Anda di halaman 1dari 15

MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN
Mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks ( a highly complexion process). Di
sebut kompleks karena di tuntut dari adanya kemampuan pprofesional, personal, dan sosio
cultural secara terpadu dalam proses belajar- mengajar. Di katakan kompleks juga karena di
tuntut penguasaan materi dan metode, teori dan praktik dalam interaksi siswa. Di katakan
kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan
keterampilan dalam proses belajar- mengajar.
Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang menungkinkan terjadinya proses
belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi,
yakni tujuan instruksional yang ingin di capai, materi yang di ajarkan, guru dan siswa yang
harus memainkan peranannya dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang di lakukan,
serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia.
Setiap sistem lingkungan atau setiap peristiwa belajar-mengajar mempunyai profil
yang unik, yang mengakibatkan tercapinya tujuan-tujuan yang berbeda. Atau, kalau di
katakan secara terbalik, untuk mencapai tujuan belajar tertentu harus di ciptakan sistem
lingkungan yang tertentu pula.
Tujuan belajar yang pencapaiannya di usahakan secara eksplisit dengan tindakan
instruksional tertentu di namakan instruksional effect. Sedangkan tujuan tujuan yang
merupakan penggiring, yang tercapainya karena siswa menghidupi suatu sistem lingkungan
belajar tertentu di namakan nurturant effect.
Proses pembelajaran itu sendiri menurut Standar Proses Pendidikan merupakan
kegiatan yang tidak hanya menekankan peran guru di dalamnya, tetapi siswa harus di jadikan
subjek atau prilaku dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu paradigma yang keliru tentang
pembelajaran selama itu harus di ubah dan di sesuaikan dengan Standar Proses Pendidikan
( SPP ).

BAB II

PEMBAHASAN
MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN
A. MENGAJAR
1. Konsep mengajar
Konsep mengajar dalam proses perkembangannya masih di anggap sebagai suatu
kegiatan penyampaian atau penyerahan ilmu pengetahuan. Pandangan semacam ini masih
umum di gunakan di kalangan pengajar. Hasil penelitian dan pendapat para ahli sekarang
lebih menyempurnakan konsep tradisional di atas.
Mengajar menurut pengertian mutakhir merupakan suatu perbuatan yang kompleks.
Perbuatan mengajar yang kompleks dapat di terjemahkan sebagai penggunaan secara
integratif sejumlah komponen yang terkandung dalam perbuatan mengajar untuk
menyampaikan pesan pengajaran[1].
1. 1

Mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran


Sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan, maka mengajar

mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut :


1.1.1

Proses pengajaran berpusat pada guru


Dalam kegiatan pengajaran, guru memegang peran yang sangat penting. Guru

menentukan segalanya. Mau di apakan siswa? Apa yang harus di kuasai siswa? Bagaimana
cara melihat keberhasilan mengajar? Semuanya tergantung guru. Oleh karena itu begitu
pentingnya peran guru maka proses pembelajaran baru akan berlangsung jika ada guru.
1.1.2

Siswa sebagai objek belajar


Konsep mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran menempatkan siswa

sebagai objek yang harus menguasai materi ajar. Mereka di anggap sebagai organisme pasif
yang belum memahami apa yang harus di pahami, sehingga melalui proses pembelajaran
mereka di tuntut memahami segala sesuatu yang di berikan guru.
1.1.3

Kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu


Proses pengajaran berlangsung pada tempat tertentu, misalnya di dalam kelas dengan

penjadwalan yang ketat, sehingga siswa hanya belajar jika hanya ada kelas yang telah di
desain sedemikian rupa untuk tempat pembelajaran.

1.1.4 Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran


Keberhasilan suatu proses pembelajaran di ukur dari sejauh mana siswa dapat
menguasai materi pelajaran yang di sampaikan oleh guru. Materi pelajaran itu sendiri adalah
pengetahuan yang bersumber dari mata pelajaran yang di berikan di sekolah.
1.2

Mengajar sebagai proses mengatur lingkungan


Terdapat beberapa karakteristik dari konsep mengajar sebagai proses mengatur

lingkungan. Antara lain :


1.2.1

Mengajar berpusat pada siswa (Student centered)


Mengajar tidak di tentukan oleh selera guru, akan tetapi sangat di tentukan oleh siswa

itu sendiri. Hendak belajar apa siswa dari topik yang di pelajari, bagaimana cara
mempelajarinya, bukan hanya guru yang menetukan tetapi juga siswa
1.2.2

Siswa sebagai subjek belajar


Siswa tidak hanya di anggap sebagai organisme pasif yang hanya sebagai penerima

informasi, akan tetapi di pandang sebagai organisme yang aktif yang memiliki potensi untuk
berkembang.
1.2.3

Proses pembelajaran berlangsung di mana saja


Siswa dapat menggnakan berbagai tempat untuk belajar. Karena tempat juga sangat

menunjang proses pembelajaran. Intinya pembelajaran bukan hanya di laksanakan di dalam


kelas tetapi di laksanakan sesuai dengan keadaan.
1.2.4

Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan


Tujuan pembelajaran bukan hanya agar siswa menguasai materi pelajaran, tetapi lebih

luas dari pada itu bahwa tujuan belajar adalah agar siswa merubah pola perilakunya menuju
arah yang lebih baik.
2.

Pengertian mengajar
Menurut S Nasution (2000); Mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau

mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga


terjadilah proses belajar.[2] Di katakan juga mengajar adalah menciptakan kondisi yang
kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar mengajar bagi siswa.[3]

3.

Perlunya perubahan paradigma tentang mengajar


Apakah mengajar sebagai proses menanamkan ilmu pengetahuan masih berlaku

dalam abad teknologi sekarang ini ? Bagaimana seandainya pengajar tidak berhasil
menanamkan pengetahuan kepada orang yang di ajarnya juga di anggap orang tersebut telah
mengajar? Lalu, kalau begitu apa kriteria keberhasilan mengajar ? Apakah mengajar hanya di
tentukan oleh seberapa besar pengetahuan yang telah di sampaikan ?
Pandangan mengajar yang hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan itu di
anggap sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan. Hal itu dapat kita lihat dari tiga alasan
penting. Alasan inilah yag kemudian menuntut perlu terjadinya perubahan paradigma
mengajar, dari mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran kepada mengajar
sebagai proses mengatur lingkungan.
Pertama, siswa bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini, tetapi mereka adalah
organisme yang sedang berkembang. Guru tidak lagi memposisikan diri sebagai sumber
belajar yang bertugas menyampaikan informasi, tetapi harus berperan sebagai pengelola
sumber belajar untuk di manfaatkan siswa itu sendiri.
Kedua, Ledakan ilmu pengetahuan mengakibatkan kecenderungan setiap orang tidak
mungkin dapat menguasai setiap cabang keilmuan. Belajar tidak hanya sekadar menghafal
informasi, menghafal rumus-rumus, tetapi bagaimana menggunakan informasi dan
pengetahuan itu untuk mengasah kemampuan berfikir.
Ketiga, penemuan-penemuan baru khususnya dalam bidang psikologi, mengakibatkan
pemahaman baru tentang konsep perubahan tingkah laku manusia. Manusia pada hakikatnya
memiliki potensi dan dengan dasar potensi itulah manusia bisa mengembangkan dirinya.
Dengan kata lain bahwa siswa bukan lagi di jadikan objek pasif tetapi siswa harus aktif dalam
melakukan kegiatan belajar[4].
Ketiga hal di atas menuntut perubahan makna dalam mengajar. Mengajar jangan di
artikan sebagai proses menyampaikan materi pembelajaran, tetapi lebih di pandang sebagai
proses mengatur lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang
di milikinya.
4.

Makna mengajar dalam Standar Proses Pendidikan


Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya

sekadar

menyampaikan materi ajaran, akan tetapi juga di maknai sebagai proses mengatur lingkungan
supaya siswa belajar. Makna lain yang demikian sering di istilahkan dalam pembelajaran. Hal
ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar siswa harus di jadikan pusat dari kegiatan.

Hal ini di maksudkan untuk membentuk watak, peradaban dan peningkatan mutu kehidupan
peserta didik. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang di harapkan. Pemberdayaan di arahkan untuk mendorong
pencapaian kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap individu mampu menjadi
pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar.
Dalam imlementasinya, walaupun istilah yang di gunakan pembelajaran, tidak
berarti guru menghilangkan perannya sebagai pengajar, sebab secara konseptual pada
dasarnya mengajar itu juga bermakna membelajarkan siswa. Mengajar belajar adalah dua
istilah yang memiliki makna tidak dapat di pisahkan. Mengajar adalah suatu aktifitas yang
dapat membuat siswa belajar. Keterkaitan antara belajar dan mengajar menurut Jhon dewey
( Wina sanjaya , 2009) adalah teaching is to learning as selling and buying[5].
Dalam konteks pembelajaran, sama sekali tidak berarti memperbesar peran siswa di
satu pihak dan mengecilkan peran guru di pihak lain. Dalam istilah pembelajaran, guru tetap
harus berperan secara optimal, demikian halnya dengan siswa. Perbedaan dominasi dan
aktifitas di atas, hanya menunjukan kepada perbedaan tugas-tugas atau perlakuan guru dan
siswa terhadap materi dan proses pembelajaran. Sebagai contoh, ketika guru menentukan
proses belajar dengan menggunakan metode buzz group (diskusi kelompok kecil), yang lebih
menekankan kepada aktifitas siswa maka tidak berarti peran guru mejadi kecil. Ia akan tetap
di tuntut berperan secara optimal agar proses pembelajaran dengan metode itu bisa berjalan.
Demikian juga ketika guru menggunakan pendekatan ekspositori dalam pembelajaran, tidak
berarti peran siswa menjadi kecil. Mereka harus tetap berperan secara optimal dalam rangka
menguasai dan memahami materi pelajaran yang di sampaikan oleh guru.
Dari uraian di atas, maka tampak jelas bahwa istilah pembelajaran itu menunjukan
pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru. Di sini jelas,
proses pembelajaran yang di lakukan siswa tidak mungkin terjadi tanpa perlakuan guru. Yang
membedakannya hanya terletak pada peranannya saja.
Bruce well (1980) mengemukakan tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran
semacam ini. Antara lain :

Proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk


atau mengubah struktur kognitif siswa

Berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus di pelajari

Dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan sosial

Dari berbagai penjelasan di atas, maka makna pembelajaran dalam konteks standar
proses pendidikan di tunjukkan oleh beberapa ciri yang di jelaskan sebagai berikut :

Pembelajaran adalah proses berfikir

Proses pembelajaran adalah memanfaatkan potensi otak

Pembelajaran berlangsung sepanjang hayat

B. BELAJAR
1.Makna Belajar
Usaha pemahaman mengenai makna belajar ini akan di awali dengan mengemukakan
beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat di
uraikan sebagai berikut :

Cronbach memberikan definisi : Learning is shown by a change in behavior as a result


of experience[6]

Harold spears memberikan batasan : Learning is to observe , to read, to imitate, to try


something themselves, to listen, to follow direction.

Geoch mengatakan : Learning is a change in performance as a result of practice.

Dari ketiga definisi di atas maka dapat di terangkan bahwa belajar senantiasa
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu
akan lebih baik kalau si subjek melakukan sesuatu, jadi tidak terkesan verbalistik.
Dapat Juga di lihat dari arti luas bahwa belajar adalah kegiatan psiko fisik menuju
kepada perkembangan yang seutuhnya. Dalam arti sempit dapat di katakan bahwa belajar
adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagaian kegiatan
menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya[7].
Namun secara rinci belajar dapat di katakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan
yang melibatkan proses kognitif.[8]
2.

Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar

2.1.

Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu[9]. Minat mempengaruhi proses dan hasil belajar,
tidak usah dipertanyakan kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu maka
cenderung tidak dapat diharapkan bahwa dia akan berhasil dengan baik dalam mempelajari
hal tersebut. Sebaliknya kalau seseorang belajar dengan penuh minat, maka diharapkan
bahwa hasilnya akan lebih baik.
2.2.

Kecerdasan
Telah menjadi hal yang cukup populer bahwa kecerdasan besar peranannya dalam

berhasil dan tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu program
pendidikan. Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar dari pada
orang yang kurang cerdas di dalam lingkungan.
2.3.

Bakat
Bakat adalah suatu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah

ada sejak manusia itu ada. Hal ini dekat dengan persoalan intelligensia yang merupakan
struktur mental yang melahirkan kemampuan untuk memahami sesuatu.[10]
Hampir tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai
dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Akan tetapi banyak sekali
hal-hal yang menghalangi untuk terciptanya kondisi yang sangat diinginkan oleh setiap
orang. Dalam lingkup perguruan tinggi misalnya, tidak selalu perguruan tinggi tempat
seorang belajar menjanjikan studi yang benar-benar sesuai dengan bakat orang tersebut.
2.4.

Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu atau kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat.
[11]. Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
belajar.
2.5.

Kemampuan-kemampuan Kognitif
Kemampuan-kemampuan kognitif yang utama adalah persepsi, ingatan, dan berfikir.

Kemampuan seseorang dalam melakukan persepsi, dalam mengingat, dan dalam berfikir
besar pengaruhnya terhadap hasil belajar.

3.

Prinsip- prinsip belajar


Belajar itu sangat kompleks. Hal itu dapat di ketahui dari prinsip-prinsip belajar yang

akan di paparkan sebagai berikut :

Agar seseorang benar-benar belajar maka ia harus memiliki suatu tujuan[12]

Tujuan itu harus timbul dari / atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan
bukan karena paksaan orang lain

Orang itu harus bersedia mengalami bermacam- macam kesukaran dan berusaha
dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya

Belajar itu harus terbukti dari perubahan perilakunya

Selain tujuan pokok yang hendak di capai, di perolehnya pula hasil-hasil sampingan.
Misalnya ia tidak hanya bertambah terampil membuat soal-soal ilmu pengetahuan
alam tetapi memiliki minat yang lebih untuk bidang studi itu.

Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat

Seseorang belajar secara keseluruhan

Dalam belajar seseorang memerlukan bimbingan dan bantuan dari orang lain

Untuk belajar di perlukan Insight[13]

Di samping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang juga ingin mencapai
tujuan lain

Adanya kemauan dan hasrat.

4.

Arti penting belajar

4.1.

Arti penting belajar bagi perkembangan manusia


Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang

terkandung dalam belajar. Di sebabkan oleh kemampuan berubah karena belajarlah maka
manusia dapat berkembang lebih jauh dari pada makhluk-makhluk lainnya sehingga ia
terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi. Boleh jadi, karena

kemampuan berkembang melalui belajar itu pula manusia secara bebas dapat mengeksploitasi
, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting bagi hidupnya.
Banyak sekali bentuk-bentuk perkembangan yang terdapat dalam diri manusia yang
bergantung pada belajar, misalnya perkembangan kecakapan bicara.
4.2.

Arti penting belajar bagi kehidupan manusia


Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan sekelompok manusia

di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih
dahulu maju karena belajar. Akibat persaingan tersebut, kenyataan tragis bisa pula terjadi
karena belajar.
Meskipun ada dampak negatif dari belajar namun kegiatan belajar memiliki arti
penting, bahwa belajar berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia. Bahkan
di dalam Al-quran juga berkali kali di tekankan agar manusia mau belajar, karena dengan
belajar maka manusia bisa mengerti arti kebesaran Allah SWT.
5.

Teori-teori belajar

5.1

Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya

dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam
suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga
menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari
pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :

5.1.1

Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.


Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum -

hukum belajar, diantaranya:

Law of Readiness; Hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk
manakala ada kesiapan dalam diri individu. [14]

Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan
semakin bertambah erat, jika sering di pakai dan akan semakin berkurang apabila
tidak di gunakan.[15]

Law of effect; Hukum ini menunjuk pada kuat atau lemahnya hubungan stimulus
respon tergantung kepada akibat yang di timbulkannya.[16]

5.1.2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov


Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukumhukum belajar, diantaranya :

Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara stimulan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.

Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks
yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

5.1.3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner


Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap
burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :

Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.

Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat
melalui proses conditioning tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku
tersebut akan menurun bahkan musnah.

Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant
adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan[17]. Respons
dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang
ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang
meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja
diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
5.2

Teori Belajar Kognitif menurut Piaget

Pendekatan teori kognitif lebih menekankan pada arti penting proses internal[18].
Dikemukakan oleh Piaget bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

5.3 Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne


Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang
sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil
belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal
dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu
yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam
individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
5.4

Teori Belajar Gestalt


Teori ini berbeda dengan teori-teori terdahulu, menurut Teori gestalt belajar adalah

proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian
di dalam suatu situasi permasalahan[19]. Menurut teori ini bahwa belajar bukanlah
mengulang-ulang yang harus di pelajari, tetapi mengerti/ mendapatkan insight. [20]

KESIMPULAN

Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya
dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadilah proses belajar.
Belajar - Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekadar
menyampaikan materi ajaran dari guru saja. Makna lain yang demikian sering di istilahkan
dalam pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar siswa harus di
jadikan pusat dari kegiatan. Hal ini di maksudkan untuk membentuk watak, peradaban dan
peningkatan mutu kehidupan peserta didik. Pembelajaran perlu memberdayakan semua
potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang di harapkan. Pemberdayaan di
arahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap individu
mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas memang sudah saatnya kita mengubah paradigma
pendidikan yang menggunakan pemahaman yang tradisional. Pada intinya Pendidikan harus
bisa mengimbangkan peran guru dan siswa dalam proses pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, J.J. 2000. Proses belajar mengajar. Bandung: Remaja rosdakarya


Nasution, S. 2000. Didaktik asas-asas mengajar. Jakarta: Bumi aksara
Sanjaya, wina. 2009. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.
Jakarta: Kencana prenada media group
Sardiman, 2008. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Raja grafindo
persada

Sudjana, nana. 1989. Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: Sinar baru
Suryabrata, sumadi. 2008. Psikologi pendidikan. Jakarta: Raja grafindo persada
Syah, muhibbin. 2008. Psikologi belajar. Jakarta: Raja grafindo persada
Walgito, bimo. 1992. Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Andi

MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN


Dalam kegiatan pembelajaran guru memegang perananan yang sangat penting.
Namun baik sadar maupun tidak guru seringkali melakukan kekeliruan-kekeliruan yang
menyebabkan pembelajaran menjadi tidak menarik dan efektif. Kekeliruan itu antara lain
1.
2.
3.
4.

adalah:
Di awal pelajaran guru tidak berusaha untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
Guru tidak pernah mengajak siswa berpikir.
Guru tidak berusaha memperoleh umpan balik.
Guru mennganggap bahwa ia lah orang yang paling mampu dan menguasai pelajaran.
Agar pembelajaran dapat beralangsung dengan baik maka seebagai guru hendaklah
menhindari kekeliruan-kekeliruan itu.

A. Konsep Dasar Mengajar


1. Mengajar sebagai prosess penyampaian materi pelajaran
Dalam konteks mengajar sebagai proses penyampaian materi pelajaran maka
a.
b.
c.
d.
2.

a.
b.
c.
d.

mengajar mempunyai beberapa karakteristik, yaitu :


Proses pengajaran berorientasi pada guru (teacher centered)
Siswa sebagai objek belajar.
Kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu.
Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran.
Mengajar sebagai proses mengatur lingkungan.
Dalam konteks mengajar sebagai proses mengatur lingkungan maka mengajar
mempunyai beberapa karakteristik, yaitu:
Mengajar berpusat pada siswa
Siswa sebagai subjek belajar
Proses pengajaran terjadi dimana saja
Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan
Dengan memperhatikan karakteristik dari mengajar di atas, maka saat ini mengajar
sebagi proses penanaman pengetahuan dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi yang
ada. Oleh sebab itu, pandangan bahwa mengajar hanya sekedar proses penyampaian
pengetahuan saja harus di ubah menjadi pradigma baru yaitu mengajar adalah proses
mengatur lingkungan.
Ada beberapa alasan mengapa hal ini perlu dilakukan, yaitu:

a.

Siswa adalah organisme yang berkembang. Agar mereka dapat melakssanakan tugas-tugas
perkembangannya, dibutuhkan orang dewasa yang dapat mengarahkan dan membimbing
mereka agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Jadi bila dikaitkan dengan peran guru,
maka guru tidak lagi memposisikan dirinya sebagai sumber belajar tetapi sebagai pengelola

pembelajaran denagn memanfaatkan siswa iitu sendiri.


b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat menyebabkan saat ini belajar tidak lagi
sekedar menhafalkan informasi, mengahfal rumus-rumus, tetapi bagaimana menggubakan
c.

informasi dan pengetahuan itu untuk mengasah kemampuan berpikir.


Proses pendidikan bukan lagi memberikan stimulus, akan tetapi usaha mengembangkan
potensi yang dimiliki.
Dengan memperhatikan alaasan di atas maka mengajar sebagai proses mengatur
lingkungan dianggap paling sesuai bagi siswa agar siswa dapat mengembangkan kemampuan
dan potensi yang dimilkinya.

B. Makna Mengajar dalam Standar Proses Pendidikan


Mengajar dalam konteks standar proses pendidiikan tidak hanya sekedar
menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga

dimaknai sebagai proses mengatur

lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang demikian sering diistilahkan
dengan pembelajaran.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha siswa untuk mempelajari bahan pelajaran
sebagai akibat dari perlakuan guru. Disini jelas bahwa proses pembelajaran siswa tidak
mugkin terjadi tanpa perlakuan guru. Yang membedakannya hanya terletak pada peranannya
saja.
Makna pembelajaran dalam konteks standar proses pendidkan ditunjukan oleh
beberapa ciri sebagai berikut:
1. Pembelajaran adalah proses berpikir.
2. Proses pembelajaran adalah memanfaatkan potensi otak.
3. Pembelajaran berlangsung sepanjang hayat.
C. Teori-teori Belajar
Belajar dianggap

sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari

pengalaman dan latihan. Banyak teori yang membahas tentang perubahan tingkah laku.
Namun demikian, setiap teori itu berpangkal dari pandangan tentang hakikat manusia, yaitu
hakikat manusia menurut John Locke an hakikat manusia menurut Leibnitz.
Menurut John Locke, manusia aalah organisme yang pasif. Dengan teori
tabularasanya, Locke menganggap bahwa mabusia itu seperti kertas putih, hendak ditulisi apa
kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisinya. Dari pandangan ini, memunculkan
aliran belajar behavioristik-elementeristik.

Berbeda dengan Locke, Leibnitz menganggap bahwa manusia adalah organisme yang
aktif. Pada hakikatnya, manusia bebas untuk bebuat, bebas untuk membuat suatu pilihan
dalam setiap situasi. Titik kebebasan ini adalah kesadarannya sendiri. Menurut aliran ini,
perubahan tingkah laku hanyalah ekspresi yang dapat diamati sebagai akibat dari eksistensi
internal yang pada hakikatnya bersifat pribadi. Pandangan ini memunculkan aliran belajar
kognitif-holistik.
Perbedaan aliran behavioristik dan kognitif dapat dilihat pada tabel berikut.
No
1
2
3
4
5
6
7

Teori Belajar Behavioristik


Mementingkan pengaruh lingkungan
Mementingkan bagian-bagian
Mengutamakan peranan reaksi
Hasil belajar terbentuk secara mekanis.
Dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu
Mementingkan pembentukan kebiasaan
Memecahkan

masalah

Teori Belajar Kognitif


Mementingkan apa yang ada dalam diri
Mementingkan keseluruhan
Mengutamakan fungsi kognitif
Terjadi keseimbangan dalam diri
Tergantung pada kondisi saat ini
Mementingkan terbentuknya struktur

konitif
dilakukan Memecahkan

dengan cara trial and error


Teori-teori belajar yang termasuk :
Koneksionisme (Thorndike)
Classical conditioning (Pavlop)
Operant conditioning (Skinner)
Systematic behavior (Hull)
Contiguous conditioning (Guthrie)

masalah

didasarkan

kepada insight
Teoi-teori belajar yang termasuk :
Teori Gestalt (Kofka, Kohler,

Wertheimer)
Teori Medan (Lewin)
Teori Organismik (Wheeler)
Teori Humanistik (Maslow dan Rogers)
Teori Konstruktivistik (Jean Piaget)

Anda mungkin juga menyukai