Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) pada anak sering ditemukan dan merupakan
penyebab kedua morbiditas penyakit infeksi pada anak, sesudah infeksi saluran
nafas. Prevalensi pada anak perempuan berkisar 3-5% dan pada laki-laki sekitar
1%.1
ISK telah dianggap sebagai faktor risiko penting pada terjadinya insufisiensi
renal atau end stage renal disease pada anak-anak. Setelah ISK pertama, 60-80%
anak perempuan biasanya akan mendapatkan ISK kedua dalam 18 bulan. Pada
anak laki-laki, ISK paling banyak terjadi selama tahun pertama kehidupan dan
jauh lebih sering terjadi pada anak laki-laki disunat. Selama tahun pertama
kehidupan, perbandingan rasio anak laki-laki: rasio anak perempuan adalah 2,85,4: 1. Selama usia 1-2 tahun, dominasi rasio anak perempuan lebih mencolok,
dengan perbandingan anak laki-laki: anak perempuan adalah 1: 10. Infeksi
berulang sering terjadi pada penderita yang rentan atau terjadi karena adanya
kelainan anatomik atau fungsional saluran kemih yang menyebabkan adanya
stasis urin atau refluks sehingga perlu pengenalan dini dan pengobatan yang
adekuat untuk mempertahankan fungsi ginjal dan mencegah kerusakan lebih
lanjut.1,2
Standar pemeriksaan untuk mendiagnosis ISK adalah dengan kultur urin.
Karena dalam proses kultur dibutuhkan waktu setidaknya 48 jam untuk
mendapatkan hasilnya oleh karena itu, pemeriksaan mikroskopis urin juga sering
dibutuhkan untuk membantu membuat diagnosis awal ISK. Spesimen urin
penderita ISK akan menunjukkan temuan positif padadipstick untuk nitrit, esterase
leukosit, atau darah. Dipstick test memiliki sensitivitas

hampir 85-90%.

Pemeriksaan mikroskopis urin dapat mengevaluasi adanya eritrosit, leukosit,

bakteri, dan sel epitel. Selain itu evaluasi diagnostik pada anak yang menderita
ISK sudah banyak mengalami kemajuan, ditambah dengan adanya metode-metode
yang tidak invasif seperti ultrasonografi, pencitraan radioisotop, MRI, dan lainlain merupakan alat yang sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.1,3
Mengingat adanya komplikasi jangka panjang yang merugikan jika anak
dengan ISK tidak segera diobati, maka deteksi dan penanggulangan dini dari ISK
tersebut akan sangat dibutuhkan.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
ISK adalah keadaan adanya infeksi (pertumbuhan dan perkembangbiakan
bakteri) dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi
di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna.1
Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin yang berasal dari ISK
ataukontaminasi dari uretra, vagina ataupun dari flora di periuretral. Dalam
keadaan normal, urin baru dan segar adalah steril. Bakteriuria bermakna yaitu
bila ditemukan jumlah koloni > 105/ml spesies yang sama pada kultur urin dari
sampel mid-stream urine.1
Tabel 1. Interpretasi Hasil Biakan Urin1
Cara penampungan

Jumlah Koloni

Kemungkinan Infeksi

Pungsi supra pubik

Bakteri gram negatif : >99%


asal ada kuman
Bakteri gram positif :
beberapa ribu

Kateterisasi

kandung

> 105

kemih
104 - 105
103 - 104

95%
Diperkirakan ISK
Diragukan, ulangi

Urin pancar tengah


- Laki-laki

> 104

Diperkirakan ISK

- Perempuan
3x biakan > 105

95%

2x biakan > 105

90%

1x biakan > 105

80%

5 x 104 - 105

Diragukan, ulangi

104 5 x
simtomatik)

104(Klinis Diperkirakan ISK, ulangi

104 5 x 104
asimptomatik)
< 104

Klinis
Tidak ada ISK
Tidak ada ISK

Epidemiologi
ISK terjadi pada 3-5% anak perempuan dan 1% dari anak laki-laki.Pada
anak perempuan, ISK pertama biasanya terjadi pada umur 5 tahun, dengan
puncaknya pada bayi dan anak-anak yang sedang toillete training. Setelah ISK
pertama, 60%-80% anak perempuan akan mengembangkan ISK yang kedua
dalam 18 bulan. Pada anak laki-laki, ISK paling banyak terjadi selama tahun
pertama kehidupan; ISK jauh lebih sering terjadi pada anak laki-laki yang tidak
disunat. Prevalensi ISK bervariasi berdasarkan usia. Selama tahun pertama
kehidupan, rasio penderita laki-laki: rasio wanita adalah 2,8-5,4 : 1. Sedangkan
dalam tahun pertama sampai tahun kedua kehidupan, terjadi perubahan yang
mencolok, dimana rasio laki-laki: rasio perempuan adalah 1:10.2
Pada anak-anak prasekolah usia, prevalensi anak perempuan dengan infeksi
tanpa gejala yang akhirnya didiagnosa oleh aspirasi suprapubik adalah
0,8% dibandingkan dengan 0,2% pada anak laki-laki. Pada kelompok usia
sekolah, angka insidensi bakteriuria pada perempuan lebih banyak 30 kali
dibandingkan pada anak laki-laki.3
Remaja putri lebih cenderung memiliki vaginitis (35%) dibandingkan ISK
(17%). Selain itu, gadis remaja yang didiagnosis dengan sistitis sering memiliki
vaginitis bersamaan.3

Anatomi Saluran Kemih


Ginjal
Ginjal terletak diruang retroperitoneal antara vertebra torakal 12 atau lumbal
1 dan lumbal 4.Panjang dan beratnya bervariasi yaitu lebih kurang 6 cm dan 24
gram pada bayi yang lahir cukup bulan.Pada bayi baru lahir ginjal sering dapat
diraba. Pada janin permukaan ginjal tidak rata, berlobus-lobus yang kemudian
akan menghilang dengan bertambahnya umur. Tiap ginjal terdiri atas 8-12 lobus
yang berbentuk piramid. Ginjal mempunyai lapisan luar, yaitu korteks yang
mengandung glomerulus, tubulus proksimal dan distal yang berkelok-kelok dan
duktus koligens, serta lapisan dalam yaitu medula, yang mengandung bagian
tubulus yang lurus, ansa henle, vasa rekta, dan duktus koligens terminal.5
Puncak piramid medula menonjol ke dalam disebut papil ginjal yang
merupakan ujung kaliks minor.Beberapa duktus koligens bermuara pada duktus
papilaris Bellini yang ujungnya bermuara di papil ginjal dan mengalirkan urin
kedalam kaliks minor. Karena ada 18-24 lubang muara duktus Bellini pada ujung
papil maka daerah tersebut terlihat sebagai tapisan beras dan disebut area kribrosa
(Gambar 2).5
Antara dua piramid terdapat jaringan korteks tempat masuknya cabangcabang arteri renalis disebut kolumna Bertini. Beberapa kaliks minor membentuk
kaliks mayor yang bersatu menjadi piala (pelvis) ginjal yang kemudian bermuara
ke dalam ureter (Gambar 2).5
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosis tipis dan mengkilat yang disebut
kapsul fibrosa (true capsule) ginjal dan diluar kapsul ini terdapat jaringan lemak
perineal.Di sebelah kranial ginjal terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula
adrenal/ suprarenal yang berwarna kuning.Kelenjar adrenal bersama-sama ginjal
dan jaringan lemak perineal dibungkus oleh fasia gerota.Fasia ini berfungsi
sebagai barrier yang menghambat meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal
serta mencegah ekstravasasi urine pada saat terjadi trauma ginjal.Selain itu fasia
gerota dapat pula berfungsi sebagai barier dalam menghambat penyebaran infeksi

atau menghambat metastasis tumor ginjal ke organ sekitarnya. Di luar fasia gerota
terdapat jaringan lemak retroperitoneal atau diseebut jaringan lemak pararenal.4
Disebelah posterior, ginjal dilindungi oleh otot-otot punggung yang tebal
serta tulang rusuk ke XI dan XII, sedangkan disebelah anterior dilindungi oleh
organ-organ intraperitoneal. Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, duodenum
sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas, jejunum dan kolon.4
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medula
ginjal.Didalam korteks terdapat berjuta-juta nefron sedangkan didalam medula
banyak terdapatduktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal
yang terdiri atas tubulus kontortus proksimalis, tubulus kontortus distalis dan
duktus kolegentes.4
Darah yang membawa sisa-sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi di dalam
glomeruli kemudian di tubuli ginjal, beberapa zat yang masih diperlukan tubuh
mengalami

reabsorbsi

dan

zat-zat

hasil

sisa

metabolisme

mengalami

sekresi bersama air membentuk urin. Urin yang terbentuk di dalam nefron
disalurkan melalui piramid ke sistem pelviokaliks ginjal untuk kemudian
disalurkan ke dalam ureter.4
Sistem pelviokaliks ginjal terdiri atas kaliks minor, infundibulum, kaliks
mayor dan pielum/ pelvis renalis. Mukosa sistem pelviokaliks terdiri atas epitel
transisional dan dindingnya terdiri atas otot polos yang mampu berkontraksi untuk
mengalirkan urin sampai ke ureter.4
Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi
mengalirkan urin dari pielum ginjal ke dalam buli-buli. Dindingnya terdiri atas
mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan
longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltik (berkontraksi) guna
mengeluarkan urin ke buli-buli.4
Sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju buli-buli, secara anatomis
terdapat beberapa tempat yang ukuran diameternya relatif lebih sempit daripada di
tempat lain, sehingga batu atau benda-benda lain yang berasal dari ginjal
seringkali tersangkut ditempat itu. Tempat-tempat penyempitan itu antara lain

adalah (1) pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter atau pelvicoureter
junction (2) tempat ureter menyilang arteri iliaka di rongga pelvis dan (3) pada
saat ureter masuk ke buli-buli. Ureter masuk ke buli-buli dalam posisi miring dan
berada di dalam otot buli-buli (intramural) ; keadaan ini dapat mencegah
terjadinya aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau refluks vesiko-ureter pada
saat buli-buli berkontraksi.4
Untuk kepentingan radiologi dan kepentingan pembedahan, ureter dibagi
menjadi dua bagian yaitu : ureter pars abdominalis yaitu yang berada dari pelvis
renalis sampai menyilang vasa iliaka dan ureter pars pelvika yaitu mulai dari
persilangan dengan vasa iliaka sampai masuk ke buli-buli. Disamping itu secara
radiologis ureter dibagi dalam tiga bagian yaitu (1) ureter 1/3 proksimal mulai dari
pelvis renalis sampai batas atas sakrum (2) ureter 1/3 medial mulai dari batas atas
sakrum sampai pada batas bawah sakrum dan (3) ureter 1/3 distal mulai batas
bawah sakrum sampai masuk ke buli-buli.4
Buli-buli
Buli-buli adalah organ berongga yang berdinding otot polos yang terdiri dari
dua bagian besar: (1) badan (korpus), merupakan bagian utama kandung kemih
dimana urin berkumpul, dan (2) leher (kollum) merupakan lanjutan dari badan
yang berbentuk corong, berjalan secara inferior dan anterior kedalam daerah
segitiga urogenital dan berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih rendah dari
leher kandung kemih disebut uretra posterior karena hubungannya dengan uretra.4
Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor.Serat-serat ototnya meluas
kesegala arah dan, bila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan dalam kandung
kemih. Dengan demikian, kontraksi otot detrusor adalah langkah terpenting untuk
mengosongkan kandung kemih.sel-sel otot polos dari otot detrusor terangkai satu
sama lain sehingga timbul aliran listrik berhambatan rendah dari satu sel otot ke
sel otot lain. Oleh karena itu, potensial aksi dapat menyebar keseluruh otot
detrusor, dari satu sel otot ke sel otot berikutnya, sehingga terjadi kontraksi
seluruh kandungan kemih dengan segera.6
Buli-buli adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor yang
saling beranyaman.Disebelah dalam adalah otot longitudinal, ditengah merupakan

otot sirkuler, dan yang paling luar merupakan otot longitudinal. Mukosa buli-buli
terdiri atas sel-sel transisional yang sama seperti pada mukosa-mukosa pada pelvis
renalis, ureter, dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan
meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum bulibuli.4
Secara anatomi bentuk buli-buli terdiri atas 3 permukaan yaitu (1)
permukaan superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum (2) dua
permukaan inferiolateral dan (3) permukaan posterior. Permukaan superior
merupakan lokus minoris (daerah terlemah) dinding buli-buli.4
Buli-buli

berfungsi

menampung

urin

dari

ureter

dan

kemudian

mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Pada anak,


kapasitas buli-buli menurut formula dari Koff adalah4 :
Kapasitas Buli-buli = {Umur (tahun) + 2}x 30 ml
Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urin ke luar dari buli-buli
melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2 bagian yaitu uretra
posterior dan uretra anterior.Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang
terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang
terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior.Sfingter uretra interna terdiri
dari otot polos yang dipersarafi oleh sistem saraf simpatik sehingga pada saat bulibuli penuh, sfingter ini terbuka.Sfingter uretra eksterna terdiri atas otot bergaris
yang dipersarafi oleh sistem somatik yang dapat diperintah sesuai dengan
keinginan seseorang. Pada saat kencing sfingter ini terbuka dan tetap tertutup pada
saat menahan kencing.4
Fisiologi Saluran Kemih
Neonatus memiliki fungsi ginjal imatur saat kelahiran yang membuat
mudahnya kehilangan cairan, seperti kehilangan cairan lewat pernafasan yang
cepat atau kegagalan dalam pemasukan cairan. Berat ginjal neonatus sekitar 23
gram, berat ini akan menjadi dua kali lipat dari semula pada usia 6 bulan dan

meningkat pada akhir satu tahun pertama dan tumbuh seperti ginjal orang dewasa
pada saat pubertas yaitu 10 kali ukuran pada saat kelahiran.8
Ketika bayi dilahirkan, maka ia akan kehilangan aliran darah dari plasenta,
diikuti dengan peningkatan yang tinggi dari aliran darah pada ginjalnya sendiri,
menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah pada ginjal. Neonatus akan
menghasilkan 20 35 ml dari urin sebanyak 4 kali sehari, tapi ini akan meningkat
sampai 100 200 ml sebanyak 10 kali sehari pada hari kesepuluh setelah lahir.
Urin saat produksi pertama memperlihatkan eksresi urea yang sedikit karena pada
saat ini protein lebih banyak digunakan pada bayi dibandingkan dengan jumlah
yang dipecah dalam hati.8
Resistensi dari anyaman kapiler ginjal berkurang pada minggu pertama
kehidupan, yang memungkinkan peningkatan kemampuan filtrasi glomerulus,
akan tetapi kapsul glomerulus saat lahir dibentuk dari epitel kubus dan belum
sepenuhnya digantikan oleh epitel berlapis gepeng dan baru berfungsi secara
penuh setelah tahun pertama. Nefron yang kecil dan immatur ini juga memiliki
Lengkung Henle yang pendek juga, dimana air dan natrium secara normal diatur,
garam (natrium) sebaiknya tidak ditambahkan ke diet bayi karena tidak dapat
diekskresikan dengan mudah dan natrium yang tersisa akan mempertahankan
arteri dan vena, meningkatkan tekanan darah dan dilatasi dari jantung yang
berkembang.8
Perkembangan Kontinensia
Bayi memiliki

keadaan inkontinensia, kemampuan

untuk

mengontrol

pengeluaran urin tergantung pada sistem renal yang lengkap dan berfungsi,
kematangan saraf, kesempatan yang diberikan kepada anak untuk buang air kecil
dan kebiasaan. Anak dapat menjadi cemas dan melemah jika harapan yang
diberikan melebihi kemampuan dan kontrol mereka. Kematangan terhadap
mekanisme kontrol biasanya membutuhkan sekitar lima tahun untuk anak yang
sehat agar tetap terkontrol pada siang dan malam. Kandung kemih adalah organ
yang kompleks yang terbentuk dari lapisan otot dan dienervasikan oleh kompleks
refleks dari tulang belakang dan koordinasi dari otak. Perlu diingat bahwa jika

anak tidak mau buang air kecil, utuk alasan apapun, mereka dapat memberikan
pesan kepada otaknya dari kandung kemih mereka yang penuh itu.8
Kemampuan untuk mengontrol pengosongan kandung kemih adalah sebuah
proses yang dipelajari biasanya pada awal masa kanak-kanak sebagai hasil dari
toillete training. Seorang bayi tidak mampu berlatih mengontrol proses ini,
karena pengosongan kandung kemih tergantung pada kerja kompleks refleks.
Kandung kemih mereka akan secara volunter mengosongkan diri saat teregang
pada volume 15 ml, seperti yang diketahui pada dewasa rangsangan untuk buang
air kecil pada volume 200 ml. Saat kandung kemih penuh dan merangsang
reseptor trigonal, dan hasilnya mengirimkan impuls ke area sakral tulang belakang
melalui sistem saraf otonom. Impuls motorik dari tulang belakang lewat sistem
saraf otonom menginisiasi relaksasi sfingter internal dan kontraksi otot detrusor,
yang selanjutnya mengakibatkan urin keluar dari kandung kemih.Kapasitas
kandung kemih anak bervariasi berdasarkan umur (Tabel 1). Jumlah urin
bervariasi pada neonatus dan anak (Tabel 2).8
Tabel 1. Frekuensi Rata-Rata Miksi Pada Bayi dan Anak9
Umur

Frekuensi Miksi/ 24 Jam

3-6 bulan

20

6-12 bulan

16

1-2 tahun

12

2-3 tahun

10

3-4 tahun

12 tahun

4-6

Tabel 2. Jumlah Urin Pada Neonatus dan Anak9


Umur

Jumlah Urin (ml)

1 hari

0-20

10

2 hari

20-50

3 hari

20-60

4 hari

30-70

5-7 hari

40-90

1 bulan

200-400

2 bulan

300-500

3 bulan

500-700

1-2 tahun

600-800

3-5 tahun

800-1200

6-10 tahun

800-1400

10-14 tahun

800-1500

Kematangan

sistem

saraf diperlukan

untuk

pengontrolan

kandung

kemih, jadi impuls saraf dapat bergerak melalui tulang belakang menuju pusat
kontrol miksi di otak. Saat kewaspadaan untuk buang air kecil dan keinginan
untuk mengontrol miksi telah berkembang, bersama dengan kematangan biologis
dari sistem saraf dan perkembangan sosial si anak, menjadikan aktivitas sistem
saraf pusat mengambil alih kerja sistem refleks.Kontrol yang baik dapat dimulai
pada usia dua tahun saat anak dapat secara sadar merelaksasikan otot dasar
pinggul untuk buang air kecil.8
Kandung kemih yang sehat dapat dilatih dengan kebiasaan yang
sehat.Minum yang cukup mengeluarkan bakteri, tapi minum air soda dapat
mengiritasi kandung kemih. Ajarkan anak perempuan untuk membersihkan sia
urin dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi sistem urinarius
bagian bawah oleh bakteri yang normalnya berada di rektum. Anak juga
sebaiknya dilatih untuk buang air kecil segera setelah mereka merasakan
keinginan untuk miksi, dan wanita yang sudah dewasa sebaiknya segera buang air
11

kecil setelah melakukan hubungan.Saat mulai sekolah, saat toilet dipakai bersama
dan waktu istirahat sudah ditentukan, hal ini menyebabkan beberapa anak untuk
menolak minum sepanjang hari dan menjaga urin sampai pulang ke
rumah.Kaushik dkk (2007) menemukan bahwa anak dengan akses buang air kecil
yang bebas selama di sekolahnya memiliki tingkat konsumsi air yang secara
signifikan lebih tinggi.Dalam membantu orang tua untuk menolong anaknya
mendapatkan kontinensia, menemukan problem yang mendasarinya adalah hal
yang vital. Pertanyaan yang ditanyakan dapat meliputi umur, pekerjaan orang tua,
kebiasaan dalam keluarga dan riwayat kontinensia, keadaan kesehatan,
perkembangan mental, dan kejadian yang muncul pada kehidupan anak seperti
pergantian sekolah, fasilitas toilet seperti aksesibilitas dan keinginan untuk
meminta izin buang air kecil, pengobatan, dan asupan cairan. Manajemen
tatalaksana akan tergantung pada tajamnya anamnesa; beberapa poin diskusi dapat
berupa penjelasan mengenai kontinensia dan keyakinan bahwa masalah seperti ini
bisa diatasi, saran praktis berupa waterproof bed cover, menjalankan jadwal rutin
untuk buang air kecil (dengan kenyamanan) dan manajemen asupan cairan selama
dua puluh empat jam. Pada semua situasi, anak dan keluarga perlu untuk
diberikan motivasi untuk keberhasilan dan pujian terhadap usaha yang ada.8
Mengompol Enuresis Nokturnal
Mengompol pada malam hari adalah suatu pengalaman yang umum pada
awal masa anak-anak; sebuah gangguan pada fungsi neuromuskular yang sering
tidak berbahaya dan akan membaik sendiri. Akan tetapi, mengompol dapat
disebabkan oleh kesedihan yang sangat kuat pada kehidupan berkeluarga.
Diagnosis dari enuresis nokturnal timbul saat aliran involunter dari urin, saat tidur,
yang timbul pada anak usia lima tahun atau lebih, dengan tidak adanya kelainan
kongenital atau yang didapat oleh sistem saraf, ditemukan satu dari banyak
penyebab buruknya kontrol buang air kecil pada malam hari (termasuk stres,
riwayat keluarga, infeksi saluran kemih, dan hambatan perkembangan). Hal itu
menunjukkan bagaimana pengeluaran urin diatur, sebagai bagian dari ritme
sirkadia sehari-hari. Pada malam hari kita normalnya menurunkan kadar ekskresi

12

air, elektrolit, dan sisa-sisa sebagai persiapan menjelang tidur. Meski begitu,
beberapa anak membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan yang lainnya
untuk perkembangan ritme ini; 7% dari anak usia tujuh tahun mengompol di
malam hari. Diperkirakan bahwa pada beberapa anak, hal ini tidak disebabkan
oleh volume urin yang diproduksi pada malam hari atau kandung kemih terlalu
kecil untuk menampung, tapi ritme sirkadia ginjal memiliki peranan dalam
mengatur keseimbangan natrium pada awal pagi.8

Etiologi
Penyebab terbanyak ISK pada anak, baik yang simptomatik maupun
asimptomatik adalah kuman gram negatif Esherichia Coli (E.Coli). penyebab
lainnya adalah Klebsiella, Proteus, Staphilococcus Saphrophytichus. ISK
nosokomial sering disebabkan E. coli, Pseudomonas sp, Coagualase-negatif
Staphylococcus, Klebsiella sp, Aerobacter sp jarang ditemukan.1,3
Pada uropati obstruktif dan pada kelainan struktur saluran kemih pada anak
laki-laki sering ditemukan Proteus. ISK nosokomial sering disebabkan E.coli,
Pseudomonas sp, coagulase-negative Staphylococcus, Klebsiella sp, dan
Aerobacter species.1
Infeksi virus, terutama adenovirus,juga dapat terjadi, terutama sebagai
penyebab sistitis.1,2
Faktor Risiko
Bila

ISK

didiagnosis

pada

anak,

upaya

harus

dilakukan

untuk

mengidentifikasi faktor risiko pada anak (misalnya, anomali anatomi, disfungsi


berkemih, dan sembelit). Anak yang menerima antibiotik spektrum luas
(misalnya, amoxicillin, cephalexin) yang bisa mengganggu kondisi fisiologis
gastrointestinal (GI) dan periurethral flora, hal tersebut akan meningkatkan risiko
untuk ISK, karena obat ini mengganggu pertahanan alami saluran kemih dalam
menghadapi kolonisasi oleh bakteri patogen.3
Lamanya inkubasi urin dalam kandung kemih akibat beberapa hal
merupakan salah satu faktor terjadinya ISK.Inkubasi urin ini bisa terjadi akibat
anak memiliki disfungsi berkemih atau anak memilih untuk menahan
13

pipisnya.Berbagai keadaan bisa menjadi penyebab disfungsi berkemih. Sembelit,


dengan pembesaran rectum oleh feses merupakan penyebab penting terjadinya
disfungsi berkemih. Kelainan neurogenik atau kelainan anatomi kandung kemih
juga dapat menyebabkan disfungsi berkemih. Sedangkan kebiasaan menahan pipis
biasanya terjadi pada anak usia prasekolah dan sekolah.3,10
Bayi laki-laki yang disunat bisa mengurangi risiko ISK sekitar 90%
khususnya selama tahun pertama kehidupan. Risiko ISK pada bayi disunat adalah
sekitar 1 dari 1000 jika mereka disunat selama tahun pertama,dan bayi yang tidak
disunat memiliki 1 dari 100 risiko terjadinya ISK. Secara keseluruhan, tingkat
ISK pada anak laki-laki yang telah disunat diperkirakan 0,2%-0,4%, dengan
tingkat faktor risiko anak laki-laki tidak disunat menjadi 5-20 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan anak laki-laki yang disunat.3
Klasifikasi
ISK dapat di klasifikasikan berdasarkan anatomi dan berdasarkan klinisnya.
Berdasarkan anatominya, ISK dibagi menadi 2, antara lain:
1. ISK Atas (upper UTI) merupakan ISK bagian atas terutama parenkim ginjal,
lazimnya disebut sebagai pielonefritis.1,3
2. ISK bawah (lower UTI): bila infeksi di vesika urinaria (sistitis) atau uretra.
Batas antara atas dan bawah adalah hubungan vesikoureter. Untuk
membedakan ISK atas dengan bawah.1,3
Berdasarkan klinis dibagi menjadi 2, antara lain:
1. ISK simpleks: ISK sederhana (uncomplicated UTI), ada infeksi tetapi tanpa
penyulit (lesi) anatomik maupun fungsional saluran kemih.1
2. ISK kompleks: ISK dengan komplikasi (complicated UTI), adanya infeksi
disertai lesi anatomik ataupun fungsional, yang menyebabkan obstruksi
mekanik maupun fungsional saluran kemih, misalnya sumbatan muara uretra,
refluks vesikoureter, urolitiasis, parut ginjal, buli-buli neurogenik, dan
sebagainya. Dalam kelompok ini termasuk ISK pada neonatus dan sebagian
besar kasus dengan pielonefritis akut.1

14

Patogenesis
Patogenesis dari ISK ditentukan oleh mekanisme proteksi dan faktor
predisposisi.Mekanisme proteksi yaitu pengosongan vesika urinaria berkala dan
pertahanan tubuh penjamu.Faktor predisposisi termasuk pengosongan vesika
urinaria yang tidak komplit menyebabkan urin residu (contohnya neurogenic
bladder dan refluks vesikoureter), terapi antibiotik sebelumnya (yang mana dapat
mengeradikasi bakteri komensal dan menyebabkan bakteri yang virulen dapat
menyerang), anak laki-laki yang tidak disirkumsisi (disebabkan kolonisasi bakteri
di foreskin), dan faktor virulensi uropatogen.Parut ginjal atau refluks nefropati
telah ditemukan pada 12-58% pasien yang diperiksa setelah tahap awal ISK.
Faktor risiko parut termasuk: uropati obstruktif,refluks vesikouretra khususnya
dengan refluks intra renal, ISK pada usia muda, diagnosis dan terapi yang lambat,
ISK rekuren.11
Anak dengan traktus urinarius yang abnormal lebih banyak menderita ISK
yang disebabkan organisme dengan virulensi lebih rendah seperti Pseudomonas
atau Staphylococcus aureus. Bakteri-bakteri ini merupakan flora yang sering
mengkontaminasi genital dan kulit.11
Anak yang terinfeksi bakteri Proteus memiliki risiko terbentuknya batu di
saluran urinarius.Ini terjadi karena bakteri memproduksi amoniak melalui
metabolisme urea.Hal ini meningkatkan pH urin, yang mana menyebabkan
pembentukan presipitat garam kalsium dan magnesium fosfat. Ini dapat muncul
pada mukus dan debris sel yang disebabkan proses inflamasi dan membuat lendir
tebal yang mengisi saluran drainase lalu presipitat kimia dapat membuatnya
menjadi lebih padat. Pada sistem pelvikaliks dapat menjadi stag-horn calculi, dan
pada ureter menjadi bentuk seperti date stone.12
Bakteri patogen asalnya dari flora usus (E.coli) pasien sendiri yang
berkoloni di area periuretra. Lalu naik ke vesika urinaria dan memulai proses
proliferasi dan invasi jaringan. Toksin bakteri menyebabkan kemotaksis dan
mengaktivasi granulosit. Ini diikuti pelepasan radikal bebas dan produk lisosomal
yang mana menyebabkan kerusakan jaringan dan kematian dan fibrosis lanjut
dan scarring.11

15

Inti bakteri E.coli terdiri dari sitoplasma dan nukleus dari material DNA.
Materi genetik tambahan dapat muncul pada 1 plasmid atau lebih yang mana
seluruhnya terpisah dari inti sel. Plasmid-plasmid ini dapat mengkode resistensi
tipe antibiotik tertentu dan kepentingan klinis karena plasmid replikasi sendiri dan
dapat ditransmisi dari bakteri ke yang lain dan bahkan dari satu spesies ke yang
lain. Dinding sel mengelilingi sitoplasma.Antigen dinding sel telah didesain
antigen O. Ada lebih dari 150 antigen O. Antigen O terdiri dari lapisan lemak,
lipid A, yang mana melekat di membran, berkaitan dengan lapisan polisakarida
terluar bertanggung jawab pada serotip O individu. Bakteri lisis berikut, lipid A
dilpeaskan

sebagai

endotoksin.

Roberts

telah

menunjukkan

endotoksin

menurunkan peristaltik ureter. Ini aktivator penting untuk respon inflamasi


penjamu dan mengaktifasi alur komplemen klasik.11
Dinding sel yang mengelilingi adalah kapsul polisakarida yang bertanggung
jawab pada antigenitas K. Antigen K dikaitkan dengan virulensi E.coli pada
pielonefritis akutdan infeksi lain. Bakteri pembawa antigen K lebih dapat
melakukan kolonisasi di vesika urinaria dan menginvasi ginjal daripada bakteri
yang lain.13
Beberapa E. coli memiliki antigen H atau flagella yang membuat
organisme bergerak. Fimbriae juga penting untuk adhesi ke permukaan.13
Reseptor P terdapat pada membran mukosa manusia, termasuk sel epitel
vesika urinaria dan ureter.Fimbriae tipe 1 dapat menginisiasi kerusakan respiratori
dari leukosit polimorfonuklear dan pada penelitian hewan telah menunjukkan
dapat menyebabkan parut. Peran fimbriae tipe II yang terbentuk dari M, S, dan X
masih dalam penelitian.1
Urin memiliki konsentrasi zat besi yang rendah dan menunjukkan bahwa zat
besi penting untuk perlengketan ke permukaan. Kolisin V adalah plasmid yang
juga memiliki kemampuan untuk meningkatkan ambilan zat besi oleh bakteri.13
Pada anak perempuan, bakteri gram negatif muncul pada area dari anus ke
uretra. Pada bayi laki-laki, di mana organisme berkolonisasi di prepusium,
kejadian ISK dapat diturunkan dengan sirkumsisi.13

16

Mayoritas ISK pada bayi baru lahir menyebar melalui darah.Septikemia


akibat E.coli gram negatif sering terjadi pada masa ini. Manifestasi klinis akan
terlihat beberapa hari berupa bakteriuria. Immunoglobulin yang terdapat dalam air
susu ibu mempunyai efek proteksi dan masuknya organisme ini sering pada bayi
yang tidak disusui. Hal ini juga terjadi pada Salmonella, Tuberculosis,
Histoplasmosis, dan parasit.13
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari ISK pada anak terbagi atas dua macam yaitu
manifestasi klinis yang berasal dari traktur urinarius serta manifestasi klinis
sistemiknya.3
Manifestasi klinis yang berasal dari traktus urinarius3,10 :

Disuria

Perubahan frekuensi buang air kecil

Mengompol padahal anak telah diajarkan toilete training

Urin yang sangat berbau

Hematuri

Scoatting

Nyeri abdomen atau supra pubik


Manifestasi klinis sistemik3,10 :

Demam

Muntah/ diare

Nyeri pinggang

Sedangkan manifestasi klinis menurut usia, bisa dibedakan atas:


1. Usia antara 1 bulan sampai kurang dari 1 tahun, tidak menunjukkan gejala yang
khas, dapat berupa1 :

Demam

17

Irritable

Kelihatan sakit

Nafsu makan berkurang

Muntah, diare, dan lainnya

Ikterus dan perut kembung bisa juga ditemukan.

2. Usia prasekolah dan sekolah gejala ISK umumnya terlokalisasi pada saluran
kemih.
ISK Bawah (Lower UTI)1 :

Disuria

Polakisuria

Urgency.

ISK Atas (Upper UTI)1 :

Enuresis diurnal ataupun nocturnal terutama pada anak wanita

Sakit pinggang

Demam

Menggigil

Sakit pada daerah sudut kostovertebra.

Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis pada ISK pada anak bisa berdasarkan gejala
atau temuan pada urine, atau bahkan keduanya, tetapi kultur urin sangat
diperlukan untuk konfirmasi dan pemberian terapi yang sesuai.2
Kecurigaan yang tinggi harus dipikirkan pada anak demam, terutama ketika
demam yang tidak jelas berlangsung selama dua sampai tiga hari, ini bisa
mengurangi angka kejadian ISK yang tidak terdeteksi. Pedoman terbaru yang
dikeluarkan oleh American Academy of Pediatrics (AAP) untuk evaluasi demam
(39,0 C [102,2 F] atau lebih tinggi) yang tidak diketahui penyebabnya
dianjurkan melakukan pemeriksaan urinalisis dankultur urine untuk semua kasus
pada semua anak laki-laki dengan usia kurang dari enam bulan dan semua anak

18

perempuan dengan usia kurang dari dua tahun. Diagnosis ISK yang tepat
tergantung pada pengambilan sampel urin yang tepat 2,3
Pengumpulan dan Analisa Urin
Standar kriteria untuk mendiagnosis ISK adalah isolasi kuman patogen dari
kultur urin yang diperoleh melalui aspirasi suprapubik. Meskipun aspirasi
suprapubik adalah metode kriteria standar untuk mendapatkan urin, namun
kateterisasi adalah teknik yang paling umum digunakan pada bayi dan anak-anak
muda.Selain untuk pengambilan urin, kateterisasi juga dapat digunakan untuk
mengetahui volume residu urin sehingga dapat mengetahui klinis pasien seperti
kemungkinan

adanya neuropati

bladder. Pengambilan

spesimen

urin

midstream untuk anak-anak yang lebih tua dinilai cukup adekuat untuk
menegakkan ISK.ISK didefenisikan jika ditemukan sejumlah 100.000 CFU/ mL
dalam

spesimen mid

stream

urine.

Sedangkan

pengambilan

spesimen

melalui urine bag dinilai tidak cukup valid untuk menilai ISK pada anak karena
tingginya angka positif palsu.7
Meskipun kultur urin adalah standar kriteria untuk diagnosis UTI, mungkin
diperlukan waktu selama 48 jam untuk budaya menjadi positif. Oleh karena itu,
urine sering dibutuhkan untuk membantu membuat diagnosis awal ISK.3
Untuk penapisan pertama adanya ISK atau untuk mengetahui adanya ISK
berulang dapat digunakan1:
a. Cara dip slide yaitu suatu gelas objek yang dilapisi media biakan diatasnya,
direndam kedalam pot yang berisi urin didalamnya dan siintubasi sebelum 24
jam.
b. Plastik dip stick test (Multistix, Ames Company) yaitu suatu batang plastic
tipis yang pada ujungnya terdapat reagent pads.
1.

Untuk mengetahui adanya nitrit dalam urin. Bakteri gram negatif dalam
urin di kandung kemih mengubah nitrat (yang berasal dari makanan)
menjadi nitrit. Nitrit paling baik ditemukan bila urin dalam kandung kemih
sudah tertahan lebih dari 4 jam.1

2.

Menghitung bakteri gram negatif (bacteri count)

19

Leukosit

granulosit

mengandung

esterase

yang

merupakan

katalisatorhydrolysis pyrole aminoacid ester yang menghasilkan 3-hydroxy 5phenyl pyrrole; pyrrole ini bereaksi dengan gram diazonium, yang memberikan
warna ungu pada reagent pads.1
Dengan dip-stick ini

diketahui

1,6%

kulturnya

positif

palsu.

(IDAI)Penghitungan jumlah bakteri dari sediaan langsung urin tanpa sentrifugasi


yang diwarnai dengan pewarnaan gram dengan satu tetes urin diletakkan diatas
gelas objek dan sesudah kering diwarnai dengan pewarnaan gram, memberikan
korelasi yang tinggi dengan biakan urin. Bila ditemukan suatu bakteri gram
negatif/ lapang pandang dengan minyak emersi (oil immersion field = oil); maka
88% daripadanya ditemukan hasil biakan kuman yang bermakna (significant
bacteriuria).

Weinberg

menyatakan

bila

ditemukan

dua

atau

lebih

bakteri/oif97,6% dari padanya ditemukan biakan bakteri yang bermakna. Pyuria,


proteinuria dan hematuria dapat terjadi dengan atau tanpa ISK. Sebaliknya, ISK
dapat terjadi tanpa pyuria.1,3 Pada Urinalisis terdapat sensitivitas dan spesifitas
yang bervariasi (Tabel 3)14
Sebagian besar ISK disebabkan oleh organisme tunggal, kehadiran dua atau
lebih organisme biasanya menunjukkan adanya kontaminasi. Sebuah kultur urin
tidak wajib pada perempuan remaja, khususnya dengan episode pertama.
Pada episode ISK berulang, episode yang gagal terapi dan pada anak perempuan
dengan pyuria tanpa bakteriuria, pemeriksaan kultur urin dianjurkan (Gambar 7).3
Pemeriksaan Pencitraan
Tujuan dari studi pencitraan pada anak-anak dengan ISK adalah
mengidentifikasi kelainan anatomi yang mempengaruhi terhadap infeksi. Namun
pemilihan pmeriksaan dengan imaging yang seesuai untuk ISK pada anak masih
merupakan kontroversi. Teknik pencitraan paling sering digunakan akan dibahas
dalam Gambar 8.2,3,10 Keuntungan dan Kerugian dari Pemeriksaan Radiologis
dalam Evaluasi ISK dapat dilihat pada Tabel 4.10
Ultrasonografi

20

Ultrasonografi telah menggeser urografi intravena sebagai pemeriksaan awal


untuk ISK pada anak.Ultrasonografi saja umumnya tidak adekuat untuk
investigasi ISK pada anak-anak, karena tidak dapat diandalkan dalam mendeteksi
refluks vesicoureteral, parut ginjal ataupun perubahan akibat peradangan.Jika
refluks

atau

kelainan

morfologi

dapat

diidentifikasi, renal

scintigraphy and voiding cystourethrography dianjurkan untuk pemeriksaan lebih


lanjut untuk melihat kelainan ginjal atau jaringan parut pada saluran
kemih. Sebuah rekomendasi saat ini adalah bahwa USG harus dihilangkan pada
ISK pada anak-anak jika demam pada bayi dan anak-anak menanggapi
pengobatan (afebril dalam waktu 72 jam), hasil follow up baik, dan tidak ada
kelainan berkemih atau bahkan massa intra abdomen.3,10
Hock-Boon (1988) mengemukakan beberapa prinsip penanggulangan ISK pada
anak sbb :1
1. Konfirmasi diagnosis ISK
2. Eradikasi infeksi pada waktu serangan atau relaps
3. Evaluasi saluran kemih
4. Perlu tindakan bedah pada uropati obstruktif, batu, buli-buli neurogenik
5. Cegah infeksi berulang
6. Perlu tindak lanjut
Sistitis akut harus ditangani segera untuk mencegah perkembangan mungkin
untuk pielonefritis. Jika gejalanya berat, spesimen urine kandung kemih diperoleh
untuk kultur, dan pengobatan segera dimulai. Jika gejala yang ringan atau
diagnosis diragukan, perawatan dapat ditunda sampai hasil kultur diketahui, dan
kultur dapat diulang jika hasil tidak pasti. Jika pengobatan dimulai sebelum hasil
kultur dan sensitivitas yang tersedia, terapi dengan trimetoprim-sulfametoksazol
selama 5 hari efektif terhadap sebagian besar strain E. coli. Nitrofurantoin (5-7
mg/kg/24 jam dalam 3 sampai 4 dosis terbagi) juga efektif dan memiliki
keuntungan yang aktif terhadap organisme-Enterobacter Klebsiella. Amoksisilin
(50 mg/kg/24 jam) juga efektif sebagai pengobatan awal tetapi tidak memiliki
keunggulan yang jelas atas sulfonamid atau nitrofurantoin.3

21

Pada infeksi demam akut dengan kemungkinan pielonefritis, penggunaan


antibiotik spektrum luas selama 14 hari mampu mencapai tingkat jaringan yang
signifikan.Anak-anak yang dehidrasi, karena muntah, atau tidak dapat minum
cairan kemungkinan harus dirawat di rumah sakit untuk rehidrasi intravena dan
terapi antibiotik intravena. Pengobatan parenteral dengan ceftriaxone (50-75
mg/kg/24 jam, tidak lebih dari 2 g) atau ampisilin (100 mg/kg/24 jam) dengan
aminoglikosida seperti gentamisin (3-5 mg/kg/24 jam dalam 1 untuk 3 dosis
terbagi)

adalah

lebih

baik. Potensi

otoxicity

dan

nefrotoksisitas

dari

aminoglikosida harus dipertimbangkan, dan kadar kreatinin serum harus diperoleh


sebelum memulai pengobatan dengan gentamisin harus diperoleh sebelum
memulai pengobatan. Pengobatan dengan aminoglikosida terutama efektif
terhadap Pseudomonas spp. Oral sefalosporin generasi ke-3 seperti cefixime
efektif terhadap berbagai organisme gram negatif selain Pseudomonas, dan obat
ini dianggap oleh beberapa pihak menjadi pilihan perawatan untuk terapi
oral.Nitrofurantoin tidak boleh digunakan secara rutin pada anak-anak dengan
demam ISK karena tidak mencapai tingkat yang signifikan terhadap jaringan
ginjal.Ciprofloxacin yang merupakan fluorokuinolon yang digunakan secara oral
adalah agen alternatif untuk mikroorganisme resisten, terutama Pseudomonas,
pada pasien yang lebih tua dari 17 tahun.Ini juga telah digunakan pada anak
dengan cystic fibrosis dan infeksi paru sekunder untuk Pseudomonas.Keamanan
dan efektivitas ciprofloxacin oral pada anak diteliti. Pada beberapa anak-anak
dengan ISK demam, injeksi intramuskular dosis loading ceftriaxone diikuti
dengan terapi oral dengan sefalosporin generasi ke-3 efektif.3
Anak dengan abses ginjal atau perirenal atau dengan infeksi pada saluran
kemih terhambat sering memerlukan drainase bedah atau perkutan selain terapi
antibiotik dan langkah-langkah pendukung lainnya.
Pada anak dengan ISK berulang, identifikasi faktor predisposisi sangat
bermanfaat. Profilaksis terhadap infeksi ulang, menggunakan-trimetoprim
sulfametoksazol, trimetoprim, atau nitrofurantoin pada dari dosis terapi normal
sekali sehari, sering efektif.3

22

Tabel 5. Antibiotik Agen untuk parenteral Pengobatan ISK3


Obat

Dosis dan Rute Pemberian

Keterangan

Ceftriaxone 50-75 mg/kg/d IV/IM sebagai dosis Tidak digunakan pada bayi <6
tunggal atau dibagi setiap 12 jam.

minggu; antibiotic parenteral


dengan waktu paruh panjang.

Cefotaxime 150 mg/kg/d IV/IM dibagi setiap 6-8 Aman digunakan pada bayi <
jam.

6 minggu, digunakan dengan


ampisilin pada bayi usia 2 8
minggu.

Ampicillin 100 mg/kg/d IV/IM dibagi setiap 8 Digunakan


jam

bersama

gentamisin pada neonatus <2


minggu,

untuk

kuman

enterokokus dan pasien yang


alergi dengan sefalosporin.
Gentamicin Neonatus <

7 hari:

mg/kg/dosis IVsetiap
Bayi

dan

anak <

3.5-5 Monitor darah


24

5 tahun:

dan

fungsi

jam ginjal.
2.5

mg/kg/dosisIV setiap 8 jam atau dosis


tunggal dengan fungsi ginjal normal
yaitu 5-7.5 mg/kg/dosis IV setiap 24
jam
Anak =5 tahun:

2-2.5

mg/kg/dosis IVsetiap 8 jam atau dosis


tunggal

dengan

fungsi

ginjal

normal 5-7.5 mg/kg/dosis IVsetiap 24


jam

23

Tabel 6. Agen antibiotik untuk Pengobatan Oral ISK3


Agen Antibakteri

Dosis Harian

Sulfisoxazole

120-150 mg/kg dibagi setiap 46 jam.

Sulfamethoxazole and trimethoprim 6-12 mg/kg TMP, 30-60 mg/kg SMZ,


dibagi stiap 12 jam
Amoxicillin and clavulanic acid

20-40 mg/kg dibagi tiap 8 jam

Cephalexin

20-50 mg/kg dibagi tiap 6 jam

Cefixime

8 mg/kg dibagi tiap 12-24 jam

Cefpodoxime

10 mg/kg dibagi tiap 12 jam

Nitrofurantoin*

5-7 mg/kg dibagi tiap 6 jam

*Nitrofurantoin dapat digunakan pada infeksi saluran saluran kemih bawah. Tapi,
karena daya penetrasi terhadap jaringan yang terbatas, nitrofurantoin tidak cocok
digunakan untuk pengobatan infeksi pada ginjal.
Tabel 7. Agen antibiotik untuk mencegah infeksi ulang3
Agent

Single Daily Dose

Nitrofurantoin

1-2 mg/kg PO

Sulfamethoxazole and trimethoprim

1-2 mg/kg TMP, 5-10 mg/kg SMZ PO

Trimethoprim

1-2 mg/kg PO

Komplikasi
Angka kesakitan terkait dengan pielonefritis ditandai dengan gejala sistemik
seperti demam, nyeri perut, muntah dan dehidrasi. Bakterimia dan sepsis dapat

24

terjadi. Anak dengan pielonefritis dapat juga terdapat sistitis. Kematian akibat ISK
jarang terjadi pada anak sehat pada negara berkembang.16
ISK menyebabkan morbiditas yang signifikan dan penderitaan untuk anakanak, ketidaknyamanan dan kecemasan bagi keluarga, dan kebutuhan pengobatan
yang cukup tinggi.Meskipun kebanyakan anak dengan ISK memiliki prognosis
jangka panjang yang sangat baik, ada risiko komplikasi yang serius dalam
sebagian kecil penderita, terutama pada mereka dengan anomali kongenital
hipoplasia atau displastik dan refluks melebar. Gangguan fungsi ginjal mungkin
terjadi, kadang-kadang menyebabkan gagal ginjal kronis dan bahkan end
stage darirenal disease, hipertensi, dan komplikasi kehamilan.16
Gagal Ginjal Kronis
Pendekatan diagnostik dan terapi lebih agresif yang digunakan pada masa
bayi dan anak usia dini selama dekade terakhir tampaknya memiliki penurunan
risiko ISK menyebabkan gagal ginjal kronis. Sebuah laporan di Inggris
mencerminkan manajemen ISK tahun 1960-an dan 1970-an, penyebab utama
dari end stage renal failure adalah pielonefritis dengan atau tanpa adanya refluks
sebanyak 21% (60). Dalam studi Prancis dari tahun 1975 sampai 1990,
pielonefritis dengan refluks merupakan penyebab 12% anak dengan Gagal Ginjal
Kronis. Untuk periode 1986 sampai 1995, hanya 1 dari 102 anak-anak yang
mencapai end stage renal failure di Kansas memiliki diagnosis utama ISK dengan
refluks. Di Swedia, dengan total populasi 8,5 juta, situasinya bahkan lebih baik
dimana tidak seorang pun anak dengan insufisiensi ginjal kronis, yang
didefinisikan dengan GFR di bawah 30 mL/min/1.73 m2, karena ISK baru
terdeteksi pada tahun 1986. Smellie dan kawan-kawan. mempelajari suatu
kelompok 226 orang dewasa setelah tindak lanjut dari 10 sampai 35 tahun yang
lalu. Mereka awalnya dirujuk ke klinik ISK karena memiliki gejala ISK selama
masa kanak-kanak.Sebagian besar telah mengalami ISK yang berulang dan
refluks vesicoureteral. Dari 226 pasien, 85 orang memiliki temuan jaringan parut
pada ginjal di hasil pemeriksaan radiologis pada usia 10 tahun, dan tidak ada

25

bekas luka yang terdeteksi setelahnya. Di antara 72 orang dewasa dengan jaringan
parut ginjal yang diperiksa kembali pada usia rata-rata 27 tahun, 18 (25%) orang
mengalami peningkatan nilai plasma kreatinin; tiga dari mereka telah
mencapai end stage renal failure.16
Hipertensi
Dalam studi di Australia dan Inggris, pengembangan hipertensi ditunjukkan
pada 10% dari anak-anak dan dewasa muda dengan pyelonephritic renal scarring
(reflux nephropathy).Risiko berhubungan dengan tingkat kerusakan; 15% sampai
30% anak dengan hipertensi akibat jaringan parut bilateral dalam waktu 10
tahun. Dalam

studi

27

tahun

setelah

identifikasi

jaringan

parut

ginjal nonobstructive focal, 30 orang dewasa diperiksa kembali ; 7 orang (23%)


memiliki hipertensi > 140/90 mm Hg. Smellie dan kawan-kawan, pada follow
up jangka panjangmereka menunjukkan adanya 14 orang (19%) dari 72 orang
yang dari hasil pemeriksaan radiologisnya memiliki jaringan parut pada ginjal.
Sehingga paling tidak dalam perspektif 20 tahun dari masa kanak-kanak,
perawatan yang baik mungkin efektif untuk meminimalkan risiko jangka
panjang.16
Komplikasi Kehamilan
Anak perempuan yang memiliki kecenderungan untuk ISK berulang sejak
kecil maka akan memiliki peningkatan risiko infeksi baru setelah dewasa
khususnya selama kehamilan.Perempuan dengan jaringan parut ginjal memiliki
peningkatan signifikan tekanan darah selama kehamilan. Pada wanita dengan
refluks nefropati yang parah sebagian besar memiliki gangguan selama masa
kehamilan. Pasien wanita dengan jaringan parut ginjal harus diikuti dengan hatihati sampai dewasa dan saat melalui masa reproduksi.16

26

BAB III
KESIMPULAN
ISK merupakan salah satu penyakit infeksi terbanyak kedua pada anak
setelah infeksi pernapasan.Ditahun pertama kehidupan, penyakit ini banyak
diderita oleh anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan, dan sebaliknya
setelah tahun pertama kehidupan anak perempuan menderita penyakit ISK
dibandingkan anak laki-laki.Sirkumsisi bisa menurunkan risiko anak laki-laki
terkena penyakit ini.
Etiologi dari penyakit ISK ini utamanya adalah bakteri Eschericia
coli, namun tidak menutup kemungkinan bakteri patogen lainnya (yang bukan
merupakan bagian dari flora normal tubuh) bisa menjadi penyebab dari ISK pada
anak. Proses patogenesis dari ISK terbagi menjadi dua cara yaitu ascending
route dan bloodborne.
Gejala awal dari ISK pada anak sangatlah tidak khas, biasanya anak akan
mengalami demam hilang timbul yang tidak dapat diketahui darimana sumbernya.
Jarang sekali kasus yang disertai dengan gangguan dari traktus urinarius, sehingga
untuk menegakkan diagnosis ISK pada anak akan dibutuhkan analisis urin dan
kultur urin. Pada beberapa kasus yang meragukan, diagnostikimaging bisa
dilakukan untuk membantu diagnosis walaupun ampai sekarang pemeriksaan ini
masih kontroversial.
Pengobatan untuk ISK utamanya adalah dengan antibiotik. Deteksi dini dan
pengobatan segera akan sangat dibutuhkan agar komplikasi jangka panjang bisa
dihindari. Tapi tentu saja yang paling penting adalah pencegahan dengan cara
27

menjaga higien dan sebaiknya pasien yang pernah menderita ISK benar-benar
diperhatikan agar tidak terjadi ISK berulang.

DAFTAR PUSTAKA
1. Rusdidjas, Ramayati R. Infeksi saluran kemih. Dalam: Alatas H, Tambunan T,
Trihono PP, Sardevi SO, penyunting. Buku ajar nefrologi anak.Edisi 2.
Jakarta: IDAI; 2002. h. 142-57.
2. Elder JS. Urinary tract infections.Dalam : Kliegman RM, Behrman RE,
Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatric.Edisi Ke18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.
3. Fisher JD, Howes DS, Thornton SL. Pediatric urinary tract infection.
Diunduh darihttp://emedicine.medscape.com/article/.Diakses tanggal 7 Juni
2011.
4. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi.Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto; 2007.
h. 1-15.
5. Alatas H. Anatomi dan fisiologi ginjal. Dalam: Alatas H, Tambunan T,
Trihono PP, Sardevi SO, penyunting. Buku ajar nefrologi anak.Edisi 2.
Jakarta: IDAI; 2002. h. 1-3.
6. Wilson LM. Anatomi dan fisiologi ginjal dan saluran kemih. Dalam: Price
SA,et al, penyunting. Patofisiologi.Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2006. h. 86791.
7. Faller A, Schnke M, Schnke G. The human body, an introduction to
structure and function. New York: Thieme; 2004. h. 444-8.
8. MacGregor J. Introduction to the anatomy and physiology of children, second
edition. Oxon: Routledge; 2008. h. 110-20.
9. Alatas H. Perkembangan fisiologi ginjal dan gangguan sistem kemih-kelamin
pada neonatus. Dalam: Markum AH, penyunting. Buku ajar ilmu kesehatan
anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1999. h. 337-9.

28

10. Ahmed SM, Swedlund SK. Evaluation and treatment of urinary tract
infection in children. Diunduh dari http://www.aafp.org/afp/.Diakses tanggal
7 Juni 2011.
11. Wong SN. Practical pediatric nephrology: an update of current practices.
Taiwan; 2005.
12. Webb N. Clinical pediatric nephrology. Edisi ke-3. New York: Oxford; 2003.
13. Edelmann CM. Pediatric kidney disease. Edisi ke-2.Volume II disease of the
kidney and urinary tract. Boston: Litle Brown and Company; 1978.
14. World Health Organization, Department of Child and Adolescent Health and
Development. Discussion papers on child health, urinary tract infection of
infant and children in developing countries in the context of IMCI. 2005.
15. White B. Diagnosis and treatment of urinary tract infection. American
family physician 2011; 83. Diunduh dari : www.aafp.org/ afp. Diakses
tanggal 8 Juni 2011.
16. Hansson S, Jodal U. Urinary tract infection. Dalam: Avner ED, et al,
penyunting. Pediatric nephrology.Edisi ke-5. New York: Oxford ; 2003.

29

Anda mungkin juga menyukai