Anda di halaman 1dari 7

Agustus 20, 2006

MEKANISME LETUSAN GUNUNGAPI

Oleh
Eko Teguh Paripurno

SEBARAN GUNUNGAPI

Indonesia terletak pada jalur gunungapi tersebut dan merupakan negara dengan jumlah
gunungapi terbanyak. Pola penyebaran gunungapi menunjukkan jalur yang hampir mirip
dengan pola penyebaran fokus gempa dan tipe aktivitas kegunungapiannya tergantung
pada batas lempengnya. Hubungan ini menunjukkan bahwa volkanismamerupakan salah
satu produk penting sistem tektonik.
Suatu jalur aktivitas volkanik terdapat di sepanjang batas lempeng divergen yang
sebagian besar terdapat di bawah. Secara setempat-setempat lava diekstrusikan melalui
zona ini membentuk pulau vulkanik di atas muka laut. Eslandia merupakan contoh
terbaik yang dibangun secara keseluruh oleh sistem ini dan terus aktif sampai sekarang.
Contoh lain terdapat di Afrika dan berhubungan erat dengan lembah regangan Afrika
Timur (East African rift valeys). Asal magma di sepanjang batas lempeng divergen
dihasilkan oleh kesetimbangan temperatur dan tekanan yang tinggi sehingga peleburan
itu terjadi. Titik lebur ini berada pada litosfera dengan kedalaman 100 - 200 km.
Pengamatan langsung lantai samudera di Mid-Atlantic Ridges membuktikan bahwa kerak
samudera sedang dalam proses pull apart (pemekaran), karena merupakan suatu pusat
pemekaran yang aktif. Hal ini ditunjukkan oleh adanya struktur rekahan-rekahan terbuka
di sepanjang pematang tengah samudra. Plato basalt dianggap mewakili proses awal
pemisahan benua dan memberikan bukti langsung. Sifat aktifitas volkanik yang terjadi di
sepanjang batas lempeng divergen. Plato basalt di Brasil selatan merupakan salah satu
contoh terbaik. Di sini lebih dari 1 juta m2 diekstrusikan dalam waktu singkat.
Jalur aktivitas volkanik paling menonjol terdapat di batas lempeng konvergen, terutama
di sepanjang zona subduksi. Jalur gunungapi spektakuler dikenal sebagai jalur Cincin
Api, atau Circum Pacific, yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Distribusi
gunungapi ini dikontrol oleh zona-zona subduksi tiga lempeng utama yang menyusun
cekungan Samudera Pasifik dan lempeng-lempeng lain yang lebih kecil seperti Lempeng
Filipina dan Lempeng Karibia. Jalur aktivitas volkanik lainnya adalah Circum
Mediterania yang mengikuti batas konvergen Lempeng Afrika. Magma pada zona

subduksi umunya bersifat andesitik hasil partial melting batuan basaltis dan sedimen pada
kerak samudera ketika menyusup kebersama lempeng ke bagian astenosfer. Sesuai
dengan invers deret Bowen, material pertama yang melebur adalah lapisan sedimen kaya
silika, diikuti oleh Na-plagioklas,ampibol dan akhirnya piroksen.

Aktivitas volkanisma lain terdapat di tengah-tengah lempeng tektonik, dan kebanyakan


terdapat di tengah-tengah Samudra Pasifik. Erupsi di tengah-tengah lempeng ini
merupakan ekspresi permukaan dari variasi termal lokal, atau hot spot di dalam mantel.
Kepulauan Hawai merupakan contoh terbaik. Aktivitas magmatik di paparan kontinen
relatif jarang. Umunya berupa ekstrusi-ektrusi terpencar yang diperkirakan merupakan
hasil mantle plume, yakni naiknya masa material mantel yang panas, yang boleh jadi
berupakan bagian dari arus konveksi mantel besar.
Secara lebih rinci aktivitas volkanik moderen dapat diklasifikasikan menurut tatanan
tektoniknya sebagai Mid ocean spreading volcanism, Marginal sea spreading volcanism,
Intra-plate oceanic volcanism, Intra-plate continental volcanism,Continental rift
volcanism, Young island volcanism, Micro-continental arc volcanism, dan Continental
margin arc volcanism
KIMIA MAGMA
Senyawa-senyawa non volatil terutama terdiri dari fraksi gas seperti CH4, CO2, HCl,
H2S, SO2, NH3, H2O. komponen ini akan mempengaruhi magma salam banyak hal.
Kandungan volatil, khususnya H2O akan menyebabkan pecahnya ikatan Si-O-Si. Apabila
nilai viskositas rendah, maka difusi akan bertambah dan pertumbuhan kristal terjadi
dengan baik. Kandungan H2O juga mempengaruhi suhu kristalisasi dalam magma.
Volatil dalammagma menentukan besarnya tekanan selama proseskenaikan magma

tersebut ke permukaan. Unsur tersbut juga mempengaruhi pembentukan piroklastika,


awan panas dan sebagainya, selain pengaruh lazim pada betuk kristal dan lubang gas.
Senyawa-senyawa non volatil merupakan unsur-unsur oksida dalam magma, yang terdiri
dari SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5. Jumlahnya
yang mencapai 99% ini disebut sebagai major element. Komposisi kimia, terutama SiO2
sangat berpengaruh terhadap viskositas magma. Bila SiO2 bertambah, maka viskositas
bertambah. Magma asal yang mempunyai Al akan relatif lebih kental dan mempunyai
suhu rendah. Sedangkan magma kaya Mg, Fe dan Ca akan bersifat mudah mengalir dan
[anas. Jika magma toleitik dan fonolitik maka magma andesit dan riolitik lebih kental
lagi.
Menurut Green (1980), berdasarkan unsur utama, unsur jarang dan unsur tanah langka
produk magmatisme daerah subduksi mempunyai ciri-ciri: Kadar TiO2 rendah, yaitu <
1,2% pada batuan mafik dan < 3% pada batuan silicic. Kadar Al2O3 yang tinggi sekitar
16%-19% pada batuan mafik-intermedier. Pada palung menuju busur vulkanik terdapat
peningkatan yang teratur kadae K2O, pada SiO2 yang sama, dan berhubungan dengan
kedalaman zona Benioff. Rasio (K2O)+Na2O)/CaO mempunyai harga tinggi pada batuan
yang terbentuk paling jauh dari palung dan paling muda umurnya. Pada seri toleit busur
kepulauan dijumpai kecenderungan pengayaan Fe dengan dominasi terjadi pada Andesit.
Pada seri alkali busur kepulauan terdapat sedikit sampai tidak ada pengayaaan Fe, dan
didominasi andesit. Pada seri silisik terdapat sedikit sampai tidak dijumpai pengayaan Fe.
Kelimpahan unsur-unsur inkompatibel mendekati seri kalak-alkali.
Unsur jarang (trace element) di daerah penunjaman mempunyai hubungan positif dan
negatif dengan SiO2 . Secara umum unsur LIL (large-ion lithopile) yang bersifat
incompatible seperti Rb, Ba, Sr dan Pb memperlihatkan variasi yang besar dari arah
palung menuju busur vulkanik, serta dari batuanumur tua ke muda. Variasi ini sesuai
dengan kadar K2O dari batuan toleit hingga shosonitik. Unsur HFS (high fields strengt
elements) seperti Ti, Hf, Zr, Nb dan Ta sebagaimana unsur-unsur LIL umumnya
memperlihatkan adanyavariasi kelimpahan dalam batuan yang teratur dari arah palung
menuju busur vulkanik.
Unsur HFS (high field strenght elements) seperti Ti, Hf, Zr, Nb dan Ta sebagaimana
unsur LIL umumnya memperlihatkan adanya variasi kelimpahan dalam batuan yang
teratur dari palung benuju busur vulkanik. Berbeda dengan unsur LIL, dibandingkan
dengan batuan basalt pada MOR maka kelimpahan unsur HFS di jalur tunjaman tidak
menunjukkan adanya pengayaan, namun menunjukkan adanya penurunan. Ini terutama
terjadi pada unsur Nb (Wilson, 1989)
Pada unsur-unsur compatible seperti Ni, V dan Cr dari batuan volkanik daerah
penunjaman menunjukkan adanya penurunan dari toleit ke sosonit. Dalam satu seri
batuan unsur-unsur tersebut memperlihatkan penurunan akibat proses deferensiasi, atau
dengan kata lain ada hubungan korelasi negatif antara unsur-unsur tersebut terhadap
SiO2. Kelimpahan unsur tersebut lebih rendah dibanding basal MOR, sehingga

mengindikasikan bahwa pembentuk batuan vulkanik tersebut bukan merupakan magma


primitif.
Kandungan total unsur tanah langka (rare earth element, REE) pada batuan produk
penunjaman umumnya rendah, di bawah 100 ppm. Batuan toleit mempunyai pola REE
yang lebih primitif, yang berbeda dengan pola REE basal MOR. Pola REE pda batuan
alkali kapur dan sosonitik memperlihatkan adanya pengayaan unsur tanah langka ringan
(LREE), terutama pada seri sosonit.
Basalt daerah pemekaran secara umum mirip dengan basal MOR dengan tekstur khas dari
basalt di lingkungan sub marine. Komposisi plagioklas bervariasi dari An67 sampai An
90 dengan fase masa dasar lebih asam dari fenokrisnya.
Unsur utama pembentuk magma dalam deskripsi geokimia MOR dan magma seri Boninit
yang mewakili hasil vulkanisma pemekaran terdiri dari SiO2, TiO2, Al2O3, FeO, MnO,
MgO, CaO, Na2O, K2O dan P2O5.. Boninit merupakan lava dengan SiO2 > 55% dan
MgO > 9%, serta dicirikan dengan kehadiran tinggi unsur jarang harmonis, Ni sampai
450 ppm, Cr sampai 1800 ppm, serta kandungan Ti yang rendah, < 0,3%. Magma seri
Boninit ini bukan merupakan magma hasil fraksinasi tetapi cenderung sebagai sebuah
magma primer hasil partial melting.
Unsur jejak di daerah pemekaran cenderung menunjukkkan pengayaan kation bervalensi
rendah K, Rb, Ba dan Sr. Di luar MOR pengayaan penting terjadi pada K dan Sr. Unsur
jejak pada MOR menunjukkan rasio k/Rb, K/Ba, Rb/Sr dan Zr/Nb lebih tinggi dibanding
dengan lava di daerah pemekaran lainnya, misalnya pada marginal sea spreading
volcanism.
KESEIMBANGAN MAGMA
Letusan gunungapi merupakan proses pergeseran energi dari energi potensial dominan
dan panas menjadi energi kinetik dominan dan panas. Letusan gunungapi terjadi karena
adanya gaya yang berasal dari dalam bumi akibat terganggunya sistem keseimbangan
magma dan dan sistem keseimbangan geologi. Keseimbangan magma akan terganggu
apabila (1) magma yang membeku mulai kehilangan panas. Ketidakseimbangan dipicu
oleh hilangnya gas dalam magma karena penurunan temperatur, (2) adanya perbedaan
suhu akibat pendinginan magma yang tidak homogen sehingga menimbulkan arus
konveksi yang mengganggu keseimbangan hidrostatis, (3) Epimagma turun ke kedalaman
tertentu pada kondisi tidak seimbang. Sebagai pencarian keseimbangan baru terjadi difusi
gas sehingga di permukaan terjadi perubahan epimagma menjadi hipomagma atau
piromagma, dan (4) terjadi pergerakan gas dalam piromagma ke arah permukaan
permukaan bumi karena tekanan dalam piromagma lebih besar dari tekanan beban luar.
Keseimbangan magma di dalam waduk akan terjaga apabila tekanan hidrostatik magma
sama dengan tekanan beban yang berada di atas waduk. Karena setiap proses apapun
akan menyebabkan hilang atau lepasnya gas dari magma, maka faktor terpenting dalam

letusan gunungapi adalah tercapai atau tidaknya keseimbangan antara tekanan hidrostatik
di dalam waduk dan tekanan di luar waduk.
Berdasarkan mekanismenya dikenal beberapa macam letusan gunungapi, antara lain
letusan pusat, letusan rekahan, letusan pundan tersebumbat, letusan freatik, letusan celah,
letusan hidrotermal dan sebagainya.
Letusan gunungapi tidak akan terjadi selama tekanan dalam waduk magma lebih kecil
dibanding kekuatan tahanan atap waduk. Tetapi ketika pendinginan magma terjadi, maka
akan terjadi difusi pengumpulan gas di bagian permukaan waduk. Apabila tahanan atap
berkurang, sementara tekanan gas terus bertambah, maka letusan akan terjadi. Letusan ini
disebut letusan pusat. Diagram mekanisma letusan pada pipa terbuka dan hubungan
antara kandungan gas dan viskositas magma dengan jenis kegiatan letusan pusat
(Rittman, 1962) digambarkan seperti pada gambar 1.
Magma basa yang pada umumnya akan menghasilkan lava cair yang bersusunan basal
olivin yang merupakan piromagma. Mekanisma letusan celah terjadi apabila magma
tersebut ke atas sepanjang rekahan abisal. Hipomagma yang ada selama proses
kristalisasi akan menghasilkan piromagma. Unsur-unsur yang mudah menguap akan
mudah menyebabkan terjadinya semburan. Akumulasi lava basal yang luas akibat letusan
celah yang besar disebut dengan plateu basalt atau flood basalt. Apabila kandungan gas
berkurang, permukaan lava akan turun dan terjadi pembekuan yang dimulai dari atas ke
bawah, hingga akhirnya membentuk korok.
Mekanisme letusan kepundan tersumbat terjadi apabila terdapat magma yang membeku
pada lubang kepundan gunnungapi yang menyebabkan terjadinya pengumpulan tenaga di
bawah sumbat. Apabila tenaga telah cukup untuk menghancurkan sumbat maka akan
terjadi letusan sangat kuat. Letusan ini disertai dengan gempa gunungapi, guruh dan
gumpalan awan debu sampai akhirnya suatu ledakan keras dan hamburan batu apung
menutupi kawasan tersebut. Contoh letusan ini adalah erupsi gunungapi Krakatau (1883)
dan Tambora (1815).
Mekanisme letusan freatik terjasi apabila air hujan jatuh ke permukaan tanah dan
bersentuhan dengan magma atau tubuh batuan panas lainnya. Air yang terpanaskan akan
terbentuk akumulasi uap bertekanan tinggi. Tekanan yang terus bertambah akan
menghancurkan lapisan penutupnya. Letusan freatik juga dapat terjadi pada lava yang
mesuk ke dalam tubuh air, rawa maupun laut.
Mekanisme letusan hidrotermal hampir sama dengan mekanismepada letusan freatik.
Perbedaannya terletak pada pembentukan sistem. Apabila uap bertekanan tinggi tersebut
sempat membentuk sistem panas bumi, sementara batuan penutup mulai kehilangan daya
tahannya, maka ketika tekanan uap semakin besar akan terjadi letrusan hidrotermal.
Penuruan daya tahan batuan penutup dapat disebabkan oleh proses pelapukan,
berkurangnya nilai kohesi batuan atau karena gempabumi.

KUBAH LAVA
Istilah lava diperuntukkan bagi bagma yang telah bencapai permukaan bumi. Hirokawa
(1980) mendifinisikan lava sebagai suatu massa cair yang dikeluarkan dari dalam bumi,
maupun batuan yang berasal dari pembekuannya. Lava basalan mempunyai suhu antaran
1.100 1.200 oC, lebih tinggi dari lava andesitan yang bersuhu antara 900 1000 oC.
Viskositas lava yang menyertai letusan gunungapi, khususnya lava basalan sekitar 102
Proses pembentukan lava yang bersifat cair akan berjalan lambat. Lava akan mengalir di
alur gunungapi sebagai lava flow atau coulee. Jarak jangkauan aliran lava bervariasi,
namun umumnya berkisar antara 3 25 km. Jarak jangkauan aliran tergantung pada
kekentalan dan jumlah lava yang dikeluarkan. Pada gunungapi dengan magma yang
cukup kental lava akan membentuk lava block. Dalam posisi tertentu, ketika proses
keluarnya lava berjalan lambat maka akan terbentuk kubah lava atau lava dome. Dengan
demikian bisa dipahami bahwa kubah lava merupakan salah satu proses aliran lava. Lava
yang sangat kental, keluar dengan perlahan dan membeku di permukaan akan dapat
membentuk sumbat lava.
Pada tubuh aliran lava sering dijumpai lubang yang beragam bentuk dan ukuran. Lubanglubang tersebut merupakan jejak gas yang terlarut dalam lava yang menguap saat
pembekuan. Lubang ini akan berkembang di permukan dan semakin berkurang ke arah
dalam. Struktur vesikular ini akan membantu dalam menentukan batas aliran lava.
Sesuai dengan komposisinya, aliran lava akan membentuk struktur permukaan yang khas.
Lava basalan yang mempunyai kenampakan permukaan terkeratkan disbut lava aa. Lava
berbentuk seperti tali disebut ropy lava. Sedang lava pahoehoe adalah lava basal yang
mempunyai permukaan bergelombang halus dan gelasan. Lava andesitan yang
mempunyai kenampakan permukaan berbongkah menyudut disebut lava bongkah. Dalam
aliran bongkah di bagian tengah akan terbentuk kekar berlembar (platty joint, platty
strusture, linear flow structure, planar flow atructure) yang sejajar dengan permukaan
aliran. Jenis kekar lain yang sering dijumpai dalam aliran lava adalah kekar mengolom
(columnar joint, columnar structure, prismatic joint, prismatic structure) yang akan
memecah batuan menjadi kolom-kolomprismatik segi enam.
AWANPANAS
Istilah awanpanas dipakai untuk menyebut aliran suspensi dari batu, kerikil, abu, pasir
dalam suatu masa gas vulkanik panas yang keluar dari gunungapi dan mengikuti
lerengnya. Kecepatan aliran dapat mencapai 100 km/jam dengan jarak jangkau yang
dapat menjapai puluhan kilometer. Dari kejauhan aliran itu seperti awan bergulung
menuruni gunungapi.
Secara internasional awanpanas diperkenalkan pertama kali dengan istilah nuee ardente
oleh La Croix pada tahun 1904 untuk melukiskan kejadian awanpanas yang terjadi di Mt
Pelee. Istilah nuee (awan) dan ardente (bara) melukiskan ada awan yang membara saat
gunung itu meletus. Istilah awanpanas dalam bahasa inggris disebut glowing cloud.
Sebagaimana nuee ardente, istilah glowing cloud memberi diskripsi kenampakan proses
awanpanas. Seacara geologis saat ini dikenal sebagai pyroclastic flow.

Dari sudut pandang kejadian pembentukannya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
awanpanas letusan dan awanpanas guguran. Awanpanas letusan terjadi karena hancuran
magma oleh letusan. Partikel-partikel akan terlempar secara vertikal maupun horizontal.
Kekuatan penghancuran magma saat letusan ditentukan oleh kandungan gas volkanik
dalam magma.
Kejadian awan panas guguran banyak dikendalikan oleh tekanan magma dan gravitasi
pada kubah lava. Kubah lava aktif, yang masih mengalami pertumbuhan, mempunyai
temperatur sekitar 500-600 oC. Terganggunya kubah lava dapat menjadikan kubah lava
longsor. Proses pemicu longoran kubah lava antara lain oleh penambahan beban dan
penambahan tekanan air pori oleh hujan sehingga kohesivitas antar butir mengecil,
letusan lokal akibat lekanan gas dari sebagian tubuh kubah serta dorongan tekanan bagma
dari bawah.

Anda mungkin juga menyukai