Puteri Antares
Puteri Antares
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian hipospadia saat ini cenderung muncul pada 1 diantara 500 kelahiran bayi
laki-laki (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000). Di Indonesia banyak terjadi kasus hipospadia
karena kurangnya pengetahuan para bidan saat menangani kelahiran karena seharusnya anak
yang lahir itu laki-laki namun karena melihat lubang kencing di bawah maka dibilang anak
itu perempuan.
Hipospadia merupakan kelainan abnormal dari perkembangan uretra anterior dimana
muara dari uretra terletak ektopik pada bagian ventral dari penis proksimal hingga glands
penis. Muara dari uretra dapat pula terletak pada skrotum atau perineum. Semakin ke
proksimal defek uretra maka penis akan semakin mengalami pemendekan dan membentuk
kurvatur yang disebut chordee. Masalah yang ditimbulkan akibat hipospadia dapat berupa
masalah fungsi reproduksi, psikologis maupun sosial. Pada kasus ringan, meatus berada tepat
di bawah ujung penis, pada sebagian kasus yang berat meatus terletak pada perineum antara
dua skrotum (Muscari, 2005). Tatalaksana pasien dengan hipospadia adalah dengan operasi,
yang bertujuan untuk memperbaiki baik fungsi maupun kosmetik. Dari berbagai metode
operasi tersebut dikenal operasi 1 tahap (onestage) dan beberapa tahap (multistage).
Berdasarkan uraian diatas, maka penyusun tertarik dan termotivasi untuk menyusun
Laporan Kasus Keperawatan Anak dengan mengambil kasus berjudul
Asuhan
BAB II
KONSEP DASAR HIPOSPADIA
A. Pengertian
Hipospadia adalah kelainan kongetinal berupa kelainan letak lubang uretra pada pria
dari ujung penis ke sisi ventral (Corwin, 2009).
Hipospadia adalah kegagalan meatus urinarius meluas ke ujung penis, lubang uretra
terletak dibagian bawah batang penis, skrotum atau perineum (Barbara J. Gruendemann &
Billie Fernsebner, 2005).
Dan menurut (Muscari, 2005) Hipospadia adalah suatu kondisi letak lubang uretra
berada di bawah glans penis atau di bagian mana saja sepanjang permukaan ventral batang
penis. Kulit prepusium ventral sedikit, dan bagian distal tampak terselubung.
Klasifikasi hipospadia menurut letak orifisium uretra eksternum :
1. Tipe sederhana adalah tipe grandular, disini meatus terletak pada pangkal glands penis. Pada
kelainan ini secara klinis umumnya bersifat asimtomatik.
2. Tipe penil, meatus terletak antara glands penis dan skrotum
3. Tipe penoskrotal dan tipe perineal, kelainan cukup besar, umumnya pertumbuhan penis akan
terganggu.
Derajat keparahan hipospadia :
a)
Ditentukan oleh satu posisi meatus uretra : glands, korona, batang penis sambungan dari
batang penis dan skrotum dan perineum
b) Lokasinya
c) Derajat chordee (Anak-hipospadia)
B. Etiologi
Penyebab sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab
pasti dari hipospadia. Namun ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap paling
berpengaruh antara lain :
1. Secara embriologis, hipospadia disebabkan oleh kegagalan penutupan yang sempurna pada
bagian ventral lekuk uretra (Heffiner, 2005).
2.
pada pengenalan androgen (kekurangan jumlah atau fungsi reseptor androgen) (Heffiner,
2005).
3.
Terdapat presdisposisi genetik non-Mendelian pada hipospadia, jika salah satu saudara
kandung mengalami hipospadia, resiko kejadian berulang pada keluarga tersebut adalah 12%,
jika bapak dan anak laki-lakinya terkena, maka resiko untuk anak laki-laki berikutnya adalah
25% (Heffiner, 2005).
4. Kriptorkismus (cacat perkembangan yang ditandai dengan kegagalan buah zakar untuk turun
ke dalam kandung buah zakar) terdapat pada 16% anak laki-laki dengan hipospadia (Heffiner,
2005).
5. Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik (Muscari, 2005).
6.
Faktor eksogen antara lain pajanan pranatal terhadap kokain, alkohol, fenitoin, progestin,
rubela, atau diabetes gestasional (Muscari, 2005).
C. Patofisiologi
1. Kelainan terjadi akibat kegagalan lipatan uretra untuk berfusi dengan sempurna pada masa
pembentukan saluran uretral embrionik
2. Abnormalitas dapat menyebabkan infertilitas dan masalah psikologis apabila tidak diperbaiki
(Muscari, 2005).
Fungsi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus uretra
terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari yang
ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang penis hingga
akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai tapi yang
menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee , pada sisi
ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis (Anak-hipospadia).
D. Pathways
Lampiran
E. Manifestasi Klinik
Gambaran klinis Hipospadia :
1. Kesulitan atau ketidakmampuan berkemih secara adekuat dengan posisi berdiri
2. Chordee (melengkungnya penis) dapat menyertai hipospadia
3. Hernia inguinalis (testis tidak turun) dapat menyertai hipospadia (Corwin, 2009).
4. Lokasi meatus urine yang tidak tepat dapat terlihat pada saat lahir (Muscari, 2005).
F. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis dilakukan dengan dengan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir atau bayi. Karena
kelainan lain dapat menyertai hipospadia, dianjurkan pemeriksaan yang menyeluruh,
termasuk pemeriksaan kromososm (Corwin, 2009).
1.
2.
3.
4.
Rontgen
USG sistem kemih kelamin
BNO IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan kongenital ginjal
Kultur urine (Anak-hipospadia)
G. Komplikasi
Komplikasi dari hipospadia antara lain :
1.
Dapat terjadi disfungsi ejakulasi pada pria dewasa. Apabila chordee nya parah, maka
penetrasi selama berhubungan intim tidak dapat dilakukan (Corwin, 2009)
2.
Striktur, pada proksimal anastomis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi dari
anastomis
3.
Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang atau
pembentukan batu saat pubertas
4.
Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan sebagai parameter
untuk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu tahap saat ini angka kejadian yang
dapat diterima adalah 5-10%
5. Residual chordee /rekuren chrodee, akibat dari chordee yang tidak sempurna, dimana tidak
melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan scar yang berlebihan di ventral
penis walaupun sangat jarang
6.
Divertikulum (kantung abnormal yang menonjol ke luar dari saluran atau alat berongga)
(Ramali, Ahmad & K. St. Pamoentjak, 2005), terjadi pada pembentukan neouretra yang
terlalu lebar atau adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang dilanjut
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama dari penatalaksanaan bedah hipospadia adalah merekomendasikan penis
menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat yang normal atau dekat normal sehingga aliran
kencing arahnya ke depan dan dapat melakukan coitus dengan normal (Anak-hipospadia).
1. Koreksi bedah mungkin perlu dilakukan sebelum usia anak 1 atau 2 tahun. Sirkumsisi harus
dihindari pada bayi baru lahir agar kulup dapat dapat digunakan untuk perbaikan dimasa
mendatang (Corwin, 2009).
2.
Informasikan orang tua bahwa pengenalan lebih dini adalah penting sehingga sirkumsisi
dapat dihindari, kulit prepusium digunakan untuk bedah perbaikan (Muscari, 2005).
: An. T
Alamat
: Purwodadi
Tanggal lahir/Umur
: 22 Maret 1999/13.4 th
Jenis kelamin
: Laki - laki
Agama
: Islam
No Register
: 461168
Tanggal masuk
: 29 Juli 2012
Dx. Medis
: Hipospadia
: Tn. A
Pekerjaan
: Wiraswasta
Nama Ibu
: Ny. S
Pekerjaan
3. Keluhan Utama
BAK lancar tetapi tidak memancar
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 9 Juli 2012, An. T rencana akan di sirkumsisi di dokter. Namun, baru diinsisi
sedikit dokter tidak berani melanjutkan sirkumsisi. Lalu dari dokter dirujuk ke RS Karyadi
Semarang. Di RS Karyadi mengantri banyak pasien, karena dari dokter menyarankan agar
tidak terlalu lama maka An. T dari RS Karyadi dibawa ke RS Panti Wilasa Citarum Semarang
pada tanggal 29 Juli 2012. Oleh dokter poli umum RS Panti Wilasa dianjurkan untuk operasi.
Operasi tanggal 30 Juli 2012 jam 19.00. sekarang An. T dirawat di ruang Dahlia RS panti
Wilasa Citarum Semarang. An. T mengatakan cemas akan menjalani operasi, An. T terlihat
gelisah.
5. Riwayat kehamilan dan kelainan
a.
Prenatal
Ny. S mengatakan selalu memeriksakan kehamilannya ke bidan, setiap 1 bulan sekali, dan
sudah mendapat imunisasi TT dan tidak ada riwayat penyakit selama hamil.
b. Intranatal
Ny. S mengatakan melahirkan secara normal dibantu oleh bidan dengan BBL : 3100 gr, PB :
50 cm.
c. Postnatal
Ny. S mengatakan An. T diberi ASI eksklusif dan diberi makanan tambahan (MPASI) setelah
5 bulan usianya.
6. Riwayat kesehatan masa lampau
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
7.
a.
Ket :
: laki2
: perempuan
: pasien
b. Penyakit keturunan
: Ny. S mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit
hipospadia, dan an. T tidak memiliki penyakit keturunan seperti asma, hipertensi, DM.
8. Riwayat sosial
An. T dirawat oleh kedua orang tua dan nenek, dengan keadaan rumah bersih, dekat dengan
keramaian (jalan raya), dilingkungan perumahan.
9. Pola sehari-hari
a. Pola istirahat
An. T mengatakan sebelum dan selama sakit tidur 8 10 jam/hari.
b. Personal hygiene
An. T mengatakan sebelum dan selama sakit mandi 2 x/hari.
c. Pola eliminasi
An. T mengatakan sebelum dan selama sakit BAB 1 x/hari, BAK 5 x/hari (1500 cc). BAK
lancar tetapi tidak memancar.
d. Pola aktifitas latihan
Dalam kegiatan sehari-hari an. T dapat melakukan perawatan diri mandiri, makan/minum
sendiri dan aktifitas sendiri.
e. Pola nutrisi
An. T mengatakan sebelum dan selama sakit an. T makan 3 x/hari, minum 9 gelas/hari
10. Pemeriksaan fisik
a. KU
: Baik
kesadaran : composmentis
b. TTV
: N : 82 x/menit
TD : 110/70 mmHg S : 36.3C
RR : 24 x/menit
c. Kepala
Mesochepal, simetris, rambut hitam, tidak rontok, bersih, tidak ada pembesaran lingkar
kepala
d. Mata
Sklera putih, tidak ada secret mata, tidak menggunakan alat bantu penglihatan (kacamata)
e. Hidung
: tidak ada pernafasan cuping hidung, hidung bersih
f. Mulut
: mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis
g. Telinga
: tidak ada secret, tidak menggunakan alat bantu pendengaran
h. Dada
: Simetris
i. Jantung
Inspeksi
: Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
: ictus cordis terba di intercosta 4-5
Perkusi
: sonor
Auskultasi
: terdengar bunyi jantung lup dup
j. Paru paru
Inspeksi
: pengembangan paru simetris ka dan ki
Palpasi
: vokal fremitus normal
Perkusi
: sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi
: vesikuler, tidak ada ronchi/whezing
k. Abdomen
Inspeksi
: simetris, datar, tidak ada lesi, bekas operasi
Auskultasi
: bising usus normal 28 x/menit
Perkusi
: timpani
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa abdomen, tidak ada benjolan
l. Genetalia
: kelainan letak meatus uretra di penil
m. Ekstremitas
: tidak terdapat luka, bekas operasi
n. Kulit
: berwarna sawo matang, utuh, turgor baik
11. Data Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hb
Lekosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
Differential Count
Eosinofil
Basofil
Netrofil Batang
Netrofil Segmen
Limfosit
Monosit
Gol. Darah
Koagulasi
PPT
PPT test
PPT kontrol
PPTK
PTTK test
PTTK kontrol
Kimia Klinik
Ureum
Creatinin
Hasil
Nilai
Satuan
13.6
6.0
4.8
38.2 L
436 H
12.8 16.8
4.5 13
4.4 5.9
41 53
150 400
g/dl
10^9/L
10^12/L
%
10^9/L
4
0
1
55
32
8H
O
15
01
36
25 60
25 50
16
%
%
%
%
%
%
16.1
16.7
12 19
12.3 18.9
Detik
Detik
40.5
36.0
27 42
27.0 43.0
Detik
Detik
27.0
0.8
< 31
<1
mg/dl
mg/dl
1. Data Tambahan
Dilakukan pengkajian pada tanggal 31 Juli 2012, jam 15.00 (post op. Urethroplasty)
Dilakukan tindakan operasi (urethroplasty) tgl 30 Juli 2012 jam 19.00
Luka post op. Sepanjang penis, dari scrotum sampai glans penis, dan melingkar sepanjang
glans ( 5 cm), letak meaatus uretra di penil
An. T mengatakan merasakan nyeri didaerah sekitar penis, dengan skala 5, nyeri tiba-tiba
berlangsung sekitar 2 menit, an. T terlihat meringis, dan tampak berhati-hati ketika merubah
posisi
Terpasang prosedur invasi kateter, BAK tanggal 31 Juli 2012, jam 17.00 : 1000 cc, jam 19.00
: 200 cc
Pemeriksaan TTV tanggal 31 Juli 2012, jam 19.00 : N : 66 x/menit,
TD : 110/70 mmHg,
S : 36C,
Terpasang infuse RL : 15 tpm
Minum : 7 gelas/hari
RR : 24 x/menit
A. Analisa Data
Nama
: an. T
Umur
: 13.4 th
No
Data
1.
2.
30/7/12
09.00
2.
30/7/12
09.10
Cemas b.d
prosedur
pembedahan/anca
man pada status
kesehatan
Masalah
Cemas
Gangguan pola
berkemih
Intervensi
Tindakan
Etiologi
Prosedur
pembedahan/ancaman pada
status kesehatan
Obstruksi anatomik
TT
Rasional
- Monitor distensi
kandung kemih
- Mengetahui kondisi
kandung kemih
- Menyediakan perlak - Mencegah adanya
dikasur
perembesan urine
tanpa sengaja
- Mencegah konstipasi - Mengurangi distensi
kandung kemih
C. Implementasi
Nama
: an. T
Umur
: 13.4 th
No. Tgl/jam
Implementasi
DP
1,2
30/7/12
10.10
12.00
TTV
Memonitor distensi kandung kemih
Mengkaji tingkat kecemasan
Memberi pengetahuan tentang uji
diagnostik dan jalannya operasi serta
- Memberikan dukungan emosional
Respon pasien
DS :
- an. T mengatakan cemas akan
menghadapi operasi namun
setelah diajarkan teknik
relaksasi, diberi dukungan
emosional dan diberi
pengetahuan mengenai operasi
an. T mengatakan cemas
berkurang
- minum 4 gelas, BAK 3 x
DO :
- terdapat perlak di atas kasur
- an. T terlihat lebih rileks
- tidak ada distensi kandung
kemih
- minum 4 gelas ( 800 cc)
- BAK 3x ( 600 cc)
- S : 36.3C
- N : 84 x/menit
- TD : 100/80 mmHg
- RR : 26 x/menit
D. Evaluasi
Nama
: an. T
Umur
: 13.4 th
No. Tgl/jam
Evaluasi
DP
1.
30/7/2012
13.45
2.
30/7/2012
13.45
TT
ASUHAN KEPERAWATAN
Post op. Urethroplasty
A. Analisa Data
TT
Nama
Umur
No Data
1.
2.
: An. T
: 13.4 th
Masalah
B. Rencana Keperawatan
Nama
: an. T
Umur
: 13.4 th
No Tgl/jam Dx. Kep
1.
31/7/2012
15.10
Intervensi
Tujuan
2.
31/7/2012
15.10
C. Catatan Keperawatan
Nama
: An. T
Etiologi
Agen cidera (Prosedur
post. Op)
Pertahanan tubuh
primer tidak adekuat
(integritas kulit tidak
utuh/insisi bedah)
TT
Tindakan
Rasional
Umur
: 13.4 th
No Tgl/jam Implementasi
DP
1,2
Respon
20.00
1,2
1/8/2012
07.30
08.00
11.25
D. Catatan Perkembangan
Nama
: an. T
Umur
: 13.4 th
No Tgl/Jam Evaluasi
DP
1.
31/7/2012
20.30
-
TT
TT
2.
1.
2.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab pembahasan ini penulis akan membahas permasalahan tentang Asuhan ,
Keperawatan pada An. T dengan hipospadia di ruang anak, RS. Pantiwilasa Citarum
semarang.
Pembahasan akan diuraikan sesuai masalah yang ditemukan dengan menggunakan
pendekatan konsep dasar yang mendukung. Penulis akan menguraikan tentang kesenjangan
yang muncul pada asuhan keperawatan antara teori dengan kasus yang penulis kelola. Penulis
akan membahas tentang diagnosa yang muncul, yang tidak muncul, serta dukungan dan
hambatan dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada an. T .
A. Diagnosa yang muncul
1. Cemas b.d prosedur pembedahan/ancaman pada status kesehatan
Kecemasan penulis ambil sebagai diagnosa pertama kali sebelum menjalani operasi
karena tindakan operasi dapat menaikkan tingkat kecemasan pasien dan meningkatkan
hormon pemicu stress (Ibrahim, 2006). Perawatan pre operasi yang efektif dapat mengurangi
resiko post operasi, salah satu prioritasnya adalah mengurangi kecemasan pasien. Cemas
merupakan reaksi normal pasien terhadap ancaman pembedahan. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara
lain jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan tipe
kepribadian sedangkan faktor eksternalnya antara lain ancaman terhadap integritas biologis
dan ancaman terhadap konsep diri (Stuart and Sundeen, 1998).
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan pada pre operasi didapatkan data subyektif
yaitu an. T mengatakan cemas menghadapi operasi dan data objektif yang kami dapatkan
pasien terlihat gelisah.
Untuk mengatasi atau mengurangi tingkat kecemasan pasien maka dilakukan
intervensi dan implementasi yang tepat dan sesuai. Implementasi yang kami lakukan adalah
mengkaji tingkat kecemasan pasien, apakah sedang, berat, ringan, lalu kami memberi pasien
dukungan emosional, mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam dan memberi
pengetahuan tentang jalannya operasi.
Dengan implementasi tersebut kami mengevaluasi keadaan pasien dan didapat hasil
masalah cemas teratasi sebagian ditandai dengan pasien tidak lagi terlihat gelisah, pasien
melakukan teknik relaksasi dengan tarik nafas dalam, pasien juga mengungkapkan cemas
berkurang. Tetapi kami tetap melanjutkan intervensi untuk tetap memberi dukungan
emosional serta mengkaji tanda tanda vital pasien.
Dari hasil implementasi yang kami lakukan di dapatkan hasil yaitu kandung kemih tidak
mengalami distensi, BAK 4 x (1500 cc).
3. Nyeri akut b.d agen cidera (prosedur post operasi)
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan
(ancaman) kerusakan jaringan (Tjay, Tan Hoan & Kirana Rahardja, 2007). Dalam kebutuhan
dasar manusia, nyeri merupakan perasaan yang tidak nyaman yang dapat menyebabkan
komplikasi lain seperti cemas, takhikardi apabila tidak diatasi secara cepat dan tepat.
Untuk itu kami mengangkat nyeri akut sebagai diagnosa prioritas ke tiga, dimana
dalam kasus ini ditemukan data pengkajian yaitu an. T mengatakan merasakan nyeri disekitar
peni, nyeri terasa seperti kesemutan, dengan skala 5, nyeri juga terasa tiba tiba dengan
selang waktu selama 2 menit.
Dengan implementasi tersebut kami mengevaluasi perkembangan pasien dan
didapatkan hasil an. T sudah tidak merasakan nyeri, intervensi dihentikan dan pasien
diperbolehkan pulang.
4. Resiko infeksi b.d pertahanan tubuh primer tidak adekuat (integritas kulit tidak utuh/insisi
bedah)
Dalam kasus post operasi tentunya terdapat jaringan kulit yang terbuka. Jaringan
tersebut menjadi luka bedah dan sebagai pintu masuknya mikroba-mikroba, serta bakteri dan
virus ke dalam tubuh. Dalam hal ini resiko infeksi penulis angkat sebagai diagnosa prioritas
karena pasien beresiko mengalami infeksi dengan luka yang terdapat pada penis.
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan didapatkan data antara lain lebar luka
sepanjang penis, dari glans sampai skrotum, termasuk jenis luka bersih terkontaminasi. Untuk
mengurangi resiko infeksi yang mungkin terjadi maka kami melakukan implementasi antara
lain mengkaji luka apakah terdapat tanda-tanda infeksi, lalu mengkaji faktor-faktor yang bisa
menyebabkan infeksi seperti kebersihan tempat tidur, dan membersihkan lingkungan dengan
benar juga perlu diperhatikan, kami juga melakukan kolaborasi untuk pemeberian antibiotik
dan anti pendarahan dengan tujuan tubuh mendapatkan daya tahan eksternal, apabila luka
masih belum kering bisa dilakukan implementasi untuk ganti balut setiap hari sampai luka
kering.
Dari implementasi yang kami lakukan, didapatkan evaluasi yaitu tidak terdapat
tanda tanda infeksi seperti rubor, kalor, dolor, tumor, dan fungiolesa, dan luka berwarna
merah, tidak berbau, karakteristik luka bersih terkontaminasi.
B. Diagnosa yang tidak muncul :
a) Managemen regimen terapeutik tidak efektif b.d pola perawatan keluarga
b) Kesiapan dalam peningkatan managemen regimen terapeutik b.d petunjuk aktivitas adekuat
Kepercayaan yang diberikan oleh perawat klinik kepada penyusun untuk melakukan
perawatan pada pasien selama 3x7 jam.
2.
Kepercayaan pasien dan keluarga terhadap kemampuan perawat dan sikap kooperatif dari
pasien selama tindakan keperawatan.
3.
Bimbingan oleh perawat dan penguji yang sangat membantu dalam keefektifan prosedur
pelaksanaan tindakan keperawatan.
Sedangkan faktor penghambat keberhasilan tindakan keperawatan yang dihadapi penyusun
adalah :
Kurang teliti dalam melakukan pengkajian dan menganalisa data untuk memastikan
intervensi yang sesuai dengan kebutuhan pasien
3. Kurang mendalami dalam melakukan pengkajian terhadap pasien mengenai psikologis dan
tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang operasi
4. Keterbatasan pengetahuan tentang cara pendokumentasian tindakan keperawatan yang benar
dan tepat
BAB V
PENUTUP
A; Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan judul Asuhan Keperawatan Pada An.
T dengan Hipospadia di Ruang dahlia RS Panti Wilasa Citarum Semarang dapat
disimpulkan bahwa diagnosa yang muncul adalah kecemasan berhubungan dengan akan
dilakukan tindakan operasi, gangguan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik,
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (prosedur post operasi), dan resiko infeksi
berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak adekuat (integritas kulit tidak utuh/insisi
bedah). Pada tahap ini penulismenarik kesimpulan :
Hal hal yang harus diperhatikan perawat dalam penatalaksanaan pasien pre dan post
urethroplasty adalah :
Sbelum operasi dilakukan perawat harus melakukan pengkajian pre operasi awal,
rencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, perawat sebisa
mungkin melakukan wawancara terhadap keluarga pasien dan pastikan kelengkapan
pemeriksaan pre operasi dan tentukan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai. Sebelum
operasi kasus yang banyak terjadi adalah pasien mengalami kecemasan untuk itu sebagai
perawat harus bisa memberi dukungan emosional kepada pasien, dan mengkomunikasikan
status emosional pasien kepada tim bedah.
Setelah dilakukan operasi tentunya terdapat luka terbuka, maka dari itu perawata harus
mampu memanagemen untuk meminimalkan terjadinya infeksi. Dan selain itu nyeri akibat
jaringan kulit yang tidak utuh dapat mengganggu kenyamanan pasien, perawat harus bisa
membantu mengurangi nyeri dengan teknik relaksasi, memberi posisi yang nyaman bagi
pasien atau mengkolaborasikannya kepada dokter untuk pemberian analgetik.
B; Saran
Saran yang dapat penulis berikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien pre
dan post urethroplasty dengan hipospadia adalah :
1. Bagi Perawat
Peningkatan pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan tentang teori dan prosedure
asuhan keperawatan penting agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan
sesuai dengan yang dibutuhkan klien maka dari itu perawat klinik di Ruang dahlia perlu
mengikuti sejumlah pelatihan pelatihan keperawatan.
2. Bagi Akademik
Pengetahuan dalam tindakan asuhan keperawatan di ruang anak sangat diperlukan
maka untuk akademik bisa menambah jam jam kuliah seperti kunjungan di rumah sakit dan
praktek laboratorium sesering mungkin, agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan
pengetahuannya. Jadi sewaktu mahasiswa terjun ke lapangan mahasiswa sudah memiliki
bekal dan siap mengaplikasikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Favoritku
Maaf, menyakitimu
Pagiiii... , ucap sapa muklas pagi ini. udah bangunkah , lanjutnya. hemmmm
pagiii mas , (hoaammmm) masyaallah, ini s...
Hahahahaaa begitulah caraku berespon ketika bertemu dengan mereka, teman teman
dunia mayaku. Selalu banyak cara untuk bercerita tentang mer...
Translate
Diberdayakan oleh
Terjemahan
Arsip Blog
Ping Ping
Date
Label
Bekasi (1)
Cerpen (10)
Poetry (18)
Tentang aku
Gak perlu jadi orang lain untuk menarik perhatian seseorang, cukup jadi pribadi sendiri dan
menjadi unik
Time is Money
MOTTO
Hidup itu perjuangan, dan setiap kemungkinan itu pasti ada meskipun sangat kecil..
Jangan lelah untuk selalu menoleh ke belakang saat kamu melangkah ke depan..
Pengalaman itu guru terbaik, namun belajar dari pengalaman orang lain itu lebih
bijak..
Mimpi itu untuk diraih, bukan hanya dirasakan sesaat dan dilanjutkan sewaktu tidur..
Kita selalu punya cerita, tergantung bagaimana cara kita mengungkapkannya..
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.