Anda di halaman 1dari 6

I.

PENGANTAR STRUKTUR BAJA

I.1. Baja Struktural


Baja adalah besi yang tanpa diolah lebih lanjut sudah dapat ditempa ( Darmawan,
L.W, 1984 )

Proses pengolahan baja yang dilakukan pada pabrik baja adalah proses

lanjutan dari proses pembuatan besi mentah dalam dapur tinggi. Secara ringkas proses
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
bijih besi ( Iron ore) + kokas / bahan reduksi + dolomit / batu kapur

gas

udara panas 600 - 800 OC

DAPUR TINGGI
20 -30 meter, lapisan
dinding tahan api

terak, untuk semen dan batu jalan


besi mentah
C:35%
Si, Mn,P, S

PABRIK BAJA
Kadar C, Si, Mn,P,S disesuaikan
+ Cr, Ni, Mo, Co

Baja , dengan sifat :


-. Solidity ( Keteguhan )
-. Elasticity ( Elastisitas)
-. Tenacity ( Kekenyalan, keliatan)
-. Malleability ( dapat ditempa )
-. Weldability ( dapat di las )
-. Hardness ( Kekerasan )
Gambar 1.1. Proses pembuatan baja

Baja merupakan bahan struktur yang memiliki sifat : solidity (daya lawan terhadap
tarikan, tekanan dan lenturan ), elasticity ( kemampuan dalam batas pembebanan tertentu
kembali ke bentuk semula setelah beban ditiadakan ), tenacity (kesanggupan mengalami
perubahan bentuk yang besar tanpa meangalami cacat atau kerusakan ), malleability (sifat
dalam keadaan merah pijar menjadi lembek dan plastis sehingga dalam keadaan ini, tanpa
merugikan sifat keteguhannya dapat diubah bentuknya) , weldability (sifat dalam keadaan
panas dapat digabungkan satu sama lain dengan memakai atau tanpa bahan tambah tanpa
merugikan sifatketeguhannya), dan hardness (kekuatan melawan terhadap masuknya benda
lain kedalamnya) .

I.2. Diagram Tegangan Regangan

Diagram tegangan regangan baja diperoleh dari uji tarik batang baja. Batang baja
dengan panjang tertentu ( L ) dan luas tampang ( A ) ditarik dengan beban yang diperbesar
sedikit demi sedikit. Akibat beban tarik, batang akan bertambah panjang dan akhirnya
putus. Dari besarnya beban yang bekerja ( P ) akan didapatkan tegangan ( f = P/A ) dan
dari pertambahan panjang ( L ) akan didapatkan regangan ( = L /L ). Hubungan
besarnya tegangan pada saat regangan tertentu atau besarnya regangan pada beban tertentu
dapat digambarkan dalam bentuk diagram yang dikenal dengan diagram tegangan regangan. Pada baja lunak diagram tersebut dapat dilihat pada gambar 1.2.

tegangan ( f)
C
fy

0,5

1,0

1,5

2,0

Regangan (%)

Gambar. 1.2. Diagram tegangan baja lunak


Pada diagram terlihat dari titik awal sampai titik A berupa garis lurus yang
merupakan daerah elastis dimana perbandingan tegangan dengan regangan nilainya
konstan. Nilai perbandingan ini disebut dengan modulus elastisitas. Dari titik A ke titik B,
2

regangan baja bertambah pada beban yang konstan. Tagangan pada saat ini disebut
tegangan leleh (fy). Selanjutnya diperlukan tambahan beban lagi untuk menambah
regangan yang terjadi, sampai mencapai tegangan maksimum ( titik C ) yang disebut
dengan tegangan ultimit . Regangan akan tetap bertambah walaupun terjadi pengurangan
tegangan sampai baja akan putus ( titik D ).
Pada baja mutu sedang dan keras bentuk diagram untuk daerah elastis sama dengan
baja lunak, dengan demikian nilai modulus elastisitasnya sama. Setelah baja mengalami
leleh diagram tegangan regangan baja keras berbeda dengan baja lunak seperti terlihat pada
gambar 1.3.
tegangan (f)

baja keras
fy
baja sedang

0 0,2

0,5

1,0

1,5

2,0

Regangan (%)

Gambar. 1.3. Diagram tegangan baja sedang dan keras


Penentuan tegangan leleh pada baja sedang dan keras, dapat ditentukan dari
regangan 0,2 % ditarik sejajar dengan garis elastis atau dari regangan 0,5 % ditarik vertikal
ke atas sampai memotong diagram. Titik perpotongan tersebut merupakan besarnya
tegangan leleh ( Rokach, A.J, 1991).

I.3. Sifat Mekanis


Untuk maksud perencanaan sifat mekanis baja ditetapkan sebagai berikut ( SNI 031729-2002, 5.1.3) :
Modulus elastisitas, E : 200.000 MPa
Modulus geser. G

: 80.000 MPa

Angka poisson

Koefisien pemuaia

: 12 x 10-6 / oC

0,3

Untuk nilai tegangan leleh ( fy ) dan tegangan putus minimum ( fu ) besarnya


sesuai dengan mutu baja, sesuai tabel berikut :
Jenis baja

Bj 34
Bj 37
Bj 41
Bj 50
Bj 55

Tabel 1.1. Sifat mekanis baja struktural


tegangan putus
tegangan leleh peregangan min
min
fy, MPa
o
fu, MPa
340
210
22
370
240
20
410
250
18
500
290
16
550
410
13

Pada baja yang tidak teridentifikasi, boleh dipakai selama memenuhi hal - hal sbb :
1. bebas dari cacat permukaan
2. sifat fisik material dan kemudahannya di las tidak mengurangi kekuatan dan
kemampuan layan struktur
3. tegangan leleh untuk perencanaan tidak boleh diambil lebih dari 170 MPa, sedangkan
tegangan putus minimum tidak boleh diambil lebih dari 300 MPa.

I.4. Profil baja struktural


Bentuk baja struktural dibedakan atas 2 jenis, yaitu profil giling (rolled shapes )
dan profil tersusun ( bulit up ) yang tersusun dari dua atau lebih profil giling yang
digabungkan dengan baut atau las. ( Rokach, A.J, 1991). Bentuk profil giling antara lain :
profil siku (angle ), profil C ( channel ), profil WF ( wide flens ) dan profil T (structural
tee ) seperti terlihat pada gambar 1.4 (a,b,c). Ukuran profil giling merupakan ukuran
tertentu sesuai sfesifikasi pabrik, yang tercantum pada tabel - tabel baja. Pada tabel akan
didapatkan data profil seperti : ukuran lebar (b ), tebal sayap ( tf ) , tebal badan (tw ), tinggi
(h ), berat (W), inersia ( I ), modulus plastis ( Z ), luas tampang ( F ), jari-jari inersia (i ),
dan titik berat tampang ( e ) . Profil tersusun dapat terbentuk dari beberapa profil giling
seperti profil siku ganda , profil C, profil I WF ataupun pelat - pelat dalam pelat girder.
Penggunaan profil tersusun biasanya dilakukan bila satu profil giling tidak lagi mampu
menerima beban yang diterima, sehingga diperlukan beberapa buah profil giling yang
digabungkan membentuk profil tersusun.

a. Profil siku

b. Profil WF

e. Welded plate
girder

f. cover plate
W shape

c. Profil C

d. Profil T

g. Profil C tersusun

Gambar 1.4. Profil baja struktural


I.5. Struktur Baja
Penggunaan baja sebagai bahan struktur dapat kita lihat pada gedung , jembatan dan
menara. Pada gedung, struktur baja dapat berupa portal ( frame ), rangka batang ( truss ) ,
dan balok gording . Pada jembatan, struktur baja dapat berupa rangka batang, balok dan
balok pelat dinding penuh ( plate girder ), sedangkan pada menara struktur baja berupa
rangka batang.
Sebagai elemen dari suatu struktur, maka baja akan menerima gaya tarik, gaya
tekan, gaya lentur, gaya geser atau kombinasi dari gaya - gaya tersebut. Pada rangka batang
akan terjadi gaya tarik aatau gaya tekan, sedangkan pada portal akan terjadi kombinasi
lentur dan geser pada balok, kombinasi gaya tekan dan lentur pada kolom.
Selain itu baja juga dapat digunakan secara bersama dengan bahan lain terutama
beton membentuk suatu struktur yang disebut struktur komposit. Komposit antara baja dan
beton dapat terjadi pada pelat beton dan balok baja ataupun pada kolom.

Anda mungkin juga menyukai