Anda di halaman 1dari 14

KONSEP MEDIS

ARF (ACUT RENAL FAILURE) DAN


CRF (CRONIK RENAL FAILURE)
A.

PENGERTIAN

ACUT RENAL FAILURE (ARF)


Acute Renal Failure (ARF) adalah suatu keadaan fisiologik dan klinik yang ditandai
dengan pengurangan tiba-tiba glomerular filtration rate (GFR) dan perubahan
kemampuan fungsional ginjal untuk mempertahankan eksresi air yang cukup untuk
keseimbangan dalam tubuh. Atau sindroma klinis akibat kerusakan metabolik atau
patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dancepat serta
terjadinya azotemia. (Davidson 1984).

CRONIC RENAL FAILURE (CRF)


Cronic Renal Failure (CRF) adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat
progresif dan irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan caian dan elektrolit, menyebabkan uremia.

B.

ETIOLOGI
1.

Acut Renal Failure (ARF)


Tiga kategori utama kondisi penyebab ARF adalah :
b.

Pra Renal
Dimana aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan turunnya laju filtrasi glomerulus.
Kondisi klinis yang umum adalah :
Penurunan volume vaskuler

Kehilangan darah/plasma : perdarahan luka bakar

Kehilangan cairan ekstraselluer : muntah,diare

Kenaikan kapasitas kapiler : Sepsis, Blokade ganglion, Reaksi anafilaksis


Penurunan curah jantung/kegagalan pompa jantung : Renjatan kardiogenik,
Payah jantung kongestif, Dysritmia, Emboli paru, Infark jantung.

c. Intra Renal
Akibat dari kerusakan struktur glomerulus atau tubulus distal. Kondisi seperti
terbakar,udema akibat benturan dan infeksi dan agen nefrotik dapat menyebabkan
nekrosi tubulus akut (ATN) dan berhentinya fungsi renal. Reaksi transfusi yang
parah juga gagal intra renal, hemoglobin dilepaskan melalui mekanisme hemolisis
melewati membran glomerulus dan terkonsentrasi ditubulus distal menjadi faktor
terbentuknya hemoglobin.
Faktor penyebab adalah : pemakaian obat-obat anti inflamasi, non steroid terutama
pada pasien lansia.
d. Pasca Renal
Penyebab gagal ginjal akut biasanya akibat dari obstruksi dibagian distal ginjal,
tekanan ditubulus distal menurun akhirnya laju filtrasi glomerulus meningkat.
2. Cronic Renal Failure (CRF)
Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat dibagi
dalam dua kelompok :

Penyakit Sistemik, seperti DM, Glomerulonefritis, pielonefritis,


hipertensi yang tidak dapat dikontrol, obstruksi traktus urinalis, gangguan vascular,
infeksi, medikasi atau agen toksit, lessi herediteir seperti ginjal polikistik.

3.

Lingkungan dan agen berbahaya (logam berat)

PATOFISIOLOGI
a.

Acut Renal Failure (ARF)


Beberapa kondisi berikut yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan
gangguan fungsi ginjal : hipovelemia, hipotensi, penurunan curah jantung dan
gagal jantung kongestif, obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat
tumor, bekuan darah atau ginjal, obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal. Jika
kondisi itu ditangani dan diperbaiki sebelum ginjal rusak secara permanen, peningkatan

BUM, oliguria dan tanda-tanda lain yang berhubungan dengan gagal ginjal akut dapat
ditangani.
Terdapat 4 tahapan klinik dari gagal ginjal akut yaitu :
1. Stadium awal dengan awitan awal danm diakhiri dengan terjadinya oliguria.
2. Stadium Oliguria.
Volume urine <400 ml/24 jam disertai dengan peningkatan konsentrasi serum dari
subtansi yang biasanya dieksresikan oleh ginjal (urea,kreatinin,asam urat dan kation
intra seluler kalium dan magnesium). Jumlah urine minimal yang diperlukan untuk
membersihkan produk sampah normal tubuh adalah 400 ml. Pada tahap ini gejala
uremik untuk pertama kalinya dan kondisi yang mengancam jiwa seperti kalemia.
3. Stadium Diuresis.
Pasien menunjukkan peningkatan jumlah urine secara bertahap disertai tanda
perbaikan filtrasi glomerulus. Nilai laboratorium berhenti meningkat dan akhirnya
menurun. Meskipun kadar haluaran untuk mencapai kadar normal atau meningkat,
fungsi renal masih dianggap normal. Tanda uremik mungkin masih ada sehingga
penatalaksanaan medis dan keparawatan masih diperlukan. Pasien harus dipantau
dengan ketat akan adanya dehidrasi selama tahap ini. Jika terjadi dehidrasi, tanda
uremik biasanya meningkat.
4. Stadium penyembuhan.
Merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan berlangsung selama 3 sampai 12
bulan. Nilai laboratorium akan kembali normal. Meskipun terdapat reduksi laju
filtrasi glomerulus permanen sekitar 1 % - 3 %, tertapi hal ini secara klinis tidak
signifikan.

Cronic Renal Failure (CRF).


Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3 stadium :
a. Stadium 1.
Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 40 % - 75 %). Tahap inilah yang paling
ringan, dimana ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita belum merasakan gejalahgejalah dan pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih dalam batas normal. Selama
tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam batas normal

dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui
dengan memnerikan beban kerja yang berat, seperti tes pemekatan urine yang lama
atau dengan mengadakan test GFR yang teliti.
b. Stadium II.
Insufisiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % -50 %). Pada tahap ini penderita dapat
melakukan tugas sperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjal menurun. Pada
stadium ini pengobatan harus cepat dalam hal mengatasi kekurangan cairan,
kekurangan garam, gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat-obatan yang
bersifat mengganggu faal ginjal. Bila langkah-langkah ini dilakukan secepatnya
dengan tepat dapat mencegah penderita masuk tahap yang lebih berat. Pada tahap ini
> 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas
batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari kadar
dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar
normal.
Azotemia biasanya ringan kecuali bila penderita mengalami stress akibat infeksi,
gagal jantung atau dehidrasi. Pada stadium ini pula mengalami gelala nokturia
(diakibatkan oleh kegagalan pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala timbul sebagai
respon terhadap stress dan perubahan makanan dan minuman yang tiba-tiba.
Penderita biasanya tidak terlalu memperhatikan gejala ini.
Gejala pengeluaran kemih waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml
atau penderita terbangun untuk berkemih beberapa kalipada waktu malam hari.
Dalam keadaan normal perbandingan jumlah kemih siang hari dan malam hari
adalah 3 : 1 atau 4 : 1. Sudah tentu nokturia kadang-kadang terjadi juga sebagai
respon teehadap kege;isahan atau minum yang berlebihan.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutamam
menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3
liter/hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara
5%-25 %. Faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gelala-gejala kekurangan
farahm tekanan darah akan naik, terjadi kelebihan, aktifitas penderita mulai
terganggu.

c. Stadium III.
Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan dimana tak dapat
melakukan tugas sehari-hari sebagaimana mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara
lain mual, muntah, nafsu makan berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya
terjadi penurunan kesadaran sampai koma. Stadium akhir timbul pada sekitar 90 %
dari masa nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar
kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatnin
serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan.
Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita merasakan gejala yang cukup parah
karene ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit
dalam tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari
500/hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula
menyerang tubulus ginjal. Kompleks menyerang tubulus ginjal, kompleks perubahan
biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik memepengaruhi setip
sisitem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan meninggal
kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.

5.

MANIFESTASI KLINIS
ACUT RENAL FAILURE (ARF).
Haluaran urine sedikit, Mengandung darah, Peningkatan BUN dan kreatinin,
Anemia,

Hiperkalemia,

Asidosis

metabolic,

Anemia,

Udema,

Anoreksia,nause,vomitus, Turgor kulit jelek,gatal-gatal pada kulit.


CRONIC RENAL FAILURE (CRF).
Gangguan pernapasan, Udema, Hipertensi, Anoreksia,nausea, vomitus, Ulserasi
lambung, Stomatitis, Proteinuria, Hematuria, Letargi, apatis, Anemia, Perdarahan,
Turgor kulit jelek,gatal-gatal pada kulit, Distrofi renal, Hiperkalemia, Asidosis
metabolik

6.

TEST DIAGNOSTIK
a.

Urine : Volume, Warna, Sedimen, Berat jenis, Kreatinin, Protein.

b.

Darah : BUN/kreatinin, Hitung darah lengkap, Sel darah merah, Natrium


serum, Kalium, Magnesium fosfat, Protein, Osmolaritas serum.

c.

KUB Foto : Menunjukkan ukuran ginjal/ureter/kandung kemih dan adanya


obstruksi .

d.

Pielografi retrograd : Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.

e.

Arteriogram ginjal : Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi


ekstraskular, massa.

f.

Sistouretrogram berkemih : Menunjukkan ukuran kandung kemih,refluks


ureter,retensi

g.

Ultrasono ginjal : Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan adanya massa,


kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.

h.

Biopsi ginjal : Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menetukan sel


jaringan untuk diagnosis histologis

i.

Endoskopi ginjal nefroskopi : Dilakukan untuk menemukan pelvis ginjal ;


keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif

j.

EKG : Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan


asam basa, aritmia, hipertrofi ventrikel dan tanda-tanda perikarditis.

7.

PENATALAKSANAAN
1.

ACUT RENAL FAILURE (ARF)


o

Penanganan hiperkalemia.
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal
akut ; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada
gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui
serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum (nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI :
5.5 mmoL/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat
tinggi), dan perubahan status klinis. Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi
dengan

pemberian

ion

pengganti

resin

(natrium

pohstruren

sulfonat

/kayexalatel), secara oral atau melalui retensi enema. Sorbital sering diberikan
bersama dengan kayexalate untuk menginduksi tipe diare (menginduksi
kehilangan cairan di saluran gastrointestinal. Jika enema retensi diberikan (kolon
merupakan tempat utama untuk pertukaran kalium), Kateter rektal yang memiliki
balon dapat direspkan untuk memfasilitasi retensi jika diperlukan.
Pasien yang kadar kaliumnya tinggi dan meningkat memerlukan dialisis,
peritoneal dialisis,atau hemofiltrasi dengan segera.
Glukosa, insulin atau kalsium glukonat secara intravena dapat digunakan sebagai
tindakan darurat sementara untuk menangani hiperkalamia.
Natrium bicarbonat dapat diberikan untuk menaikkan ph plasma, menyebabkan
kalium bergerak kedalam sel sehingga kadar kalium pasien menurun. Semua
produk kalium ekstrenal dihilangkan atau dikurangi.
a.

Memepertahankan keseimbangan cairan.


Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan pada berat badan harian,
pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang,
tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral
dari urine, drainase lambung, faeces, drainase luka dan perspirasi, dihitung dan
digunkan sebagai dasar untuk terapi penggantian cairan. Cairan yang hilang
melalui kulit dan paru dan hilang sebagai akibat dari proses metabolisme normal
juga dipertimbangkan dalam penatalaksanaan cairan. Pasien ditimbang berat
badan setiap hari dan dapat diperkirakan turun 0,2 sampai 0,5 kg setiap hari jika
keseimbangan nitrogen negatif ( masukan kolon yang diterima kurang dari
kebutuhan). Jika pasien kehilangan berat badan atau mengalami hipertensi,
diduga adanya retensi cairan. Kelebihan cairan dapat dideteksi melalui temuan
klinis seperti dyspnoe, takikardi,dan distensi vena lehar. Paru-paru auskultasi
akan adanya tanda-tanda krekels basah. Karena edema pulmuner dapat
diakibatkan karena pemebrian cairan parenteral yang berlebihan, maka
kewaspadaan penggunaannya harus ditingkatkan untuk mencegah kelebihan
cairan. Terjadinya edema diseluruh tubuh dikaji dengan pemeriksaan area
prasakaral dan pratibial beberapa kali dalam sehari.

b.

Pertimbangan nutrisional.
Diet protein dibatasi sampai 1 g/kg selama fase oliguri untuk menurunkan
pemecahan protein dan mencegah akumulasi produk akhir toksik. Kebutuhan
kalori dipenuhi dengan pemberian diet tinggi karbohidrat, karena karbohidrat
memiliki efek terhadap protein yang luas (pada diet tinggi karbohidrat, protein
tidak dipakai untuk memenuhi kebutuhan energi tetapi dibagi untuk
pertumbuhan dan perbaikan jaringan). Makanan dan cairan yang mengandung
kalium dan fosfat (pisang,jeruk,kopi) dibatasi. Masukan kalium biasanya dibatasi
sampai 2 gr/hari.

c.

Cairan IV dan diuretic.


Aliran darah ke ginjal yang adekuat pada banyak pasien dapat dipertahankan
melalui cairan intra vena dan medikasi. Manitol furosemid, atau asam ektrakrinik
dapat diresepkan untuk mengawali diuresis dan mencegah atau mengurangi
gagal ginjal berikutnya. Jika gagal ginjal akut disebabkan oleh hipovolemia
akibat hipoproteinemia, infus albumin dapat diresepkan. Syok dan infeksi dapat
ditangani, jika ada.

d.

Koreksi asidosis dan peningkatan kadar fosfat.


Jika asidosis berat terjadi, gas darah arteri harus dipantau, tindakan ventilasi
yang tepat harus dilakukan jika terjadi masalah pernapasan. Pasien memerlukan
terapi natrium karbonat atau dialisis.Peningkatan serum fosfat

pasien dapat

dikendalikan dengan agens pengikat fosfat (aluminium hidroksida); agens ini


membantu mencegah peningkatan serum fosfat dengan menurunkan absorbsi
fosfat disaluran intestinal.
e.

Pemantauan lanjut sampai fase pemulihan


Fase oligurik gagal ginjal akut berlangsung dari 10 sampai 20 hari dan diikuti
fase diuretik, dimana haliaran urine mulai meningkat, menunjukkan fungsi ginjal
talah membaik. Evaluasi kimia darah dilakukan untuk menentukan jumlah
natrium. Kalium dan cairan yang diperlurlukan selama pengkajian tergadap
hidrasi lebih dan hidrasi kurang. Setelah fase diuretik, pasien diberikam diet

tinggi protein, tinggi kalori dan dorong untuk melakukam aktifitas secara
bertahap.
f.

Dialisis.
Dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius.
Seperti hiperkalimia, perikarditis dan kejang.

2.

CRONIC RENAL FAILURE (CRF).


a. Tujuannya untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostatis selama
mungkin, serta mencegah komplikasi dengan pendekatan kolaboratif dalam
perawan mencakup :
o

Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolic, asidosis


metabolic, katabolisme dan masukan diet yang berlebihan.

Perikarditis, effusi pericardial, tamponade jantung akibat retensi produk


sampah urine dan dialysis yang tidak adekuat.

Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system renin
angiotension aldesteron.

Anemia akibat penurunan eritopoetin, penurunan usia sel darah merah,


perdarahan gastro intestinal akibat iritasi toksin dan kehilangan darah selama
hemodialisis.

Penyakit tulang serta calfisikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar


kalsium serum yang rendah, metabolisme Vit- D abnormal.

Komplikasi dapat dicegah atau dihambat dengan pemberian anti hipertensi,


eritopoiten, suplemen zat besi, agen pengikat posfat dan suplemen kalsium yang
yang cukup. Dan perlu mendapat penanganan dialysis yang adekuat.
b.

Intervensi diet.
Perlu pada gangguan fungsi renal mencakup pengaturan protein, masukan cairan
untuk mengganti cairan yang hilang, masukan natrium dan pembatasan kalium.

Data Dasar pengkajian Pasien


a. Aktivitas /Istirahat
Apakah ada gejala keletihan,kelemahan
b. Sirkulasi
Apakah ada hipotensi edema jaringan umum, pucat
c. Eliminasi
Perubahan pola berkemih, disuria , retensi abdomen kembung
d. Makanan/cairan
Peningkatan berat badan (edem), penurunan bereat badan, mual ,muntah, anoreksia.
Nyeri ulu hati
e. Neurosensori
Sakit kepala, kram otot/kejang
f. Pernapasan
Dispnea, takipnea, peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan, bau ammonia,
batuk produktif.
g. Keamanan
demam, petekie,pruritus, kulit kering
Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan pasien dengan gagal ginjal akut (ARF)
l. Peningkatan volume cairan tubuh bd penurunan fungsi ginjal
Intervensi :
a.

Kaji keadaan udema


Rasional : edema menunjukan perpindahan cairan krena peningkatan permebilitas
sehingga mudah ditensi oleh akumulasi cxairan walaupun minimal, sehingga berat
badan dapat meningkat 4,5 kg

b.

Kontrol intake danout put per 24 jam.


Rasional : untuk mengetahui fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan
penurunan kelebihan resiko cairan.

c.

Timbang berat badan tiap hari


Rasional

penimbangan

berat

badan

setiap

hari

membantu

menentukan

keseimbangan dan masukan cairan yang tepat. Apenimbangan BBlebih dari 0.5
kg/hari dapat menunjukan perpindahan kesimbangan cairan
d. Beritahu keluarga agar klien dapat membatasi minum
Rasional : manajemen cairan diukur untuk menggantikan pengeluaran dari semua
sember ditambah perkiraan yang tidak nampak. Pasien dengan kelebihan cairan
yang tidak responsif terhadap pembatasan caiaran dan diuretic membutuhkan
dialysis.
e.

Penatalaksanaan pemberian obat anti diuretik.


Rasional

: Obatanti diuretic dat melebarkan lumen tubular dari debris,

menurunkan hiperkalemia dan meningkatkan volume urine adekuat. Misalnya :


Furosemide.
f.

kolaborasi pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal.


Rasional : Hasil dari pemeriksaan fungsi ginjal dapat memberikan gambaran sejauh
mana terjadi kegagalan ginjal.

2.

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, vomitus, nausea.


a.

Observasi status klien dan keefektifan diet.


Rasional

: Membantu dalam mengidentifikasi dan kebutuhan diet, kondisi fisik

umum, gejala uremik dan pembatasan diet mempengaruhi asupan makanan.


b.

Berikan dorongan hygiene oral yang baik sebelum dan setelah makan.
Rasional

: Higiene oral yang tepat mencegah bau mulut dan rasa tidak enak

akibat mikroorganisme, membantu mencegah stomatitis.


c.

Berikan makanan TKRGR


Rasional

: Lemak dan protein tidak digunakan sebagai sumber protein utama,

sehingga tidak terjadi penumpukan yang bersifat asam, serta diet rendah garam
memungkinkan retensi air kedalam intra vaskuler.
d.

Berikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering.


Rasional : Meminimalkan anoreksia, mual sehubungan dengan status uremik.

e.

Kolaborasi pemberian obat anti emetic.

Rasional : Antiemetik dapat menghilangkan mual dan muntah dan dapat


meningkatkan pemasukan oral.
3.

Aktivity intolerans b/d kelemahan.


Intervensi:
a.

Kaji kebutuhan pasien dalam beraktifitas dan penuhi kebutuhan ADL


Rasional : Memberi panduan dalam penentuan pemberian bantuan dalam
pemenuhan ADL.

b.

Kaji tingkat kelelahan.


Rasional : Menentukan derajat dan efek ketidakmampun.

c.

Identifikasi factor stess/psikologis yang dapat memperberat.


Rasional : Mempunyai efek akumulasi (sepanjang factor psykologis) yang dapat
diturunkan bila ada masalah dan takut untuk diketahui.

d.

Ciptakan lingkungan tengan dan periode istirahat tanpa gangguan.


Rasional : Menghemat energi untuk aktifitas perawatan diri yang diperlukan .

e.

Bantu aktifitas perawatan diri yang diperlukan.


Rasional : memungkinkan berlanjutnya aktifitas yang dibutuhkan memberika rasa
aman bagi klien.

f.

Kolaborasi pemeriksaan laboratorium darah.


Rasional : Ketidak seimbangan Ca, Mg, K, dan Na, dapat menggangu fungsi
neuromuscular yang memerlukan peningkatan penggunaan energi Ht dan Hb yang
menurun adalah menunjukan salah satu indikasi teerjadinya gangguan eritopoetin.

4.

Kecemasan B/D ketidak tahuan proses penyakit.


Intervensi.
a.

Kaji tingkat kecenmasan klien.


Rasional : Menentukan derajat efek dan kecemasan.

b.

Berikan penjelasan yang akurat tentang penyakit.


Rasional : Klien dapat belajar tentang penyakitnya serta penanganannya, dalam
rangka memahami dan menerima diagnosis serta konsekuensi mediknya.

c.

Bantu klien untuk mengidentifikasi cara memahami berbagai


perubahan akibat penyakitnya.

Rasional : klien dapat memahami bahwa kehidupannya tidak harus mengalami


perubahan berarti akibat penyakit yang diderita.
d.

Biarkan klien dan keluarga mengekspresikan perasaan mereka.


Rasional : Mengurangi beban pikiran sehingga dapat menurunkan rasa cemas
dan dapat membina kbersamaan sehingga perawat lebih mudah untuk
melaksanakan intervensi berikutnya.

e.

Memanfaatkan waktu kunjangan yang fleksibel, yang memungkinkan


kehadiran kelurga.
Rasional : Mengurangi tingkat kecemasan dengan menghadirkan dukungan
keluarga.

Diagnosa Keperawatan pasien dengan gagal ginjal cronis (CRF)


1.

Gangguan pola napas B/D adanya dyspnoe


Intervensi.
a. Observasi pola napas klien.
Rasional : Dyspnoe, Tachikardi, dan pernapasan irreguler dan bunyi ronchi adalah
indikasi adanya gangguna saluran napas.
b. Kaji warna kulit, kuku dan membrane mukosa.
Rasional : Kepucatan merupakan indikasi anemia dan sianosis terkait dengan
kongesti dan gagal jantung yang berakibat perfusi jaringan yang tidak adekuat.
c. Atur posisi semi fowler
Rasional : Posisi semi fowler memungkinkan organ abdomen menjauhi diafragma
sehingga ekspansi paru obtimal.
d. Observasi VS.
Rasional : Gangguan pertukaran O2 mengakibatkan perubahan pada VS, terutama
BP, HR, RR.
e. Kolaborasi untuk pemberian tambahan oksigen.
Rasional : Maksimumkan kebutuhan O2 untuk kebutuhan miokardium.
f. Kolaborasi pemeriksaan AGD.

Rasional : AGD sangat penting untuk mengetahui adanya gangguan pertukaran gas
dalam paru.
2.

Resti kerusakan integritas kulit B/D udema dan


penimbunan orokrom.
a. Observasi kulit terhadap perubahan warna, turgor dan vascular.
Rasional : Menandakan area sirkulasi buruk/kerusakan yang dapat menimbulkan
terjadinya dekubitus
b. Observasi area udema
Rasional : Jaringan udema lebih cenderung rusak/robek
c. Ubah posisi sesering mungkin
Rasional : Untuk menekan tekanan udem
d. Berikan perawatan kulit (kebersihan) dan pemberian lotion
Rasional : Menurunkan iritasi dermal dan resiko kerusakan kulit
e. Pertahankan linen kering bebas keriput
Rasional : menurunkan iritasi dermal dan resiko kerusakan kulit
f. Anjurkan pasien untuk menggunakan kompres lembab dan pertahankan kuku tetap
pendek.
Rasional : menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan resiko cedera (kulit).
g. Anjurkan untuk menggunakan pakaian katun longgar
Rasional : Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab
pada kulit.

..

Anda mungkin juga menyukai