BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengertian infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk hamil setelah
1 tahun melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Infertilitas
mempengaruhi sekitar 15% dari pasangan. Sekitar 40% kasus melibatkan faktor
kontribusi laki-laki, sedangkan 40% melibatkan faktor kontribusi perempuan, dan
sisanya melibatkan kedua jenis kelamin.
Infertilitas pada laki-laki dapat disebabkan oleh gangguan yang biasanya disebut
impotensi sehingga senggama tidak berlangsung normal. Untuk senggama, biasanya
dari pihak laki-laki dibutuhkan hasrat, ereksi dan ejakulasi, dimana umumnya disertai
dengan orgasme, dan pada semua tahapan tersebut dapat mengalami gangguan.
Gangguan ereksi dapat dipengaruhi oleh tidak adanya hasrat, gangguan persarafan
sensible kulit dan pembuluh darah alat kelamin yang terganggu, terutama pada kulit
penis dan pembuluh darah corpus cavernosus. Demikian pula gangguan ejakulasi
yang dipengaruhi juga oleh faktur pendarahan, persarafan dan kelainan anatomi.
Selain itu masih diperlukan air mani yang banyak dan mutunya harus memenuhi
syarat.
Mengingat bahwa faktor laki-laki dapat diidentifikasi sebagai penyebab
ketidaksuburan, penting untuk mengevaluasi pasangan laki-laki maupun perempuan
secara paralel. Meskipun infertilitas didefinisikan sebagai kegaglan untuk hamil
setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi, pasangan mungkin ingin
melanjutkan dengan evaluasi cepat. Evaluasi urologis lengkap sangat penting karena
infertilitas pada pria mungkin merupakan gejala penyakit sistemik yang signifikan.
1
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
Varikokel adalah suatu dilatasi abnormal dari vena pada plxeus pampiniformis akibat
gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. Kelainan ini banyak mengenai
pria, meskipun presentasinya hanya 15%. Dan ternyata varikokel merupakan salah
satu penyebab infertilitas pada pria, dan didapatkan 21-41% pria yang infertile
memiliki varikokel.
Gambar 1.
Testis
2
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
3
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
Berawal dari duktus efferent yang sangat berbelit belit. Panjangnya sekitar 6
cm. Terdiri dari caput, corpus dan cauda. Caput dari epididimis berada di bagian
superior dan paling besar, corpus letaknya diantara caput dan cauda dan
berukuran sedang, sedangkan cauda adalah bagian paling kecil yang letaknya di
inferior. Epididimis dilapisi oleh epitel berlapis kubus, yang dipermukaannya
terdapat stereosilia yang memperbesar area untuk reabsorbsi ketika sperma
berdegenerasi. Fungsinya adalah untuk proses pematangan sperma. Selain itu
fungsi dari duktus ini sendiri adalah membantu mendorong sperma ke duktus
(vas) deferens sewaktu hubungan seksual dengan kontraksi peristaltik dengan otot
polosnya dan juga untuk menyimpan sperma.
b. DUKTUS DEFERENS
Duktus deferens panjangnya 45 cm, naik disepanjang batas posterior dari
epididimis, melewati spermatic cord dan kemudian masuk ke rongga pelvis,
memutari ureter dan melewati bagian atas dan bawah dari vesica urinaria. Lalu
ada bagian terminal perbesaran duktus deferens yang disebut ampula. Mukosanya
terdiri dari epitel berlapis kubus dan lamina propria (arveolar connective tissue).
Fungsinya membawa sperma selama hubungan seksual dari epididimis ke arah
uretra dengan kontraksi peristaltik.
c. DUKTUS EJAKULATORIUS
Panjangnya 2 cm. Dibentuk dari penyatuan vesica seminalis dan ampula (vas
deferens). Berasal dari superior ke dasar dari prostat dan melewati bagian inferior
dan anterior prostat. Ini merupakan sebuah terminal lanjutan setelah pengeluaran
sperma dan bagian sekresi dari vesica seminalis, sebelum sperma diteruskan ke
uretra.
d. URETRA
4
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
Uretra ini adalah saluran bersamasama sistem reproduksi dan sistem urine.
Menyediakan tempat jalan terusan untuk semen dan urine. Uretra ini memiliki
panjang 20 cm. Melewati prostat, otot dalam perineum dan penis.
3. Accesory Gland :
1. SEMINAL VESICLE
Adalah sebuah kantung dengan struktur berbelit dengan panjang sekitar
5cm. Terletak didasar urinary bladder dan anterior dari rectum. Melewati
saluran seminal vesikel yang menyekresi alkalin, cairan kental yang
mengandung fruktosa, prostaglandin, dan gumpalan protein yang berbeda dari
darah.
a. Alkalin dari seminal vesicle fungsinya adalah membantu menetralkan
lingkungan asam dalam reproduksi wanita yang dapat membunuh
sperma.
b. Fruktosa yaitu untuk produksi ATP.
c. Prostaglandin yaitu untuk menambah
pergerakan
sperma
dan
6
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
EXTERNAL GENITALIA
1. Penis
Mengandung
uretra
dan
saluran
ejakulasi dari
semen
dan
eksresi urine.
Bentuknya
silinder terdiri
dari
corpus,
Cauda. Terletak di bagian proximal yang mengandung bulb of penis dan crura
of penis yang dipisahkan oleh corpora covernosa. Disokong oleh 2 ligamen
8
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
9
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
10
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
Sperma
Sel Sertoli yang terdekat dengan membran basal menciptakan sawar darah testis
yang menghalangi substansi darah langsung masuk ke dalam lumen tubulus
seminiferus, sehingga menciptakan kompisisi yang unik dari cairan dalam tubulus.
Sekret ini juga yang akan mendorong sperma dari tubulus ke epididimis. Selain itu,
sawar darah ini berfungsi untuk mencegah pembentukan antibodi pada spermatozoa.
Sel Sertoli juga berfungsi untuk memberi nutrisi pada sel sperma yang berkembang
dengan mengubah glukosa menjadi laktat, karena sel sperma menggunakan laktat
sebagai sumber energi. Androgen-binding protein merupakan struktur penting yang
dimiliki sel sertoli, yang berfungsi untuk menahan testosteron agar tidak terbuang dari
lumen tubulus karena testosteron dibutuhkan dalam jumlah yang banyak dalam testis
untuk produksi sperma. Sel Sertoli adalah kontrol spermatogenesis yang diatur oleh
testosteron dan FSH. Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin, yang merupakan
feedback negatif untuk FSH.
2. Pengaturan Hormon
11
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
Gambar 4:
reproduksi
pria
maupun
wanita;
Fibrinogen
yang
berfungsi
untuk
menggumpalkan semen agar tetap berada dalam vagina pada saat penis ditarik keluar.
Gumpalan ini nantinya akan dihancurkan oleh Prostate-specific antigem (PSA).
Kelenjar prostat menyekresi cairan alkaline untuk menetralisasi sekret vaginal
yang asam, karena sperma lebih aktif berada dalam lingkungan yang agak basa. Juga
terdapat secret yang memicu penggumpalan sperma. Kelenjar bulbouretra
menyekresikan substansi mucus untuk lubrikasi selama hubungan seksual.
BAB II
VARIKOKEL
A. DEFINISI
Varikokel,
pampiniformis akibat gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. Kelainan ini
14
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
terdapat pada 15% pria. Varikokel ternyata merupakan salah satu penyebab infertilitas
pada pria; dan didapatkan 21-41% pria yang mandul menderita varikokel.
B. Epidemiologi
Dekade terakhir ini, pembahasan varikokel mendapat perhatian karena potensinya
sebagai penyebab terjadinya disfungsi testis dan infertilitas pada pria. Diperkirakan
sepertiga pria yang mengalami gangguan kualitas semen dan infertilitas adalah pasien
varikokel (bervariasi 19 - 41%). Akan tetapi tidak semua pasien varikokel mengalami
gangguan fertilitas, diperkirakan sekitar 20 - 50% didapatkan gangguan kualitas semen
dan perubahan histologi jaringan testis. Perubahan histologi testis ini secara klinis akibat
mengalami pengecilan volume testis. Pengecilan volume testis bagi sebagian ahli
merupakan indikasi tindakan pembedahan, khususnya untuk pasien pubertas yang belum
mendapatkan data kualitas semen. Salah satu cara pengobatan varikokel adalah dengan
tindakan pembedahan. Keberhasilan tindakan pembedahan cukup baik. Terjadi
peningkatan volume testis dan kualitas semen sekitar 50- 80% dengan angka kehamilan
sebesar 20- 50%. Namun demikian angka kegagalan atau kekambuhan adalah sebesar 520%.
C.
Klasifikasi varikokel
Grade
Grade I
Grade II
Grade III
D. Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel, tetapi dari
pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai daripada
sebelah kanan (varikokel sebelah kiri 70 - 93 %). Hal ini disebabkan karena vena
spermatika interna kiri bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus,
sedangkan yang kanan bermuara pada vena kava dengan arah miring. Di samping itu vena
spermatika interna kiri lebih panjang daripada yang kanan dan katupnya lebih sedikit dan
inkompeten.
Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel bilateral patut dicurigai
adanya: kelainan pada rongga retroperitoneal (terdapat obstruksi vena karena tumor),
muara vena spermatika kanan pada vena renalis kanan,atau adanya situs inversus.
Etiologi varikokel secara umum:
1. Dilatasi atau hilangnya mekanisme pompa otot atau kurangnya struktur
penunjang/atrofi otot kremaster, kelemahan kongenital, proses degeneratif pleksus
pampiniformis.
2. Hipertensi V. Renalis atau penurunan aliran ginjal ke Vena Kava Inferior.
3. Turbulensi dari V. Supra renalis kedalam juxta V. Renalis internus kiri berlawanan
dengan kedalam V. Spermatika interna kiri.
4. Tekanan segment iliaka (oleh feses) pada pangkal V.Spermatika .
5. Tekanan V. spermatika interna meningkat letak sudut turun V. Renalis 90 derajat.
6. Sekunder : tumor retro, trombus V. Renalis, hidronefrosis.
Etiologi Anatomi
Suplai arteri testis mempunyai 3 komponen mayor yaitu: arteri testikular, arteri
kremaster dan arteri vasal. Walaupun kebanyakan darah arterial pada testis berasal
dari arteri testikular, sirkulasi kolateral testikular membutuhkan perfusi yang adekuat
16
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
dari testis, walaupun arteri testikular terligasi atau mengalami trauma. Drainase
venous dari testis diprantarai oleh pleksus pampiniformis, yang menuju ke vena
testikular (spermatika interna), vasal (diferensial), dan kremasterik (spermatika
eksternal). Walapun varikokel dari vena spermatika biasanya ditemui pada saat
pubertas, sepertinya terjadi perubahan fisiologi normal yang terjadi saat pubertas
dimana terjadi peningkatan aliran darah testikular menjadi dasar terjadinya anomali
vena yang overperfusi dan terkadang terjadi ektasis vena.
anastomosis
antara
pleksus
pampiniformis
kiri
dan
kanan,
memungkinkan zat-zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis kiri ke testis
kanan sehingga menyebabkan gangguan spermatogenesis testis kanan dan pada
18
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
E. Patofisiologi
Beberapa mekanisme telah menjadi hipotesa untuk menjelaskan fenomena dari
subfertilitas yang ditemukan pada pria dengan varikokel unilateral atau bilateral,
termasuk peningkatan suhu skrotal yang menyebabkan disfungsi gonadal bilateral,
refluks renal, metabolit adrenal dari vena renalis, hipoksia, dan akumulasi
gonadotoksin.
Disfungsi Bilateral
Seperti aspek lainnya dari varikokel, penyebab disfungsi testikular bilateral
disamping varikokel unilateral masih dalam studi. Aliran darah retrograd sisi kanan
didapatkan pada pria dengan varikokel sisi kiri dan menjadi mekanisme yang
memungkinkan. Zorgniotti dan MacLeod membuat hipotesa pada era tahun 1970an,
dengan data yang disebutkan pada pria dengan oligosperma dengan varikokel
memiliki temperarur intraskrotal dimana 0.60 C lebih tinggi dibandingkan pada pasien
dengan oligosperma tanpa varikokel. Saypol dkk dan Green dkk keduanya
mendeskripsikan peningkatan aliran darahtestikular bilateral dan peningkatan
temperatur pada eksperimen dengan binatang yang dibuat varikokel artifisial
unilateral. Sebagai tambahan, dilakukan perbaikan dari varikokel tersebut dengan
hasil normalisasi dari aliran dan temperatur. Setelah itu, peneliti mendemonstrasikan
bahwa aktivitas DNA polimerase dan enzim DNA rekombinan pada sel germ sensitif
terhadap temperatur, dengan suhu optimal kira- kira 330C. Temperatur optimal untuk
sintesis protein pada spermatid berkisar antara 340C. Proliferasi sel germ mungkin
dipengaruhi dari peningkatan suhu dari varikokel akibat inhibisi 1 atau lebih dari
enzim-enzim yang penting. Trauma hipertermi konsisten dengan penurunan jumlah
spermatogonal akibat adanya apoptosis yang ditemukan dari biopsi sampel pasien
19
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
dengan varikokel. Disamping temuan ini, tidak semua peneliti menemukan adanya
hubungan antara meningkatnya temperatur intratestis dan varikokel.
Hipoksia
Pada era 1980an, Shafik dan Bedeir berteori bahwa perbedaan gradien tekanan
dan gradien oksigen subsekuen antara vena renalis dan gonadal dapat menyebabkan
hipoksia diantara vena gonadal. Dua teori hipoksia lainnya yaitu: peningkatan
tekanan vena dengan olahraga dapat menyebabkan hipoksia, dan stasis dari darah
menyebabkan penurunan tekanan oksigen. Menurut Tanji dkk, pria dengan varikokel
memiliki atrophy pattern muskulus kremaster dari studi histokimia. Disamping
penemuan ini, tidak ada perbedaan yang signifikan diantara kontrol dan tekanan gas
oksigen, yang dilakukan percobaan pada binatang.
Gonadotoksin
Beberapa studi telah mendemonstrasikan bahwa pria yang merokok memiliki efek
20
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
samping yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok. Perokok setidaknya
memiliki insiden 2 kali lebih tinggi untuk terkena varikokel, dan yang telah memiliki
varikokel setidaknya 10 kali terjadi peningkatan insiden oligospermia jika
dibandingkan denganpria varikokel yang tidak merokok. Nikotin memiliki implikasi
sebagai kofaktor pada patogenesis varikokel. Cadmium, gonadotoksin yang mudah
dikenal sebagai penyebab apoptosis, ditemukan secara signifikan pada konsentrasi
testikular yang lebih tinggi dan penurunan spermatogenesis pada pria dengan
varikokel daripada pria dengan varikokel dengan normal spermatogenesis atau
obstruktif azoospermia.
1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pasien datang ke dokter biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa
tahun menikah, atau kadang-kadang mengeluh adanya benjolan di atas testis yang terasa
nyeri.
Anamnesa
Pada pemeriksaan dasar kelainan di dalam skrotum terlebih dahulu harus dijawab
tiga pertanyaan:
1. Apakah kelainan jelas terbatas di sebelah atas. Kelainan yang tidak terbatas di
sebelah proksimal biasanya merupakan hernia inguinalis, sedangkan bila
kelainan terbatas di sebelah atas, pasti terdapat suatu kelainan di dalam struktur
skrotum.
2. Apakah kelainan bersifat kistik atau padat. Kista kecil kadang tidak
menunjukkan fluktuasi, sedangkan tumor padat yang lunak sekali dapat
memberi kesan adanya fluktuasi. Yang menentukan ialah pemeriksaan
transiluminasi karena cairan jernih selalu bersifat tembus cahaya.
3. Pertanyaan menyangkut letak dan struktur anatomin kelainan yang harus
21
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
diperiksa secara palpasi. Skrotum terdiri atas kulit yang membentuk kantung
yang mengandung funikulus spermatikus, epididimis, dan testis. Karena untuk
spermatogenesis testis membutuhkan suhu yang lebih rendah dibandingkan
suhu tubuh kulit skrotum tipis sekali tanpa jaringan lemak di subkutis, yaitu
lapisan isolasi suhu. Keadaan ini memungkinkan palpasi ketiga struktur di
dalam skrotum secara teliti. Anulus inguinalis selalu dapat diraba di dinding
perut bagian bawah. Funikulus spermatikus dapat ditentukan karena keluar dari
anulus inguinalis eksternus. Sebaiknya pemeriksaan funikulus bilareral
sekaligus untuk membandingkan kiri dengan kanan. Di dalam funikulus dapat
diraba vas deferens karena sebagian besar dindingnya terdiri atas otot. Prosesus
vaginalis di dalam funikulus pada anak mungkin teraba seperti lapisan sutra,
yang mungkin menjadi tanda diagnostik untuk hernia inguinalis pada anak.
Struktur lain di dalam funikulus adalah pembuluh arteri dan vena serta otot
kremaster yang sukar diraba sendiri, kecuali bila didapatkan bendungan pleksus
pampiniformis yang merupakan varikokel.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang hangat dengan pasien dalam posisi
berdiri tegak, untuk melihat dilatasi vena. Skrotum haruslah pertama kali dilihat,
adanya distensi kebiruan dari dilatasi vena. Jika varikokel tidak terlihat secara visual,
struktur vena harus dipalpasi, dengan valsava manuever ataupun tanpa valsava.
Varikokel yang dapat diraba dapat dideskripsikan sebagai bag of worms, walaupun
pada beberapa kasus didapatkan adanya asimetri atau penebalan dinding vena.
Pemeriksaan
dilanjutkan
dengan
pasien
dalam
posisi
supinasi,
untuk
membandingkan dengan lipoma cord (penebalan, fatty cord ditemukan dalam posisi
berdiri, tapi tidak menghilang dalam posisi supinasi) dari varikokel. Palpasi dan
pengukuran testis dengan menggunakan orchidometer (untuk konsistensi dan ukuran)
dapat juga memberi gambaran kepada pemeriksa ke patologi intragonad. Apabila
disproporsi panjang testis atau volum ditemukan, indeks kecurigaan terhadap
22
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
3.
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa teknik yang dapat digunakan sebagai pencitraan varikokel:
1. Angiografi/ venografi
2. USG
3. MRI
4. CT Scan
5. Nuclear Imaging
23
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
1. Angiografi/ venografi
Venografi merupakan modalitas yang paling sering digunakan untuk
mendeteksi varikokel yang kecil atau subklinis, karena dari penemuannya
mendemonstrasikan refluks darah vena abnormal di daerah retrograd menuju ke
ISV dan pleksus pampiniformis.
Karena pemeriksaan venografi ini merupakan pemeriksaan invasif, teknik ini
biasanya hanya digunakan apabila pasien sedang dalam terapi oklusif untuk
menentukan anatomi dari vena. Biasanya, teknik ini digunakan pada pasien yang
simptomatik.
Pemeriksaan venografi dapat positif palsu/negatif. Vena testikular seringkali
spasme, dan terkadang, ada opasifikasi dari vena dengan kontras medium dapat
sulit dinilai. Selebihnya, masalah dapat diatasi dengan menggunakan kanul menuju
vena testikular kanan.
2. Ultrasonografi
Penemuan USG pada varikokel termasuk:
Pasien dengan posisi berdiri tegak, diameter dari vena dominan pada kanalis
inguinalis biasanya lebih dari 2.5 mm dan saat valsava manuever diameter
meningkat sekitar 1 mm.
USG Doppler dapat digunakan untuk menilai grade refluks vena: statis (grade
I), intermiten (grade II),dan kontinu (grade III)
menemukan bahwa USG memiliki sensitivitas sekitar 92.2%, spesifitas 100% dan
akurasi 92.7%.
Pemeriksaan USG dapat positif palsu/ negatif. Kista epidermoid dan
spermatokel dapat memberi gambaran seperti varikokel. Jika meragukan, USG
Doppler berwarna dapat digunakan untuk diagnosa. Varikokel intratestikular dapat
memberi gambaran seperti ektasis tubular.
3. Analisis Sperma :
a. Oligospermia : volume ejakulat < 1 cc
b. Hiperspermia : volume ejakulat > 4 cc
c. Aspermia : volume ejakulat 0 cc
d. Normozoospermia : jumlah hitungan sperma > 20 jt/cc
e. Hiperzoospermia : spermatozoa > 250juta/cc
f. Oligozoospermia : spermatozoa 5 - 20 jt/cc
g. Oligozoospermia ekstrim : spermatozoa < 5 jt/cc
h. Kriptozoospermia : Hanya ditemukan beberapa spermatozoa saja
i. Teratozoospermia : Morfologi spermatozoa yg normal< 30 %
25
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
4. Penatalaksanaan
Masih terjadi silang pendapat di antara para ahli tentang perlu tidaknya melakukan
operasi pada varikokel. Di antara mereka berpendapat bahwa varikokel yang telah
menimbulkan gangguan fertilitas atau gangguan spermatogenesis merupakan indikasi
untuk mendapatkan suatu terapi.
1. Indikasi Tindakan Operasi
Kebanyakan pasien penderita varikokel tidak selalu berhubungan dengan
infertilitas, penurunan volume testikular, dan nyeri, untuk itu tidak selalu
dilakukan tindakan operasi. Varikokel secara klinis pada pasien dengan parameter
semen yang abnormal harus dioperasi dengan tujuan membalikkan proses yang
progresif dan penurunan durasi dependen fungsi testis. Untuk varikokel subklinis
pada pria dengan faktor infertilitas tidak ada keuntungan dilakukan tindakan
operasi. Varikokel terkait dengan atrofi testikular ipsilateral atau dengan nyeri
ipsilateral testis yang makin memburuk setiap hari, dan harus dilakukan operasi
segera. Ligasi varikokel pada remaja dengan atrofi testikular ipsilateral memberi
hasil
peningkatan
volume
testis,
untuk
itu
tindakan
operasi
sangat
direkomendasikan pada pria golongan usia ini. Remaja dengan varikokel grade III tanpa atrofi dilakukan pemeriksaan tahunan untuk melihat pertumbuhan testis,
jika didapatkan testis yang menghilang pada sisi varikokel, maka disarankan
untuk dilakukan varikokelektomi.
A. Alternatif Terapi
Untuk pria dengan infertilitas, parameter semen yang abnormal, dan varikokel
klinis, ada beberapa alternatif untuk varikokelektomi. Saat ini terdapat teknik
26
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
J.
Teknik Operasi
Ligasi dari vena spermatika interna dapat dilakukan dengan berbagai teknik.
Teknik yang paling pertama dilakukan dengan memasang clamp eksternal pada vena
lewat kulit skrotum. Operasi ligasi varikokel termasuk retroperitoneal, inguni al atau
subinguinal, laparoskopik, dan microkroskopik varikokelektomi.
dimana akan terjadi dilatasi seiring berjalannya waktu dan akan menimbulkan
kekambuhan. Paralel inguinal atau retroperitoneal kolateral bermula dari testis
dan bersama dengan vena spermatika interna ke arah atas ligasi (cephalad), dan
vena kremaster yang tidak terligasi, dapat menyebabkan kekambuhan.
Ligasi dari arteri testikular disarankan pada anak-anak untuk meminimalkan
kekambuhan, tetapi pada dewasa dengan infertilitas, ligasi arteri testikular tidak
direkomendasikan karena akan mengganggu fungsi testis.
Fasia scarpa ditutup dengan jahitan yang akan diserap. y Kulit dijahit
subkutikuler dengan jahitan yang dapat diserap.
c) Teknik Laparoskopik
Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik retroperitoneal dengan
keuntungan dan kerugian yang hampir sama. Pembesaran optikal dibutuhkan
untuk melakukan teknik ini, untuk memudahkan menyingkirkan pembuluh
limfatik dan arteri testikular sewaktu melakukan ligasi beberapa vena spermatika
29
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
interna apabila vena comitantes bergabung dengan arteri testikular. Teknik ini
memiliki beberapa komplikasi seperti trauma pada usus, pembuluh darah
intraabdominal dan visera, emboli, dan peritonitis. Komplikasi ini lebih serius
dibandingkan dengan open varikokelektomi.
Indikasi dilakukan operasi:
Komplikasi :
Perdarahan
Infeksi
d) Microsurgical varicocelectomy(Marmar-Goldstein)
Microsurgical subinguinal atau inguinal merupakan teknik terpilih untuk
melakukan ligasi varikokel. Saluran spermatika dielevasi ke arah insisi, untuk
memudahkan pengelihatan, dan dengan menggunakan bantuan mikroskop
pembesaran 6x hingga 25x, periarterial yang kecil dan vena kremaster akan
dengan mudah diligasi, serta ekstraspermatik dan vena gubernacular sewaktu
testis diangkat. Fasia intraspermatika dan ekstraspermatika secara hati-hati dibuka
untuk mencari pembuluh darah. Arteri testikular dapat dengan mudah
diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop. Pembuluh limfatik dapat dikenali
dan disingkirkan, sehingga menurunkan komplikasi hidrokel.
30
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
Komplikasi
Hidrokel
e) Teknik embolisasi
Vena kemudian terblok pada level kanalis inguinalis interna dan sendi
sakroiliaka.
Pada tahap akhir, venogram dilakukan untuk memastikan semua cabang ISV
terblok, kemudian kateter dapat dikeluarkan.
mencapai hemostasis.
Tidak ada penjahitan pada teknik ini. Setelah selesai, pasien diobservasi
selama beberapa jam, kemudian dapat dipulangkan. Angka keberhasilan
proses ini mencapai 95%.
K. Evaluasi Pascaoperasi
Pasca tindakan dilakukan evaluasi keberhasilan terapi, dengan melihat beberapa
indikator antara lain:
dari Palomo didapatkan 80% terjadi perbaikan volume testis, 60-80% terjadi
perbaikan analisis semen, dan 50% pasangan menjadi hamil.
L. Prognosis
Quo advitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo adsanactionam
: bonam
32
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014
DAFTAR PUSTAKA
34
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, RS. Sumber Waras
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 15 September 2014 22 November 2014