Anda di halaman 1dari 5

PEMBAHASAN KASUS

Tanggal 7 januari 2015 pukul 15.44 pasien datang rujukan dari Puskesmas tempino dengan
suspect plasenta acreta dan anemia. Pasien melahirkan pukul 13.00 wib ditolong oleh dukun.
Plasenta tidak lahir, sudah dicoba memasukkan tangan dengan dukun . selain itu sudah di
lakukan manual plasenta oleh bidan namun tidak berhasil, perdarahan (+), mules (+). Dari
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 70/palpasi, nadi 134 kali/menit, respiration rate
24 kali/menit dengan GCS 15, conjungtiva anemis (+/+). Dengan Leukosit 26600 /mm3,HB
9,3 g/dl , HT 27.1%,trombosit 460.103/mm3 Diberikan terapi oleh dokter IGD:
1. O2 Sungkup 4 L/m
2. loading cairan RL 3 Kolf 30 tetes/ menit 1 kolf tetes cepat.
3. Asam traneksamat 1000 mg.
Pembahasan :
Penanganan pada pasien ini masih belum tepat Karena pada pasien ini didapatkan tekanan
darah 70/palpasi, dengan nadi 134x/m RR 24 x/m seharusnya pasien diberikan 02 sungkup
4L/menit, kemudian di cor cairan kristaloid sebanyak 10-20 ml/kgBB habis dalam 15-30
menit kemudian dicek lagi hemodinamik pasien apakah sudah ada tanda perbaikan seperti
peningkatan tekanan darah, penurunan nadi dan respiration rate, akral hangat dan diuresis
0,5-1 ml/kgBB/jam. Pada pasien ini juga ditemukan leukosit yang meningkat yaitu
26600/mm3 leukosit yang tinggi bisa disebabkan karena terbaliknya uterus bagian dalam
keluar sehingga bisa menjadi port d entry infeksi. Seharusnya pada pasien ini diberikan
antibiotik spektrum luas untuk mencegah terjadinya infeksi.Seperti pemberian ampisilin.
Pukul 16.45 TD : 90/60, nadi 130x/m. Leukosit 26600/mm3,eritrosit 3.02x 106/mm3,HB 8,7
gr/dl, HT 25.2%,trombosit 421.103/mm3 Cairan RL dipertahankan 30 tetes/menit.Dilakukan
konsul kepada dr. Spesialis Obgyn di instruksikan untuk melakukan manual plasenta dan
berikan ceftriaxone 1x2 gram, dan tranfusi PRC sampai Hb > 10 gr/dl
Pembahasan :
Pada pasien ini tekanan darah sudah meningkat namun hemoglobin dan hematokrit menurun
hal ini menunjukkan tidak adekuatnya pemberian terapi cairan. hemoglobin dan hematokrit
turun bisa disebabkan karena belum teratasinya sumber perdarahan. Seharusnya tetap
diberikan terapi cairan sebanyak 10-20ml/kgBB untuk mempertahankan keadaan klinis
pasien. Pemberian antibiotik pada pasien ini sudah tepat karena pada pasien ini terjadi
peningkatan leukosit.

Pukul 18.30 dilakukan manual plasenta, Pukul 20.00 manual plasenta tidak berhasil, leukosit
17300/mm3, eritrosit 1.72x106/mm3, HB 4,9 gr/dl, HT 16.2%,trombosit 96.10 3 konsul ulang
ke dr. Spesialis di sarankan untuk operasi emergency.
Pembahasan :
Pada saat ini hemoglobin pasien semakin memburuk dikarenakan tidak termanajemen dengan
baik sumber perdarahan, sehingga didapatkan eritrosit, hemoglobin, hematokrit dan trombosit
yang menurun, seharusnya pada saat ini pasien sudah diberikan tranfusi PRC untuk
menggantikan kehilangan darah yang terjadi. Dimana dosis pemberian PRC adalah :
= 4x BB (kg)x Hb
= 4 x 50 kg x (10-4,9) gr/dl
= 1020 ml = 4 kantong
Maka pada pasien ini dibutuhkan 4 kantong darah untuk menggantikan darah yang hilang dan
untuk meningkatkan kemampuan mengikat oksigen untuk jaringan.
Pukul 21.00 pasien tiba di oke dilakukan pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah
80/50, nadi 120 x/m, RR 20x/m, GCS 15. Pasien dilakukan pemasangan infus 2 line dengan
cor cairan RL Sebanyak 1000 ml. Kemudian di berikan HES 500 cc.Setelah itu dilakukan
General anestesi dengan memberikan ketalar 50 mg, SA 0,2 mg, Rocuronium Bromine 23,5
mcg
Pembahasan :
Penanganan pada pasien ini sudah tepat dimana diberikan resusitasi cairan terlebih dahulu
untuk memperbaiki hemodinamik pasien kemudian dilakukan General anastesi dengan
pilihan obat :
1.

ketalar.
Dipilih ketalar karena ketalar Ketalar sering menimbulkan takikardi dan hipertensi,
hipersalivasi, nyeri kepala pasca anastesi dapat menimbulkan mual muntah dimana
efek ini baik diberikan pada pasien ini karena pasien ini hipotensi. Untuk mencegah

hipersalivasi pada pasien ini diberikan sulfas atropine sebanyak 0,2 mg.
2. Rocurronium bromida
Dipilih pelumpuh otot Rokuronium karena Tidak ada perubahan yang bermakna
secara klinis pada parameter hemodinamik. Sehingga aman untuk pasien yang
mengalami syok.
Pemantauan pasien selama operasi :
Pukul 21.00: (TD : 80/50mmHg
21.15: (TD : 100/70 mmHg
Urine output 10 cc.

N : 120 x/mnt
N : 120 x/mnt

RR : 20 x/mnt SpO2 : 100%)


RR : 20 x/mnt SpO2 : 100%)

21.30 : (TD : 140/90 mmHg


21.45 : (TD : 140/90 mmHg

N : 120 x/mnt

RR : 20 x/mnt SpO2 : 100%)

N : 120 x/mnt

RR : 20 x/mnt SpO2 : 100%)

N : 120 x/mnt

RR : 20 x/mnt SpO2 : 100%)

Urine output 100 ml


22.00 : (TD : 150/90mmHg
Urine output 200 ml
Pembahasan :
Dari hasil pemantauan pasien selama operasi menunjukkan grafik peningkatan tekanan darah
dimana ini merupakan salah satu indikator keberhasilan resusitasi cairan selain itu juga bisa
karena efek dari obat induksi yang diberikan selama operasi selain itu keberhasilan resusitasi
bisa dinilai dari urine output pasien dimana pada pasien ini didapatkan urine output 310 cc.
Dimana minimal urine output itu adalah 0,5-1 mg/kgBB
Maka pada pasien ini :
0,5-1 ml/jam x 50 kg= 25 -50 ml/jam
TANGGAL S
8 Januari
Lemas (+) nyeri
2015
perut bekas
operasi (+)

O
TD : 150/90
mmHg
Nadi : 80 x/m
RR : 20x/m
S : 36,5Oc
Urine Output :
700 cc/14 jam
50 cc/jam

Hasil Lab
WBC : 26,7.103/
mm3
RBC : 2.73.106/mm3
HB : 8,7 g/dl
Hct :26,6 L%
PLT :106 L.103/mm3
PCT : .072 L %

Terapi :
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
Inj.Gentamisin 2 x 8 gr
Pronalges supp 3x1
Ranitidn 2 x 1 amp
Tranfusi PRC 2 Kantong
Pembahasan :
Terapi pada pasien ini sudah tepat karena peningkatan leukosit di berikan antibiotik
kombinasi yaitu ceftriaxone dan gentamisin. Dimana ceftriaxone merupakan golongan
cefalosporin dengan spektrum luas, yang membunuh bakteri dengan menghambat
sintesis dinding sel bakteri. Ceftriaxone secara relatif mempunyai waktu paruh yang
panjang diberikan kombinasi dengan gentamisin karena gentamisin digunakan untuk

profilaksis tindakan pasca bedah, diberikan pronalges supositoria yang merupakan


nonsteroid anti inflamasi drug untuk mengurangi nyeri bekas operasi, diberikan
ranitidin yang merupakan antagonis reseptor H2 dimana secara kompetitif dan
reversible berikatan dengan reseptor H2 disel parietal yang menyebabkan
berkurangnya produksi sitosilik siklik AMP dan sekresi histamin yang menekan asam
lambung. Selain itu diberikan PRC untuk menigkatkan hemoglobin > 10 gr/dl.
TANGGAL S
9 januari
Lemas (+) nyeri
2015
perut bekas
operasi (+)

10 Januari
2015

Lemas (+) nyeri


perut bekas
operasi (+)

O
TD : 140/90
mmHg
Nadi : 82 x/m
RR : 20x/m
S : 36,3 Oc
Urine Output :
800/14 jam
57 cc/jam
TD : 140/90
mmHg
Nadi : 82 x/m
RR : 20x/m
S : 36,3 Oc
Urine Output :
600 cc/14 jam
42 cc/jam

Hasil Lab

WBC : 23,4.103/
mm3
RBC :
3.55.106/mm3
HB : 10 g/dl
Hct :28,3 L%
PLT :265
L.103/mm3
PCT : .186 L %

Pembahasan :
pada tanggal 10 januari telah terjadi penurunan leukosit dari 26600/m3 menjadi 23400/m3
maka terapi antibiotik tetap diteruskan. Tranfusi tidak dilakukan karna hemoglobin telah
mencapai target hemoglobin
TANGGAL S
11 Januari
Lemas (+) nyeri
2015
perut bekas
operasi (+)

O
TD : 140/90
mmHg
Nadi : 82 x/m
RR : 20x/m
S : 36,3 Oc
Urine Output :-

Hasil Lab
WBC : 14,4.103/
mm3
RBC :
2.94.106/mm3
HB :8,3 g/dl
Hct :23,3 L%
PLT :278
L.103/mm3
PCT : .192 L %

Terapi :
Cefixime 2 x 100 mg
B complek 2x1 tab
Ranitidin 2 x 150 mg
Ketoprofen 3 x 100 mg
Pembahasan :
Terapi yang diberikan sama pada follow up sebelumnya namun semua obat diubah menjadi
oral. Namun pada pasien ini terjadi penurunan hemoglobin yang bisa disebabkan karena
banyaknya lochea yang terjadi pada masa nifas ibu.

Anda mungkin juga menyukai