ANALISIS KASUS
Nadi : 92x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 360C
Pada pemeriksaan kepala ditemukan luka bakar pada bagian muka. Alis dan
bulu mata (-). Pada pemeriksaan thorak tidak ada kelainan. Sesak dan tanda-tanda
trauma inhalasi (-). Pada kedua lengan, kanan dan kiri ditemukan luka bakar sampai
dengan diatas siku. Bula (+). Terasa nyeri (+). Setelah bula di buka, tampak dasar
luka berwarna pucat dengan pinggir kemerahan. Kemudian dilakukan pemeriksaan
penunjang pada pasien, dan didapat hasil darah rutin dan glukosa darah dalam batas
normal.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang
telah dilakukan terhadap os, maka os di diagnosis dengan combutio grade II 23%
dengan observasi trauma inhalasi.
31
Hal ini sesuai dengan teori yang ada, dimana pada combutio grade II akan
ditemukan tanda seperti timbulnya eksudasi dan bula, serta tampak dasar luka
berwarna pucat. Pasien dengan combutio grade II biasanya juga akan mengeluh nyeri
pada daerah luka. Sedangkan apendises kulit dapat utuh atau hilang sebagian.
Infus pada line I dan II menetap hingga jam 12 siang hari berikutnya.
-
Pemberian terapi cairan pada pasien ini kurang tepat. Dengan berat badan 80kg
dan luas luka bakar 23%, seharusnya untuk terapi cairannya, diberikan RL sebanyak :
(rumus baxter)
4 x 23 x 80 kg = 7360 cc
Dimana 50% cairan (3.680 cc) diberikan pada 6 jam pertama, dan sisanya 18
jam berikutnya. Jadi seharusnya pada 6 jam pertama pasien diberikan terapi cairan
sekitar 204 tetes/menit. Dan pada 18 jam berikutnya 68 tetes/menit. Kemudian untuk
hari berikutnya diberikan cairan setengah dari cairan yang diberikan pada hari
pertama.
Sedangkan jika pada pasien ini hanya diberikan cairan 2 line, dengan masingmasingnya 40 tetes/menit. Maka cairan yang masuk selama 12 jam adalah 2.880 cc.
32
Untuk terapi medikamentosa lain, cukup rasional diberikan pada pasien ini.
Antibiotik sistemik spektrum luas bias diberikan untuk mencegah infeksi. Bila ada
infeksi, biasanya antibiotik diberikan berdasarkan hasil dan uji kepekaan kuman.
Untuk mengatasi nyeri dapat diberikan analgesic, pada pasien diberikan
ketorolac. Selanjutnya diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan/ toksoid.
Sehingga pada pasien ini diberikan tetagam sebagai pencegahan tetanus. Pemasangan
kateter sendiri bertujuan untuk mengontrol intake dan output cairan, karena pada
pasien ini dilakukan resusitasi cairan. Pada perawatan hari berikutnya, pasien
diberikan obat tambahan berupa salep sibro. Obat topical seperti salep ini dapat
diberikan untuk membuat luka bebas infeksi, mengurangi nyeri, bisa menembus eskar
dan mempercepat epitelisasi.