Anda di halaman 1dari 56

V.

PEMBERIAN AIR DAN


EFISIENSI IRIGASI

Menurut Arsyad (2010), irigasi


berarti pemberian air kepada tanah
untuk memenuhi kebutuhan air bagi
pertumbuhan tanaman. Tujuan irigasi
adalah memberikan air kepada
tanaman dalam jumlah yang cukup
dan pada waktu yang diperlukan.

Selain dari kegunaan untuk memenuhi


kebutuhan air tanaman, air irigasi
mempunyai kegunaan lain, yaitu:
(a) mempermudah pengolahan tanah,
(b) mengatur suhu tanah dan iklim mikro,
(c) mencuci tanah dari kadar garam atau
asam yang terlalu tinggi,
(d) membersihkan kotoran dari selokan
(sanitasi), dan
(e) menggenangi tanah untuk
memberantas gulma dan hama serta
penyakit tanaman.
2

Pekerjaan irigasi meliputi


penampungan dan pengambilan air
dari sumbernya, pengaliran air melalui
saluran terbuka atau pipa ke areal
tanaman, dan pembuangan air yang
berlebih (air lebih) dari areal tanaman.
A. Cara Pemberian Air
Cara pemberian air irigasi berbedabeda, tergantung pada kondisi tanah,
topografi, ketersediaan air, jenis
tanaman, iklim, kebiasaan petani dll.
3

Menurut Sudjarwadi (1990), cara


pemberian air irigasi secara garis
besar dapat dibedakan menjadi 4
(empat) cara.
1. Pemberian air lewat permukaan.
2. Pemberian air melalui bawah
permukaan.
3. Pemberian air dengan cara
pancaran.
4. Pemberian air dengan cara
tetesan.
4

1. Pemberian Air Lewat Permukaan


(surface irrigation)
Cara pemberian air melalui permukaan
meliputi:
a. peluapan dan penggenangan bebas,
b. peluapan dan penggenangan
terkendali,
c. sistem kalenan,
d. pembuatan cekungan-cekungan
penggenangan.
5

Cara pemberian air irigasi dengan


peluapan dan penggenangan bebas,
telah lama digunakan. Misalnya sistem
irigasi kuno yang dilaksanakan di
Mesir. Dalam hal ini, air diberikan pada
areal irigasi dengan jalan peluapan
untuk penggenangan meliputi daerah
luas, yaitu daerah pada kanan kiri
sungai yang relatif mempunyai
permukaan datar. Gambar 1.

Efisiensi pemberian air dengan cara


peluapan penggenangan bebas adalah
rendah, maka untuk keadaan dengan air
yang tersedia tidak berlimpah, orang sering
masih memakai cara peluapan
penggenangan, tetapi penggenangan itu
dikendalikan.
peluapan
muka air
peluapan

sungai

Gambar 1. Peluapan dan Penggenangan


Bebas
7

Contoh pemberian air lewat permukaan


lainnya adalah peluapan dan
penggenangan terkendalikan. Cara yang
umum dipakai dalam hal ini adalah
penggunaan parit pemberi, kemudian
dari parit pada satu sisi petak sawah, air
dimasukkan ke petak tersebut melalui
peluapan-peluapan khusus yang telah
ditentukan letaknya maupun ukurannya.
Gambar 2.

Saluran pemberi Pengendali

Bendung

Lahan pertanaman tergenang

Gambar 2. Peluapan Penggenangan

Terkendali
9

Contoh berikutnya adalah sistem kalenan. Dalam


hal ini, penggenangan hanya diberikan pada
kalenan-kalenan yang umumnya dibuat dengan
arah sejajar dengan lajur-lajur tanaman.
Syphon pengambil air

Kalenan

Saluran besar
Gambar 3. Sistem Kalenan
10

Termasuk pula dalam cara pemberian air


lewat permukaan adalah pembuatan
cekungan-cekungan penggenangan. Cara
ini umumnya hanya dipakai untuk
tanaman buah-buahan.
Pohon
Cekungan berisi air

Gambar 4. Pemberian air pada cekungan


11

Menurut Arsyad (2010), irigasi


permukaan (surface irrigation) yang
umum digunakan adalah:
a)Irigasi selokan alur (furrow
irrigation),
b)Irigasi tepi (border irrigation),
c)Irigasi basin (basin irrigation).
Air pada umumnya disalurkan
menggunakan tenaga gravitasi.
12

Irigasi selokan (furrow irrigation) adalah


pemberian air pada selokan yang ada
di antara dua galengan baris tanaman.
Irigasi selokan digunakan pada
tanaman yang akan mengalami
kerusakan jika akarnya terendam air,
seperti tanaman jagung, kacang tanah,
kedelai, kapas dan berbagai jenis
sayuran dan kacangan lainnya.
Irigasi tepi (border irrigation) adalah
pemberian air ke bagian tepi yang
digali sekeliling areal tanaman
13

Air menglir secara alami ke areal tersebut


dan ke bagian bawah melalui alur yang
telah dibuat sekeliling areal tanaman.
Metode pemberia air seperti ini sesuai
bagi tanaman yang tumbuh rapat seperti
alfalfa dan rumput makanan ternak
lainnya.
Irigasi basin (basin irrigation) adalah
metode pemberian air irigasi dengan
mengalirkan air ke permukaan lahan yang
bertanaman. Metode pemberian air
demikian ini dapat digunakan untuk
berbagai jenis tanaman.
14

Akan tetapi yang paling dikenal adalah


pemberian air pada lahan padi sawah.
2. Pemberian Air Melalui Bawah Permukaan
(sub-surface irrigation)

Cara ini sering juga disebut pemberian air


dengan cara resapan. Memang pada tempattempat tertentu keadaan tanah asli dan
keadaan topografi sesuai pemakaian cara ini.

15

Cara yang dipakai bisa dengan


sistem saluran terbuka, dan air
meresap ke kiri kanan melalui
dinding-dinding saluran. Umumnya
pada cara ini air diberikan pada
tanah di bawah zone perakaran, di
atas muka air tanah. Oleh daya
kapiler, lengas tanah digerakan
memasuki zone perakaran dan dapat
dimanfaatkan oleh tanaman.
16

Cara lain adalah dengan


menggunakan pipa-pipa yang
dipasang di bawah permukaan tanah.
Pipa yang digunakan adalah pipa
berpori, atau pipa yang diberi
lubang-lubang kecil tertentu,
selanjutnya kedalaman letak pipa
diatur sesuai jenis tanah dan jenis
tanaman, demikian pula jarak pipa
disesuaikan dengan keperluan bagi
masing-masing tempat.
17

3. Pemberian Air Dengan Pancaran

Cara ini sering disebut sprinkler


irrigation. Prinsip yang digunakan yaitu
memancarkan air ke udara, kemudian
air yang dipancarkan tersebut jatuh ke
permukaan tanah menyerupai hujan.

Irigasi sprinkler juga dinamai


overhead irrigation. Peralatan irigasi
sprinkler berkisar dari sprinkler yang
dapat digerakan dengan tangan dan
micro prinkler untuk usaha tani kecil,
sampai pada sprinkler yang
18

menggunakan center pivot (suatu


alat pengayun pusat), dipindahkan
secara linier, dan alat yang baru-baru
ini dikembangkan yang dinamai
sistem LEPA (Low Energy Precise
Application) untuk usaha tani
berskala luas. Di dunia saat ini
sekitar 20 juta hektar lahan
menggunakan sprinkler irrigation
(Arsyad, 2010).

19

Irigasi mikro (micro irrigation)


dicirikan dengan penyaluran air
dengan laju rendah ke permukaan
tanah terbatas di sekitar tanaman.
Peralatan yang digunakan meliputi
penetes (drippers), penyemprot
(sprayers), penggelembung
(bubblers), dan micro jets.

20

4. Pemberian Air Dengan Cara Tetesan


Cara ini sering disebut trickle
irrigation, atau kadang-kadang
disebut drip irrigation. Sistem yang
digunakan memakai pipa-pipa dan
pada tempat-tempat tertentu diberi
perlengkapan untuk jalan keluarnya
air menetes pada tanah. Tempat
untuk keluarnya tetes-tetes air
tersebut diletakkan sedikit di atas
tanah dan jangan terlalu tinggi.
21

Metode Pemberian Air Irigasi


(Arsyad 2010)
Menurut Arsyad (2010), cara pemberian
air irigasi dapat dibagi dalam empat
golongan, yaitu:
1. Pemberian air pada permukaan tanah,
yang dapat dilakukan berupa
(Rose,1950):
a. Penggenangan (flooding), yang dapat
berbentuk (1) penggenangan bebas, (2)
penggenangan tepi (border method), dan
22

(3) penggenangan dengan

galengan (check method),


b. Pemberian air dalam
selokan/saluran
(furrow
irrigation),
c. Pemberian air di antara baris
tanaman (corrugation irrigation),
d. Pemberian air pada bokoran
tanaman pohoan (basin irrigation).

23

2. Pemberian air di bawah permukaan


tanah atau di dalam profil tanah (subsurface
irrigation). Air diberikan
melalui pipa liat
(tile) atau bahan lain
yang dibenamkan di
bawah
permukaan tanah.
3. Pemberian air dengan cara penyiraman
(sprinkler irrigation), dapat berupa:
(a) Penyiraman bergoyang (oscillating
sprinkler) yang umum dinamai metode
skinner.
(b) Penyiraman berputar (rotary
sprinkler).
24

4. Pemberian air melalui lubanglubang kecil


yang dibuat
sepanjang saluran plastik atau
karet langsung ke tanaman dengan
laju
aliran yang rendah. Dalam
bahasa inggris metode ini disebut
Trickle irrigation atau
Drip
irrigation.
5. Pemberian berupa embun melalui
udara.

25

Cara pemberian air yang pertama


dan kedua juga disebut gravitasi
(gravitation irrigation) oleh karena
penyiraman didasarkan pada gaya
gravitasi, sedangkan pemberian air
pada cara yang ketiga disebut
overhead irrigation oleh karena air
diberikan dari atas, seperti hujan.

26

B. Efisiensi Irigasi
Efisiensi irigasi adalah perbandingan
antara jumlah air yang nyata
bermanfaat bagi tanaman yang
diusahakan dengan jumlah air yang
diberikan yang dihitung dalam
persen (%).

27

Menurut Arsyad (2010), efisiensi irigasi


dipengaruhi oleh efisiensi pemakaian air
di petak sawah dan efisiensi pengaliran
air dari bendung (sumber air) sampai ke
sawah, yang dipengaruhi oleh:
a)Kondisi tekstur lapisan olah dan
permeabilitas lapisan bawah (sub-soil),
b)Keadaan topografi,
c)Banyaknya air di dalam saluran, dan
d)Sistem pengelolaan air (water
management).
28

Kehilangan air sistem pendistribusian


berbeda tergantung pada metode
distribusi dan pemberian air. Kehilangan
air pada sistem pendistribusian dengan
sistem distribusi saluran terbuka yang
salurannya tidak dilapisi ditaksir
sebesar 40%. Pada sistem irigasi pipa,
kehilangan air berkisar dari 10% untuk
sistem irigasi mikro lokal dan irigasi
tetes (drip irrigation), sedangkan pada
sistem irigasi sprinkler sampai 30%
(Arsyad, 2008).
29

Dalam praktek irigasi terjadi


kehilangan air. Kehilangan air dapat
terjadi karena menguap di saluran
irigasi, rembesan dari saluran ke
luar, bahkan diambil orang untuk
kebutuhan rumah tangga atau
penyadapan air secara ilegal.

Apabila kehilangan air sangat


besar, nilai efisiensi irigasi menjadi
rendah.

30

Macam Efisensi Irigasi


Menurut Sudjarwadi (1999) efisiensi
irigasi meliputi:
1. Efisiensi Pengaliran (Water
conveyance
effficiency), disebut
juga efisiensi penya-luran air, yaitu
merupakan perbandingan antara
jumlah air yang sampai di areal irigasi
(petak persawahan) terhadap jumlah
air yang dialirkan dari bangunan sadap.
31

Efisiensi Pengaliran (Water conveyance


effficiency).

Asa
EPNG
100%
Adb

EPNG: efisiensi pengaliran


Asa : jumlah air yang sampai di areal
irigasi
Adb : jumlah air yang diambil dari
bangunan sadap.
32

Faktor yang mempengaruhi efisiensi


pengaliran:
Kondisi jaringan irigasi, bangunan
dan salurannya; kehilangan air
banyak terjadi waktu pengaliran,
baik karena penguapan maupun
peresapan.
Penyadapan air secara liar pada
saluran sekunder dan primer guna
dialirkan secara langsung ke petak
persawahan.
33

2. Efisiensi Pemakaian (Water


aplication efficiency) disebut juga
efisiensi pemberian air yaitu
perbandingan antara jumlah air yang
tersimpan di dalam zone perakaran
selama periode pemberian air
terhadap jumlah air yang sampai di
areal irigasi (petak persawahan).
34

Efisiensi Pemakaian

Adzp
EPMK
100%
Asa
EPMK : efisiensi pemakaian air,
Adzp
: jumlah air yang ditahan
(tersimpan)
pada zone
perakaran,
selama
periode pemberian air.
Asa
: jumlah air yang sampai di
areal irigasi
35

Faktor yg mempengaruhi efisiensi


pemakaian:
Metode/cara pemberian air pada
tanaman,
Sifat tanah dan bentuk topografi
wilayahnya,
Luas areal pertanaman,
Kualitas air irigasi.

36

3
3. Efisiensi Penyimpanan (Water
storage
efficiency)
Apabila keadaan sangat kekurangan
air, jumlah air yang dibutuhkan untuk
mengisi lengas tanah pada zone
perakaran adalah Asp (air simpanan
penuh) dan air yang diberikan hanya
Adk, maka refisiensi penyimpanan
adalah:
37

Efisiensi Penyimpanan (Water storage


efficiency)

Adk
EPNY
100%
Asp
EPNY : efisiensi penyimpanan
Adk : air yang diberikan
Asp : air simpanan penuh
Salah satu sebab yg menimbulkan
kecilnya EPNY adalah sulitnya infiltrasi,
berarti air irigasi sulit melewati
(menembus) permukaan tanah untuk
memasuki zone perakaran.
38

Kecilnya persediaan air dan kecilnya


kapasitas infiltrasi tanah juga
berpengaruh terhadap nilai EPNY.
Faktor yang mempengaruhi efisiensi
penyimpanan:
Tata air tanah,
Permeabilitas dan kapasitas lapang
dari tanah yang bersangkutan,
Kualitas/mutu pengolahan tanah.
39

4. Efisiensi Sebaran

Efisiensi sebaran ini sering pula


disebut efisiensi distribusi. Mengingat
pentingnya keseragaman sebaran air
irigasi dalam zone perakaran.
Keadaan umum menunjukkan suatu
gejala, bahwa makin seragam
sebaran air irigasi pada zone
perakaran, akan makin baiklah
produksi tanaman.

40

Sebagai indikator (petunjuk) tentang


efisiensi sebaran digunakan rumus:

y
ESB 1 100%
d
ESB : efisiensi sebaran
y : rerata deviasi numerik dari kedalaman
air tersimpan terhadap nilai d.
d : rerata kedalaman air tersimpan
selama
periode irigasi.

41

Usaha-usaha untuk meningkatkan


efisiensi pengairan, yaitu:
1. Memperbaiki sarana jaringan irigasi
(bangunan dan salurannya) agar
kehilangan air melalui
resapan/kebocoran dapat dikurangi.
2. Saluran-saluran pengangkut
hendaknya
dibuat lurus, dengan
kemiringan tertentu,
sehingga air
dapat lancar mengalir; hal ini
dapat
mengurangi kehilangan air melalui
evaporasi sepanjang saluran.
42

3. Lahan harus dikerjakan dengan baik


dan
rata sebelum ditanami.
4. Curah hujan efektif di daerah irigasi
yang bersangkutan harus dimanfaatkan
semaksimal mungkin.
5. Menerapkan pola bercocok tanam
dengan
sistim giliran (rotasi tanaman).
6. Petak-petak sawah yang letaknya
saling terpencar dan berukuran sempit
seyogianya dikonsentrasikan menyatu
sehinggaa menjadi unit yang lebih efektif.

43

7. Mempersingkat waktu pengolahan


tanah dan membuat persemaian di
satu tempat
untuk masing-masing
kelompok petak
persawahan.
8. Petani-petani pemakai air harus
dilatih dan
dibiasakan
menggunakan air secara wajar,
sehingga mereka dapat melakukan
pemberian air dalam jumlah yang
proporsional pada saat yang tepat,
tidak berlebihan.
44

Kehilangan air utama pada saluran


adalah rembesan. Menurut Arsyad
(2010), penyebab rembesan adalah:
Sifat tanah yang dilalui saluran.
Rembesan saluran besarnya dari 50
mm/hari pada tanah liat, sampai 500
mm/hari pada tanah berpasir.

45

Geometri saluran. Lebih dalam air di


dalam saluran semakin besar rembesan
dan semakin besar parameter basah,
semakin besar kemungkinan rembesan.
Dalamnya air bawah tanah. Semakin
jauh letak permukaan air bawah tanah
dari saluran semakin besar rembesan.
Kandungan sedimen di dalam air yang
disalurkan. Kandungan sedimen yang
tinggi akan dengan cepat menutupi
pori-pori tanah yang akan memperkecil
rembesan.
46

Kehilangan air pada saluran-saluran


biasanya tinggi, yaitu berkisar antara
20-45% untuk saluran primer dan
sekunder. Salah satu cara untuk
meningkatkan efisiensi air yang
disalurkan untuk irigasi adalah
mengurangi volume air yang hilang
oleh rembesan selama perjalanan air
melalui saluran ke lahan-lahan tani
dengan melapisi saluran.
47


Menurut Arsyad (2008), beberapa
alasan teknis untuk melapisi saluran air
adalah:
1)Berkurangnya air hilang oleh rembesan,
2)Meningkatnya kapasitas saluran
melepaskan air (discharge capacity),
3)Terhambatnya pertumbuhan gulma,
4)Berkurangnya waterlogging,
5)Tercegahnya erosi tebing saluran,
6)Distribusi air lebih merata,
7)Terhindarnya kerusakan lahan yg
berdekatan,
8)Berkurangnya biaya drainase.
48

Penelitian di Nebraska, Amerika


Serikat, menunjukkan bahwa pelapisan
saluran primer dengan beton dapat
mengurangi kehilangan air dari 300
mm/hari menjadi 140 mm/hari,
sedangkan di India menunjukkan bahwa
pelapisan dengan beton dapat
mengurangi kehilangan air oleh
rembesan sebesar 50% di saluran primer
dan 45% di saluran distribusi (sekunder
dan tersier) (Plusquellec and Ochs, 2003
dalam Arsyad, 2010).

49

Efisiensi pemakaian air pada tingkat


lapangan atau petak usaha tani akan
meningkat jika air yang masuk
merata ke seluruh petak. Masuk-nya
air ke petak usaha tani secara
merata sulit dicapai jika permukaan
tanah tidak rata, yang akan
mengakibatkan rendahnya efisiensi
pemakaian air dan hasil tanaman
yang tidak baik.

50

Peningkatan efisiensi pemakaian air


pada tingkat lapangan atau petak usaha
tani selain dari meratakan permukaan
tanah, dapat dilakukan dengan:
1)Penggunaan tanaman berumur pendek.
Penggunaan tanaman berumur 90 hari
akan menghemat banyak air dari pada
tanaman berumur 120 hari,
2)Perbaikan genetik tanaman. Seleksi
tanaman yang kebutuhan airnya lebih
rendah,
51

3) Penggenangan air lebih rendah


pada tanaman padi sawah dan cara
pengolahan tanah sawah
memperbaiki efisiensi pemakaian air
pada padi sawah,
4) Pemberian air padi di bawah
kandungan air kapasitas lapang
untuk tanaman bukan padi sawah,
akan meningkatkan efisiensi
pemakaian air.

52

5)

Penggunaan sisa tanaman dan


mulsa plastik dan berbagai metode
konservasi tanah,
6) Pergiliran pemberian air,
berdasarkan saluran sekunder,
tersier atau petak sawah.

53

C. Metode Drainase

Dalam praktek irigasi, kelebihan


air harus dibuang ke luar areal irigasi
agar muka air tanah tidak naik
sampai zone perakaran daan
merendam akar tanaman. Bila akar
tanaman terendam air dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman,
bahkan dapat membusukkan akar.

54

Drainase pada keadaan khusus


kadang-kadang memerlukan
pemasangan pipa-pipa di bawah
permukaan tanah, dan sistem ini
disebut drainase bawah tanah.

Sistem drainase yang umum dipakai


pada usaha pertanian khususnya untuk
persawahan adalah sistem drainase
permukaan, dengan pembuatan paritparit drainase serta mengalirkan
kelebihan air dengan prinsip
pengaliran pada saluran terbuka.
55

Saluran drainase Permukaan tanah

Saluran
drainase

Garis muka air tanah

Muka air di selokan drainase

Gambar Muka Air Tanah di Antara Dua


Saluran Drainase

56

Anda mungkin juga menyukai