PENDAHULUAN
Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) pada anak sering ditemukan dan merupakan
penyebab kedua morbiditas penyakit infeksi pada anak, sesudah infeksi saluran
nafas. Prevalensi pada anak perempuan berkisar 3-5% dan pada laki-laki sekitar
1%.1
ISK telah dianggap sebagai faktor risiko penting pada terjadinya insufisiensi
renal atau end stage renal disease pada anak-anak. Setelah ISK pertama, 60-80%
anak perempuan biasanya akan mendapatkan ISK kedua dalam 18 bulan. Pada
anak laki-laki, ISK paling banyak terjadi selama tahun pertama kehidupan dan
jauh lebih sering terjadi pada anak laki-laki disunat. Selama tahun pertama
kehidupan, perbandingan rasio anak laki-laki: rasio anak perempuan adalah 2,85,4: 1. Selama usia 1-2 tahun, dominasi rasio anak perempuan lebih mencolok,
dengan perbandingan anak laki-laki: anak perempuan adalah 1: 10. Infeksi
berulang sering terjadi pada penderita yang rentan atau terjadi karena adanya
kelainan anatomik atau fungsional saluran kemih yang menyebabkan adanya
stasis urin atau refluks sehingga perlu pengenalan dini dan pengobatan yang
adekuat untuk mempertahankan fungsi ginjal dan mencegah kerusakan lebih
lanjut.1,2
Standar pemeriksaan untuk mendiagnosis ISK adalah dengan kultur urin.
Karena dalam proses kultur dibutuhkan waktu setidaknya 48 jam untuk
mendapatkan hasilnya oleh karena itu, pemeriksaan mikroskopis urin juga sering
dibutuhkan untuk membantu membuat diagnosis awal ISK. Spesimen urin
penderita ISK akan menunjukkan temuan positif padadipstick untuk nitrit, esterase
leukosit, atau darah. Dipstick test memiliki sensitivitas
hampir 85-90%.
bakteri, dan sel epitel. Selain itu evaluasi diagnostik pada anak yang menderita
ISK sudah banyak mengalami kemajuan, ditambah dengan adanya metode-metode
yang tidak invasif seperti ultrasonografi, pencitraan radioisotop, MRI, dan lainlain merupakan alat yang sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.1,3
Mengingat adanya komplikasi jangka panjang yang merugikan jika anak
dengan ISK tidak segera diobati, maka deteksi dan penanggulangan dini dari ISK
tersebut akan sangat dibutuhkan.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
ISK adalah keadaan adanya infeksi (pertumbuhan dan perkembangbiakan
bakteri) dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi
di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna.1
Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin yang berasal dari ISK
ataukontaminasi dari uretra, vagina ataupun dari flora di periuretral. Dalam
keadaan normal, urin baru dan segar adalah steril. Bakteriuria bermakna yaitu
bila ditemukan jumlah koloni > 105/ml spesies yang sama pada kultur urin dari
sampel mid-stream urine.1
Tabel 1. Interpretasi Hasil Biakan Urin1
Cara penampungan
Jumlah Koloni
Kemungkinan Infeksi
Kateterisasi
kandung
> 105
kemih
104 - 105
103 - 104
95%
Diperkirakan ISK
Diragukan, ulangi
> 104
Diperkirakan ISK
- Perempuan
3x biakan > 105
95%
90%
80%
5 x 104 - 105
Diragukan, ulangi
104 5 x
simtomatik)
104 5 x 104
asimptomatik)
< 104
Klinis
Tidak ada ISK
Tidak ada ISK
Epidemiologi
ISK terjadi pada 3-5% anak perempuan dan 1% dari anak laki-laki.Pada
anak perempuan, ISK pertama biasanya terjadi pada umur 5 tahun, dengan
puncaknya pada bayi dan anak-anak yang sedang toillete training. Setelah ISK
pertama, 60%-80% anak perempuan akan mengembangkan ISK yang kedua
dalam 18 bulan. Pada anak laki-laki, ISK paling banyak terjadi selama tahun
pertama kehidupan; ISK jauh lebih sering terjadi pada anak laki-laki yang tidak
disunat. Prevalensi ISK bervariasi berdasarkan usia. Selama tahun pertama
kehidupan, rasio penderita laki-laki: rasio wanita adalah 2,8-5,4 : 1. Sedangkan
dalam tahun pertama sampai tahun kedua kehidupan, terjadi perubahan yang
mencolok, dimana rasio laki-laki: rasio perempuan adalah 1:10.2
Pada anak-anak prasekolah usia, prevalensi anak perempuan dengan infeksi
tanpa gejala yang akhirnya didiagnosa oleh aspirasi suprapubik adalah
0,8% dibandingkan dengan 0,2% pada anak laki-laki. Pada kelompok usia
sekolah, angka insidensi bakteriuria pada perempuan lebih banyak 30 kali
dibandingkan pada anak laki-laki.3
Remaja putri lebih cenderung memiliki vaginitis (35%) dibandingkan ISK
(17%). Selain itu, gadis remaja yang didiagnosis dengan sistitis sering memiliki
vaginitis bersamaan.3
atau menghambat metastasis tumor ginjal ke organ sekitarnya. Di luar fasia gerota
terdapat jaringan lemak retroperitoneal atau diseebut jaringan lemak pararenal.4
Disebelah posterior, ginjal dilindungi oleh otot-otot punggung yang tebal
serta tulang rusuk ke XI dan XII, sedangkan disebelah anterior dilindungi oleh
organ-organ intraperitoneal. Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, duodenum
sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas, jejunum dan kolon.4
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medula
ginjal.Didalam korteks terdapat berjuta-juta nefron sedangkan didalam medula
banyak terdapatduktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal
yang terdiri atas tubulus kontortus proksimalis, tubulus kontortus distalis dan
duktus kolegentes.4
Darah yang membawa sisa-sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi di dalam
glomeruli kemudian di tubuli ginjal, beberapa zat yang masih diperlukan tubuh
mengalami
reabsorbsi
dan
zat-zat
hasil
sisa
metabolisme
mengalami
sekresi bersama air membentuk urin. Urin yang terbentuk di dalam nefron
disalurkan melalui piramid ke sistem pelviokaliks ginjal untuk kemudian
disalurkan ke dalam ureter.4
Sistem pelviokaliks ginjal terdiri atas kaliks minor, infundibulum, kaliks
mayor dan pielum/ pelvis renalis. Mukosa sistem pelviokaliks terdiri atas epitel
transisional dan dindingnya terdiri atas otot polos yang mampu berkontraksi untuk
mengalirkan urin sampai ke ureter.4
Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi
mengalirkan urin dari pielum ginjal ke dalam buli-buli. Dindingnya terdiri atas
mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan
longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltik (berkontraksi) guna
mengeluarkan urin ke buli-buli.4
Sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju buli-buli, secara anatomis
terdapat beberapa tempat yang ukuran diameternya relatif lebih sempit daripada di
tempat lain, sehingga batu atau benda-benda lain yang berasal dari ginjal
seringkali tersangkut ditempat itu. Tempat-tempat penyempitan itu antara lain
adalah (1) pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter atau pelvicoureter
junction (2) tempat ureter menyilang arteri iliaka di rongga pelvis dan (3) pada
saat ureter masuk ke buli-buli. Ureter masuk ke buli-buli dalam posisi miring dan
berada di dalam otot buli-buli (intramural) ; keadaan ini dapat mencegah
terjadinya aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau refluks vesiko-ureter pada
saat buli-buli berkontraksi.4
Untuk kepentingan radiologi dan kepentingan pembedahan, ureter dibagi
menjadi dua bagian yaitu : ureter pars abdominalis yaitu yang berada dari pelvis
renalis sampai menyilang vasa iliaka dan ureter pars pelvika yaitu mulai dari
persilangan dengan vasa iliaka sampai masuk ke buli-buli. Disamping itu secara
radiologis ureter dibagi dalam tiga bagian yaitu (1) ureter 1/3 proksimal mulai dari
pelvis renalis sampai batas atas sakrum (2) ureter 1/3 medial mulai dari batas atas
sakrum sampai pada batas bawah sakrum dan (3) ureter 1/3 distal mulai batas
bawah sakrum sampai masuk ke buli-buli.4
Buli-buli
Buli-buli adalah organ berongga yang berdinding otot polos yang terdiri dari
dua bagian besar: (1) badan (korpus), merupakan bagian utama kandung kemih
dimana urin berkumpul, dan (2) leher (kollum) merupakan lanjutan dari badan
yang berbentuk corong, berjalan secara inferior dan anterior kedalam daerah
segitiga urogenital dan berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih rendah dari
leher kandung kemih disebut uretra posterior karena hubungannya dengan uretra.4
Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor.Serat-serat ototnya meluas
kesegala arah dan, bila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan dalam kandung
kemih. Dengan demikian, kontraksi otot detrusor adalah langkah terpenting untuk
mengosongkan kandung kemih.sel-sel otot polos dari otot detrusor terangkai satu
sama lain sehingga timbul aliran listrik berhambatan rendah dari satu sel otot ke
sel otot lain. Oleh karena itu, potensial aksi dapat menyebar keseluruh otot
detrusor, dari satu sel otot ke sel otot berikutnya, sehingga terjadi kontraksi
seluruh kandungan kemih dengan segera.6
Buli-buli adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor yang
saling beranyaman.Disebelah dalam adalah otot longitudinal, ditengah merupakan
otot sirkuler, dan yang paling luar merupakan otot longitudinal. Mukosa buli-buli
terdiri atas sel-sel transisional yang sama seperti pada mukosa-mukosa pada pelvis
renalis, ureter, dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan
meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum bulibuli.4
Secara anatomi bentuk buli-buli terdiri atas 3 permukaan yaitu (1)
permukaan superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum (2) dua
permukaan inferiolateral dan (3) permukaan posterior. Permukaan superior
merupakan lokus minoris (daerah terlemah) dinding buli-buli.4
Buli-buli
berfungsi
menampung
urin
dari
ureter
dan
kemudian
meningkat pada akhir satu tahun pertama dan tumbuh seperti ginjal orang dewasa
pada saat pubertas yaitu 10 kali ukuran pada saat kelahiran.8
Ketika bayi dilahirkan, maka ia akan kehilangan aliran darah dari plasenta,
diikuti dengan peningkatan yang tinggi dari aliran darah pada ginjalnya sendiri,
menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah pada ginjal. Neonatus akan
menghasilkan 20 35 ml dari urin sebanyak 4 kali sehari, tapi ini akan meningkat
sampai 100 200 ml sebanyak 10 kali sehari pada hari kesepuluh setelah lahir.
Urin saat produksi pertama memperlihatkan eksresi urea yang sedikit karena pada
saat ini protein lebih banyak digunakan pada bayi dibandingkan dengan jumlah
yang dipecah dalam hati.8
Resistensi dari anyaman kapiler ginjal berkurang pada minggu pertama
kehidupan, yang memungkinkan peningkatan kemampuan filtrasi glomerulus,
akan tetapi kapsul glomerulus saat lahir dibentuk dari epitel kubus dan belum
sepenuhnya digantikan oleh epitel berlapis gepeng dan baru berfungsi secara
penuh setelah tahun pertama. Nefron yang kecil dan immatur ini juga memiliki
Lengkung Henle yang pendek juga, dimana air dan natrium secara normal diatur,
garam (natrium) sebaiknya tidak ditambahkan ke diet bayi karena tidak dapat
diekskresikan dengan mudah dan natrium yang tersisa akan mempertahankan
arteri dan vena, meningkatkan tekanan darah dan dilatasi dari jantung yang
berkembang.8
Perkembangan Kontinensia
Bayi memiliki
untuk
mengontrol
pengeluaran urin tergantung pada sistem renal yang lengkap dan berfungsi,
kematangan saraf, kesempatan yang diberikan kepada anak untuk buang air kecil
dan kebiasaan. Anak dapat menjadi cemas dan melemah jika harapan yang
diberikan melebihi kemampuan dan kontrol mereka. Kematangan terhadap
mekanisme kontrol biasanya membutuhkan sekitar lima tahun untuk anak yang
sehat agar tetap terkontrol pada siang dan malam. Kandung kemih adalah organ
yang kompleks yang terbentuk dari lapisan otot dan dienervasikan oleh kompleks
refleks dari tulang belakang dan koordinasi dari otak. Perlu diingat bahwa jika
anak tidak mau buang air kecil, utuk alasan apapun, mereka dapat memberikan
pesan kepada otaknya dari kandung kemih mereka yang penuh itu.8
Kemampuan untuk mengontrol pengosongan kandung kemih adalah sebuah
proses yang dipelajari biasanya pada awal masa kanak-kanak sebagai hasil dari
toillete training. Seorang bayi tidak mampu berlatih mengontrol proses ini,
karena pengosongan kandung kemih tergantung pada kerja kompleks refleks.
Kandung kemih mereka akan secara volunter mengosongkan diri saat teregang
pada volume 15 ml, seperti yang diketahui pada dewasa rangsangan untuk buang
air kecil pada volume 200 ml. Saat kandung kemih penuh dan merangsang
reseptor trigonal, dan hasilnya mengirimkan impuls ke area sakral tulang belakang
melalui sistem saraf otonom. Impuls motorik dari tulang belakang lewat sistem
saraf otonom menginisiasi relaksasi sfingter internal dan kontraksi otot detrusor,
yang selanjutnya mengakibatkan urin keluar dari kandung kemih.Kapasitas
kandung kemih anak bervariasi berdasarkan umur (Tabel 1). Jumlah urin
bervariasi pada neonatus dan anak (Tabel 2).8
Tabel 1. Frekuensi Rata-Rata Miksi Pada Bayi dan Anak9
Umur
3-6 bulan
20
6-12 bulan
16
1-2 tahun
12
2-3 tahun
10
3-4 tahun
12 tahun
4-6
1 hari
0-20
10
2 hari
20-50
3 hari
20-60
4 hari
30-70
5-7 hari
40-90
1 bulan
200-400
2 bulan
300-500
3 bulan
500-700
1-2 tahun
600-800
3-5 tahun
800-1200
6-10 tahun
800-1400
10-14 tahun
800-1500
Kematangan
sistem
saraf diperlukan
untuk
pengontrolan
kandung
kemih, jadi impuls saraf dapat bergerak melalui tulang belakang menuju pusat
kontrol miksi di otak. Saat kewaspadaan untuk buang air kecil dan keinginan
untuk mengontrol miksi telah berkembang, bersama dengan kematangan biologis
dari sistem saraf dan perkembangan sosial si anak, menjadikan aktivitas sistem
saraf pusat mengambil alih kerja sistem refleks.Kontrol yang baik dapat dimulai
pada usia dua tahun saat anak dapat secara sadar merelaksasikan otot dasar
pinggul untuk buang air kecil.8
Kandung kemih yang sehat dapat dilatih dengan kebiasaan yang
sehat.Minum yang cukup mengeluarkan bakteri, tapi minum air soda dapat
mengiritasi kandung kemih. Ajarkan anak perempuan untuk membersihkan sia
urin dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi sistem urinarius
bagian bawah oleh bakteri yang normalnya berada di rektum. Anak juga
sebaiknya dilatih untuk buang air kecil segera setelah mereka merasakan
keinginan untuk miksi, dan wanita yang sudah dewasa sebaiknya segera buang air
11
kecil setelah melakukan hubungan.Saat mulai sekolah, saat toilet dipakai bersama
dan waktu istirahat sudah ditentukan, hal ini menyebabkan beberapa anak untuk
menolak minum sepanjang hari dan menjaga urin sampai pulang ke
rumah.Kaushik dkk (2007) menemukan bahwa anak dengan akses buang air kecil
yang bebas selama di sekolahnya memiliki tingkat konsumsi air yang secara
signifikan lebih tinggi.Dalam membantu orang tua untuk menolong anaknya
mendapatkan kontinensia, menemukan problem yang mendasarinya adalah hal
yang vital. Pertanyaan yang ditanyakan dapat meliputi umur, pekerjaan orang tua,
kebiasaan dalam keluarga dan riwayat kontinensia, keadaan kesehatan,
perkembangan mental, dan kejadian yang muncul pada kehidupan anak seperti
pergantian sekolah, fasilitas toilet seperti aksesibilitas dan keinginan untuk
meminta izin buang air kecil, pengobatan, dan asupan cairan. Manajemen
tatalaksana akan tergantung pada tajamnya anamnesa; beberapa poin diskusi dapat
berupa penjelasan mengenai kontinensia dan keyakinan bahwa masalah seperti ini
bisa diatasi, saran praktis berupa waterproof bed cover, menjalankan jadwal rutin
untuk buang air kecil (dengan kenyamanan) dan manajemen asupan cairan selama
dua puluh empat jam. Pada semua situasi, anak dan keluarga perlu untuk
diberikan motivasi untuk keberhasilan dan pujian terhadap usaha yang ada.8
Mengompol Enuresis Nokturnal
Mengompol pada malam hari adalah suatu pengalaman yang umum pada
awal masa anak-anak; sebuah gangguan pada fungsi neuromuskular yang sering
tidak berbahaya dan akan membaik sendiri. Akan tetapi, mengompol dapat
disebabkan oleh kesedihan yang sangat kuat pada kehidupan berkeluarga.
Diagnosis dari enuresis nokturnal timbul saat aliran involunter dari urin, saat tidur,
yang timbul pada anak usia lima tahun atau lebih, dengan tidak adanya kelainan
kongenital atau yang didapat oleh sistem saraf, ditemukan satu dari banyak
penyebab buruknya kontrol buang air kecil pada malam hari (termasuk stres,
riwayat keluarga, infeksi saluran kemih, dan hambatan perkembangan). Hal itu
menunjukkan bagaimana pengeluaran urin diatur, sebagai bagian dari ritme
sirkadia sehari-hari. Pada malam hari kita normalnya menurunkan kadar ekskresi
12
air, elektrolit, dan sisa-sisa sebagai persiapan menjelang tidur. Meski begitu,
beberapa anak membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan yang lainnya
untuk perkembangan ritme ini; 7% dari anak usia tujuh tahun mengompol di
malam hari. Diperkirakan bahwa pada beberapa anak, hal ini tidak disebabkan
oleh volume urin yang diproduksi pada malam hari atau kandung kemih terlalu
kecil untuk menampung, tapi ritme sirkadia ginjal memiliki peranan dalam
mengatur keseimbangan natrium pada awal pagi.8
Etiologi
Penyebab terbanyak ISK pada anak, baik yang simptomatik maupun
asimptomatik adalah kuman gram negatif Esherichia Coli (E.Coli). penyebab
lainnya adalah Klebsiella, Proteus, Staphilococcus Saphrophytichus. ISK
nosokomial sering disebabkan E. coli, Pseudomonas sp, Coagualase-negatif
Staphylococcus, Klebsiella sp, Aerobacter sp jarang ditemukan.1,3
Pada uropati obstruktif dan pada kelainan struktur saluran kemih pada anak
laki-laki sering ditemukan Proteus. ISK nosokomial sering disebabkan E.coli,
Pseudomonas sp, coagulase-negative Staphylococcus, Klebsiella sp, dan
Aerobacter species.1
Infeksi virus, terutama adenovirus,juga dapat terjadi, terutama sebagai
penyebab sistitis.1,2
Faktor Risiko
Bila
ISK
didiagnosis
pada
anak,
upaya
harus
dilakukan
untuk
14
Patogenesis
Patogenesis dari ISK ditentukan oleh mekanisme proteksi dan faktor
predisposisi.Mekanisme proteksi yaitu pengosongan vesika urinaria berkala dan
pertahanan tubuh penjamu.Faktor predisposisi termasuk pengosongan vesika
urinaria yang tidak komplit menyebabkan urin residu (contohnya neurogenic
bladder dan refluks vesikoureter), terapi antibiotik sebelumnya (yang mana dapat
mengeradikasi bakteri komensal dan menyebabkan bakteri yang virulen dapat
menyerang), anak laki-laki yang tidak disirkumsisi (disebabkan kolonisasi bakteri
di foreskin), dan faktor virulensi uropatogen.Parut ginjal atau refluks nefropati
telah ditemukan pada 12-58% pasien yang diperiksa setelah tahap awal ISK.
Faktor risiko parut termasuk: uropati obstruktif,refluks vesikouretra khususnya
dengan refluks intra renal, ISK pada usia muda, diagnosis dan terapi yang lambat,
ISK rekuren.11
Anak dengan traktus urinarius yang abnormal lebih banyak menderita ISK
yang disebabkan organisme dengan virulensi lebih rendah seperti Pseudomonas
atau Staphylococcus aureus. Bakteri-bakteri ini merupakan flora yang sering
mengkontaminasi genital dan kulit.11
Anak yang terinfeksi bakteri Proteus memiliki risiko terbentuknya batu di
saluran urinarius.Ini terjadi karena bakteri memproduksi amoniak melalui
metabolisme urea.Hal ini meningkatkan pH urin, yang mana menyebabkan
pembentukan presipitat garam kalsium dan magnesium fosfat. Ini dapat muncul
pada mukus dan debris sel yang disebabkan proses inflamasi dan membuat lendir
tebal yang mengisi saluran drainase lalu presipitat kimia dapat membuatnya
menjadi lebih padat. Pada sistem pelvikaliks dapat menjadi stag-horn calculi, dan
pada ureter menjadi bentuk seperti date stone.12
Bakteri patogen asalnya dari flora usus (E.coli) pasien sendiri yang
berkoloni di area periuretra. Lalu naik ke vesika urinaria dan memulai proses
proliferasi dan invasi jaringan. Toksin bakteri menyebabkan kemotaksis dan
mengaktivasi granulosit. Ini diikuti pelepasan radikal bebas dan produk lisosomal
yang mana menyebabkan kerusakan jaringan dan kematian dan fibrosis lanjut
dan scarring.11
15
Inti bakteri E.coli terdiri dari sitoplasma dan nukleus dari material DNA.
Materi genetik tambahan dapat muncul pada 1 plasmid atau lebih yang mana
seluruhnya terpisah dari inti sel. Plasmid-plasmid ini dapat mengkode resistensi
tipe antibiotik tertentu dan kepentingan klinis karena plasmid replikasi sendiri dan
dapat ditransmisi dari bakteri ke yang lain dan bahkan dari satu spesies ke yang
lain. Dinding sel mengelilingi sitoplasma.Antigen dinding sel telah didesain
antigen O. Ada lebih dari 150 antigen O. Antigen O terdiri dari lapisan lemak,
lipid A, yang mana melekat di membran, berkaitan dengan lapisan polisakarida
terluar bertanggung jawab pada serotip O individu. Bakteri lisis berikut, lipid A
dilpeaskan
sebagai
endotoksin.
Roberts
telah
menunjukkan
endotoksin
16
Disuria
Hematuri
Scoatting
Demam
Muntah/ diare
Nyeri pinggang
Demam
17
Irritable
Kelihatan sakit
2. Usia prasekolah dan sekolah gejala ISK umumnya terlokalisasi pada saluran
kemih.
ISK Bawah (Lower UTI)1 :
Disuria
Polakisuria
Urgency.
Sakit pinggang
Demam
Menggigil
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis pada ISK pada anak bisa berdasarkan gejala
atau temuan pada urine, atau bahkan keduanya, tetapi kultur urin sangat
diperlukan untuk konfirmasi dan pemberian terapi yang sesuai.2
Kecurigaan yang tinggi harus dipikirkan pada anak demam, terutama ketika
demam yang tidak jelas berlangsung selama dua sampai tiga hari, ini bisa
mengurangi angka kejadian ISK yang tidak terdeteksi. Pedoman terbaru yang
dikeluarkan oleh American Academy of Pediatrics (AAP) untuk evaluasi demam
(39,0 C [102,2 F] atau lebih tinggi) yang tidak diketahui penyebabnya
dianjurkan melakukan pemeriksaan urinalisis dankultur urine untuk semua kasus
pada semua anak laki-laki dengan usia kurang dari enam bulan dan semua anak
18
perempuan dengan usia kurang dari dua tahun. Diagnosis ISK yang tepat
tergantung pada pengambilan sampel urin yang tepat 2,3
Pengumpulan dan Analisa Urin
Standar kriteria untuk mendiagnosis ISK adalah isolasi kuman patogen dari
kultur urin yang diperoleh melalui aspirasi suprapubik. Meskipun aspirasi
suprapubik adalah metode kriteria standar untuk mendapatkan urin, namun
kateterisasi adalah teknik yang paling umum digunakan pada bayi dan anak-anak
muda.Selain untuk pengambilan urin, kateterisasi juga dapat digunakan untuk
mengetahui volume residu urin sehingga dapat mengetahui klinis pasien seperti
kemungkinan
adanya neuropati
bladder. Pengambilan
spesimen
urin
midstream untuk anak-anak yang lebih tua dinilai cukup adekuat untuk
menegakkan ISK.ISK didefenisikan jika ditemukan sejumlah 100.000 CFU/ mL
dalam
spesimen mid
stream
urine.
Sedangkan
pengambilan
spesimen
melalui urine bag dinilai tidak cukup valid untuk menilai ISK pada anak karena
tingginya angka positif palsu.7
Meskipun kultur urin adalah standar kriteria untuk diagnosis UTI, mungkin
diperlukan waktu selama 48 jam untuk budaya menjadi positif. Oleh karena itu,
urine sering dibutuhkan untuk membantu membuat diagnosis awal ISK.3
Untuk penapisan pertama adanya ISK atau untuk mengetahui adanya ISK
berulang dapat digunakan1:
a. Cara dip slide yaitu suatu gelas objek yang dilapisi media biakan diatasnya,
direndam kedalam pot yang berisi urin didalamnya dan siintubasi sebelum 24
jam.
b. Plastik dip stick test (Multistix, Ames Company) yaitu suatu batang plastic
tipis yang pada ujungnya terdapat reagent pads.
1.
Untuk mengetahui adanya nitrit dalam urin. Bakteri gram negatif dalam
urin di kandung kemih mengubah nitrat (yang berasal dari makanan)
menjadi nitrit. Nitrit paling baik ditemukan bila urin dalam kandung kemih
sudah tertahan lebih dari 4 jam.1
2.
19
Leukosit
granulosit
mengandung
esterase
yang
merupakan
katalisatorhydrolysis pyrole aminoacid ester yang menghasilkan 3-hydroxy 5phenyl pyrrole; pyrrole ini bereaksi dengan gram diazonium, yang memberikan
warna ungu pada reagent pads.1
Dengan dip-stick ini
diketahui
1,6%
kulturnya
positif
palsu.
Weinberg
menyatakan
bila
ditemukan
dua
atau
lebih
20
atau
kelainan
morfologi
dapat
diidentifikasi, renal
21
adalah
lebih
baik. Potensi
otoxicity
dan
nefrotoksisitas
dari
22
Keterangan
Ceftriaxone 50-75 mg/kg/d IV/IM sebagai dosis Tidak digunakan pada bayi <6
tunggal atau dibagi setiap 12 jam.
Cefotaxime 150 mg/kg/d IV/IM dibagi setiap 6-8 Aman digunakan pada bayi <
jam.
bersama
untuk
kuman
7 hari:
mg/kg/dosis IVsetiap
Bayi
dan
anak <
5 tahun:
dan
fungsi
jam ginjal.
2.5
2-2.5
dengan
fungsi
ginjal
23
Dosis Harian
Sulfisoxazole
Cephalexin
Cefixime
Cefpodoxime
Nitrofurantoin*
*Nitrofurantoin dapat digunakan pada infeksi saluran saluran kemih bawah. Tapi,
karena daya penetrasi terhadap jaringan yang terbatas, nitrofurantoin tidak cocok
digunakan untuk pengobatan infeksi pada ginjal.
Tabel 7. Agen antibiotik untuk mencegah infeksi ulang3
Agent
Nitrofurantoin
1-2 mg/kg PO
Trimethoprim
1-2 mg/kg PO
Komplikasi
Angka kesakitan terkait dengan pielonefritis ditandai dengan gejala sistemik
seperti demam, nyeri perut, muntah dan dehidrasi. Bakterimia dan sepsis dapat
24
terjadi. Anak dengan pielonefritis dapat juga terdapat sistitis. Kematian akibat ISK
jarang terjadi pada anak sehat pada negara berkembang.16
ISK menyebabkan morbiditas yang signifikan dan penderitaan untuk anakanak, ketidaknyamanan dan kecemasan bagi keluarga, dan kebutuhan pengobatan
yang cukup tinggi.Meskipun kebanyakan anak dengan ISK memiliki prognosis
jangka panjang yang sangat baik, ada risiko komplikasi yang serius dalam
sebagian kecil penderita, terutama pada mereka dengan anomali kongenital
hipoplasia atau displastik dan refluks melebar. Gangguan fungsi ginjal mungkin
terjadi, kadang-kadang menyebabkan gagal ginjal kronis dan bahkan end
stage darirenal disease, hipertensi, dan komplikasi kehamilan.16
Gagal Ginjal Kronis
Pendekatan diagnostik dan terapi lebih agresif yang digunakan pada masa
bayi dan anak usia dini selama dekade terakhir tampaknya memiliki penurunan
risiko ISK menyebabkan gagal ginjal kronis. Sebuah laporan di Inggris
mencerminkan manajemen ISK tahun 1960-an dan 1970-an, penyebab utama
dari end stage renal failure adalah pielonefritis dengan atau tanpa adanya refluks
sebanyak 21% (60). Dalam studi Prancis dari tahun 1975 sampai 1990,
pielonefritis dengan refluks merupakan penyebab 12% anak dengan Gagal Ginjal
Kronis. Untuk periode 1986 sampai 1995, hanya 1 dari 102 anak-anak yang
mencapai end stage renal failure di Kansas memiliki diagnosis utama ISK dengan
refluks. Di Swedia, dengan total populasi 8,5 juta, situasinya bahkan lebih baik
dimana tidak seorang pun anak dengan insufisiensi ginjal kronis, yang
didefinisikan dengan GFR di bawah 30 mL/min/1.73 m2, karena ISK baru
terdeteksi pada tahun 1986. Smellie dan kawan-kawan. mempelajari suatu
kelompok 226 orang dewasa setelah tindak lanjut dari 10 sampai 35 tahun yang
lalu. Mereka awalnya dirujuk ke klinik ISK karena memiliki gejala ISK selama
masa kanak-kanak.Sebagian besar telah mengalami ISK yang berulang dan
refluks vesicoureteral. Dari 226 pasien, 85 orang memiliki temuan jaringan parut
pada ginjal di hasil pemeriksaan radiologis pada usia 10 tahun, dan tidak ada
25
bekas luka yang terdeteksi setelahnya. Di antara 72 orang dewasa dengan jaringan
parut ginjal yang diperiksa kembali pada usia rata-rata 27 tahun, 18 (25%) orang
mengalami peningkatan nilai plasma kreatinin; tiga dari mereka telah
mencapai end stage renal failure.16
Hipertensi
Dalam studi di Australia dan Inggris, pengembangan hipertensi ditunjukkan
pada 10% dari anak-anak dan dewasa muda dengan pyelonephritic renal scarring
(reflux nephropathy).Risiko berhubungan dengan tingkat kerusakan; 15% sampai
30% anak dengan hipertensi akibat jaringan parut bilateral dalam waktu 10
tahun. Dalam
studi
27
tahun
setelah
identifikasi
jaringan
parut
26
BAB III
KESIMPULAN
ISK merupakan salah satu penyakit infeksi terbanyak kedua pada anak
setelah infeksi pernapasan.Ditahun pertama kehidupan, penyakit ini banyak
diderita oleh anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan, dan sebaliknya
setelah tahun pertama kehidupan anak perempuan menderita penyakit ISK
dibandingkan anak laki-laki.Sirkumsisi bisa menurunkan risiko anak laki-laki
terkena penyakit ini.
Etiologi dari penyakit ISK ini utamanya adalah bakteri Eschericia
coli, namun tidak menutup kemungkinan bakteri patogen lainnya (yang bukan
merupakan bagian dari flora normal tubuh) bisa menjadi penyebab dari ISK pada
anak. Proses patogenesis dari ISK terbagi menjadi dua cara yaitu ascending
route dan bloodborne.
Gejala awal dari ISK pada anak sangatlah tidak khas, biasanya anak akan
mengalami demam hilang timbul yang tidak dapat diketahui darimana sumbernya.
Jarang sekali kasus yang disertai dengan gangguan dari traktus urinarius, sehingga
untuk menegakkan diagnosis ISK pada anak akan dibutuhkan analisis urin dan
kultur urin. Pada beberapa kasus yang meragukan, diagnostikimaging bisa
dilakukan untuk membantu diagnosis walaupun ampai sekarang pemeriksaan ini
masih kontroversial.
Pengobatan untuk ISK utamanya adalah dengan antibiotik. Deteksi dini dan
pengobatan segera akan sangat dibutuhkan agar komplikasi jangka panjang bisa
dihindari. Tapi tentu saja yang paling penting adalah pencegahan dengan cara
27
menjaga higien dan sebaiknya pasien yang pernah menderita ISK benar-benar
diperhatikan agar tidak terjadi ISK berulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rusdidjas, Ramayati R. Infeksi saluran kemih. Dalam: Alatas H, Tambunan T,
Trihono PP, Sardevi SO, penyunting. Buku ajar nefrologi anak.Edisi 2.
Jakarta: IDAI; 2002. h. 142-57.
2. Elder JS. Urinary tract infections.Dalam : Kliegman RM, Behrman RE,
Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatric.Edisi Ke18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.
3. Fisher JD, Howes DS, Thornton SL. Pediatric urinary tract infection.
Diunduh darihttp://emedicine.medscape.com/article/.Diakses tanggal 7 Juni
2011.
4. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi.Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto; 2007.
h. 1-15.
5. Alatas H. Anatomi dan fisiologi ginjal. Dalam: Alatas H, Tambunan T,
Trihono PP, Sardevi SO, penyunting. Buku ajar nefrologi anak.Edisi 2.
Jakarta: IDAI; 2002. h. 1-3.
6. Wilson LM. Anatomi dan fisiologi ginjal dan saluran kemih. Dalam: Price
SA,et al, penyunting. Patofisiologi.Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2006. h. 86791.
7. Faller A, Schnke M, Schnke G. The human body, an introduction to
structure and function. New York: Thieme; 2004. h. 444-8.
8. MacGregor J. Introduction to the anatomy and physiology of children, second
edition. Oxon: Routledge; 2008. h. 110-20.
9. Alatas H. Perkembangan fisiologi ginjal dan gangguan sistem kemih-kelamin
pada neonatus. Dalam: Markum AH, penyunting. Buku ajar ilmu kesehatan
anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1999. h. 337-9.
28
10. Ahmed SM, Swedlund SK. Evaluation and treatment of urinary tract
infection in children. Diunduh dari http://www.aafp.org/afp/.Diakses tanggal
7 Juni 2011.
11. Wong SN. Practical pediatric nephrology: an update of current practices.
Taiwan; 2005.
12. Webb N. Clinical pediatric nephrology. Edisi ke-3. New York: Oxford; 2003.
13. Edelmann CM. Pediatric kidney disease. Edisi ke-2.Volume II disease of the
kidney and urinary tract. Boston: Litle Brown and Company; 1978.
14. World Health Organization, Department of Child and Adolescent Health and
Development. Discussion papers on child health, urinary tract infection of
infant and children in developing countries in the context of IMCI. 2005.
15. White B. Diagnosis and treatment of urinary tract infection. American
family physician 2011; 83. Diunduh dari : www.aafp.org/ afp. Diakses
tanggal 8 Juni 2011.
16. Hansson S, Jodal U. Urinary tract infection. Dalam: Avner ED, et al,
penyunting. Pediatric nephrology.Edisi ke-5. New York: Oxford ; 2003.
29