Anda di halaman 1dari 3

Muhammad Yusuf / J1C111033

Invasif Spesies
Invasi tumbuhan adalah pergerakan satu atau lebih jenis tumbuhan dari satu daerah
ke daerah lainnya sehingga akhirnya jenis-jenis itu menetap di daerah tersebut. Proses
ini merupakan suatu rangkaian dari proses-proses migrasi, eksistensi, dan kompetisi,
yang seluruhnya terkait dengan aspek waktu dan ruang. Proses invasi seringkali terjadi di
daerah yang gundul, namun dapat juga terjadi di kawasan dengan tumbuhan. Dalam dunia
ekologi, invasi merupakan bentuk permulaan suksesi yang pada akhirnya secara terus
menerus akan menghasilkan tahapan suksesi hingga terbentuk klimaks.
Tumbuhan invasif adalah jenis-jenis tumbuhan yang mampu berkembang sangat
cepat pada suatu lingkungan sehingga dapat merugikan secara ekonomis maupun ekologis.
Ciri-ciri tumbuhan invasif antara lain mampu tumbuh dengan cepat, reproduksinya
cepat seringkali mampu bereproduksi secara vegetatif, memiliki kemampuan menyebar
tinggi, toleransi yang besar terhadap kondisi lingkungan, dan umumnya berasosiasi dengan
manusia. Tumbuhan invasif dapat merupakan jenis asli dan juga jenis asing (eksotik).
Penyebaran jenis asli yang menyebar secara meluas di habitatnya seringkali dianggap
tidak terlalu membahayakan dibanding dengan keberadaan jenis asing yang invasif. Jenis
asing dapat masuk secara sengaja, misalnya melalui introduksi untuk keperluan tertentu,
atau secara tidak sengaja akibat terbawa oleh manusia ke dalam suatu kawasan.
Masuknya spesies asing ke dalam suatu ekosistem menimbulkan dampak negatif
terhadap ekosistem apabila jenis asing tersebut telah menjadi invasif. Spesies asing invasif
tersebut tumbuh dan berkompetisi dengan jenis lokal. yang kemudian mengganggu jenisjenis lokal sehingga terjadi perubahan pada ekosistem. Perubahan tersebut biasanya
menyebabkan:
1. Penurunan keanekaragaman hayati
2. Perubahan pada suplai sumberdaya
3. Kerusakan ekosistem
Salah satu tumbuhah invasif yaitu Elaeocharis indica. Dijumpai dominan pada air
rawa. jenis ini diketahui tahan terhadap kedua kondisi musim yang berbeda di kawasan.
ada musim penghujan jenis ini mampu bertahan dalam penggenangan yang cukup tinggi,
sementara pada musim kering jenis ini ikut membantu perkembangan jenis-jenis
invasif lainnya yang menyebar disekitar perakarannya, pada permukaan tanah rawa yang
mengering.
Penyebaran jenis invasif dalam suatu ekosistem dapat terjadi karena berbagai
sebab. Beberapa kasus dan pustaka menyebutkan sedikitnya ada 4 (empat) dugaan
atau hipotesis penyebab terjadinya invasi tumbuhan pada suatu daerah. Keempat
hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis ketiadaan musuh alami (the enemy release hypothesis)
Suatu jenis tumbuhan dapat berkembang menjadi tumbuhan invasif di suatu
ekosistem disebabkan oleh tidak adanya musuh alami berupa pemangsa alami dan
patogen atau penyakit yang bisa menghambat pertumbuhan dan penyebaran jenis
tumbuhan tersebut di ekosistem yang bersangkutan
2. Hipotesis toleransi yang luas (the broader tolerance hypothesis)
Hipotesis ini memperkirakan bahwa pada dasarnya jenis tumbuhan invasif
secara alami memiliki toleransi yang luas terhadap batas-batas kondisi lingkungan
yang lebih luas dan beragam. Tumbuhan invasif diduga lebih mampu mentoleransi
kondisi-kondisi lingkungan yang lebih ekstrim jika dibanding dengan jenisjenis non
invasif.
3. Hipotesis efisiensi pemanfaatan sumberdaya (the efficient use hypothesis)

Muhammad Yusuf / J1C111033


Hipotesis ini menyatakan bahwa jenis-jenis tumbuhan invasif umumnya
merupakan jenis-jenis yang mampu memanfaatkan sumberdaya di habitatnya secara
lebih efisien dibandingkan dengan jenis-jenis non invasif . Sumberdaya yang
dimaksud dapat meliputi cahaya, zat hara, dan air. Tumbuhan invasif bisa saja
berasal dari jenis yang memiliki musim tumbuh yang lebih panjang, tingkat
fotosintesis yang lebih tinggi, ciri morfologis yang lebih efektif dalam pemanfaatan
sumberdaya, dan lain-lain.
4. Hipotesis alelopati (the allelophaty hypothesis)
Tumbuhan invasif seringkali merupakan jenis-jenis yang mampu mengeluarkan
zat-zat kimia yang bersifat alelopatik. Zat-zat alelopatik ini dapat menghambat
perkecambahan dan pertumbuhan anakan, atau mematikan jenis tumbuhan lainnya
tanpa mempengaruhi pertumbuhan semai jenis tumbuhan invasif itu sendiri. Zat
alelophatik ini dapat berasal dari bagian-bagian yang hidup, misalnya zat yang bisa
menguap dari daun, pencucian dari daun dan eksudat akar, atau dari bagian tumbuhan
yang membusuk. Keberadaan zat alelopatik inilah yang diperkirakan menjadi salah
satu pendukung penyebaran tumbuhan invasif secara meluas.

Apakah air tanah bisa habis?


Menurut United States Geological Survey (USGS) banyaknya air di bumi jika
dibentuk menjadi bentuk bola, maka akan menjadi bola yang berdiameter 860 mil (1.385 km)
atau sekitar sepertiga ukuran bulan. Menurut hasil penelitian David Gallo direktur dari
proyek Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI) bahwa total volume air di bumi
sekitar 1.332.000.000 km3. Dan volume air ini akan tetap dan tidak akan habis, setidaknya
hingga jutaan tahun ke depan.
Namun beberapa kalangan yang menentang kestatisan volume air mempunyai antitesa
bahwa jumlah air di bumi dapat berkurang. Hal ini dapat terjadi karena adanya proses
hidrolisis, dimana H2O diubah menjadi H+ dan O-. Sementara H+(hidrogen) akan
meninggalkan bumi dan O-(oksigen) akan berada di atmosfer. Dapat dikatakan H2O yang
terhidrolisis tidak akan kembali menjadi air (H2O) kembali dalam bentuk apapun.
Namun jika air bumi bisa berkurang, seharusnya air yang ada dari milyaran tahun
yang lalu sudah habis sekarang. Tohair ternyata masih tetap ada di bumi. Dan hal ini
membuktikan bahwa air di bumi stabil. Bahkan beberapa penelitian mengatakan bahwa
eletrolisis H2O menjadi Hidrogen dan Oksigen dapat distabilkan melalui mineral-mineral
yang ada di dalam tanah. Beberapa mineral yang masih tersimpan jauh di bawah tanah, dapat
melepaskan molekul H2O. dan stabilitas air dapat terjaga melalui proses kompensasi.
Pada dasarnya tidak habis-habisnya air di bumi disebabkan karena adanya siklus air,
sehingga volume air bumi tetap. Justru perubahan air bukan pada kuantitasnya, melainkan
kualitas air. Air dapat memiliki bentuk-bentuk zat yang bervariasi. Ada cair, padat ataupun
gas. Atau kualitas air dari segi keasinannya, ada air laut dan ada air tawar. Namun tetap saja,
kuantitas air akan selalu tetap. Dan berikut ini adalah skema siklus air:
Dari skema di atas
dapat dilihat bahwa proses
turunnya air (H2O) terjadi dari
atmosfer ke bumi lalu kembali
lagi ke atmosfer. Peristiwa ini
terjadi secara siklik, sehingga

Muhammad Yusuf / J1C111033


disebut siklus air (water cycle). Perisitiwa ini menyebabkan air di bumi akan stabil secara
kuantitatif. Matahari sebagai sumber energi panas, sangat berperan pada proses siklus air.
Referensi:
Yuliana, S. Et all. Kajian Invasi Tumbuhan pada Lahan Basah Taman Nasional Wasur,
Merauke. Balai Penelitian Manokwari. Papua Barat
Kompas, 2012. Tanaman Invasif Merebak
http://sains.kompas.com/read/2012/08/31/14201348/Tanaman.Invasif.Mere
bak
Diakses pada 29 Oktober 2014
Sianturi,H. Mengapa Air Bumi tidak pernah Habis?
http://green.kompasiana.com/iklim/2013/06/10/mengapa-air-bumi-tidakpernahhabis-563941.html
Diakses pada 30 Oktober 2014

Anda mungkin juga menyukai