sentral asal. OMC dapat memerintahkan
prosesor sentral asal untuk menutup kembali trafik ini dan hanya mengijinkan satu
panggilan setiap t detik. Dimana t tergantung kapasitas sentral tujuan untuk
menerima panggilan.
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi T eknologi Telekomunikasi
68
4.3 Pentarifan
4.3.1 Biaya dan Tarif
Biaya operasional penyelenggara jasa telekomunikasi diperoleh dari tagihan
rekening telepon dari pelanggan yang terdaftar dan menggunakan jasa
telekomunikasi. Penyelenggara jasa berkepentingan untuk menyeimbangkan antara
jasa layanan yang diberikan dengan nilai nominal yang harus dibayar oleh pelanggan
penerima jasa. Jika tarif biaya terlalu tinggi maka pelanggan dikhawatirkan akan lari
ke operator lainnya, tetapi jika terlalu rendah pun biaya operasional belum tentu
tertutupi. Dalam hal inilah perlu dirancang suatu metode pentarifan yang sesuai dan
merupakan nilai optimal dari perbandingan antara kualitas layanan dan biaya yang
harus dikeluarkan oleh pelanggan sehingga kedua belah pihak merasa diuntungkan.
Ada banyak aspek yang harus dipertimbangkan bagaimana pentarifan
ditentukan dan dimplementasikan. Setidaknya ada lima syarat umum penentuan
pentarifan yaitu:
1. Metode pentarifan dan perencanaan pentarifan harus sederhana secara teknis
dan tidak mahal dalam pengoperasian dan pengadministrasian.
2. Memenuhi dan sesuai dengan aturan hukum, politik, dan sosial budaya
3. Publikasi pelayanan-pelayanan khusus dengan tarif-tarif khusus, seperti
telepon umum, layanan IN, layanan gratis dan lain sebagainya harus diatur
dalam penentuan pentarifan.
4. Pendistribusian dan pengembangan layanan telepon harus dirangsang dan
dimotivasi.
5. Sistem tarif harus mudah dipahami pelanggan dan masuk akal.
Tujuan pentarifan adalah untuk membuat standarisasi dari beban biaya yang harus
dibayar oleh pengguna jasa layanan sebagai pembanding dari biaya operasional yang
dikeluarkan oleh operator untuk menyelenggarakan jasa layanan tersebut Dalam
penentuan tarif diharuskan memenuhi kriteria sebagai berikut:
Fair.
Mudah dan efektif.
Untuk biaya instalasi yang akan datang.
Billing yang terinci.
Balance.
Ruang lingkup tarif adalah untuk pembicaraan lokal, jarak pendek, jarak jauh,
nasional jarak jauh, tapal batas, internasional.
Daerah Pentarifan yang ada berdasarkan :
Macam Pembicaraan.
Jenis pembicaraan, meliputi Lokal, Jarak Dekat, SLJJ, Khusus.
Tarif.
Kriterianya pentarifannya meliputi :
Sambungan yang berhasil.
Waktu.
Jarak.
Lama.
Kategori untuk pelayanan operator, meliputi :
1. Prioritas (biasa, penting).
2. Metoda hubungan.
3. Collect Call.
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi T eknologi Telekomunikasi
69
4. Biaya Pembatalan.
Macam macam biaya yang menjadi sumber pentarifan :
Biaya instalasi.
Biaya periodik.
Biaya pemakaian.
Alasan dari penyelenggaraan pentarifan adalah : karena penyelenggaraan telepon
memerlukan biaya untuk pemasangan peralatan dan biaya operational. Biaya-biaya
tersebut supaya perusahaan tidak rugi, maka harus sesuai dengan pendapatan yang
masuk (dari biaya telepon yang dibayar oleh pelanggan).
Biaya untuk sebuah administrasi yang diturunkan dari pelayanan telepon ada dua
macam biaya yaitu :
1. Biaya-biaya yang tidak tergantung ada trafik telepon , meliputi : biaya untuk
perencanaan, administrasi, jaringan, dan faktor-faktor lain yang dapat
dianggap sebanding dengan jumlah pelanggan (pesawat telepon, relei saluran,
inlet pada tingkat pelanggan, meter panggilan) biaya untuk pembacaan dan
pencatatan dari meter panggilan
2. Biaya-biaya yang tergantung dan diturunkan dari trafik telepon, meliputi :
biaya pembangunan yang diturunkan dari pendudukan register, marker, dan
peralatan bersama lainnya dalam pembangunan sebuah sambungan
pembicaraan. Dalam sistem yang semiotomatis, biaya operator termasuk ke
dalam biaya ini. Biaya lainnya yaitu biaya transmisi yang ditentukan oleh
banyaknya peralatan yang terduduki selama pembicaraan dal lamanya
pendudukan.
Untuk setiap panggilan dengan jarak tertentu di antara dua pelanggan, biaya
pembangunan adalah biaya tetap, sementara biaya transmisi tergantung pada lamanya
panggilan dan jarak antara kedua pelanggan. Rumus berikut menyatakan biaya yang
diturunkan dari trafik telepon:
Ks = Kb1 + Kb2 (4.1)
dimana :
Ks = biaya total
Kb2 = biaya transmisi
Kb1 = biaya pembangunan
t = lamanya pembicaraan
Secara umum biaya-biaya yang dikenakan kepada pelanggan adalah :
1. Biaya pemasangan pertama dan penyambungannya.
2. Sewa tahunan atau bulanan.
3. Biaya pulsa untuk setiap sambungan yang dilakukan oleh pelanggan yang
berhasil.
Cara atau metoda Pentarifan yang dilakukan adalah :
1. Flat Rate Tariff :
Pelanggan dibebani sejumlah biaya tetap atau bulanan tapi tidak tergantung
jumlah panggilan dan tidak perlu peralatan charging. Pelanggan membayar
satu harga untuk satu periode waktu kontrak tertentu. Pelanggan boleh
melakukan panggilan sebayak yang dia inginkan tanpa dikenakan biaya
tambahan. Biasanya metode ini dilakukan untuk sambungan lokal dan
sederhana. Keuntungan dari sistem ini adalah tidak perlu adanya peralatan
pencatat biaya dan alat untuk pemrosesa data.
2. Message Rate Charging (service tarif) terdiri dari :
Basic Rate : jumlahnya tetap selama per-bulan.
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi T eknologi Telekomunikasi
70
Call Charge : tergantung dari pemakaian., dimana pada cara ini pentarifan
bisa merupakan panggilan yang :
71
Tiap pelanggan memiliki meter sehingga setiap panggilan yang berhasil, maka
meteran meningkat 1 (lokal), dan untuk interlokal dievaluasi (seolah-olah)
beberapa kali hubungan lokal.
Berdasarkan jarak (dan tingkat sentral) dimana setiap zona ada perbedaan
perhitungan pulsa, misalnya :
Zona I
> 30 - 200 (km)
Rp. 950 / menit.
Zona II > 200 - 500 (km)
Rp. 1320 / menit.
Zona III > 500 (km)
Rp. 1650 / menit.
4.3.2 Kebijaksanaan Pentarifan
Metode pentarifan harus sederhana, masuk akal dan mudah dimengerti.
Struktur pentarifan yang rumit akan membingungkan pelanggan dan mungkin sulit
atau mahal untuk diadministrasikan. Karena alasan ini, kebanyakan administrator
mengadopsi sistem yang disederhanakan dalam pentarifan. Tujuannya adalah
menghasilkan sebuah sistem yang fair, yang mengakibatkan penerimaan dari
sejumlah pendapatan yang dikehendaki dan tidak menghasilkan kompetisi yang tidak
sehat dengan penyedia jasa telekomunikasi lainnya yang sejenis. Sebuah
administratur memutuskan untuk mengenakan biaya bagi setiap panggilan baik
panggilan yang berhasil terjawab ataupun yang tidak. Idealnya hanya panggilan yang
berhasil saja yang terkena biaya, tetapi sebenarnya ketika pembicaraan tidak berhasil
dibangun pun, beberapa peralatan siatem sudah diduduki sehingga seharusnya ada
harga sewanya juga. Inilah yang harus dikompromikan yaitu antara mempertahankan
loyalitas pelanggan dan menutupi biaya operasional peralatan yang tidak
menghasilkan nilai tarif. Tim perumus tarif harus mempertimbangkan hal sebagai
berikut, pertama masalah bagaimana struktur tarif harus dibuat agar menjadi win-win
solution antara pelanggan dan penyedia jasa dan yang kedua masalah penutupan
biaya operasional yang sudah terpakai meskipun tidak berbayar dari pelanggan
karena panggilan tidak sukses terjawab atau kerusakan pada sistem. Hal lain yang
tidak kalah pentingnya adalah bahwa sistem billing tarif harus mengetahui titik
waktu awal mulai dikenakannya tarif untuk suatu panggilan.
4.3.3 Pemantauan Tarif Percakapan
Idealnya dari suatu sistem pentarifan adalah harus ada supervisi di kedua
belah pihak, baik pelanggan maupun penyedia jasa telekomunikasi. Kapan suatu
biaya dicatat oleh suatu sistem, berapa lamanya pembicaraan yang membangkitkan
tarif, kapan sistem billing memutus suatu biaya pembicaraan adalah hal yang harus
dapat dimonitor oleh sistem. Sementara disisi pelanggan juga tak kalah
keingintahuannya akan biaya percakapan yang sudah dilakukan, apakah sistemnya
sudah benar dalam proses perhitungan pulsanya, berapa jumlah total tagihan dari
pulsa yang pelanggan pakai. Jadi pada prinsipnya harus ada suatu sistem administrasi
yang mempunyai alat bantu untuk memantau bahwa sistem pembiayaan sudah
dilakukan dengan benar dan akurat.
Alat bantu kontrol tarif yang disediakan bisa secara manual, dimana
sipelanggan langsung bertanya kepada operator setiap setelah percakapan dilakukan
atau operator sendiri menghubungi pelanggan setelah berakhirnya percakapan unuk
memberitahukan biayanya. Teknik atau metodenya terserah mana saja yang paling
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi T eknologi Telekomunikasi
72
mudah dan tidak merepotkan. Kalau mau yang lebih sederhana lagi tinggal
memasang meteran disisi perangkat pelanggan untuk mencatat pulsa yang digunakan
oleh pelanggan. Meteran ini biasanya digerakkan oleh pusat setiap ada pemakaian
pulsa. Cara lain yang mungkin dan dewasa ini digunakan adalah dengan
menyediakan mesin penjawab pintar untuk memberi informasi tarif/biaya pulsa yang
sudah digunakan oleh pelanggan. Pelanggan dapat mengakses ke nomor layanan
yang disediakan penyelenggara jasa telekomunikasi ( PT Telkom nomor layanan
109) selama interval waktu tertentu. Dewasa ini sistem informasi yang lebih canggil
dilakukan oleh operator-operator jasa telekomunikasi seluler, dimana pelanggan
dapat mengetahui lamanya panggilan terakhir, tarif panggilan terakhir, dan total
tagihan pulsa sampai saat mengakses.
Ada kecenderungan positif penyelenggara jasa untuk semakin memperbaiki
layanan, kenyamanan, dan kebutuhan pelanggannnya. Tentunya hal ini dimotivasi
oleh semakin kuatnya persaingan diantara operator penyedia jasa telekomunikasi
yang ada dan regulasi dari lembaga pemerintahan.
4.4 Signalling
Pada jaringan telepon, signalling adalah semua signal listrik yang bukan
signal suara. Signal ini digunakan oleh pesawat pelanggan dan sentral lengkap
dengan peralatannya dalam membuat, melindungi, dan membubarkan hubungan
percakapan. Signal-signal dengan berbagai jenisnya dikirim dan diterima antar
peralatan untuk mensukseskan pembentukan hubungan.
Dalam jaringan telekomunikasi sistem pensinyalan adalah sama pentingnya
dengnan sistem penyambungan dan sistem transmisi. Untuk hubungan multilink,
diperlukan untuk pengiriman sinyal pada dua arah antara penghubung dengan
terminal penghubung, antara yang dihubungi dan terminal tujuan dan antara terminal.
Sistem pensinyalan harus sesuai dengan sistem penyambungan dalam jaringan. Ini
harus bisa mengirim semua sinyal yang dibutuhkan untuk pengoperasian
penyambungan. Ini juga harus sesuai dengan sistem transmisi dalam jaringan agar
dapat menghubungi terminal yang akan dikontrol. Kemudian desain dalam sistem
pensinyalan dipengaruhi langsung oleh penyambungan dan sistem transmisi yang
digunakan dan evolusi dari pensinyalan mengikuti perkembangan penyambungan
dan transmisi. Sinyal yang ditransmisikan dapat berupa sinyal kontinu atau sinyal
pulsa, sebagai contoh dari sinyal kontinu adalah sinyal DC off-hook pada jalur
pelanggan. Sinyal pulsa terdiri dari pulsa sinyal atau group kode dari pulsa. Sebagai
contoh lanjut adalah digit desimal yang dikirim dengan loop/disconnect pulsing.
Sinyal yang ditransmisikan dapat brupa sinyal pengiriman atau sinyal jawaban.
Sinyal alamat yang dikirim pelanggan biasanya sinyal pengiriman. Ketika sinyal
jawaban diterima, ini menandakan penerimaan pada sinyal yang dikirimkan.
Sinyal jawaban dapat kontinu atau pulsa. Jika pensinyalan pulsa digunakan,
sinyal dapat kembali hingga ada jawaban. Untuk mendapatkan pensinyalan yang
lebih cepat, penerimaan dari group pulsa dapat dikonfirmasikan dengan sinyal
jawaban single. Ketika sinyal kontinu digunakan, sinyal dikirimkan sampai jawaban
yang diterima dan sinyal jawaban tetap berlangsung sampai yang dikirimkan telah
dikirim. Ini dinamakan pensinyalan compelled/memaksa dan ini adalah metoda yang
paling handal. Bagaimanapun ketika circuit mempunyai waktu propagasi yang
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi T eknologi Telekomunikasi
73
74
status berfungsi menyatakan bebas (idle), sibuk (busy) sebuah trunk, dan
memutuskan sebuah sambungan (disconnected)
2. Signal alamat (address signalling)
Signal alamat terdiri dari signal pesawat dan signal routing. Signal pesawat
berupa pulsa putar (rotary dial), push button (DTMF) dan digital. Signal
ruting digunakan untuk memilih kanal dan trunk.
3. Signal audio-visual (audio-visual signalling)
Signal audio-visual berfungsi untuk enyiagaan (alerting) dan progress
(pelaporan). Penyiagaan dinyatakanoleh ringing (nada panggil), paging dan
peringatan off-hook. Progress dinyatakan oleh nada pilih, nada sibuk, dan
nada panggil balik (ring back).
Signalling juga dapat dibedakan berdasarkan arah datangnya menjadi dua,
yaitu:
1. Signal datang (incoming signalling)
Signal datang adalah signal yang datang ke sentral lokal karena pesawat
pelanggan diangkat (off-hook). Ada empat macamfungsi atau kerja yang
dilakukan oleh sentral sehubungan dengan datangnya sinal ini, yaitu
identifikasi, koneksi, penerimaan, dan penyimpanan.
Sebuah saluran pelanggan dengan line interface circuit diperlihatkan oleh
gambar 4.3. Setiap pelanggan mempunyai sebuah LIC yang terdiri dari dua
buah relei yaitu line relei (LR) dan break relei (BR).
Bila seorang pelanggan mengangkat pesawat teleponnya (off-hook), sakelar
kontak pada pesawat telepon akan tertutup yang menghasilkan sebuah loop
diantara kawat pelanggan a dan b. Relei LR akan bekerja untuk
menghubungkan arus ke rangkaian dalam unit kontrol (marker) yang akan
melakukan identifikasi. Identifikasi ini untuk menentukan bahwa pelanggan
tersebut benar-benar akan melakukan atau meminta layanan. Sedangkan relei
BR berfungsi untuk membebaskan skoneksi ke sentral dan mengubahnya
pada posisi stand by dimana gagang kembali on-hook.
LR
a
b
BR
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
75
Originating
LE
off-hook
Originating
TE
Transiting
TE
76
Terminating
TE
Terminating
LE
call
dial tone
dialling
seizing
Time sequence
reg signal
seizing
reg signal
seizing
reg signal
reg signal
seizing
reg signal
ringing
RINGING TONE
metering
answer
answer
answer
metering
on-hook
clear forward
busy tone
PERCAKAPAN
off-hook
metering
release guard
on-hook
77
grup vertikal dan satu dari grup horizontal. Grup vertikal terdiri dari frekuensi 1209
Hz, 1336 Hz, 1447 Hz, dan 1633 Hz sedangkan group vertikal terdiri dari 4 frekuensi
juga yaitu 697 Hz, 770 Hz, 852 Hz, 941 Hz. Sebagai contoh misalnya angka 1
diwakili oleh kombinasi 697 Hz dan 1209 Hz, angka 9 diwakili oleh kombinasi 852
Hz dan 1633 Hz). Lebih jelasnya mengenai kombinasi push buton ini dapat dilihat
pada ambar 4.5.
Hz
1209
1336
1477
1633
697
spare
770
2
5
spare
852
spare
941
spare
78
Repeater section
Term inal station
signalling
Four-w ire
repeater
Term inal station
Send
am plifier
T2
Phantom
circuit
Two-wire
line
Balance
T1
Receiver
am plifier
Four-wire
line
Pada jalur pensinyalan pelanggan, sinyal ke dan dari pemanggil yang ke dan
dari pelanggan yang dihubungi dikirim pada line yang berbeda. Bagaimanapun untuk
panggilan hubungan, permintaan panggilan dan clear sinyal serta jawaban dan clear
sinyal harus dikirimkan antara terminal dalam jalur yang sama. Terminal asal
menggunakan loop dan keadaan disconnect untuk mengirim permintaan panggilan
dan clear sinyal serta baterai dan ground pada jalur lintasan , kemudian membalikkan
arah dari arus pada jalur lintasan. Pesawat pemanggil akan mengenali pembalikan
polarisasi ini dengan bantuan relay polarisasi. Terminal yang dituju akan mengirim
clear signal dengan cara memindahkan pembalikan polaritas juga.
Perkumpulan dari sinyal-sinyal yang berbeda dapat meningkat dengan
menggunakan signal pulsa sebagai tambahan untuk signal kontinu. Ketika sinyal
dipertukarkan antara register ini diperlukan delay pengiriman dari terminal asal
hingga register telah tersambung pada terminal penerima. Ini dapat di capai dengana
tidak mengirimkan digit hingga sinyal proses pengiriman telah diterima. Di amerika
utara pulsa pendek pada jalur pembalik sudah digunakan sebagai sinyal proses
pengiriman. Dalam hal ini pengukur pulsa periodik menjadi penting untuk
pengiriman kembali ukuran pulsa dari terminal trunk ke terminal lokal. Pembalik
jalur digunakan untuk tujuan ini. Sejak pulsa terukur selama pembicaraan,
interferensi dengan suara dapat dihindarkan dengan membuat pulsa naik dan turun
secara lambat.
Sinya multi level yang telah digunakan sebagai contoh di amerika utara
tentang pulsa yang lebih tinggi dikirim kembali dari kantor pendukung ke kantor
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi T eknologi Telekomunikasi
79
make
break
a)
operation
current
b)
release
current
make
c)
break
Bentuk non simetrik terlihat pada gambar 4.7, dimana terdapat pulsa
loop/disconnect dikarenakan oleh nilai impedansi pengiriman dari sirkuit adalah nol
dalam loop state dan tak terhingga pada disconnect state. Pulsa terdistorsi dapat
dikurangai dan batas pensinyalan bertambah dengan menggunakan bentuk sinyal
yaitu simetris. Sistem pensinyalan pada huubungan jarak jauh direct current (Long
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi T eknologi Telekomunikasi
80
Distance Direct Current) didesain terdiri dari bentuk sinyal simetris dengan
menggunakan double current working. Pulsa dikirim dengan polaritas terbalik,
daripada pembuatan jalur lintasan dan penerimaan. Impedansi pengiriman untuk itu
dibuat konstan dan durasi dari penerimaan pulsa (antara nilai berseberangan dari
referensi tegangan nol) adalah sebanding dengan tegangan yang dikirimkan seperti
terlihat pada gambar 4.8
Pulsa diterima dengan relay polarisasi pensinyalan meningkat dimana
sensitivitas dari relay polarisasi sama baiknya dengan reduksi dari distorsi pulsa.
Pensinyalan LDDC mempunyai pengaruh yang luas pada pemakaiannya, sejak
maraknya saluran long distance . Sekarang ini pensinyalan LDDC dipakai pada
kapasitas tinggi transmisi multiplexing.
m ake
break
a)
operate
current (+)
b)
operate
current (-)
m ake
c)
break
O/G
Switching
equipment
I/C
swit ching
equipment
I/C
transmision
terminal
Line
Sig nal
receiver
Gate
81
DC signal
DC sig nal
AC sig nal
3825 Hz
Speech
Four wire
FDM
circuit
3825 Hz
AC signal
M
DC sig nal
Sig nal
receiver
Gate
DC sig nal
Sistem pensinyalan outband dapat dilihat pada gambar 4.9. Sebuah sinyal DC
pada masukan mengirimkan M pada terminal 1 dan menyebabkan frekuensi sinyal
dikirim melalui kanal transmisi. Pengiriman ini terdeteksi diterminal yang lain untuk
memberikan korespondensi sinyal DC pada keluaran E. Jika stasiun repeater yang
terdiri dari peralatan pengkanalan FDM posisinya berdekatan dengan peralatan
panyambungan, maka akan lebih mudah untuk yang dikirim belakangan dan
penerimaan sinyal melaui E dan M dengan kabel terpisah yang merupakan ekstraksi
dari sinyal asal dan memasukkan kembali ke dalam sirkuit suara. Kabel pensinyalan
E dan M telah luas digunakan di amerika utara, tidak hanya untuk pensinyalan
outband tetapi juga untuk DC dan pensinyalan inband. Antaran E selalu membawa
sinyal dari penagkapan pensinyalan ke peralatan penyambungan dan antaran M
membawa sinyal dari peralatan penyambungan ke perlengkapan sinyal.
Untuk penggunaan pensinyalan outband yang sukses pada jaringan ,seluruh
rute harus menggunakan sistem FDM. Dalam kenyataannya, bagaimanapun sebuah
rute terdiri dari bagian transmisi audio-frekuensi atau sistem pembawa tidak akan
dilengkapi dengan pensinyalan outband , hal ini menjadi penting untuk menggunakan
pensinyalan inband.
82
yang digunakan dan dapat digunakan juga pada berbagai saluran yang menyediakan
kepasitas transmisi suara yang lebih besar.
VF receiver
Outgoing
sig nalling
terminal
Sw itc hing
equip m ent
fs
f
o
r
w
a
r
d
Incoming
sig nalling
terminal
Buffer
amplifier
T ranmit
line split
Receive
line split
Receiver
line split
VF receiver
b
a
c
k
w
a
r
d
Sw itching
equipm ent
T ransmit
line split
fs
Pensinyalan VF terlihat pada gambar 4.10. Jalurnya terbagi ketika sinyal tone
ditransmisikan dengan tujuan untuk membatasinya ke jalur yang dituju. Pemisahan
jalur pada akhir penerimaaan dioperasikan oleh sinyal penerima, sehingga akibat
tone spill over sebelum penerima beroperasi nilainya akan diabaikan karena durasi
spill over (20ms) jauh lebih kecil dari panjang sinyal yang digunakan. Penguatan
buffer amplifier unity pada penerimaan (dimana level sinyal akan turun), akan
mencegah terjadinya transien oleh peralatan penyambungan elektronimechanical dari
pencapaian penerima VF.
Blok diagram penerima VF terlihat pada gambar 4.11. Sistem penerima
penerima terdiri dari sebuah sirkuit sinyal dengan filter bandpass untuk sinyal
frekuensi dan sirkuit penjaga dengan filter band-stop untuk menerima frekuensi yang
lain dan menahan frekuensi sinyal. Keluaran dari kedua sirkuit diperbaiki dan
dibandingkan. Jika keluaran dari sirkuit sinyal melebihi sirkuit penjaga penerimaan
beroperasi, jika sirkuit penjaga melebihi sirkuit sinyal, penerima tidak memberikan
sinyal keluaran.
83
Speech channel
Sig nal circuit
Comparator
+
Output
Guard circuit
84
frame 125 us
3,9 us
0
Timeslot
15 speech
channel
Frame aligment
Frame 0
Multi-frame
alignment
16
1 to 15
Frame 1
Channel
1
17 to 31
15 speech
channel
Signalling
Channel
16
Frame 2
Channel
2
Channel
17
Channel
15
Frame 16
Channel
30
Multi-frame 2 ms
Yang pertama berisi suatu sinyal susunan multiframe dan setiap 15 time slot
berikutnya berisi 4 bit untuk setiap 2 channel oleh karena itu setiap saluran
pembicaraan dapat dimiliki pada setiap arah , baik channel signalling tunggal yang
beroperasi pada 2 kbit/s atau 4 channel signalling bebas yang beroperasi pada 500
bit/s. Hal ini, memungkinkan jumlah signal yang lebih besar untuk dikembangkan
dan memungkinkan dengan metoda signalling DC .
Sistem PCM 2 Mbit/s versi amerika utara mempunyai suatu frame 193 bit.
Sistem ini terdiri dari 24 8-bit, yang semuanya digunakan untuk pembicaraan dan bit
ke 193 pada setiap frame digunakan untuk signal susunan frame. Pada setiap frame
ke 6, bit ke 8 dari setiap channel digunakan untuk pensinyalan sebagai pengganti dari
pembicaraan dan hal ini menyebabkan peningkatan distorsi kuantisasi yang tidak
berarti. Sebuah multiframe yang terdiri dari 12 frame sehingga berhubungan dengan
setiap channel pembicaraan yaitu 2 channel signal bebas pada 666 bit/s atau channel
pensinyalan tunggal pada 1,3 kbit/s. Bit ke 193 dari frame PCM digunakan frame
pengganti untuk susunan multiframe sebagai pengganti sususnan frame.
Metoda-metoda yang dijelaskan diatas menyediakan channel-asosiated
signalling. Sistem PCM juga dapat digunakan untuk common-channel signalling
(CCS). Selanjutnya multi frame tidak digunakan. Pada sistem 30 kanal, time slot 16
menyediakan common channel signalling pada 64 kbit/s. Dalam sistem 24 kanal, bit
ke 193 pada frame pengganti dapat digunakan untuk menyediakan common channel
signalling pada 4 kbit/s. Namun demikian, jika suatu kanal 64 kbit/s dibutuhkan
maka diperlukan pengorbanan satu dari kanal-kanal pembicaraan.(sebagai contoh
kanal ke 24).
85
Originating
exchange
Terminating
exchange
Transit exchange
Register
Register
Register
(a)
Register
Termination
exchange
Register
Register
(b)
Register
Transit exchanges
Originating
exchange
86
Register
Gambar 4.13 Link by link dan end to end signalling antar register.
Outgoing
register
Gates
Directional
HPF
f 2+
f2
f 3+
f3
f 4+
f4
f 5+
f5
f6
f7
Transmit
Receive
Receive
Transmit
Directional
LPF
Asreceive
Channel f2
f1
Forward
signal
f 6+
Relay
Incoming
register
Line
f1
Astransit
Channel f1
87
f2
Backward
signals
f 8+
f8
f 9+
f9
f 10+
f 10
f 11+
f 11
f 12+
f 12
88
called party melalui sejumlah sentral. Dengan demikian perlu untuk mentransfer ke
sentral transit sebuah address sinyal. Seperti sebuah address sinyal yang ditransfer
dalam dua mode yang berbeda seperti yang ditunjukkan dalam gambar 3.1 :Link by
link ( L x L ) dan end to end (E x E). Dalam L x L, sinyal yang ditransfer secara
berurutan antara sentral bertetangga. Dalam E x E sinyal tersebut ditransfer hanya
dari switch awal ke seluruh sentral transit, begitu juga pada switch akhir
Link by linkcsignaling
Fleksibilitas untuk
mengakomodasikan sentral
menyelesaikan hubungan
sentral akhir
transit.
transit
pengirim
dibutuhkan
89
dengan sinyal backward dari prosesor B harus dikirim pada circuit bicara, sentral
akan mendeteksi dan menyebarluaskan pada prossesor. Proses tersebut tidak effisien
untuk proses signalling antara 2 prossesor. Jika high speed data link digunakan antara
prosesor seperti yang terlihat pada gambar 4.15b, maka high speed data link dapat
menyediakan sebuah channel untuk semua signal antara sentral A dan sentral B. Hal
tersebut diatas dikenal dengan Common Channel Signalling (CCS).
Berikut ini merupakan kelebihan dari CCS:
1) Pertukaran informasi antar prosesor lebih cepat dibanding ketika
menggunakan channel associated signalling.
2) Signal dapat ditambah atau dirubah dengan memodifikasi software untuk
memberikan pelayanan baru.
3) Semakin banyak jenis signal yang digunakan akan semakin memungkinkan
lebih banyak service yang dapat diberikan kepada pelanggan.
4) Mampu menangani trafik yang lebih tiggi.
5) Status link signalling tidak tergantung pada status call karena link signalling
terpisah dari link voice/data. Hal ini menyebabkan penggenggaman circuit
lebih tinggi.
6) Signal dapat dirubah antar prosesor untuk fungsi lain dari proses panggilan .
Contohnya untuk tujuan pemeliharaan atau management jaringan.
Error rate pada CCS harus sangat rendah dan membutuhkan keandalan yang
lebih baik dari channel associated signalling. Kerusakan pada data link seperti
terlihat pada gambar 4.15b dapat menyebabkan kegagalan hubungan komunikasi
antara terminal A dan B, sama halnya bila terjadi kerusakan pada peralatan saluran
signalling, atau kerusakan keduanya pada inter-register sistem signalling, hanya akan
menyebabkan kehilangan bagian kecil dari trafik.
Jika menggunakan channel-associated signalling, keberhasilan pengiriman
dan penerima (pertukaran) sinyal pada circuit (jaringan) membuktikan bahwa
jaringan yang digunakan bekerja dengan baik. CCS tidak menyediakan fasilitas
pengontrolan tersebut(seperti automatic routine testing), jadi perlunya disediakan
untuk menjamin kesatuan dengan jaringan untuk suara.
Sistem CCS menggunakan menggunakan message based signalling.
Keberhasilan pertukaran pesan / informasi antara prosesor pada gambar 4.15b
biasanya bergantung pada yang melakukan pertukaran informasi. Setiap
pesan/informasi yang dikirim harus mempunyai label, yang disebut circuit identity
code, yang menandakan speech circuit dan call yang mana, yang memiliki informasi
tersebut. Jika informasi dikirimkan secara langsung antar central prosesor, maka
tidak membutuhkan hubungan pada incoming junction sebelum alamat sinyal
diterima.
Address signal dapat dikirimkan sebagai informasi yang pertama dan tidak
dibutuhkan untuk seize signal.Pada hubungan multilink, sinyal berpindah tempat dari
satu terminal transit ke yang selanjutnya tanpa terlibat dalam pertukaran data secara
keseluruhan(originating exchange). Signalling secara link by link dipadukan dengan
CCS. Pada sistem CCS informasi dari prosesor diurutkan untuk trnasmisi sepanjang
saluran signalling. Jumlah speech circuit dapat ditanggulangi dengan sistem CCS
yang ditentukan oleh tingkat penerimaan delay. Saluran signalling beroperassi pada
64 kbit/s normalnya menjdikan signalling dari 1000 sampai 1500 speech circuit.
Meskipun demikian, sistem CCS memungkinkan menanggulangi (dengan
90
meningkatkan delay) lebih banyak lagi, jika beban saluran tersebut sudah penuh
maka beban yang akan ditambahkan ditempatkan pada saluran back-up.
Exchange A
Sw itching
netw ork
Junction
Exchange B
Forw ard
signals
Sw itching
netw ork
Backw ard
signal
Processor
Processor
(a)
Junction
Sw itching
netw ork
Exchange B
Sw itching
netw ork
Signalling link
Processor
Processor
(b)
91
Speech
routers
CCS link
CCS link
C
Signalling links
Speech route
(b)
(a)
Pada kasus tertentu, pesan CCS hanya dirutekan pada satu titik, seperti
diperlihatkan pada gambar 4.16b, ini dinamakan quasi associated signalling dan
titik/node tersebut dinamakan signal transfer point (STP). Pada gambar 4.16b,
perangkat CCS pada terminal C menangani hubungan antara terminal A dan terminal
B, sebagai tambahan juga untuk hubungan C dan A, dan C dan B.
Pada kasus tertentu, pesan CCS hanya dirutekan pada satu titik, seperti
diperlihatkan pada gambar 4.16b, ini dinamakan quasi associated signalling dan
titik/node tersebut dinamakan signal transfer point (STP). Pada gambar 4.16b,
perangkat CCS pada terminal C menangani hubungan antara terminal A dan terminal
B, sebagai tambahan juga untuk hubungan C dan A, dan C dan B.
Karena signal CCS dapat dirutekan melalui sebuah STP, setiap pesan yang
mengandung destination point code, memungkinkan pesan tersebut dirutekan ke
terminal yang tepat. Sinyal tersebut juga mempunyai originating point code yang
memungkinkan sinyal dikirim ke alamat yang benar. Jika suatu terminal pada sistem
CCS mengenali destination point code sebagai alamatnya, maka sinyal tersebut
langsung dikirim ke prosesor pusat yang selanjutnya akan dikirim ke terminal tujuan
berdasarkan kode address pada destination point code, dengan terlebih dulu melihat
translation table untuk menentukan rute selajutnya yang akan ditempuh oleh sinyal
tersebut.
Quasi-associated signalling digunakan ketika hanya ada sedikit sambungan
antara A dan B sehingga kepadatan lalulintas pensinyalan antara keduanya rendah.
92
Adapun hubungan antara tiap level dengan lapisan dari model OSI dapat dilihat
seperti pada gambar 4.18. Pada OSI layer, layer 1 3 disebut dengan message
transfer part sedangkan layer 4 sampai layer 7 dari lapisan OSI disebut user part.
Level- level dari SS7 lengkapnya sebagai berikut:
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi T eknologi Telekomunikasi
93
Exchange A
ExchangeB
30 speech channels
Switching
network
Error
control
subsystem
Switching
network
Transfer
of
signalling unit
Signalling
terminationl
subsystem
Signalling
control
subsystem
CCS
S/R
Signalling
terminationl
subsystem
Error
control
subsystem
Signalling
control
subsystem
Message Transfer
Exchange-control
prossesor
CCS
S/R
Exchange-control
prossesor
OSI model
Transaction
Capability
layer 7
ISDN
User Part
(ISDN-UP)
TCAP
Layer 4-6
Telephony
User Part
(TUP)
ISP
SCCP
Layer 1-3
Data
User Part
(DUP)
94
Level 1 mendefinisikan pengiriman aliran bit pada jalur bit fisik. Dengan
menggunakan 16 time slot dari sistem PCM 2 Mbps atau 24 time slot dari sistem 2
Mbps.
Level 2 mendefinisikan fungsi dan prosedur untuk pengiriman sinyal
informasi dalam data link serta link pensinyalan termasuk pengendalian error,
pemantauan link, memantau error rate, dan flow kontrol.
Level 3 mendefinisikan fungsi-fungsi sinyal informasi secara langsung dalam
network signalling. Setiap node pada jaringan memiliki sebuah signal point code
yang terdiri dari 14 bit address. Setiap message terdiri point code pada node
originating dan terminating untuk message tersebut.
Dari level 1 sampai level 3 adalah MTP (Message Transfer Part) dari CCITT
no7. Sedangkan untuk level 4 disebut dengan User Part.
Level 4 berfungsi untuk proses untuk menghandling pelayanan selama
didukung oleh signalling sistem. MTP mampu mendukung bererapa user part yang
berbeda. Sejauh ini user part terdiri dari : telephone user part (TUP), data user part
(DUP) dan ISDN user part (ISUP).
Pada sistem CCS sekarang ini, digunakan untuk mode yang associated,
misalnya untuk managemen trafik , operasional, maintenance dan administrasi.
Sedangkan fungsi layer 4 sampai layer 7 dilakukan oleh elemen yang fungsional
yang bersifat general ,yaitu Transaction Capability (TC). Seperti yang terlihat pada
gambar diatas SCCP adalah perubahan untuk level 3 yang membuat SCCP sesuai
dengan level 4 pada lapisan model OSI. Intermediate Service Part (ISP)
melaksanakan fungsi dari layer 4 sampai layer 6 dari model OSI dan Transaction
Capability Application Part (TCAP) diaplikasiakan pada layer 7 dari lapisan OSI.
4.4.10 Pemrosesan Signal
Pemrosesan sinyal dibagi menjadi analisi dan penyeleksian. Kemudian
penyeleksian dibagi lagi menjadi penyeleksian dalam dan penyeleksian luar.
Menganalisa informasi atau signal masuk berarti mencari karakteristik yang
signifikan dari informasi tersebut. Karakteristik ini menentukan bagaimana sentral
memperlakukan panggilan, yaitu apakah hanya menyambungkan saja, kemana dan
melalui bagian mana dari jaringan saklar, juga metode pengenaan biaya pembicaraan
dan tarif akan ditentukan.
Karakteristik yang signifikan berarti bagian dari informasi yang cukup untuk
menentukan satu aspek tunggal. Sebagai contoh, angka pertama dari nomor yang
diptar meungkin cukup untuk menentukan rute panggilan ke sentral transit jauh,
tetapi mungkin dibutuhkan 3 angka untuk menentukan tarif. Jadi pada contoh ini,
informasi yang signifikan untuk routing adalah angka pertama sementara untuk tarif
adalah kombinasi angka pertama, kedua, dan ketiga.
Dari signal datang, sentral menerima informasi mengenai nomor pesawat
pemanggil, kelas layanan untuknya, identitasnya, dan nomor pelanggan yang dituju.
Jika signal sudah membawa informasi mengenai sentral lokal mana yang dituju,
maka informasi mengenai kategori pesawat yang dipanggil dan kondisi salurannya
dapat diketahui.
Nomor pesawat pemanggil harus diketahui untuk beberapa kasus misalnya
untuk pengenaan biaya atau untuk menyusuri panggilan.
95
96
terminating. Nomor ini dianalisa dan saluran pelanggan 2345 di tes apakah bebas
atau diduduki. Bila pengetesan peralatan saluran pelanggan B sudah selesai dan
sambungan sudah dibangun ke pelanggan B, sebuah backward signal akan dikirim
oleh sentral lokal B dan pada saat bersamaan unit kontrol sentral transit originating,
transit transito, transit terminating direlease.
Pelanggan A
Originating
LE (A)
02
Originating
TE
03
Transiting
TE
04
Terminating
TE
Pelanggan B
Terminating
LE (B)
12345
off-hook
04-12345
Time sequence
04-12345
04
12345
2345
ringing
RINGING TONE
metering
answer
answer
answer
PERCAKAPAN
off-hook
metering
metering
on-hook
clear forward
busy tone
release guard
on-hook
Setelah sentral lokal B menerima nomor 2345, nomor ini dianalisa dan
informasi mengenai kelas pelayanan pelanggan A dan kategori pelanggan B dapat
diperoleh dan ditentukan. Jika pada saat tersebut pelanggan B sedang sibuk,
sambungan yang dibuat akan segera dibubarkan dan nada sibuk akan dikirim ke
pelanggan A. Sedangkan jika pelanggan B sedang bebas, maka ringing tone akan
dikirim ke pelanggan B dan pesawat B akan berdering. Apabila pelanggan B off hook
maka percakapan dapat dimulai dan meteran pulsa saat itu juga dibangkitkan.
Sesudah analisa dari signal masuk selesai dilakukan, maka langkah
berikutnya adalah penyeleksian. Hasil dari analisa signal datang adalah identifikasi
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi T eknologi Telekomunikasi
97
saluran pemanggil dan yang dipanggil. Hasil ini digunakan untuk memilih atau
menyeleksi satu dari beberapa lintasan penyambungan dalam sentral yang dapat
digunakan untuk menghubungkan saluran pemanggil dan yang dipanggl.
Penyeleksian ini disebut penyeleksian dalam (internal selection).
Penyeleksian luar (external selection) adalah pemilihan sebuah saluran pada
jalur lintasan yang diperlukan. Penganalisaan nomor pelanggan B pada akhirnya
akan mengarah pada sebuah relei yang khusus digunakan untuk mencari dan memilih
jalur lintasan kosong ke pelanggan B. Relei khusus ini selalu mempunyai rangkaian
penguji untuk mengetes saluran dan rangkaian pemilih untuk memilih saluran yang
bebas.