Anda di halaman 1dari 13

Tugas 2

Metode
Inversi
Resume Buku Geothermal

Nova Linzai
3712100002
Innanda Rizqiani Putri 3712100021

TUGAS 2. EKSPLORASI GEOTHERMAL


Resume : Geothermal Energy System. Exploration, Development and Utilization.

PENDAHULUAN GEOTHERMAL (PANAS BUMI)


Energi panas bumi (geothermal) adalah energi panas alami dari dalam bumi yang
ditransfer ke permukaan bumi secara konduksi dan konveksi. Secara umum perubahan kenaikan
temperatur terhadap kedalaman di kerak bumi adalah sekitar 30C/km. Jika diasumsikan
temperatur rata-rata permukaan bumi adalah 15C, maka di kedalaman 3 km, temperaturnya
akan mencapai 105C. Akan tetapi temperatur tersebut kurang menguntungkan dari sisi
ekonomis untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi panasbumi.
Sumber energi panasbumi berasal dari magma yang berada di dalam bumi. Ia berperan
seperti kompor yang menyala. Magma tersebut menghantarkan panas secara konduktif pada
batuan disekitarnya. Panas tersebut juga mengakibatkan aliran konveksi fluida hydrothermal1 di
dalam pori-pori batuan. Kemudian fluida hydrothermal ini akan bergerak ke atas namun tidak
sampai ke permukaan karena tertahan oleh lapisan batuan yang bersifat impermeable. Lokasi
tempat terakumulasinya fluida hydrothermal disebut reservoir, atau lebih tepatnya reservoir
panasbumi. Dengan adanya lapisan impermeabel tersebut, maka hydrothermal yang terdapat
pada reservoir panasbumi terpisah dengan groundwater yang berada lebih dangkal. Berdasarkan
itu semua maka secara umum sistem panasbumi terdiri atas tiga elemen:

Batuan reservoir

Fluida reservoir, yang berperan menghantarkan panas ke permukaan tanah,

Batuan panas (heat rock) atau magma sebagai sumber panas

MODEL GEOLOGI DAERAH GEOTHERMAL


Kondisi geologi sumber-sumber energi panasbumi yang telah ditemukan di dunia saat ini
amat beragam. Secara garis besar bisa dikelompokan kedalam dua model geologi daerah
panasbumi, yaitu:

sistem magmatik volkanik aktif

sistem selain magmatik volkanik aktif

Daerah panasbumi bertemperatur tinggi (lebih dari 180 C) yang bisa dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik, sebagian besar terdapat pada sistem magmatik volkanik aktif. Sementara,
pemanfaatan energi panasbumi untuk pemanfaatan-langsung (direct use) bisa diperoleh dari
kedua sistem tersebut.

Gambar. Penampang vertical system magmatic-volkanik aktif.

Gambar diatas memperlihatkan penampang vertikal model geologi daerah magmatik


volkanik aktif. Akibat tumbukan antara lempeng samudra (oceanic crust) dan lempeng benua
(continental crust), lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng benua. Temperatur tinggi
di kerak bumi menyebabkan lempeng samudra meleleh. Lokasi lelehan (zone of partial melting)
tersebut diperkirakan berada pada kedalaman 100 km dari permukaan bumi diantara kerak bumi
dan bagian luar mantel bumi. Densitas lelehan biasanya lebih rendah dari sumber asalnya
sehingga lelehan tersebut cenderung bergerak naik ke atas menjadi magma. Hampir tidak pernah
ditemukan magma yang berbentuk cair (liquid) murni. Semua magma merupakan lelehan batuan
panas dengan campuran yang begitu kompleks antara silikat cair dan kristal mineral ditambah
gas, karbon dioksida serta senyawa beracun lainnya. Proses kristalisasi bisa jadi terbentuk dari
komposisi liquid-nya atau bisa juga berasal dari mineral batuan yang terbawa oleh pergerakan
lelehan magma saat naik ke permukaan. Ketika magma mendekati permukaan bumi, ia
menyebabkan letusan volkanik.

Magma yang sudah dimuntahkan ke permukaan bumi disebut lava. Wujud lava masih
berupa lelehan batuan panas yang akhirnya menjadi dingin secara perlahan dan membentuk
batuan beku volkanik dipermukaan tanah. Alternatif lainnya, magma terperangkap di dalam bumi
dan perlahan menjadi dingin membentuk batuan beku yang seiring berjalannya waktu akan
tersingkap oleh erosi. Oleh karena itu, komposisi magma dapat ditentukan oleh komposisi batuan
beku. Akan tetapi karena proses volkanik melibatkan unsurunsur gas yang terkandung di magma
mengakibatkan komposisi batuan beku tidak selalu sama dengan komposisi magma aslinya.

FLUIDA PANAS BUMI

Gambar. Penampang vertical system hidrotermal-volkanik di daerah zona aktif gunung api
andesit.
Asal-usul fluida hydrothermal pada sistem volkanik aktif diperlihatkan pada gambar
diatas. Kandungan H2O yang tinggi pada batas antara lempeng benua dan lempeng samudera di
sekitar zona penunjaman yang bertemperatur sangat tinggi memicu terjadinya fenomena partial
melting yang merupakan cikal-bakal fluida panasbumi. Sementara, lapisan sedimen terdehidrasi,
yang ikut terbawa ke dalam zona penunjaman, juga ikut meleleh sehingga memperkaya
kandungan komponen fluida panasbumi tersebut. Fluida panasbumi kemudian bergerak ke atas

menerobos kerak bumi sambil terus bereaksi dengan batuan yang dilewatinya sehingga makin
menambah kandungan komponen di dalamnya. Fluida panasbumi yang paling dekat dengan
magma, biasanya mengandung uap air, CO2, SO2, H2S dan HCl. Variasi konsentrasi masingmasing kandungan itu tergantung pada perbedaan magmatic volatile7 dan tingkat degassing8
magma. Penyerapan gas-gas tersebut ke dalam sirkulasi air tanah bagian dalam9 mendorong
terbentuknya fluida panasbumi yang bersifat asam dan sangat reaktif. Tingkat ke-asam-an fluida
panasbumi berangsur-angsur berkurang ke arah netral seiring interaksi dirinya dengan
permukaan batuan dimana kation-kation ikut terbawa oleh aliran fluida panasbumi. Ketika fluida
panasbumi terus bergerak ke atas, tekanannya makin berkurang hingga mencapai kondisi boiling,
yaitu kondisi dimana fluida panasbumi mendidih mengeluarkan gelembung gas-gas. Zona tempat
terjadinya fenomena boiling disebut boiling zone. Disinilah terjadi pemisahan antara fas liquid
dan fase gas pada fluida panasbumi. Fluida fase gas akan lebih mudah menerobos menuju ke
permukaan bumi menjadi fumaroles10 di sekitar puncak dan lereng gunung api. Namun fase gas
yang tidak bisa menerobos ke permukaan akan bercampur dengan air tanah membentuk steamheated acid-sulfate water. Sisa fluida panasbumi yang masih berada di posisi dalam akan
mengalir secara lateral dimana ia akan bercampur dengan air meteorik sampai mencapai pH
netral dan keluar permukaan sebagai mata air yang kaya unsur chloride-nya.

TIPE SISTEM GEOTHERMAL


Tipe dari panasbumi ada 5, diantaranya:

Sistem batuan beku muda,

Sistem tektonik

Geopressured systems

Hot dry rock systems

Magma tap systems.


Dari tipe satu sampai tipe tiga, air panas alami bisa diperoleh lewat kegiatan eksploitasi.

Karena itu, ketiganya bisa disatukan menjadi sistem hidrotermal (hydrothermal systems).
Sementara untuk tipe empat dan lima, air panas alami tidak bisa diperoleh. Justru kedua sistem
itu memerlukan air yang diinjeksikan kedalam bumi lalu air tersebut disedot kembali untuk

diambil panasnya. Secara teknik hal itu mungkin dilakukan, tetapi tidak bernilai ekonomis selama
harga bahan bakar fosil masih lebih murah.

SISTEM BATUAN BEKU MUDA


Sistem panasbumi batuan beku muda berasosiasi dengan quaternary volcanism dan
intrusi magma. Hampir 95% aktivitas volkanik terjadi disepanjang zona tumbukan lempeng
sebagaimana yang terdapat dalam jumlah melimpah di Indonesia - dan di dalam hot spot. Fluida
panasbumi pada sistem ini menerima panas dari intrusi magma dengan panas yang tertinggi (
370 C) dibanding dengan empat tipe sistem panasbumi lainnya. Kedalaman reservoir umumnya
berada 15 km, meskipun ada juga yang lebih dalam.

Gambar. Konsep panasbumi system batuan teku muda yang terdapat di andesit stratovolcano.
Reservoir panas bumi temperaturnya > 200 derajat C dengan kedalaman <1,5 km, sementara
kedalaman batuan intrusi berkisar antara 2-10 km. Dimensi lateral dari reservoir hingga outflow
dapat melebihi 20 km.

Gambar diatas menampilkan model konseptual sistem panasbumi di daerah andesitic


stratovolcano aktif. Temperatur intrusi magma andesit biasanya berkisar antara 850 to 1050 C.
Air meteoric turun dari ke bawah tanah dan terpanaskan oleh batuan intrusi yang menyebabkan

terjadinya sirkulasi air panas. Dengan terjadinya sirkulasi, air panas tersebut menjadi kaya akan
unsur-unsur kimia seperti Cl, F, Br, B, SO4 , HCO3 , silika, kation, and metal yang terlarut sebagai
hasil dari reaksi dengan batuan asal. Uap-uap yang terkandung di magma seperti H2O, CO2,
senyawa sulfur, HCl, HF, Hg, and As sangat mungkin terlepas dan mengalir menjadi fluida. Fluida
tersebut secara umum menjadi "neutral-chloride" 13 dan mencoba menerobos ke atas melalui
celah-celah batuan dikarenakan densitasnya yang menurun. Alterasi mineral dan vein terbentuk
di dalam batuan reservoir. Seringkali fluida panas naik ke atas melalui rekahan hingga mencapai
level kedalaman titik didih dimana vapor phase yang berisi steam dan gas non-condensible14
terbentuk. Gas-gas inilah yang muncul ke permukaan sebagai fumarole. Ketika steam mengalami
kondensasi15 dan bercampur dengan air meteorik dangkal, H2S mengalami oksidasi menjadi
asam sulfat (H2SO4) yang mana secara kimiawi mengalterasi batuan dan membentuk mata air
"asam sulfat". Air neutral-chloride biasanya berada lebih dalam dibandingkan air asam sulfat, dan
jika keduanya bertemu dan bercampur akan menghasilkan air asam-sulfat-chloride. Kondisi
topografi dan hydrologic gradient menyebabkan fluida cenderung mengalir secara lateral
menjauhi puncak gunung membentuk aliran outflow. Mata air neutral-chloride biasanya muncul
beberapa kilometer dari sumber panas dan reservoir utama. Jika temperatur batuan intrusi telah
menurun karena usia; atau karena ukurannya yang kecil; atau terletak terlalu dalam, maka
kontribusi uap magma terhadap sistem panasbumi relatif kecil dan bisa jadi tidak terdeteksi.

MANIFESTASI PANAS BUMI


Hampir semua daerah panasbumi selalu ditandai oleh keberadaan manifestasi
panasbumi. Adanya manifestasi pastinya disebabkan oleh adanya sumber panas bumi dibawah
manifestasi tersebut. Namun letak pastinya dimana kita belum tahu. Walaupun tidak ditemukan
sumber mata air panas, tapi permukaan tanah yang dirasakan lebih panas daripada sekelilingnya
sudah cukup mengindikasikan keberadaan sumber panasbumi dibawahnya. Tanpa adanya
sumber panasbumi, permukaan tanah tidak mungkin akan menjadi panas.
Volume reservoir berikut permeabilitas batuan reservoir perlu diketahui agar
kemampuan sumur untuk memproduksi atau mengalirkan fluida bisa diperhitungkan. Jika
volumenya kecil dan permeabilitasnya rendah, maka kemampuan produksi akan rendah dan

besar kemungkinan umur sumur tersebut pun akan singkat sekali. Demikian juga dengan
temperatur fluida reservoir panasbumi. Temperatur fluida reservoir yang terlalu rendah tidak
akan mengundang investasi proyek panasbumi untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik.
Reservoir panasbumi dikategorian menjadi 4, yaitu:
1. Temperatur tinggi, bila temperatur fluida > 250C
2. Temperatur medium, bila temperatur fluida berkisar antara 150C- 250C
3. Temperatur didih rendah, bila temperatur fluida berkisar antara 100C- 150C
4. Temperatur rendah, bila temperatur fluida berkisar antara 50C- 100C
Dari 4 kategori tersebut, hanya reservoir temperatur medium dan reservoir temperatur
tinggi yang bisa menggairahkan investasi proyek pembangkit listrik energi panasbumi.

TAHAPAN EKSPLORASI PANAS BUMI


Terdapat 5 survey lapangan pada kegiatan eksplorasi panas bumi ini, yaitu antara lain:
1. Survey penginderaan jauh
2. Survey geologi
3. Survey hidrologi
4. Survey geokimia
5. Survey Geofisika

METODE GEOFISIKA UNTUK EKSPLORASI GEOTHERMAL


Metode Termal

Metode Listrik

Metode Geofisika
Survey
temperatur
dangkal
(kedalaman <1 m)
Pengukuran gradien termal
Pengukuran aliran panas
Suvey resistivitas
Polarisari Terinduksi (IP)
Potensial diri (SP)
Arus Tellurik
Elektromagnetik sumber terkontrol
Elektromagnetik sumber alam
(magnetotelluric/audio
magnetotellurik)

Target Pengamatan
Batuan/fluida di permukaan
dengan temperature tinggi.
Daerah dengan anomaly
panas tinggi.
Garam
(brine)
panas,
daerah dengan alterasi
fluida terinduksi, patahan.
Daerah
termineralisasi,
daerah dengan alterasi
fluida terinduksi.
Sumber panas dan aliran
panas.

Garam
(brine)
panas,
daerah dengan alterasi
fluida terinduksi, patahan.
Garam
(brine)
panas,
daerah dengan alterasi
fluida terinduksi, patahan.
Struktur, garam (brine)
panas, daerah leburan
parsial (partial melt).
Metode Gravitasi Survey Gravitasi dan microgravitasi
Dapur magma yang dalam
Metode Magnetik Suvey airbone and ground magnetic Struktur, intrusi, daerah
alterasi, anomaly densitas,
perindahan fluida.
Metode Seismik
Microseismic, Microearthquake
Struktur, zona alterasi,
anomaly sifat magnetic,
Teleseismik
jenis batuan.
Seismik refraksi
Proses hydrothermal aktif.
Seismic refleksi
Patahan dan rekahan aktid,
distribusi kecepatan dan
atenuasi.
Dapur magma yang dalam
Radiometrik
Radioelemental (K,U dan Th) dan Patahan dan rekahan aktif,
survey produksi panas
distribusi kecepatan dan
atenuasi.
Pengeboran
Well Logging
Patahan dan rekahan aktif,
distribusi kecepatan dan
Vertical Seismic Profiling
atenuasi
Kelistrikan
Daerah dengan anomaly
radio aktif (222 radium dan
226 Radon)
Anomali
temperature,
porositas,
permeabilitas
dan jenis batuan
Distribusi
kecepatan,
rekahan
Garam
(brine)
panas,
daerah alterasi, patahan.
TEKNOLOGI KONVERSI GEOTHERMAL
Sistem konversi untuk fluida uap langsung merupakan sistem konversi yang paling
sederhana dan paling murah. Uap dari turbin dialirkan ke kondensor untuk dikondensasikan

(condensing turbine). Dari kondensor, kondensat kemudian dialirkan ke menara pendingin atau
cooling tower dan selanjutnya diinjeksikan kembali ke bawah permukaan. Sebagian dari air
kondensat ini dialirkan ke kondensor.

Gambar. Skema system pembangkit litrik panas bumi.


Apabila fluida panas bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran fluida dua fasa
(fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada fluida. Hal ini
dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap akan
terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator inilah yang kemudian
dialirkan ke turbin. Oleh karena uap yang digunakan adalah hasil pemisahan maka, sistem
konversi energi ini dinamakan siklus uap hasil pemisahan atau separated steam cycle. Siklus
pembangkitan listrik ini telah digunakan di lapangan Wairakei (New Zealand) sejak 50 tahun yang
lalu dan dibeberapa lapangan lain termasuk di Indonesia, yaitu antara lain di lapangan
Awibengkok Gunung Salak (Jawa Barat) sejak tahun 1994, Wayang Windu (Jawa Barat) sejak
tahun 2000, Lahendong (Sulawesi Utara), Dieng (Jawa Tengah) dan Sibayak (Sumatera Utara).
Apabila sumberdaya panasbumi mempunyai temperatur sedang, fluida panas bumi masih
dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dengan menggunakan pembangkit listrik siklus
binari (binary plant). Dalam siklus pembangkit ini (Gambar 37), fluida sekunder (isobutane,
isopentane or ammonia) dipanasi oleh fluida panasbumi melalui mesin penukar kalor atau heat
exchanger. Fluida sekunder menguap pada temperatur lebih rendah dari temperatur titik didih
air pada tekanan yang sama. Fluida sekunder mengalir ke turbin dan setelah dimanfaatkan
dikondensasikan sebelum dipanaskan kembali oleh fluida panas bumi. Siklus ini merupakan

tertutup dimana fluida panas bumi tidak diambil masanya, tetapi hanya panasnya saja yang
diekstraksi oleh fluida kedua, sementara fluida panas bumi diinjeksikan kembali kedalam
reservoir. Siklus binari telah digunakan dibeberapa negara, antara lain di Parantuka, Kamchatka
Peninsula (USSR) dan Otake (Jepang). Di lapangan Lahendong juga terdapat sebuah pembangkit
listrik panasbumi siklus binari berkapasitas 2,5 MW, namun sejak akhir tahun 1980an karena
masalah teknis, unit pembangkit tersebut tidak dapat dioperasikan.

Gambar. Skema system pembangkit listrik panas bumi dengan siklus binary

Disamping sistem pembangkit listrik tersebut diatas, masih ada beberapa sistem
pembangkit listrik dari fluida panas bumi lainnya yang telah diterapkan di lapangan, diantaranya
siklus uap hasil penguapan (single flash steam), siklus uap hasil pemisahan dan penguapan
(double flash steam), siklus uap hasil pemisahan dan penguapan dengan dua turbin terpisah
(Flashing Multi Flash Steam) dan siklus kombinasi (combined cycle). Pemilihan jenis siklus
pembangkit tergantung dari banyak faktor, antara lain jenis fluida, tekanan dan temperatur fluida
di kepala sumur serta keekonomian.

Sistem pembangkit listrik siklus uap hasil penguapan atau single flash steam (Gambar 38)
digunakan bilamana fluida dikepala sumur dalam kondisi air jenuh (saturated liquid). Fluida
dialirkan ke sebuah flasher agar menguap. Banyaknya uap yang dihasilkan tergantung dari
tekanan flasher. Fraksi uap yang dihasilkan kemudian dialirkan ke turbin. Sistem pembangkit jenis
ini digunakan dibeberapa lapangan, antara lain di Unit 1 Mindanao (Philipina) sejak tahun 1997,
di Cerro Prieto (Mexico) sejak tahun 2000, di Nesjavellir Iceland sejak tahun 2001.

Gambar. Skema system pembangkit listrik panas bumi siklus uap hasil penguapan.
Pada sistem pembangkit listrik siklus uap hasil pemisahan dan penguapan atau double
flash steam cycle (Gambar 39) uap yang digunakan adalah uap dari hasil pemisahan fluida dalam
separator dan uap dari flasher yang merupakan hasil penguapan air yang keluar dari separator.
Uap dari separator dialirkan ke turbin pertama (HP-turbine) dan dan uap dari flasher dialirkan ke
turbin lain yang mempunyai tekanan lebih rendah (LP-turbine). Siklus pembangkit ini telah
digunakan dibeberapa negara, antara lain di lapangan Hatchobaru (Jepang), dan Krafla (Iceland).

Gambar. Skema pembangkit listrik untuk system double plash steam.

Anda mungkin juga menyukai