Healing Repair
Healing Repair
Pada proses peradangan, pemulihan dimulai sangat dini dan melibatkan dua proses yang
sangat berbeda.
-
Regenerasi jaringan yang mengalami jejas oleh sel parenkim dari jenis yang
sama
dan
kekurangan
inhibitor
menyebabkan
pertumbuhan
sel
yang
Masuk dan berkembangnya sel melalui siklus sel dikendalikan melalui perubahan pada
kadar dan aktivitas suatu protein, siklin. Pada keadaan tertentu, kadar siklin meningkat
setelah didegradasi dengan cepat saat sel bergerak melalui siklus sel tersebut. Siklin
menjalankan fungsi regulasinya melalui pembentukan kompleks dengan protein yang
disebut CDK (cyclin dependent kinase). Kombinasi ini memfosforilasi sekelompok
substrat terpilih; protein kontraregulasi yang disebut desfoforilat kinase. Fosforilisasi
dapat menimbulkan perubahan konformasi bergantung pada proteinnya.
Contoh spesifik adalah regulasi CDK1 oleh siklin B pada perubahan fase G 2 M.
Pengikatan siklin yang baru disintesis terhadap CDK1 kinase inaktif pada permulaan G 2
menghasilkan suatu kompleks yang dapat diaktifkan melalui fosforilisasi. Kompleks
kinase aktif ini kemudian memfosforilisasi sejumlah protein penting dalam mengatur
transisi G2 M. Setelah mitosis, siklin B berdisiosiasi dari kompleksnya dan
didegradasi, meninggalkan kinase CDK1 inaktif, yang dapat memasuki kembali siklus
pada tahap G2 berikutnya.
Selain dari sintesis dan pemecahan siklin, kompleks siklin-CDK juga diatur melalui
pengikatan inhibitor CDK. Kompleks ini sangat penting dalam mengatur tahapan siklus
sel (G1S dan G2M), yaitu tahapan saat sel memeriksa bahwa DNA-nya telah
direplikasi dengan cukup atau semua kesalahan telah dipulihkan sebelum bergerak lebih
lanjut. Kegaglan pemantauan secara memadai terhadap keakuratan replikasi DNA akan
menyebabkan akumulasi mutasi dan transformasi ganas yang mungkin terjadi. Oleh
karena itu, pada saat DNA dirusak, protein supressor tumor TP53 akan distabilkan dan
menginduksi transkripsi CDKN1A, inhibitor CDK. Inhibitor ini menahan sel pada fase
G1 dan G2 sampai DNA dapat diperbaiki (kadar TP53 menurun, CDKN1A berkurang,
dan sel melanjutkan tahapan). Jika kerusakan terlalu luas, TP53 akan melakukan suatu
kaskade untuk membuat sel melakukan apoptosis.
Mediator Terlarut
Pertumbuhan sel tergantung pada sinyal ekstrasel yang berasal dari mediator terlarut
dan matriks ECM. Faktor paling penting adalah faktor pertumbuhan polipeptida yang
beredar di dalam serum atau yang diproduksi secara lokal oleh sel. Sebagian besar
faktor pertumbuhan memiliki efek pleiotropik, yaitu selain merangsang proliferasi sel,
faktor ini juga berperan untuk memerantarai beragam aktivitas lain seperti migrasi dan
diferensiasi sel serta remodelling jaringan pada berbagai tahap penyembuhan luka.
Faktor pertumbuhan menginduksi proliferasi sel dnegan memengaruhi pengeluaran sel
yang terlibat dalam pengendalian pertumbuhan normal, protoonkogen.
Pemberian sinyal antara sel terdekat menggunakan empat bentuk yang berbeda. Empat
bentuk tersebut meliputi autoktin, parakrin, sinaptik, dan endokrin. Sinyal ini
kemudaian diterima oleh reseptor, pengikatan ligan yang mengakibatkan pembentukan
resptor-ligan secara jinokejs yang berhubungan langsung dengan DNA inti sel dan
kemudian mengaktifkan atau menghentikan transkripsi gen.
Untuk reseptor permukaan sel, pengikatan ligan diawali dengan kenikan kalsium
intrasel, AMP siklik, dan inositol trifosfat (IP 3), atau aktivasi kinase. Hasil akhirnya
adalah translokasi faktor transkripsi aktif ke dalam nukleus. Pengikatan faktor
transkripsi ini mngubah konformasional DNA yang memodifikasi transkripsi gen ini
berikutnya.Pengikatan tersebut dapat mengaktifkan atau menekan transkripsi gen
bergantung pada faktor transkripsi. Empat jenis reseptor permukaan sel ada reseptor
kanal ion, reseptor dengan aktivitas kinase intrinsik, reseptor protein-G-berpasangan,
reseptro tanpa aktivitas enzimatik intrinsik.
Tidak semua ligan menginduksi sinyal rangsang, teptapi dalam kenyataanya sinyal
penghambat pertumbuhan juga penting keberadaannya.
Interaksi Matrik Ektraselular dan Sel-Matriks
ECM merupakan suatu kompleks makrimolekul yang mengalami remodeling
secara dinamis dan konstan yang disintesi secara lokal dan menyusun bagian penting
pada setiap jaringan. ECM terdapat dalam dua bentuk dasar ; matrik interstisial dan
membran basalis (BM)
Matriks interstisial. Bentuk ini terdapat dalam ruang antar sel dalam jaringan
ikat, serta antara epitel dan struktur pembuluh darah dan otot polos yang
menopang; matriks ini disentesis oleh sel masenkim (misalnya, fibroblast) dan
cenderung membentuk suatu amorf tiga demensi. Penyusun utamanya adalah
kolagen fibril dan non fibril, serta unsur proteoglikan dan glikoprotein lain yang
akan digambarkan kemudian
Kolagen. Kolagen
Elastin.
adalah melekatkan komponen ECM satu sama lain dan melekatkan pada
sel malaui integrin permukaan sel.
Deposisi ECM
Angiogenesis
Pembuluh darah bangun melalui 2 proses : vaskulogenesis, yang jaringan
pembuluh darah primitifnya dibentuk dari angioblas (prekursor sel endotel) selama
perkembangan embrionik; dan angiogenesis, atau neo vaskularisasi, yaitu proses saat
pembuluh darah yang telah ada sebelumnya akan mengeluarkan tunas kapiler untuk
menghasilkan pembuluh darah baru. Angiogenesis merupakan suatu proses penting
dalam penyembuhan pada lokasi jejas, dalam pengembangan sirkulasi kolateral pada
lokasi iskemia, dan dalam memberi kemungkinan pada tumor untuk semakin membesar
melampui desakan pasokan darahnya semula. Oleh karena itu, banyak hal telah
dilakukan untuk memahami mekanisme yand mendasari neovaskulirisasi semacam itu,
dan terapi unutuk memacu ataupun menghambat proses tersebut (untuk menghambat
pertumbuhan tumor) mulai segera muncul.
Empat tahapan umum yang terjadi dalam perkembangan pembuluh darah kapiler
yang baru:
Migrasi sel endotel dari kapiler asal menuju suatu rangsang angiogenik
sebagian besar reseptor. Hal tersebut terbatas pada sel endotel saja. Selain
menyebabkan proliferasi, faktor tersebut menginduksi sel endotel dan mengarahkan
(bersama laminin) pembentukan pembuluh darah dari populasi sel endotel yang
semakin meluas. Protein ECM struktural juga mengatur pembentukan tunas
pembuluh darah angiogenesis.
Fibrosis
(Pembentukan Jaringan Parut)
Fibrosis atau pembentukan jaringan akut, menambah kerangka jaringan
granulasi pada pembuluh darah baru dan ECM longgar yang berkembang dini pada
tempat pemulihan. Proses fibrosis berlangsung dalam dua langkah : (1) emigrasi dan
proliferasi fibroblast kedalam tempat jejas, dan (2) deposisi sel ini pada ECM.
Rekrutmen dan stimulasi fibroblast dikendalikan oleh banyak faktor pertumbuhan ,
meliputi faktor pertumbuhan yang berasal dari trombosit (PDGF), bFGF, TGF-. Salah
satu sumber dari berbagai faktor ini adalah endotel teraktivasi. Namun, dan mungkin
lebih penting adalah faktor yang dihasilkan oleh sel radang.
Remodeling Jaringan Parut
Perubahan dari jaringan granulasi menjadi jaringan parut melibatkan perubahan
dalam komposisi ECM ; bahkan setelah sintesis dan deposisinya, ECM jaringan parut
akan terus diubah dan dilakukan remodeling. Hasil akhir dari setiap tahapan adalah
keseimbangan antara sintesis dan degedrasi ECM
FAKTOR PERTUMBUHAN PADA REGENERASI SEL DAN FIBROSIS
Meskipun terdapat susunan faktor pertumbuhan yang mengesankan (dan faktor
pertumbuhan baru terus ditemukan) , disini hanya meninjau ulang faktor yang
mempunyai suatu kerja bersasaran luas, atau yang terlibat khusus dalam mengarahkan
proses penyembuhan pada tempat jejas.
EGF bersifat mitogenik untuk sejumlah sel epitel dan fibroblas. EGF
merangsang pembelahan sel dengan berikatan pada reseptor tirosin kinase pada
membran sel (ERB B-1), diikuti dengan fosforilasi serta peristiwwa aktivasi
lain.
FGF berikatan erat dengan heparin dan molekul anionik lain (sehingga afinitas
yang kuat pada BM); selain merangsang pertumbuhan, FGF menunjukkan
aktivitas lain. Secara khusus, bFGF merekrut makrofag dan fibroblast di tempat
luka dan mampu menginduksi semua tahapan yang diperlukan agiogenesis.
TGF- mempunyai efek pleiotropik dan sering kali menimbulkan efek yang
betentangan. Meskipun penghambat pertumbuhan untuk sebagian besar tipe sel
epitel dalam kultur, TGF- mempunyai efek yang bermacam- macam pada
proliferasi sel masenkim. Pada konsentrasi rendah menginduksi sintesis dan
sekresi PDGF, pada kosentrasi tinggi menajdi inhibitor pertumbuhan karena
memblok reseptor PDGF. TGF- juga merangsang kemotaksis fibroblast,
produksi kolagen dan fibronektin oleh sel, pada saat sama menghambat
pemecahan ektraseluler oleh metaloproteinase. Semua efek ini cenderung
membantu fibrogenesis, dan TGF- mempunyai peranan yang semakin besar
pada fibrosis yang terdapat pada keadaan peradangan kronik.
Sitokin dalam berbagai kasus juga merupakan faktor pertumbuhan. IL-1 dan
TNF, misalanya menginduksi proliferasi fibroblast.
PENYEMBUHAN LUKA
Penyembuhan
proses
yang
kompleks, tetapi umumnya terjadi secara teratur. Jenis sel khusul secara beruntun
pertama- tama akan membersihkan jejas, kemudian secara progesif membangun dasar
(scaffolding) untuk mengisi setiap defek yang dihasilkan. Diringkas menjadi
serangkaian proses seperti yang telah kami bahas sebelumnya:
Migrasi dan proliferasi, baik sel parenkim maupun sel jaringan ikat.
Penyembuhan Primer
Salah satu contoh paling sederhana pemulihan luka adalah luka penyembuhan
suatu insisi bedah yang bersih tidak terinfeksi di sekitar jahitan bedah. Proses ini adalah
penyatuan primer , atau penyembuhan primer.
Dalam waktu 24 jam, neutrofil akan muncul pada tepi insisi dan bermigrasi
menuju bekuan fibrin. Dalam waktu 24 sampai 48 jam, sel epitel kedua tepi irisan telah
mulai bermigrasi dan berproliferasi di sepanjang dermis dan mendepositkan komponen
membran basalis.
Pada hari ke 3 neutrofil sebagian besar digantikan makrofag, dan jaringan
granulasi, serat kolagen ditepi timbul. Proliferasi sel epitel berlanjut dan menghasilkan
lapisan epidermis penutup yang menebal.
Pada hari ke 5, neovaskulirasi mencapa puncaknya karena jaringan granulasi
mengisi ruangan insisi. Epidermis mnegembalikan ketebalan normalnya.
Minggu kedua, penumpukan kolagen dan profilerasi fibroblast masih berlanjut.
Peningkatan vaskularitas telah berkurang, proses pemutihan mulai dilakukan melalui
peningkatan deposisi kolagen dalam jaringan parut dan regeresi saluran pembuluh
darah.
Pada akhir bulan pertama, jaringan parut yang bersangkutan terdiri dari jaringan ikat
sel sebagian besar tanpa disertai sel radang dan ditutupi oleh suatu epidermis yang
sangat normal. Namun, tambahan dermis yang hancur pada garis inisi akan mehilang
permanenn.
Penyembuhan sekunder
infarak , ulserasi radang, pembentukan abses, atau bahkan luka besar, proses
pemulihanmya lenih kompleks. Pada keadaan ini, regenerasi sel parenkim saja tidak
dapat mengembalikan ke arsitektur asal. Akibatnya, terjadin pertumbuhan jaringan
granulasi yang luas ke arah dalam tepi luka,disertai penumpukan ECM serta
pembentukan jaringan parut.
Perbedaan penyembuhan sekundar dengan primer
Jenis (dan jumlah) jaringan yang mengalami jejas merupakan faktor penitng.
Pemulihan yang baik daopat dilakukan pada sel yang stabil dan labil.