CRS Anita
CRS Anita
PENDAHULUAN
Semua orang baik secara individu, kelompok maupun masyarakat
dimana saja dan kapan saja, mempunyai hak untuk hidup sehat atau
memperoleh perlindungan kesehatan. Sebaliknya, setiap orang baik
individu, kelompok maupun masyarakat, mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab untuk melindungi kesehatan serta menjaga kesehatan
dirinya sendiri dari segala ancaman penyakit dan masalah kesehatan lain.1
Upaya perlindungan dan penjagaan tersebut termasuk juga terhadap
penyakit infeksi menular seperti tuberkulosis paru. Karena Perhatian akvitis
kesehatan sedunia telah dikejutkan oleh deklarasi kedaruratan kesehatan
global (the global health emergency) tuberkulosis paru pada tahun 1993
dari WHO, munculnya deklarasi tersebut disebabkan oleh sebagian besar
negara-negara di dunia tidak berhasil mengendalikan penyakit TB paru. 2-4
Diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis. Tahun 1995 ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian
akibat TB diseluruh dunia. Dimana 95% dari kasus TB dan 98% kematian
akibat TB di dunia tersebut terjadi pada negara-negara berkembang.
Diantara mereka 75% berada pada usia produktif, yaitu 15-50 tahun.3,4
Alasan utama muncul atau meningkatnya beban TB global ini antara
lain disebabkan : 1. Kemiskinan pada berbagai penduduk, tidak hanya pada
negara yang sedang berkembang tetapi juga pada penduduk perkotaan
tertentu di negara maju; 2. Adanya perubahan demografik dengan
meningkatnya penduduk dunia; 3. Kegagalan program TB selama ini yang
disebabkan oleh tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan, tidak
memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh masyarakat,
penemuan kasus/diagnosis yang tidak sesuai standar, obat tidak terjamin
penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan serta pelaporan
yang standar, dan sebagainya), tidak memadainya tatalaksana kasus
(diagnosis dan paduan obat yang tidak standar, gagal menyembuhkan kasus
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
: Tn. D
: 46 tahun
Suku/bangsa
Agama
: Batak
: Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
MRS
(dari IGD)
2.2. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama :
Batuk darah sejak 1 hari SMRS
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Os mengeluh batuk darah sejak 1 hari SMRS.
Os awalnya mengeluh batuk sejak 3 bulan SMRS.
Batuk yang dialami os merupakan batuk berdahak,
warna kuning dan kental. Batuk berdahak ini juga sudah
dialami os sejak 3 bulan yang lalu. Kemudian 1 bulan
yang lalu batuk semakin parah. 1 hari SMRS os
mengeluh batuk dahak disertai dengan darah. Pada
saat batuk darah os tidak merasa mual dan tidak ada
muntah.
Keluhan lain yang dirasakan os adalah demam hilang
timbul, disertai menggigil dan berkeringat terutama
saat malam hari. Selain itu, Os mengeluh sesak napas sejak 1
minggu SMRS. Sesak napas tidak dipengaruhi oleh aktivitas, debu,
asap, udara dingin, ataupun paparan terhadap serbuk sari serta bulu
binatang. Sesak napas juga tidak mempengaruhi aktivitas sehari-hari
pasien. Sejak timbulnya keluhan-keluhan tersebut nafsu
makan os mulai menurun, sehingga berdampak pada
penurunan berat badan os, yang menurut os diakuinya
bahwa berat badannya sudah menurun sekitar 10kg.
Sebelumnya os belum pernah mengalami keluhan
seperti ini. Os juga belum pernah mengkonsumsi obat
paru selama 6 bulan. Untuk mengatasi keluhannya, os
sudah dibawa ke rumah sakit swasta dan dilakukan
pemeriksaan rontgen thorak dan didiagnosis TB Paru
aktif, namun di RS tersebut tidak ada pemeriksaan
sputum BTA, maka dari itu pasien dirujuk ke RS Raden
Mattaher Jambi untuk dilakukan pemeriksaan sputum
BTA.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
TB paru (-),Asma (-),Malaria (-),alergi obat (-)
d. Riwayat penyakit Keluarga
TB Paru (-), Hipertensi (-) DM (-), Asma (-), PJK (-),
Malaria (-)
e. Riwayat Pekerjaan dan Sosial
Sehari-harinya os beraktivitas sebagai pekerja swasta di
pabrik kertas. Menurut os di lingkungan tempat tinggal
dan lingkungan kerjaanya tidak ada yang menderita
keluhan seperti yang dialami oleh os.
2.3 Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
TD
: 110/80 mmHg
4
Nadi
: 90 x/menit
RR
: 24x/menit teratur
Suhu
: 36,10C
Berat Badan
: 52 kg
Pemeriksaan Kepala
- Bentuk Kepala
: Normochepal
- Rambut
Pemeriksaan Mata
- Konjungtiva
: Anemis (-/-)
- Sklera
: Ikterik (-/-)
- Pupil
- Palpebra
: Simetris
Pemeriksaan Hidung
- Bentuk
Pemeriksaan Mulut
- Bibir
- Lidah
Pemeriksaan Telinga
- Bentuk
: Normal
- Sekret
: Tidak ada
: tidak ada
- Fungsional
: pendengaran baik
Pemeriksaa Leher
- JVP
- Kelenjar tiroid
: tidak membesar
- Kelenjar limfonodi
: tidak membesar
Jantung
- Inspeksi
ICS 5
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
: Thrill (-)
: Batas jantung dbn
: BJ I dan IIregular, Gallop (-),
Murmur (-)
Pulmo
Inspeksi
:Simetris kanan-
Palpasi
kiri meningkat
-
Perkusi
: Sonor dikedua
lapang paru
-
Auskultasi
Abdomen
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
: Timpani
Ekstremitas
Edema (-/-), akral hangat, sianosis (-), clubbing finger (-).
WBC
: 9,1 x 103/mm3
RBC
HB
HT
PLT
:
:
:
:
4,74 x 106/mm3
13,5 g/dl
38,9 %
494 x 103/mm3
Kimia Darah
- GDS
: 160 mg/dl
Pemeriksaan Faal hati
- SGOT : 52 U/L
- SGPT
: 43 U/L
Tes DDR
Negatif (-)
2.5
Diagnosis
Hemoptisis et causa Susp. Tuberculosis Paru
2.6 Penatalaksanaan
- Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital pasien
- O2 2-3 L/m
- IVFD RL 20 gtt/m
- Inj. Metilprednisolon 125 mg I ( 1 ampul )
- Inj. Ranitidin 2 x 50 mg ( 1 ampul )
- Inj. Asam Traneksamat 3 x 500 mg
- Ambroxol 3 x 30 mg
- Rencana pemeriksaan sputum BTA SPS
2.7
Follow Up
Tanggal
Follow up
Keterangan
20-11-
Sampel sputum
2014
sewaktu sudah di
ambil dan di antar ke
Lab
RR : 26 x/i T : 36,0 C
Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/+),
Wheezing (-/-)
O2 2-3 L/m
IVFD RL 20 gtt/m
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg ( 1
ampul )
Inj. Asam Traneksamat 3 x
500 mg
Inj. Ampicilin 3 x 1 gr
Ambroxol 3 x 30 mg
Rencana
pemeriksaan
sputum BTA SPS
21-11-
2014
22-11-
O2 2-3 L/m
IVFD RL 20 gtt/m
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg ( 1
ampul )
Inj. Asam Traneksamat 3 x
500 mg
Inj. Ampicilin 3 x 1 gr
Ambroxol 3 x 30 mg
2014
Lab
RR : 28 x/iT : 36,0 C
pemeriksaan Sputum
Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/+),
Wheezing (-/-)
- Sewaktu : +3
A : Hemoptisis ec TB paru
- Pagi
P:
: +3
O2 2-3 L/m
IVFD RL 20 gtt/m
Inj. Ampicilin 3 x 1 gr
Rencana pemberian
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg ( 1
OAT DOTS
ampul )
Inj. Asam Traneksamat 3 x
500 mg
Ambroxol 3 x 30 mg
23-11-
2014
T:
36,4 C
Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/+),
Wheezing (-/-)
10
A : Hemoptisis ec TB paru
P:
O2 2-3 L/m
IVFD RL 20 gtt/m
Inj. Ampicilin 3 x 1 gr
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg ( 1
ampul )
Inj. Asam Traneksamat 3 x
500 mg
FDC RHZE 1x2 tab
24-11-
2014
T:
36,2 C
Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/+),
Wheezing (-/-)
A : Hemoptisis ec TB paru
P:
O2 2-3 L/m
IVFD RL 20 gtt/m
Inj. Ampicilin 3 x 1 gr
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg ( 1
ampul )
Inj. Asam Traneksamat 3 x
500 mg
FDC RHZE 1x2 tab
11
26-11-
2014
T:
36,4 C
Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/+),
Wheezing (-/-)
A : Hemoptisis ec TB paru
P:
-
Crome 1 ampul
Inj. Ceftriaxone 1 x 2 gr
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg ( 1
ampul )
Inj. Asam Traneksamat 3 x
500 mg
FDC RHZE 1x2 tab
27-11-
2014
T:
36,0 C
12
Crome 1 ampul
Inj. Ceftriaxone 1 x 2 gr
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg ( 1
ampul )
Inj. Asam Traneksamat 3 x
500 mg
FDC RHZE 1x2 tab
28-11-
2014
T:
36,0 C
Vesikuler (+/+) Ronkhi (-/+),
Wheezing (-/-)
A : Hemoptisis ec TB paru
P:
Inj. Ceftriaxone 1 x 2 gr
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg ( 1
13
ampul )
Inj. Asam Traneksamat 3 x
500 mg
FDC RHZE 1x2 tab
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 HEMOPTISIS
3.1.1 Definisi
Hemoptisis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah,
atau sputum yang berdarah. Sputum mungkin bercampur dengan darah. Mungkin
juga seluruh cairan yang dikeluarkan paru-paru berupa darah. Setiap proses yang
mengakibatkan terganggunya kontinuitas aliran pembuluh darah paru-paru dapat
mengakibatkan perdarahan. Batuk darah merupakan suatu gejala yang serius.
Mungkin ini merupakan manifestasi yang paling dini dari tuberkulosis aktif.
Sebab-sebab lain dari hemoptisis adalah karsinoma bronkogenik, infarksi, dan
abses paru-paru.
Hemoptisis harus dibedakan dengan hematemesis. Hematemesis
disebabkan oleh lesi pada saluran cerna, sedangkan hemoptisis disebabkan oleh
lesi pada paru atau bronkus/bronkiolus.
3.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi didasarkan pada perkiraan jumlah darah yang dibatukkan.
1. Bercak (Streaking) : <15-20 ml/24 jam
Yang sering terjadi darah bercampur dengan sutum. Umumnya pada
bronkitis.
2. Hemoptisis: 20-600 ml/24 jam
14
Hal ini berarti perdarahan pada pembuluh darh yang lebih besar. Biasanya
pada kanker paru, pneumonia, TB, atau emboli paru.
3. Hemoptisis massif : >600 ml/24 jam
Biasanya pada kanker paru, kavitas pada TB, atau bronkiektasis.
4. Pseudohemoptisis
Merupakan batuk darah dari struktur saluran napas bagian atas (di atas
laring) atau dari saluran cerna atas atau hal ini dapat berupa perdarahan
buatan (factitious).
Berdasarkan penyebabnya dikenal berbagai macam batuk darah :
1. Batuk darah idiopatik atau esensial dimana penyebabnya tidak diketahui
Angka kejadian batuk darah idiopatik sekitar 15% tergantung fasilitas
penegakan diagnosis. Pria terdapat dua kali lebih banyak daripada wanita,
berumur sekitar 30 tahun, biasanya perdarahan dapat berhenti sendiri
sehingga prognosis baik. Teori perdarahan ini adalah sebagai berikut :
a. Adanya ulserasi mukosa yang tidak dapat dicapai oleh bronkoskopi.
b. Bronkiektasis yang tidak dapat ditemukan.
c. Infark paru yang minimal.
d. Menstruasi vikariensis.
e. Hipertensi pulmonal.
2. Batuk darah sekunder, yang penyebabnya dapat di pastikan
a. Pada prinsipnya berasal dari :
b. Saluran napas
i. Yang sering ialah tuberkulosis, bronkiektasis, tumor paru,
pneumonia dan abses paru.
ii. Menurut Bannet, 82 86% batuk darah disebabkan oleh
tuberkulosis paru, karsinoma paru dan bronkiektasis.
iii. Yang jarang dijumpai adalah penyakit jamur (aspergilosis),
silikosis, penyakit oleh karena cacing.
c. Sistem kardiovaskuler
i. Yang sering adalah stenosis mitral, hipertensi.
15
Apakah terjadi obstruksi total maupun parsial dari bronkus yang dapat
dinilai dengan adanya iskemik miokardium, baik berupa gangguan aritmia,
gangguan mekanik pada jantung, maupun aliran darah serebral. Dalam hal
kedua ini dilakukan pemantauan terhadap gas darah, disamping
menentukan fungsi-fungsi vital. Oleh karena itu suatu tingkat kegawatan
hemoptoe dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu bentuk akut berupa
asfiksia, sedangkan bentuk yang lain berupa renjatan hipovolemik.
Lamanya perdarahan.
17
Hematemesis
Lung disease
Asphyxia possible
Asphyxia unusual
Sputum examination
18
Hemoptysis
Frothy
Hematemesis
Rarely frothy
Brown to black
Laboratory
Alkaline pH
Acidic pH
Suggested diagnosis*
Medication effect, coagulation disorder
Catamenial hemoptysis
Tobacco use
Travel history
Weight loss
19
3.1.4 Etiologi
Penyebab dari batuk darah (hemoptoe) dapat dibagi atas :
1. Infeksi, terutama tuberkulosis, abses paru, pneumonia, dan kaverne oleh
karena jamur dan sebagainya.
2. Kardiovaskuler, stenosis mitralis dan aneurisma aorta.
3. Neoplasma, terutama karsinoma bronkogenik dan poliposis bronkus.
4. Gangguan pada pembekuan darah (sistemik).
5. Benda asing di saluran pernapasan.
6. Faktor-faktor ekstrahepatik dan abses amuba.
Penyebab terpenting dari hemoptisis masif adalah :
1. Tumor :
a. Karsinoma.
b. Adenoma.
c. Metastasis endobronkial dari massa tumor ekstratorakal.
2. Infeksi
a. Aspergilloma.
b. Bronkhiektasis (terutama pada lobus atas).
c. Tuberkulosis paru.
3. Infark Paru
4. Udem paru, terutama disebabkan oleh mitral stenosis
5. Perdarahan paru
a. Sistemic Lupus Eritematosus
b. Goodpastures syndrome.
c. Idiopthic pulmonary haemosiderosis.
d. Bechets syndrome.
6. Cedera pada dada/trauma
a. Kontusio pulmonal.
b. Transbronkial biopsi.
c. Transtorakal biopsi memakai jarum.
7. Kelainan pembuluh darah
20
a. Malformasi arteriovena.
b. Hereditary haemorrhagic teleangiectasis.
8. Bleeding diathesis.
Penyebab hemoptoe banyak, tapi secara sederhana dapat dibagi dalam 3
kelompok yaitu : infeksi, tumor dan kelainan kardiovaskular. Infeksi merupakan
penyebab yang sering didapatkan antara lain : tuberkulosis, bronkiektasis dan
abses paru. Pada dewasa muda, tuberkulosis paru, stenosis mitral, dan
bronkiektasis merupakan penyebab yang sering didapat. Pada usia diatas 40 tahun
karsinoma bronkus merupakan penyebab yang sering didapatkan, diikuti
tuberkulsosis dan bronkiektasis.
3.1.5 Patofisiologi Hemoptisis
Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi
dari cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi
pada jaringan paru bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan
fungsinya untuk pertukaran gas. Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna
tuberkulosis yang merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe masih
diragukan. Teori terjadinya perdarahan akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen
ini telah lama dianut, akan tetapi beberapa laporan autopsi membuktikan bahwa
terdapatnya hipervaskularisasi bronkus yang merupakan percabangan dari arteri
bronkialis lebih banyak merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe. (4)
Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :
1. Radang mukosa
Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh darah
menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk
menimbulkan batuk darah.
2. Infark paru
Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme pada
pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh jamur.
3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler
21
adanya
reaksi
antibodi
terhadap
membran,
seperti
padaGoodpastures syndrome.
5. Perdarahan kavitas tuberkulosa
Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal
dengan aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh darah ini berasal dari
cabang pembuluh darah bronkial. Perdarahan pada bronkiektasis
disebabkan pemekaran pembuluh darah cabang bronkial. Diduga hal ini
terjadi disebabkan adanya anastomosis pembuluh darah bronkial dan
pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat menimbulkan
hemoptisis masif.
6. Invasi tumor ganas
7. Cedera dada
Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami
transudasi ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk
darah.
Diagnosis
Hal utama yang penting adalah memastikan apakah darah benar- benar
bukan dari muntahan dan tidak berlangsung saat perdarahan hidung. Hemoptisis
sering mudah dilacak dari riwayat. Dapat ditemukan bahwa pada hematemesis
darah berwarna kecoklatan atau kehitaman dan sifatnya asam. Darah dari
epistaksis dapat tertelan kembali melalui faring dan terbatukkan yang disadari
penderita serta adanya darah yang memancar dari hidung.
Untuk menegakkan diagnosis, seperti halnya pada penyakit lain perlu
dilakukan urutan-urutan dari anamnesis yang teliti hingga pemeriksaan fisik
maupun penunjang sehingga penanganannya dapat disesuaikan.
1) Anamnesis
22
Hemoptoe
Rasa tidak enak di
tenggorokan, ingin batuk
2. Onset
Darah dibatukkan, dapat
disertai batuk
3. Penampilan darah Berbuih
4. Warna
Merah segar
5. Isi
Lekosit, mikroorganisme,
makrofag, hemosiderin
6. Reaksi
Alkalis (pH tinggi)
7. Riwayat Penyakit Menderita kelainan paru
Dahulu
8. Anemi
Kadang-kadang
9. Tinja
Warna tinja normal
Guaiac test (-)
Hematemesis
Mual, stomach distress
Darah
dimuntahkan
dapat disertai batuk
Tidak berbuih
Merah tua
Sisa makanan
Asam (pH rendah)
Gangguan
lambung,
kelainan hepar
Selalu
Tinja bisa berwarna
hitam, Guaiac test (-)
2. Pemeriksaan fisik
23
penderita
hemoptisis
masif.
Gambaran
opasitas
dapat
mengingat
bahwa
selama
masa
perdarahan,
Lavase
dengan
menilai
mencari
sumber
perdarahan
pada
lobus
superior,
24
terapi
yang
utama
adalah
memberikan
suport
Terapi konservatif
1. Terapi konservatif
Pasien harus dalam keadaan posisi istirahat, yakni posisi miring (lateral
decubitus). Kepala lebih rendah dan miring ke sisi yang sakit untuk
mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat.
Pemberian oksigen
2. Terapi pembedahan
26
3.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptoe, yaitu
ditentukan oleh tiga faktor :
1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran
pernapasan.
2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptoe dapat
menimbulkan renjatan hipovolemik.
3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke
dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi.
3.1.8 Prognosis
Pada hemoptoe idiopatik prognosisnya baik kecuali bila penderita
mengalami hemoptoe yang rekuren.
Sedangkan pada hemoptoe sekunder ada beberapa faktor yang menentukan
prognosis :
1) Tingkatan hemoptoe : hemoptoe yang terjadi pertama kali mempunyai
prognosis yang lebih baik.
27
28
penyakit
infeksi
kronik
yang
disebabkan
oleh
29
dingin.Hal
ini
dikarenakan
kuman
dapat
bersifat
30
dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan
menjadikan penyakit tuberkulosis menjadi aktif kembali.2
Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraseluler
yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang awalnya
memfagosit
justru
kemudian
disenanginya
karena
banyak
mengandung lipid.3
Mikobakterium cenderung lebih resisten terhadap bahanbahan kimia dari pada bakteri lainnya karena sifatnya hidrofobik
permukaan
selnya
berkelompok.13Sifat
lain
dan
pertumbuhannya
yang
kuman
ini
yang
adalah
aerob,
31
Sudah
dibuktikan
bahwa
lingkungan
sosial
resiko
penularannya.
Setiap
satu
BTA
(+)
dapat
32
sinar
matahari,
ventilasi
yang
buruk
dan
selama
menit.
Droplet
nuclei
ini
dapat
saluran
nafas,
basil
TB
akan
mencapai
molekul
mikrobakteria
ke
makrofag.
dapat
bertahan
hidup
dengan
cara
menghambat
paru
akan
berbentuk
sarang
tuberculosis
ke
arteri
pulmonalis
maka
terjadi
penjalaran
kaseosa
yang
konsistensinya
semi-solid
atau
34
tidak
sehingga
dapat
akan
menghentikan
menjadi
sakit
multiplikasi
pada
kuman
beberapa
bulan
medius,
berakibat
atelektasis.
Kuman
akan
yang
atelektasis,
hal
ini
disebut
sebagai
35
pada
keadaan
malnutrisi,
alkoholik,
penyakit
kembali
sebagai
granuloma
yang
berkembang
mengalami
nekrosis,
menjadi
lembek
36
menjadi
tebal
(kavitas
sklerotik/kronik).
kembali
dan
mencair
menimbulkan
kavitas
kembali.
c. Menyembuh dan disebut open healed cavity, atau
menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya
mengecil. Kavitas dapat menciut dan tampak sebagai
bintang (stellate shape).
3.2.4 Klasifikasi/ Definisi Kasus
Sampai sekarang belum ada kesepakatan diantara para
klinikus, ahli radiologi, ahli patologi, mikrobiologi, dan ahli
kesehatan
masyarakat
tentang
keseragaman
klasifikasi
37
kecil
advanced
tuberculosis.
Ada
kavitas
Bila
bayangannya
kasar
tidak
lebih
dari
infiltrat
dan
Hasil
pemeriksaan
satu
spesimen
dahak
Hasil
pemeriksaan
satu
spesimen
dahak
38
riwayat
yang
belum
pernah
mendapat
yang
sebelumnya
biakan
negatif
tetapi
ini
berikan
dahulu
antibiotik
selama
minggu,kemudian dievaluasi.
Infeksi jamur
TB paru kambuh
Bila meragukan harap konsul ke ahlinya.
c. Kasus defaultedatau drop out
Adalah pasien yang tidak mengambil obat 2 bulan
berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya
selesai.
d. Kasus gagal
39
Catatan:
Kasus pindahan (transfer in):
Adalah pasien yang sedang mendapatkan pengobatan
di suatu kabupaten dan kemudian pindah berobat ke
kabupaten lain.
Pasien pindahan tersebut harus membawa surat rujukan /
pindah.
Kasus Bekas TB:
tidak
aktif,
atau
foto
serial
menunjukkan
batuk
terjadi
karena
adanya
iritasi
pada
berminggu-minggu
atau
berbulan-bulan
sejak
dengan
istilah
Dimana
setiap
proses
yang
mengganggu
dan
dapat
sebagai
manifestasi
pertama
dari
41
penyakit
katup
jantung.Emboli
paru
biasanya
42
Demam.Biasanya
kadang
panas
subfebril
badan
bisa
menyerupai
mencapai
influenza.Tetapi
40-41 oC.serangan
shortcourse)
dan/
gejala
terus-menerus
directly
observed
utamanya
adalah
selama
minggu
batuk
atau
napas
bronkial.Akan
ditemukan
juga
suara
napas
43
Paru
pernapasan.
yang
Perkusi
sakit
akan
terlihat
memberikan
suara
tertinggal
pekak.
dalam
Auskultasi
diagnosis
TB
sangat
berperan
paru.3-5,11Bahan
dalam
pemeriksaan
44
negatif.
Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis
45
negatif.3
Selain
itu,
saat
ini
sudah
dengan
biakan
ini
belum
banyak
46
berawan/nodular
di
segmen
apikal
dan
bawah.
Terdapat kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi
:3-5,11
- Fibrotik, terutama pada segmen apical dan atau posterior
lobus atas dan atau segmen superior lobus bawah.
- Kalsifikasi
- Penebalan pleura (pleuritis TB)
Luluh paru (destroyed lung) merupakan gambaran
radiologis paru yang menunjukkan kerusakan jaringan paru
yang berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru.
Gambarannya terdiri dari atelektasis, multikavitas/ektasis,
dan fibrosis parenkim paru. Namun sulit untuk menilai
47
( CT Scan ) dan
yang
sedikit
meninggi
dengan
hitung
jenis
Laju
indikator
penyembuhan
pasien.
untuk
LED
sering
membantu
48
antara
antibodi
seluler
dan
antigen
tuberkulin.3,8
Interpretasi hasil uji tuberkulin, sebagai berikut :3,8
Diameter indurasi 0-5 mm : mantoux test negatif =
golongan no sensitivity. Disini peran antibodi humoral
-
sangat menonjol.
Diameter indurasi 6-9 mm : hasil meragukan = golongan
low grade sensitivity. Disini peran antibodi humoral masih
menonjol.
Diameter indurasi 10-15 mm : mantoux positif =
golongan normal sensitivity. Disin peran kedua antibodi
seimbang.
Diameter indurasi > 15 mm : mantoux positif kuat =
golongan hypersensitivity. Disini peran antibodi selular
lebih dominan.3
49
50
bulan.
b. Fase lanjutan (4-6 bulan)
- Pada tahap ini pasien diberikan obat lebih sedikit, namun
jangka waktunya lebih lama.
Bertujuan untuk membunuh kuman persisten (dorman)
2HRZE/4H3R3
2HRZE/4HR
2HRZE/6HE
2HRZES/HRZE/5H3R3E3
2HRZES/HRZE/5HRE
2HRZ/4H3R3
2HRZ/4H
51
untuk
menggantikan
panduan
obat
tunggal
11,29
BB
Fase intensif
2-3 bulan
Harian
(RHZE)
150/75/400/2
75
Fase lanjutan
4 bulan
Harian
3x/minggu
(RH)
(RH)
150/75
150/150
52
30-37
38-54
55-70
> 71
2
3
4
5
2
2
3
3
4
4
5
5
Sumber : Tuberkulosis Paru, PDPI
Efek samping dari OAT mungkin bisa terjadi, mulai dari yang
ringan hingga yang berat.11,24
Tabel 2.4 Efek Samping OAT
53
klinis.Merupakan
evaluasi
terhadap
respon
radiologi
pengobatan).Dilakukan
(0-2-6/8
sebelumpengobatan,
bulan
2
bulan
3.2.9 Komplikasi
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar, maka
akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi TB paru dibagi atas :
3,11
pasca
tuberculosis),
kerusakan
parenkim
Pemberantasan TB
menyatakan bahwa kunci
keberhasilan
program
55
BAB IV
ANALISA KASUS
56
Pada saat batuk darah os tidak merasa mual dan tidak ada
muntah.
Keluhan lain yang dirasakan os adalah demam hilang timbul,
disertai menggigil dan berkeringat terutama saat malam hari.
Selain itu, Os mengeluh sesak napas sejak 1 minggu SMRS. Sesak napas
tidak dipengaruhi oleh aktivitas, debu, asap, udara dingin, ataupun paparan
terhadap serbuk sari serta bulu binatang. Sesak napas juga tidak mempengaruhi
aktivitas sehari-hari pasien. Sejak timbulnya keluhan-keluhan tersebut
nafsu makan os mulai menurun, sehingga berdampak pada
penurunan berat badan os, yang menurut os diakuinya bahwa
berat badannya sudah menurun sekitar 10kg.
Sebelumnya os belum pernah mengalami keluhan seperti
ini. Os juga belum pernah mengkonsumsi obat paru selama 6
bulan. Untuk mengatasi keluhannya, os sudah dibawa ke rumah
sakit swasta dan dilakukan pemeriksaan rontgen thorak dan
didiagnosis TB Paru aktif, namun di RS tersebut tidak ada
pemeriksaan sputum BTA, maka dari itu pasien dirujuk ke RSUD
Raden Mattaher Jambi untuk dilakukan pemeriksaan sputum
BTA.
Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik terhadap Tn. D dan didapat hasil
keadaan umum os tampak sakit sedang, kesadaran Compos Mentis, TD 110/80
mmHg, nadi 90x/menit, RR 24x/menit teratur, dan suhu 36,1 0C. Conjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
Pada pemeriksaan kepala, hidung, mulut, telinga, leher, jantung, abdomen,
dan ektremitas dalam batas normal. Sedangkan pada pemeriksaan paru didapatkan
hasil suara napas vesikuler +/+, rhonki -/+, wheezing -/-.
Hal tersebut diatas sesuai dengan tanda dan gejala dari tuberculosis paru.
Sehingga kemudian disarankan untuk dilakukan pemeriksaan sputum BTA SPS.
Dari pemeriksaan tersebut di dapat hasil pada sputum sewaktu +3 dan sputum
pagi +3. Berdasarkan hasil BTA maka os di diagnosis sebagai TB paru.
57
Prinsip terapi dari TB paru ini sendiri adalah dengan pemberian obat anti
tuberkulosis (OAT). Sedangkan untuk tatalaksana batuk darah yang dialami os
diberikan Inj. Asam Traneksamat.
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam. Prognosis sangat
tergantung kepada tindakan pengobatan yang dilakukan dan komplikasi
penyakitnya.
BAB V
KESIMPULAN
58
TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan
asam (BTA).
4. Resiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan dengan
sumber infeksi dan tidak berhubungan dengan faktor genetik atau faktor
pejamu lainnya.
5. Gejala klinis TB paru dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu gejala
respiratori berupa batuk berdahak dengan atau tanpa disertai darah, sesak
napas, nyeri dada dan gejala sistemik berupa demam, malaise, anorexia,
penurunan berat badan, serta berkeringat di malam hari.
6. Pengobatan TB paru pada prinsipnya adalah dengan pemberian obat anti
tuberkulosis, dimana pengobatan tersebut terbagi atas dua fase, yaitu fase
intensif/initial/awal (2 bulan) dan fase lanjutan (4-6 bulan)
7. Evaluasi pasien TB paru meliputi evaluasi klinis, bakteriologi, radiologi, dan
efek samping obat, serta evaluasi keteraturan minum obat.
8. Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar, maka akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi TB paru dibagi atas komplikasi dini berupa pleuritis,
efusi pleura, empyema, laryngitis, dan komplikasi lanjut berupabstruksi jalan
napas SOFT (sindrom obstruksi pasca tuberculosis), kerusakan parenkim
berat/fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, Ca paru, dll.
DAFTAR PUSTAKA
59
5. Wibisono, Jusuf, Winarni, Hariadi Slamet. Buku ajar ilmu penyakit paru,
cetakan ketiga. Surabaya : Departemen ilmu penyakit paru FK UNAIR
RSUD dr. Soetomo; 2011. hal. 27-36.
6. Gandasoebrata, R. Penuntun laboratorium klinik. Cetakan ke-15. Jakarta :
Dian Rakyat; 2009. hal.179.
7. Rasmin, Menaldi. Diagnosis dan terapi. Jakarta : Bagian pulmonology
FKUI; 2007. hal. 99-100.
8. Hudoyo, Ahmad. Tuberculosis mudah diobati. Jakarta : FKUI; 2008. hal.
10-20.
9. Ditjen PP dan PL Kemenkes RI. Laporan situasi terkini perkembangan
Tuberkulosis di Indonesia (online). Jakarta : Kemenkes RI; 2011(diakses
26 november 2014 ). Diunduh dariURL : http://www.Kemenkes-RI.go.id/
10. Perkumpulan pemberantasan tuberculosis di Indonesia (PPTI). Buku saku
(Diakses
26
November
2014).
Diunduh
dari
URL
http://www.wholibdoc.who.int/publication
62