PENDAHULUAN
berat badan terlalu rendah. Prevalensi balita yang mengalami masalah gizi
berdasarkan berat badan per umur (BB/U) di Indonesia pada tahun 2010 meliputi
kasus gizi kurang 13,0% dan gizi buruk 4,9%.3,4
Hasil penelitian tahun 2011 di Daerah Jawa Barat angka prevalensi status
gizi buruk (BB/U) adalah 103 balita atau sekitar 3,1%, sedangkan status gizi kurang
9,9%.6 Berdasarkan hasil pemantauan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2011 jumlah balita yang mengalami gizi buruk sebanyak 556 balita
(12,21%) dan 601 balita gizi kurang (13,50%).4
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2012, didapatkan
prevalensi balita gizi kurang dengan indikator BB/U sebesar 12% dan balita gizi
buruk 3,7%.7Persentase status gizi balita berdasar berat menurutumur (BB/U) di
Kota Baubau sebesar 1,2%.7Hasil analisis Riset Kesehatan Dasar tahun 2010
melaporkan bahwa masalah kurang gizi balita di daerah perkotaan lebih rendah
dari masalah yang ada diperdesaan, kecuali untuk masalah kegemukan pada balita
yang lebih tinggi diperkotaandari diperdesaan.Masalah gizi pada balita
menunjukkan ada kaitannya dengan tingkat pendidikan kepala rumahtangga, jenis
pekerjaankepala rumahtangga dan keadaan ekonomi rumahtangga. Semakin baik
tingkat pendidikan dan jenispekerjaan kepala rumahtangga serta keadaan ekonomi
rumahtangga semakin menurunprevalensi masalah gizi pada balita dan
sebaliknya.4
Berdasarkan uraian latar belakang, peneliti tertatik untuk mengetahui
Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Gizi Buruk Pada Anak Dibawah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 STATUS GIZI
2.1.1 Pengertian Status Gizi
Gizi merupakan suatu proses penggunaan makanan sebagai cara untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
dan dapat menghasilkan energi. Makanan yang dimakan akan melalui berbagai
proses seperti digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan
akhirnya akan dikeluarkan dari tubuh.5
Menurut Soekirman (2009) status gizi adalah keadaan kesehatan akibat
interaksi
antara
makanan,
tubuh
manusia
dan
lingkungan
hidup
Semi
Loka
Antropometri,
Ciloto,
1991
telah
Gizi baik akan dicapai apabila jumlah makanan yang dimakan dan yang
dibutuhkan tubuh seimbang. Keadaan fisik yang normal antara lain rambut
berkilat dan tidak mudah lepas, wajah tidak bengkak, mata bercahaya dan bersih,
bibir dan lidah halus dan tidak ada pembengkakan, kulit bersih dan tidak ada
pembengkakan serta tidak ada bercak, tonus otot baik, irama jantung normal, pada
sistem gastrointestinal tidak ada massa yang teraba, dan sistem saraf stabil serta
refleks normal.
c. Gizi kurang
Gizi kurang merupakan kurang gizi tingkat sedang yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein yang terjadi dalam waktu yang cukup
lama. Gizi kurang mencakup kurang energi protein (KEP) tingkat ringan dan
sedang. Gejala klinis dari KEP tingkat ringan dan sedang pada pemeriksaan hanya
tampak kurus. Balita yang mengalami gizi kurang tentunya akan berdampak pada
berbagai hal, antara lain pada tumbuh kembang, organ dan sistem tubuh.
1) Tumbuh kembang balita7
Dampak terhadap pertumbuhannya yaitu postur tubuh kecil dan pendek
sehingga merugikan performance anak. Dampak terhadap perkembangannya yaitu
terhambatnya perkembangan mental dan otak. Perkembangan mental jangka
pendek yang terganggu seperti anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara
dan gangguan lainnya. Sedangkan untuk dampak jangka panjangnya yaitu
penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangan kognitif, gangguan pemusatan
perhatian, penurunan rasa percaya diri dan penurunan prestasi.
2) Organ dan sistem tubuh7
Gizi buruk
Gizi buruk merupakan kurang gizi tingkat berat akibat rendahnya
konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari yang terjadi dalam waktu
yang cukup lama. Gizi buruk mencakup KEP tingkat berat yang meliputi
marasmus, kwashiorkor, dan marasmic-kwashiorkor.
2.2 Klasifikasi Gizi Buruk
Gizi buruk merupakan suatu kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi
atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga
bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwasiorkor), karena
kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan keduaduanya (marasmic-kwashiorkor). Gizi buruk ini biasa terjadi pada balita (bawah
lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi
buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi atau
dengan ungkapan lain status gizinya berada dibawah standar rata-rata. Zat gizi
yang di maksud berupa protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe
malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan
gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses
terjadinya kekurangan gizi menahun.2
2.2.1 Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala
yang timbul diantaranya muka seperti orang tua, tidak terlihat lemak dan otot
bawah kulit, rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan
pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering
rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan karena masih merasa lapar.2,5
Menurut Depkes RI tahun 2009, gejala pada marasmus adalah sebagai
berikut:5
1. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot2.
3.
4.
5.
2.2.2
ototnya.
Wajah seperti orang tua
Iga gambang dan perut cekung
Otot paha mengendor (baggy pant)
Cengeng dan rewel setelah mendapat makan anak masih terasa lapar.
Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby),
cukup mengandung protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal.
Pada penderita demikian disamping menurunnya berat badan < 60% dari normal
memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor seperti edema, kelainan rambut,
kelainan kulit, dan lainnya.5
2.3 Balita
2.3.1 Pengertian Balita
Balita merupakan singkatan dari bawah lima tahun, yaitu usia 1 sampai 5
tahun. Salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi adalah
balita. Lebih dari setengah kematian anak di negara berkembang disebabkan oleh
kekurangan energi dan protein. Gangguan pada status gizi ini berhubungan
dengan asupan makanan yang dikonsumsi balita. Usia balita adalah periode
penting dalam tumbuh kembang anak.5
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni, Balita adalah istilah umum bagi anak
usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).Saat usia batita, anak
masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting,
seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah
bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.2
2.3.2
langsung, dan penilaian dengan melihat variabel ekologi. Metode secara langsung
meliputi penilaian dengan melihat tanda klinis, tes laboratorium, metode fisik, dan
antropometri. Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan melihat statistik
kesehatan.Penilaian dengan melihat variabel ekologi diperlukan untuk mengetahui
penyebab kurang gizi seperti dengan melihat faktor sosial ekonomi, faktor yang
berhubungan dengan makanan, aspek kesehatan, faktor demografi, politik dan
kebijakan, budaya, geografi dan iklim.8,9
a. Secara Langsung 9
1. Antropometri
Antropometri adalah salah satu metode PSG secara langsung yangpaling
sering digunakan untuk menilai dua masalah utama mengenai gizi yaitu kurang
energi protein (KEP) dan obesitas. Pengukuran antropometri dapat digunakan
untuk melihat pertumbuhan balita yang meliputi massa tubuh, pengukuran linear
(panjang), dan komposisi tubuh. Pengukuran antropometri yang utama yaitu
tinggi badan, berat badan, lingkar lengan, dan lipatan lemak. Salah satu
pengukuran antropometri yang paling sering digunakan untuk melihat
pertumbuhan yaitu berat badan. Untuk menilai status gizi, biasanya berat badan
dikaitkan dengan umur.
Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi
berhubungan denganberbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dantingkat gizi. Dalam pemakaian untuk
penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalambentuk indeks yang dikaitkan
dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagaiberikut :
10
Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akanmenyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil
penimbangan berat badanmaupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak
berarti bila tidak disertai denganpenentuan umur yang tepat. Kesalahan yang
sering muncul adalah adanyakecenderunagn untuk memilih angka yang
mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun.Oleh sebab itu penentuan umur
anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannyaadalah 1 tahun adalah 12
bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalahdalam bulan
penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan.
Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa
jaringan,termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan
yang mendadakbaik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan
yang menurun. Berat badanini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat
Badan menurut Umur) atau melakukanpenilaian dengam melihat perubahan
berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yangdalam penggunaannya
memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyakdigunakan
karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung
padaketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan
perubahan situasigizi dari waktu ke waktu.
11
Tinggi Badan
12
Normal
: -2.0 SD Baku WHO NCHS
Pendek/ Stunted
: < -2.0 SD
Tinggi Badan/ Umur merupakan hal yang dapat digunakan untuk
mengetahui indeks status gizi pada populasi karena merupakan estimasi
keadaan pada yang telah lalu. Sedangkan stunting rate terdapat pada anak
dibawah usia enam bulan dan ini menunjukan bahwa kebutuhan usia 4 s/d
6 bulan masih dapat dipenuhi dengan menggunakan air susu ibu (ASI).
Gangguan pertumbuhan atau stunting terjadi pada usia diatas 6 bulan
Biokimia9
13
3. Ekologi
Berdasarkan
ungkapan
dari
Bengoa
dikatakan
bahwa
malnutrisi
14
langsung
yaitu
makanan
anak
dan
penyakit
infeksi
15
keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan masyarakat
diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap
anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik, baik fisik, mental dan
sosial.
Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan
kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan
sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga
yang membutuhkan.
Masalah gizi makro adalah masalah yang utamanya disebabkan
16
kurang
Makanan tidak mempunyai zat gizi mikro yang cukup
Penanganan diare tidak benar
Makanan kotor atau terkontaminasi
Kemiskinan
Kurangnya pendidikan dan keterampilan
Krisis Ekonomi
Faktor-faktor tersebut merupakan hal-hal yang sangat kompleks dan
berkaitan antara faktor yang satu dengan faktor yang lainnya. Jika dilihat pada
skema adalah sebagai berikut2,5
17
18
Secara biokima, susunan tubuh manusia terdiri dari protein. Pada waktu ini
dikenal 24jenis merupakan asam amino yang essensial untuk bayi (treonin, valin,
leusin,isoleusin, lisin, triptofan, fenilalain, metionin, dan histidin) dengan
tambahan 3 jenisdiperkirakan esensial untuk BBLR (arginin, sistin dan taurin).
Kekhususan asam aminoesensial ini adalah tidak dapat disintesis dalam tubuh dan
jaringan baru hanya akanterbentuk bila seluruh asam amino esensial tersedia
dalam satu saat yang bersamaan.Umumnya protein hewani memiliki nilai gizi
protein yang lebih tinggi dibandingkandengan protein nabati. Nilai gizi protein
nabati ditentukan oleh asam amino yangkurang. Protein telur dan protein susu
biasanya dipakai sebagai pembanding baku.
c. Lemak5
Lemak bersama bahan metabolismenya merupakan bagian penunjang
membran sel.Dalam masa pertumbuhan anak yang cepat, lemak dalam makanan
mempunyai peransebagai berikut : 1) tempat menyimpan energi yang efisien, 2)
sumber asam lemakesensial, 3) sumber gliserida dan kolesterol yang tidak dapat
dibuat dari karbohidratoleh bayi sekurang-kurangnya sampai umur 3 bulan, 4)
penambah lezat rasa makanan,bahkan juga bayi, 5) bahan perantara bagi absorpsi
vitamin yang larut dalam lemak antara lain A,D,E dan K.
d. Mineral5
Meskipun hanya terdapat dalam jumlah yang kecil, mineral mempunyai
fungsi yangpenting terhadap pertumbuhan dan homesotasis tubuh. Bobot mineral
pada fetus lebihkurang 3% dari berat badan lahir, kemudian jumlahnya akan
meningkat pada masapertumbuhan anak berikutnya, sehingga pada orang dewasa
19
mencapai bobot sebesar4,35% dari berat badan. Distribusi dalam tubuh adalah
83% dalam kerangka, 10%dalam jaringan otot dan sisanya pada jaringan tubuh
lainnya.
e. Vitamin5
Vitamin merupakan senyawa organik yang jumlah sangat kecil diperlukan
untukterjadinya proses metabolisme sel sebagai bagian dalam kelangsungan hidup
suatuorganisme. Di Indonesia, salah satu diantara 4 jenis masalah utama gizi
adalahdefisiensi vitamin A.
f. Karbohidrat5
Dalam
bahan
makanan
karbohidrat
didapatkan
dalam
bentuk
kuning
telur/ayam/ikan/tempe/tahu/daging
sapi/wortel/bayam/
sapi/
wortel/
bayam/
kacang
hijau/
20
21
ini akan mengakibatkan malabsorpsinatrium dan air oleh karena menumpuk dan
rusaknya sel epitel vili. Penyebab lain diarepada anak adalah E.Coli dan shigella
Spp.3
2.3.3.3 Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untukterbentuknya tindakan seseorang. Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku
yang didasarioleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasarioleh pengetahuan. Pengetahuan orangtua terutama ibu, tentang
gizi sangat berpengaruhterhadap tingkat kecukupan gizi yang diperoleh oleh
balita. Pengetahuan tentang gizi yang penting diketahui oleh ibu adalah berkaitan
dengan kandungan makanan, carapengolahan makanan, kebersihan makanan dan
lain-lain.12
2.3.3.4 Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi menggambarakan tingkat penghidupan seseorang
ataukeluarga
yang
ditentukan
oleh
unsur
pendidikan,
pekerjaan
dan
maupun
kualitas.
Keluarga
dengan
status
ekonomi
rendah
22
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan kepustakaan diatas, diketahui bahwa banyak faktor yang
Pendidikan ibu
Pengetahuan Ibu
tentang Gizi
pendidikan
ibu, pengetahuan
Gizi Buruk
pada Balita
23
Keterangan:
Variabel dependen
Variabel Independen :
3.2 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan kerangka
konsep penelitian maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan gizi buruk pada balita di
Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara.
2. Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan gizi buruk pada
balita di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara.
3. Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan gizi buruk pada balita di
Pola Makan Balita
Tenggara.
4. Ada hubungan antara pola makan balita dengan gizi buruk pada balita di
Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara.
3.3 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
3.3.1 Gizi Buruk
Gizi buruk merupakan salah satu status gizi, dimana gizi buruk adalah
kelainan gizi berdasarkan BB/U (indikator WHO-NCHS) yang diakibatkan
24
Gizi Baik
Gizi Kurang
Gizi Buruk
3.3.3
25
: Rp. 1.400.000
26
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang akan digunakan
dalam melakukan prosedur penelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analitik dengan desain penelitiancross sectional yaitu
penelitian untuk menentukan faktor yang berhubungan dengan terjadinya gizi
buruk pada balita. Dalam penelitian ini variabel sebab atau resiko dan akibat atau
kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau disebut juga variabel
dependent dan independent akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan
secara langsung.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di wilayah Puskesmas Pasarwajo Kabupaten
Buton Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari tahun
2015.
4.3 Populasi dan sampel
1. Populasi
27
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu balita pada umur 0-59 bulan yang
berada dibawah garis merah di wilayah kerja Puskesmas Pasarwajo Kabupaten
Buton Sulawesi Tenggara. Adapun populasi balita di wilayah Puskesmas
Pasarwajo adalah 102 orang. Data populasi ini diambil berdasarkan data sekunder
dari puskesmas Pasarwajo. Begitu juga dalam pengambilan sampel data yang
digunakan bersumber dari pihak puskesmas Pasarwajo.
2. Sampel
Dalam penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan teknik
accidental sampling. Sampel pada penelitian ini adalahibu yang memiliki balita
umur 0-59 bulan dengan status gizi yang berada dibawah garis merah yang datang
ke Posyandu dan Puskesmas Pasarwajo selama kurun waktu Bulan Februari 2015.
Sampel dalam penelitian ini 50 orang.
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini:
Pasien yang memiliki status gizi kurang dan gizi buruk dan berkunjung di
Posyandu dan Puskesmas
Bersedia berpartisipasi
Menandatangani lembar persetujuan
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini:
N
1+ N ( d 2 )
102
102
=
=50,49=50 sampel
2
1+102( 0,1 ) 1+1,02
28
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasipada Januari2013-Januari 2015
d = Penyimpangan 0,1
primer
adalah
data
yang
diperoleh
melalui
wawancara
29
4. Penyajian Data
Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk table dan narasi.
5. Etika Penelitian
a. Sebelum memberikan persetujuan tertulis peneliti akan memberikan
penjelasan secara lisan
b. Setiap subjek akan dijamin kerahasiaan akan informasi yang diberikan.
c. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta izin
institusi terkait.
4.6 Pengujian Hipotesa
Analisa Univariat
Analisa ini dilakukan secara deskriptif pada tiap-tiap variabel penelitian
untuk melihat tampilan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap-tiap
variabel yang diteliti.
Analisa Bivariat
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui uji statistik hubungan antara
variable dependen dan independen. Pada analisa data hubungan tersebut
dengan menggunakan program SPSS.
30
DAFTAR PUSTAKA
from
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/KEPMENKES_374-
2009_TTG_SKN-2009.pdf
2. JIPG. 2009. Gizi Baik Modal Kehidupan Manusia. Jaringan Informasi
Pangan dan Gizi, Volume XII, No. 2. Jakarta : Direktorat Gizi Masyarakat.
3. Caulfield, L. E., Onis, M. D., Blossner, M. & Black, R. E. (2004).
Undernutrition as an underlying cause of child deaths associated with
diarrhea, pneumonia, malaria, and measles. The American Journal of Clinical
Nutrition,
2004(80),
193-198.
Retrieved
25
Agustus
2014,
from
http://ajcn.nutrition.org/content/80/1/193.full.pdf+html
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2010). Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2010. Kementerian Kesehatan RI. Retrieved 25
Agustus2014,fromhttp://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download/Tabel
Riskesdas2010.pdf
31
RI.
Retrieved
25
Agustus
2014,
from
https://www.k4health.org/.../laporanNasional%20Riskesdas%202010.pdf.
6. Proverawati, A., & Asfuah, S. (2011). Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
7. Kementerian Kesehatan RI. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang standar antropometri
penilaian
status
gizi
anak.
Retrieved
25
Agustus
2014,
from
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/11/buku-sk-antropometri2010.pdf
8. Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman kader seri kesehatan anak.
Retrieved
25Agustus
2014,
from
http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-
content/uploads/downloads/2011/01/Buku-Kader-Seri-Kesehatan-Anak.pdf
9. Sediaoetama, A. D. (2009). Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid I.
Jakarta: Dian Rakyat.
10. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. (2010). Gizi dan kesehatan
masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.
11. Munthofiah S. (2008). Hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku
ibu dengan status gizi anak balita. Surakarta: Program Studi Kedokteran
Keluarga, Universitas Sebelas Maret.
32
33