ISIEDITANNINA
ISIEDITANNINA
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Imunisasi atau kekebalan tubuh terhadap ancaman penyakit adalah tujuan
utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh dapat dimiliki
secara pasif maupun aktif. Keduanya dapat diperoleh secara alami maupun buatan.
Oleh karena itu perlu dilakukannya imunisasi sebagai upaya pencegahan terhadap
serangan penyakit yang berpengaruh terhadap status gizi anak imunisasi telah terbukti
sebagai salah satu upaya kesehatan masyarakat yang sangat penting. Program
imunisasi telah menunjukkan keberhasilan yang luar biasa dan merupakan usaha yang
sangat hemat biaya dalam mencegah penyakit menular.
Program ini merupakan intervensi kesehatan yang paling efektif, yang berhasil
meningkatkan angka harapan hidup. Sejak penetapan the Expanded Program on
Immunisation (EPI) oleh WHO, cakupan imunisasi dasar anak meningkat dari 5%
hingga mendekati 80% di seluruh dunia. Sekurang-kurangnya ada 2,7 juta kematian
akibat campak, tetanus neonatorum dan pertusis serta 200.000 kelumpuhan akibat
polio yang dapat dicegah setiap tahunnya. Vaksinasi terhadap 7 penyakit telah
direkomendasikan EPI sebagai imunisasi rutin di negara berkembang: BCG, DPT,
Polio, Campak dan Hepatitis B. Banyak anggapan salah tentang imunisasi yang
berkembang dalam masyarakat. Banyak pula orang tua dan kalangan praktisi tertentu
khawatir terhadap risiko dari beberapa vaksin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Imunisasi
2.1.1Defenisi Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen. Imunisasi merupakan usaha memberikan
kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh.
Agar tubuh membuat zat anti untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT
dan campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio).
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, resisten. Imunisasi berarti anak
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal terhadap
suatu penyakit tapi belum kebal terhadap penyakit yang lain.
Imunisasi
merupakan
suatu
upaya
untuk
menimbulkan
atau
2.1.3Manfaat Imunisasi
a) Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit,
dan kemungkinan cacat atau kematian.
b) Untuk
keluarga:
menghilangkan
kecemasan
dan
psikologi
2.1.5Macam-Macam Imunisasi
1. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan Tuberkulosis
(TBC) disebabkan oleh sekelompok bakteri
Mycobacterium
sampai
dengan
usia
tahun
anak
belum
virus
vaksin
kepada
bayi
lain
yang
anak yang menderita kanker yang tidak diobati, anak yang mendapat
obat yang menurunkan respon imun atau steroid dosis tinggi, anak
dengan alergi berat terhadap gelatin atau obat neomisin, anak dengan
demam akut, anak yang mendapat vaksin hidup yang lain. Imunisasi
MMR ditunda lebih kurang 1 bulan setelah imunisasi yang terakhir.
Vaksin MMR merupakan vaksin kering yang mengandung virus
hidup
10. Tifoid
Imunisasi ini diberikan pada umur lebih dari 2 tahun, ulangan
dilakukan setiap 3 tahun. Dosis 0,5 ml secara IM.
11. Hepatitis A
Di samping vaksin Hep A monovalen yang telah kita kenal saat
ini telah ada vaksin kombinasi HepB/HepA.
Vaksin HepA diberikan pada umur lebih dari 2 tahun. Vaksin
kombinsi HepB/HepA tidak diberikan pada bayi kurang dri 12 bulan.
Kemasan cair 1 dosis/vial 0,5 ml. Dosis pediatrik 720 ELISA units
diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan, IM di daerah deltoid.
Kombinasi HepB/HepA (berisi HepB 10 mikrogram dan HepA 720
ELISA units).
12. Imunisasi Varisela
Imunisasi varisela diberikan pada anak umur >1 tahun. Untuk anak
yang ada kontak dengan pasien varisela, imunisasi dapat mencegah
apabila diberikan dalam kurun waktu 72 jam setelah kontak. Dosis
0,5 ml, subkutan, 1 kali. Untuk anak umur >13 tahun atau dewasa,
diberikan 2 kali dengan jarak 4-8 minggu. memberikan perlindungan
terhadap cacar air.
2.2 Campak
2.2.1Definisi
Campak adalah suatu infeksi akut yang sangat menular yang disebabkan
oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Campak
biasanya menyerang anak-anak. Penyakit ini ditularkan melalui droplet
ataupun kontak dengan penderita. Penyakit ini memiliki masa inkubasi 8-13
hari. Campak ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan
konjungtivitis yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit.
Dampak penyakit campak di kemudian hari adalah kurang gizi sebagai akibat
diare berulang dan berkepanjangan pasca campak, sindrom radang otak pada
anak diatas 10 tahun, dan tuberkulosis paru menjadi lebih parah setelah sakit
campak berat.
2.2.2
Epiderniologi
Etiologi
Virus
campak
berasal
dari
genus
Morbilivirus
dan
family
bertindak
sebagai
resptor
glikoprotein
H.
Glikoprotein
menyebabkan fusj virus pada sel host, penetrasi virus dan hemolisis. Dalam
kultur set virus campak mengakibatkan cytopathic elect yang tcrdiri dari
stellate cell dan mult/nucleated gisnt cells. Virus campak ini sangat sensitif
pada panas dan dingin, cepat inaktivasi pada suhu 37C dan 20"C. Selain itu
virus juga menjadi inaktif dengan sinar ultraviolet, eter, tripsin dan ppropiolaktone. Virus tetap infektif pada bentuk droplet di udara selama
beberapa jam terutarna pada keadaan dengan tingkat kelembaban yang
rendah.
2.1.4
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Setelah masa tunas selama 10-11 hari penyakit diawali dengan demam dan
malaise. Dalam waktu 24 jam terjadi korisa, konjungtivltis dan batuk.
Keluhan tersebut semakin menghebat hingga mencapai puncaknya pada hari
ke empat dengan munculnya erupsi kulit. Kira-kira dua hari sebelum timbul
ruam tampak bercak koplik pada selaput mukosa pipi yang berhadapan
dengan molar. Dalam tiga hari lesi semakin bertarnbah dan mengenai seluruh
mukosa. Demam menurun dan bercak koplik menghilang pada akhir hari
kedua setelah tirnbul ruam. Ruam berupa erupsi makulopapular yang
kemerahan menjalar dari kepala (muka, dahi, garis batas rambut, telinga dan
leher bagian atas) menuju ke ekstrimitas dalam 3 sampai 4 hari. Dalam 3
sampai 4 hari berikutnya ruam rnemudar sesuai urutan terjadinya.
Campak atipikai adalah campak yang terjadi pada seseorang yang
mendapat vaksinasi virus campak mati. Sesudah masa prodromal panas dan
nyeri selama 1 atau 2 hari, muncul ruam yang dimulai dari extremitas dapat
berupa urtikaria, makulopapular, hernoragik, vesikular ataupun kombinasi dari
beberapa bentuk. Didapatkan juga panas yang tinggi, edema ekstremitas,
hepatitis dan kadang-kadang efusi pleura. Pada pemeriksaan serologi campak
didapatkan liter antibodi HI yang tinggi. Penyakit ini canderung lebih parah
daripada campak biasa. Patogenesis campak atipika ini adalah vaksin dari
virus campak yang mati tidak dapat menginduks antibodi terhadap protein F
yang bertanggung jawab menyebarnya virus dari sel yang satu ke sel yang
lain.
12
Hal ini dapat terjadi pada bayi yang masih mempunyai antibodi campak
dari ibunya atau seseorang yang mendapatkan gamma globulin setelah kontalk
pada penderita campak.
Gejala klinis dapat bervariasi dan beberapa gejala klinis tertentu seperti
periode prodromal, konjungtivitis, bercak Koplik dar ruam mungkin tidak
didapatkan. Campak yang terjadi pada penderita dengan defisiensi imunitas
seluler seperti AIDS, penderita dengan terapi keganasan, ataupun segala
bentuk imunodefisiensi kongenital, cenderung lebih parah. Setelah pasienpasien ini kontak dengan penderita campak, gejala klinis yang tampak adalah
pneumonia giant cell tanpa didahului oleh timbulnya ruam. Pada kondisi
seperti ini diagnosa carnpak klinis sulit ditegakkan. Karena penderita dengan
immunocompromised kemungkinan juga mempunyai respon antibodi yang
buruk, maka isolasi virus merupakan satu-satunya alat diagnosa.
2.1.6
Diagnosis
Diagnosa klinis pada campak klasik dengan gejala batuk, korisa, bercak
Koplik dan ruam makulopapular yang dimulai dari wajah, mudah dilakukan.
Sering pula didapatkan leukopenia yang kemungkinan berhubungan dengan
infeksi virus dan leukosit yang mati. Diagnosa laboratoris berguna jika klinisi
jarang melihat kasus campak atau adanya kemungkinan campak atipikal atau
pneumonia dan ensefalitis yang tidak jelas pada penderita dengan
immunocornpromised.
Campak dapat didiagnosa secara laboratoris dengan isolasi virus,
identifikasi virus antigen pada jaringan yang terinfeksi atau dengan respon
serologis terhadap virus campak. Pemeriksaan antigen dapat dilakukan dengan
pemeriksaan imunofluoresen dari sel yang berasal eksudat nasal ataupun dari
sedimen urin. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan dengan RT-PCR.
Isolasi virus secara teknis sutit dilakukan dan fasilitas untuk isolasi virus ini
tidak selalu tersedsa. Pada kultur virus, virus campak ini memperlihatkan efek
sitopatik yang terdiri dari sel-sel yang berbentuk bintang, multinucleated
syncytial giant cell yang berisi inklusi intranuklear. Pemeriksaan laboratoris
yang sering digunakan adalah respons serologis terhadap virus campak.
13
atau
didapatkan
isolasi
virus
campak.
Akhir-akhir
ini
memberikan
nilai
dan
tidak
direkomendasikan.
Dosis
yang
2.3
RUBELLA
2.3.1 Definisi
Rubella adalah infeksi yang utamanya mengenai kulit dan kelenjar getah
bening. Penyakit ini disebabkan virus rubella yang biasanya ditularkan
melalui droplet (percikan cairan) dari hidung atau tenggorokan yang dihirup
14
orang lain. Bisa juga ditularkan oleh ibu hamil melalui plasenta ke bayi yang
sedang dikandungnya.
2.3.2 Etiologi
Rubella virus merupakan suatu toga virus yang dalam penyebabnya tidak
membutuhkan vektor. Virus rubella (virus RNA berserat tunggal) ditularkan
melalui percikan ludah penderita atau karena kontak dengan penderita.
Penyakit ini juga ditularkan dari ibu hamil kepada janin yang berada di dalam
kandungannya. Penderita bisa menularkan penyakit ini pada saat 1 minggu
sebelum munculnya ruam sampai 1 minggu setelah ruam menghilang. Bayi
baru lahir yang terinfeksi ketika masih berada dalam kandungan, selama
beberapa bulan setelah lahir, bisa menularkan penyakit ini. Kekebalan seumur
hidup diperoleh setelah menderita penyakit ini.
Orang yang terinfeksi meskipun tanpa gejala tetap dapat menularkan
virus. Bayi yang menderita sindrom rubella congenital dapat mengeluarkan
virus di air kencingnya dan cairan dari hidung dan tenggorokan selama
setahun atau lebih dan virus dapat mengenai orang yang tidak diimunisasi.
2.3.3 Manifestasi Klinis
Anak
yang
pertama
kali
datang
dengan
ruam
eritematosa,
Pada dewasa, gejala awal tersebut sifatnya ringan atau sama sekali tidak
timbul. Gejala mulai timbul dalam waktu 14-21 hari setelah terinfeksi.
Infeksi rubella dimulai dengan demam ringan (37,2 37,8 oC) selama 1-5
hari disertai rasa nyeri dan pembengkakan kelenjar getah bening, biasanya di
daerah leher belakang atau di belakang telinga. Ruam kemudian muncul di
muka dan menyebar ke bawah. Sambil menyebar ke bawah, ruam yang sudah
lebih muncul di atas biasanya menghilang. Ruam inilah yang sering menjadi
pertanda pertama penyakit yang disadari oleh orang tua.
Ruam pada rubella bisa nampak seperti ruam yang disebabkan oleh
virus pada umumnya. Tampilannya berupa bercak merah muda atau merah
terang yang dapat menyatu membentuk bercak yang lebih besar lagi. Ruam
bisa gatal dan bertahan selama 3 hari. Sejalan dengan menghilangnya ruam,
kulit yang terkena biasanya mengelupas dengan halus. Gejala lain dari rubella
antara lain (lebih sering pada remaja dan orang dewasa) sakit kepala, hilang
nafsu makan, konjungtivitis ringan, hidung mampet atau meler, pembesaran
kelenjar getah bening di bagian tubuh lainnya, nyeri dan pembengkakan sendi
(terutama pada wanita muda). Banyak orang dengan rubella tidak bergejala
sama sekali atau sedikit sekali gejalanya. Sepertiga wanita mengalami nyeri
sendi atau artritis. Pada wanita hamil, campak Jerman bisa menyebabkan
keguguran, kematian bayi dalam kandungan ataupun keguguran. Kadang
terjadi infeksi telinga (otitis media). Infeksi otak (ensefalitis) jarang terjadi.
Resiko Kecacatan Pada Kehamilan dengan Infeksi Rubella
Usia
Kehamilan
<11 minggu
11-12 minggu
13-14 minggu
15-16 minggu
17-18 minggu
19-22 minggu
23-26 minggu
27-28 minggu
Bulan 7
Bulan 8
Bulan 9
% terinfeksi
90%
67%
67%
47%
39%
34%
25%
12%
35%
60%
100%
%
kecacatan
90%
33%
11%
24%
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
16
2.3.4 Penatalaksanaan
Rubella tidak dapat diobati dengan antibiotik karena antibiotik tidak
bekerja untuk infeksi virus. Kecuali timbul komplikasi, maka rubella akan
sembuh dengan sendirinya. Wanita hamil yang berkontak dengan infeksi
rubella harus segera menghubungi dokter kebidanannya.
Rubella biasanya ringan pada anak-anak, biasanya cukup dirawat di rumah
saja. Amati suhu tubuh anak anda dan hubungi dokter jika demam naik terlalu
tinggi. Untuk mengurangi rasa tidak nyaman, anda dapat memberikan anak
anda paracetamol atau ibuprofen. Jangan berikan asipirin karena dapat timbul
sindrom Reye yang dapat menyebabkan kegagalan fungsi hati dan kematian.
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah
satunya dengan cara pemberian vaksinasi. pemberian vaksinasi rubella secara
subkutan dengan virus hidup rubella yang dilemahkan dapat memberikan
kekebalan yang lama dan bahkan bisa seumur hidup. Vaksin rubella dapat
diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin rubella
tidak boleh diberikan pada wanita yang hamil atau akan hamil dalam 3 bulan
setelah pemberian vaksin, hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup
yang dilemahkan dapat beresiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat
jarang.
Tidak ada preparat kimiawi atau antibiotik yang dapat mencegah viremia
pada orang-orang yang tidak kebal dan terpapar rubella. Bila didapatkan
infeksi rubella dalam uterus sebaiknya ibu diterangkan tentang resiko dari
infeksi rubella kongenital. Dengan adanya kemungkinan terjadi defek yang
berat dari infeksi pada trimester I, pasien dapat memilih untuk mengakhiri
kehamilan, bila diagnosis dibuat secara tepat.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memastikan pasien
terinfeksi virus Rubella adalah pemeriksaan serologis respon imun. Respon
imun yang diperiksa adalah IgM dan IgG Rubella.
IgM
Muncul 2-3 hari setelah ruam
Kadar puncak dicapai sekitar 1-4 minggu
Dapat dideteksi pada 3-8 minggu
17
Parotitis
2.4.1 Definisi
Penyakit parotitis atau gondongan adalah suatu penyakit menular
dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang
kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga
menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian
bawah.
2.4.2 Epiderniologi
Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul
secara endemik atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang
anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus). Penyebaran virus
terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin
dengan urin. Bayi sampai umur 6 8 bulan tidak dapat terjangkit
parotits epidemika karena dilindungi oleh anti bodi yang dialirkan secara
18
penyebab
parotitis
adalah
anggota
dari
kelompok
Patofisiologi
c. Muntahan
d. Urin
Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya
kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus
paramyxovirus pada kelenjar parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer
IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum konvalesens.
Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi
proliferasi di parotis kemudian terjadi viremia (ikutnya virus ke dalam aliran
darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar yang kemudian akan
menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis.
Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi
demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot. Kemudian dalam 3 hari
terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral
kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada
manusia selama fase akut, virus parmyxovirus dapat diisoler dari saliva, darah
dan air seni.
20
Manifestasi Klinis
kelenjar
di
bawah
rahang
21
2.3.7Pemeriksaan Diagnostik
a. Darah rutin
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya
leukopenia ringan yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun.
Normalnya leukosit dalam darah adalah 4 x 10 9 /L darah .dengan
limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan leukositosis
polimorfonuklear tingkat sedang.
b. Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan
pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang
lebih 2 minggu. Kadar amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L
darah.
c. Pemeriksaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan
adanya infeksi virus, yaitu:
1.
Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset
cepat dan serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika
perbedaan titer spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka
kemungkinannya parotitis.
2.
2.3.8Komplikasi
1. Meningoensepalitis
Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang
kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang
tinggi (hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang
sering pada anak-anak.
23
2. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun
insidensinya rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli
saraf unilateral, kehilangan pendengaran mungkin sementara atau
permanen.
3. Orkitis
Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis
yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis
yang permanen Sehingga kemandulan dapat terjadi pada masa setelah
puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri
perut bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis
paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis
terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil. Orkitis biasanya
menyertai parotitis dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat
berlangsung dalam 3 14 hari. Testis yang terkena menjadi nyeri dan
bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan merah. Rata-rata lamanya
4 hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi atrofi. Gangguan
fertilitas diperkirakan sekitar 13%. Tetapi infertilitas absolut jarang
terjadi.
4. Ensefalitis atau Meningitis
Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala,
kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita
mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara
400-6.000
penderita
yang
mengalami
ensefalitis
cenderung
24
25
ringan
dengan
penyembuhan
dalam
1020
hari;
BAB IIl
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada pasien untuk mencegah agar tidak terjadinya
meningitis yaitu :
Cuci tangan anda secara benar untuk menghindari terkena penyebab
infeksi.
Tetap sehat. Jaga sistem imun dengan baik dengan cukup istirahat, olah
raga teratur dan makan makanan sehat dan bergizi.
Tutup mulut dan hidung anda ketika bersin atau batuk.
Jika anda sedang hamil, berhati-hatilah dengan apa yang anda konsumsi
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Chapter 64 : the central nervous sytem II infection. Dalam : Chandrasoma P. and
Taylor C. R. Concise pathology. Edisi III. Mc Graw Hills 1998.
2. Infection of the nervous sytem. Dalam ; Abbas k. dan Mitchell F.Robin basic
pathology .Edisi ke 8. Saunders. 2007. Hal 874.
3. Meninges. Dalam ; Marieb E.dan Hoehn. K. Human anatomy and physiology.
Edisi VII. Pearson education.2007
4. Israr Y.A. 2008, Meningitis URL : http://yayankhar.co.nr/pdf
5. Anonim
2009.
Causes
of
meningitis
URL:
http://www.cdc.gov/meningitis/about/causes html.
6. Bachur
R.G
2011.
Pediatric
meningitis
and
eencephalitis
URL:
http://emedicine.medscape.com/article
29
30