Anda di halaman 1dari 1

Pengendalian korosi dilakukan untuk mencegah cepat terjadinya kerusakan pada pipa

maupun alat lain yang berbahan dasar logam. Ditinjau dari segala aspek, salah satu yang
mempengaruhi laju korosi adalah lingkungan pipa itu ditanam. Dapat dilihat bahwa setiap
lingkungan mempunyai karakteristik khas masing-masing, dari tingkat keasaman hingga
faktor biologi yang mempengaruhi.
1. Lingkungan Rawa
Dalam klasifikasi taksonomi tanah (soil survey staff, 1999), tanah rawa termasuk ke
dalam tanah basah atau wetsoils, yang bercirikan oleh kondisi tanah demham rejim
kelembaban aquik, dan dalam kondisi lingkungan rawa juga sering terdapat pirit. Pirit
yaitu mineral berkristal oktahedral, termasuk sistem kubus dari senyawa besi-sulfida
(FeS2) yang terbentuk di dalam endapan marin kaya bahan organik, dalam lingkungan air
laut/payau yang mengandung senyawa sulfat.
Reaksi oksidasi pirit akan terjadi terlebih jika dipercepat oleh adanya bakteri
Thiobacillus ferrooxidans. FeS2 + 15/4 O2 + 7/2
Fe(OH)3 + 2SO42- + 4H+
hasil reaksi yang dihasilkan besi-III kolodial dan asam sulfat yang terlarut menjadi ion
sulfat dan melimpahnya ion H+, mengakibatkan pH tanah turun drastis dari awalnya
netral-agak alkalis (pH 5,5 6,5) menjadi masam ekstrim (pH 1,3 3,5).
Dengan pH yang sangat rendah dan banyaknya ion H+ pada lingkungan rawa,
menyebabkan laju korosi yang meningkat dengan reaksi
Fe + 2H+ (aq)
Fe2+ (aq) + H2 (g)
2+
Fe + 2OH
Fe(OH)2
Tabel disamping adalah hasil
pemeriksaan lumpur rawa.
Kandungan zat paling banyak
didalam rawa adalah unsur sulfat,
klorida, dan nitrat. Didukung dengan
adanya oksigen terlarut.
Rawa merupakan lingkungan
peralihan antara daratan dan laut, jadi
dipengaruhi oleh pasang surut air laut
dan aliran sungai yang mencapai
rawa.

Anda mungkin juga menyukai