Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Pada prinsipnya keikutsertaan Indonesia dalam pembentukan organisasi perdagangan


dunia atau Agreement Estabilishing The World Trade Organization yang didalamnya
mencakup persetujuan tentang aspek-aspek dagang Hak Kekayaan Intelektual, termasuk
perdagangan barang palsu (Agreement on Trade Related Aspect of Intelectual Property
Rights, Including Trade in Counterfit Goods of Trips) berarti menyetujui rencana persaingan
dunia dan perdagangan bebas meskipun dikemas dengan persetujuan-persetujuan lain di
bidang tarif dan perdagangan.
Pembentukan organisasi itu dilakukan dalam sidang di Marakesh, Maroko pada
tanggal 15 April 1994. Kemudian pembentukan itu disahkan melalui Undang-undang No.7
Tahun 1994 pada tanggal 2 November 1994 tentang Pengesahan Agreement Estabilishing
The World Trade Organization(persetujuan pembentukan organisasi perdagangan dunia).
Konsekuensi keikutsertaan itu adalah bagaimana mempersiapkan para pengusaha Indonesia
agar mampu melakukan persaingan jujur dan sehat dalam pasar global. Persaingan tersebut
tidak hanya akan dilakukan oleh dan diantara negara-negara berkembang yang satu dengan
yang lainnya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut serta meratifikasi TRIPs melalui UU
No. 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Sebagai konsekuensinya Indonesia mempunyai keterikatan untuk melaksanakan ketentuanketentuan dalam TRIPs yang mengatur tentang Intellectual Property Rights tersebut.
Implementasi langsung dari kebijakan ini, Indonesia telah memiliki perundang-undangan di
bidang Hak cipta, Paten, Merek, Rahasia Dagang, Desain Industri dan Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu.
Persaingan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan yang dihadapi
para pengusaha dalam mencapai tujuan yaitu memperoleh laba yang sebesar-besarnya dan
mengungguli perusahaan lain serta menjaga perolehan laba tersebut. Dalam mencapai tujuan
tersebut, sering kali terjadi praktek persaingan curang yang dapat menimbulkan konflik
antara pengusaha yang satu dengan pengusaha yang lain. Konflik itu juga dapat merugikan
rakyat sebagai konsumen untuk mencegah dan mengatasi persaingan curang itu, diperlukan
hukum yang akan menentukan rambu-rambu yang harus ditaati secara preventif dan represif
bagi mereka yang melakukan persaingan. Tujuannya tidak lain agar hukum dapat mencegah
terjadinya persaingan curang. Lingkup tujuan di atas termasuk pula tindakan hukum terhadap
pengusaha yang melakukan pelanggaran terhadap pemilik hak rahasia dagang.
Jika memperhatikan peraturan-peraturan yang tercakup dalam hukum umum,
tampaknya pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan pasal 322 serta pasal 323
Kitab Undang-undang Hukum Pidana telah tidak memadai untuk melindungi pemegang Hak
Rahasia Dagang dari tindakan pengusaha lain yang melakukan persaingan curang. Karena

pasal-pasal itu dianggap kurang memadai, maka perlu dibentuk hukum khusus yang diatur
dalam Undang-undang Rahasia Dagang Nomor 30 Tahun 2000.
Meskipun perlindungan terhadap pemilik Hak Rahasia Dagang tidak harus selalu
diatur dalam suatu undang-undang khusus, karena bisa saja perlindungan itu diatur dalam
satu undang-undang yang bersifat umum, yang didalamnya juga memberikan perlindungan
terhadap pemilik Hak Rahasia Dagang sebagaimana diterapkan di beberapa negara industri
maju, misalnya : Amerika Serikat, Jepang, Jerman atau Australia. Namun Indonesia
menganggap perlu membuat secara khusus Undang-undang Rahasia Dagang yang
memberikan perlindungan terhadap pemilik hak tersebut. Undang-undang Rahasia Dagang
ini merupakan salah satu dari sistem hukum yang baru saja disahkan bersama-sama Undangundang Desain Industri dan Undang-undang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang
disahkan pada akhir 2000 yang memiliki kekhasan undang-undang Hak Kekayaan Intelektual
lainnya
Pembahasan mengenai rancangan undang-undang tentang Rahasia Dagang, Desain
Industri, dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu hingga menjadi undang-undang dapat
dianggap cukup lama dan berlangsung hampir selama setahun sejak diajukan pemerintah
kepada DPR pada tanggal 17 Desember 1999 hingga disetujui untuk menjadi undang-undang
pada rapat pleno DPR tanggal 4 Desember 2000.
Walau bukan suatu jaminan atau korelasi apabila pembahasan yang cukup lama itu
menghasilkan suatu undang-undang yang berkualitas tinggi dan mampu bertahan lama serta
mampu memenuhi harapan masyarakat. Namun kita patut mengharapkan hal itu agar tidak
sia-sia segala jerih payah tenaga, pikiran, waktu, dan biaya yang telah dikeluarkan oleh para
perancang undang-undang, baik yang berada di DPR dan pemerintah termasuk
lembagaswadaya masyarakat yang telah turun dan berpartisipasi dalam penyusunan
rancangan undang-undang itu. Bagaimanapun, kita patut berkecil hati dan kecewa apabila
beberapa waktu kemudian salah satu dan atau 3 (tiga) undang-undang itu ternyata harus
mengalami revisi, karena tidak ada (1) satu pun undang-undang di dunia ini yang tidak
mengalami revisi walau kerap kali memiliki banyak intepretasi.
Kehidupan masyarakat selalu dinamis, mengalami pertumbuhan dan juga perubahan
yang terjadi karena pengaruh politik, ekonomi, sosial dan budaya, baik dalam tingkat
nasional dan internasional terutama karena adanya tekanan-tekanan yang mengarah pada era
perdagangan bebas dunia. Dengan demikan, revisi terhadap undang-undang ini bisa saja
terjadi karena pengaruh faktor-faktor tersebut diatas. Tentu saja, jika terjadi perubahan, kita
dapat berharap agar perubahan itu mengarah pada kesempurnaan sehingga implementasi
undang-undang itu dapat terlaksana secara efektif dan dihormati oleh para pelaku bisnis dan
oleh para penegak hukum. Selain itu administrator atau aparat Dirjen HAKI pun mampu
melaksanakan pasal-pasal yang terdapat dalam undang-undang ini secara konsisten dan tidak
menzalimi para usahawan yang tidak paham terhadap undang-undang ini, atau menzalimi
masyarakat karena aparat tersebut memegang kekuasaan.
Kita tentu berharap pula, agar masalah penegakan hukum yang akan dilaksanakan
oleh polisi, jaksa serta hakim mampu dilakukan secara profesional dan adil berdasarkan pada

moralitas agama yang dianutnya. Yang perlu dipikirkan saat ini adalah implementasi dan
sistem hukum Rahasia Dagang dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ekonomi
nasional, khususnya bagi para pengusaha nasional agar kesetaraan dan kemampuan mereka
dalam persaingan dunia melalui pemahaman terhadap Hak Kekayaan Intelektual terutama
Rahasia Dagang dapat ditingkatkan.
Adanya undang-undang khusus yang mengatur rahasia dagang, diharapkan dapat
memberi perlindungan terhadap pemiik hak rahasia dagang sehingga akan memacu dan
meningkatkan kreatifitas atau inovasi pada umumnya, dalam rangka mengembangkan
usahanya. Selain itu, ada harapan agar mampu mengatasi persaingan curang secara preventif
dan represif dari para pelaku pesaing curang yang mengabaikan pengembangan kreatifitas,&
inofasinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan rahasia dagang?
2. Bagaimanakah perlindungan Rahasia Dagang di Indonesia ?
3. Bagaimana Penyelesaian Pelanggaran Rahasia Dagang ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pentingnya Undang-undang Rahasia Dagang.
2. Untuk mengetahui bagaimana upaya penyelesaian sengketa pelanggaran
3. Untuk mengetahui bagaimanakah perlindungan hukum atas Rahasia Dagang

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Rahasia Dagang
Dalam UU No.30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, pasal 1 bahwa :
Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang tekhnologi
dan/atau bisnis, mempuyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha dan dijaga
kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang.
Hak Rahasia Dagang adalah hak atas rahasia dagang yang timbul berdasarkan Undangundang ini. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang Hak Rahasia Dagang kepada
pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak)
untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu Rahasia Dagang yang diberi perlindungan
dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu.
A. Dilihat dari definisi tersebut terdapat unsur-unsur, sebagai berikut:
1. informasi yang tidak diketahui umum di bidang tekhnologi atau bisnis
2. mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga
kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang
Dalam pasal 2 UU No. 30 Tahun 2000, bahwa Ruang Lingkup dari rahasia dagang
adalah Lingkup perlindungan rahasia dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan,
metode penjualan atau informasi lain di bidang teknologi dan atau bisnis yang memiliki nilai
ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum. Informasi tersebut harus memiliki nilai
ekonomis, bersifat aktual dan potensial, tidak diketahui umum serta tidak dapat dipergunakan
oleh orang lain yang tidak secara detail mengetahui informasi tersebut. Informasi inipun
harus secara konsisten dijaga kerahasiaannya (dengan langkah-langkah tertentu menurut
ukuran wajar), sehingga tidak dapat dipergunakan oleh orang lain, karena dengan informasi
tersebut seseorang dapat memperoleh keunggulan kompetitif untuk bersaing dengan
kompetitornya yang tidak mengetahui informasi tersebut. Kelalaian pemilik informasi atas
hal ini dapat menggugurkan eksistensi rahasia dagang itu sebagai Hak Milik Intelektual.
Informasi dalam rahasia dagang dikelompokkan dalam informasi dibidang teknologi
dan informasi dibidang bisnis. Adapun yang dimasukkan dalam informasi teknologi, adalah :
a. informasi tentang penelitian dan pengembangan suatu teknologi
b. . informasi tentang produksi/proses
c. c. informasi mengenai kontrol mutu
Sedangkan yang dimaksud dalam informasi bisnis, adalah :
a. informasi yang berkaitan dengan penjualan dan pemasaran suatu produk
b. informasi yang berkaitan dengan para langganan
c. informasi tentang keuangan
d. informasi tentang administrasi
Informasi yang terdapat dalam iklan, brosur, buku panduan pengoperasian, yang
diberikan kepada masyarakat adalah informasi yang tidak lagi dikategorikan dalam informasi
yang diatur dalam rahasia dagang. Dengan adanya unsur kerahasiaan dalam rahasia dagang

ini menyebabkan rahasia dagang tidak memiliki batas jangka waktu perlindungan, yang
terpenting adalah selama pemilik rahasia dagang tetap melakukan upaya untuk menjaga
kerahasiaan dari informasi, maka informasi ini masih tetap dalam perlindungan rahasia
dagang.
Berbeda dengan hak cipta atau paten, perlindungan terhadap rahasia dagang tidak
memiliki jangka waktu yang terbatas. Oleh karenanya banyak inventor yang merasa
perlindungan yang diberikan oleh rahasia dagang lebih menguntungkan dibandingkan dengan
perlindungan hak milik intelektual lainnya. Seperti paten dimana untuk mendapatkan
perlindungannya seorang inventor harus benar-benar menemukan sesuatu yang sifatnya baru
(novelty), adanya langkah inventif, serta harus memenuhi syarat-syarat yang sangat kompleks
yang ditetapkan Kantor Paten. Selain itu memiliki jangka waktu selama 20 tahun terhitung
sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu tersebut tidak dapat diperpanjang. Setelah
tercapainya jangka waktu tersebut hak paten tersebut akan diumumkan ke publik.
Sedangkan rahasia dagang dapat dilakukan secara lebih fleksibel karena tidak terikat
syarat-syarat formal seperti halnya yang terjadi dalam sistem hukum paten, yang memerlukan
pemenuhan formalitas dan proses pemeriksaan dan rahasia dagang memiliki jangka waktu
yang tidak terbatas.
Rahasia dagang mendapat perlindungan apabila informasi itu:
1. Bersifat rahasia hanya diketahui oleh pihak tertentu bukan secara umum oleh
masyarakat,
2. Memiliki nilai ekonomi apabila dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan atau
usaha yg bersifat komersial atau dapat meningkatkan keuntungan ekonomi,
3. Dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para pihak yang menguasainya telah
melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.
4. Tidak dianggap sebagai pelanggaran rahasia dagang apabila:
5. Mengungkap untuk kepentingan hankam, kesehatan, atau keselamatan masyarakat,
6. Rekayasa ulang atas produk yang dihasilkan oleh penggunaan rahasia dagan milik
orang lain yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan pengembangan lebih lanjut
produk yang bersangkutan.
Lama Perlindungan
Beberapa alasan/keuntungan penerapan Rahasia Dagang dibandingkan Paten adalah
karya intelektual tidak memenuhi persyaratan paten, masa perlindungan yang tidak terbatas,
proses perlindungan tidak serumit dan semahal paten, lingkup dan perlindungan geografis
lebih luas.
Pelanggaran dan Sanksi
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan dan mengungkapkan
Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak
tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang bersangkutan, atau pihak lain yang
memperoleh/menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Prosedur Perlindungan
Untuk mendapat perlindungan Rahasia Dagang tidak perlu diajukan pendaftaran
(berlangsung secara otomatis), karena undang-undang secara langsung melindungi Rahasia
Dagang tersebut apabila informasi tersebut bersifat rahasia, bernilai ekonomis dan dijaga
kerahasiaannya, kecuali untuk lisensi Rahasia Dagang yang diberikan. Lisensi Rahasia
Dagang harus dicatatkan ke Ditjen. HAKI - DepkumHAM.
B. Dasar Hukum Indonesia Untuk Mengatasi Persaingan Curang
Sistem hukum yang ada di Indonesia mengenai persaingan curang diatur dalam secara
umum pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengenai perbuatan melawan
hukum. Begitu juga terdapat dalam pasal 322 jo. Pasal 323 jo.pasal 382 Kitab undang-undang
hukum pidana dan secara khusus diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat , UU No.30 Tahun 2000
tentang Rahasia Dagang. Dengan menetapkan Undang-undang rahasia dagang, Indonesia
merasa telah melaksanakan kewajiban memberikan perlindungan terhadap praktek persaingan
curang yang diatur dalam Agreement on Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights
Section 7, Article 39.
Namun bila dilihat dari sisi undang-undang monopoli dan persaingan tidak sehat,
undang-undang ini memang melindungi pemilik hak rahasia dagang dari praktek persaingan
curang. Namun bagaimanakah dengan para pemilik rahasia dagang dengan melalui perjanjian
antar pihak tentang pengalihan rahasia dagang mengenai penguasaan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa, jika saling sepakat untuk memonopoli pasar?
C. Pengalihan Hak dan Lisensi Rahasia Dagang
Saat ini terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut hak tersebut,
sebagai terjemahan dari Intellectual Property Rights (IPR). Istilah yang digunakan salah
satunya adalah Hak Milik Intelektual. Prinsip Hak Milik di sini dalam hukum perdata
Indonesia seperti yang diatur dalam pasal 570 BW adalah : Hak milik adalah hak untuk
menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap
kebendaan itu dengan kedaulatan sepebuhnya, asal tidak bersalahan dengan undang-undang
atau peraturan umum yang ditetapkan pleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya dan
tidak mengganggu hak-hak orang lain: kesemuannya itu dengan tak mengurangi
kemungkinan umum berdasar atas ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti
rugi.
Pengertian pasal 570 BW ini, menunjukkan bahwa hak milik adalah hak yang paling
utama dimana pemilik dapat menguasai benda itu sebebas-bebasnya dalam arti dapat
memperlakukan perbuatan hukum atas benda itu secara eksklusif. Di samping dapat
melakukan perbuatan-perbuatan materiil atas benda itu, serta pembatasannya bahwa tidak
bertentangan dengan undang-undang dan ketertiban umum, juga tidak mengakibatkan
gangguan dan adanya kemungkinan pencabutan hak (onteigening).

Terkait dengan hal ini rahasia dagang sebagai bagian dari Hak Milik Intelektual
diklasifikasikan sebagai benda bergerak, sehingga dapat beralih dan dialihkan kepada pihak
lain. Dalam UU Rahasia Dagang pasal 5 ayat1 menyebutkan bahwa peristiwa-peristiwa
hukum yang dapat mengakibatkan peralihan rahasia antara lain ; pewarisan, hibah, wasiat,
perjanjian tertulis atau sebab-sebab lain yang dibenarkan peraturan perundang-undangan.
Khusus pengalihan hak atas dasar perjanjian, diperlukan adanya suatu pengalihan hak yang
didasarkan pada pembuatan suatu akta, terutama akta otentik.
Hal ini penting , mengingat aspek yang dijangkau begitu luas dan pelik, selain untuk
menjaga kepentingan masing-masing pihak yang mengadakan perjanjian-perjanjian
pengalihan hak tersebut dan mempermudah pembuktian. Pemilik rahasia dagang atau
pemegang rahasia dagang dapat memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian
lisensi untuk melaksanakan atau menggunakan hak rahasia dagang dalam kegiatan yang
bersifat komersial . Selama memberikan lisensi, pemilik rahasia dagang tetap boleh
melaksanakan sendiri atau memberi lisensi kepada pihak ketiga berkaitan dengan rahasia
dagang yang dimilikinya.
D. Sekilas Tentang Perlindungan Konsumen
Perlindungan konsumen adalah upaya yang terorganisir yang didalamnya terdapat
unsur-unsur pemerintah, konsumen, dan pelaku usaha yang jujur dan bertanggung jawab
untuk meningkatkan hak-hak konsumen. Dalam undang-undang perlindungan konsumen
dikatakan bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberikan perlindungan hukum kepada konsumen.
Tujuan yang ingin dicapai dari perlindungan konsumen ini adalah :
untuk memberdayakan konsumen dalam memilih, menentukan barang dan/atau
jasa kebutuhannya dan menuntut hak-haknya,
menciptakan sistem perlindungan konsumen yang memuat unsur kepastian hukum,
keterbukaan informasi, dan akses untuk mendapatkan informasi,
menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap jujur dan bertanggungjawab.
Kepastian hukum yang dijamin dalam perlindungan konsumen ini adalah segala proses
pemenuhan kebutuhan konsumen yaitu sejak benih hidup dalam rahim ibu sampai dengan
pemakaman, dan segala kebutuhan diantara kedua masa itu. Dalam hal ini pemberdayaan
konsumen untuk memiliki kesadaran, kemampuan, dan kemandirian melindungi diri sendiri
dari berbagai ekses negatif pemakaian, penggunaan, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa
kebutuhannya. Pemberdayaan konsumen juga ditujukan agar konsumen memiliki daya tawar
yang seimbang dengan pelaku usaha.
Konsumen sendiri dalam pengertian hukum perlindungan konsumen memiliki
beberapa pengertian yaitu konsumen umum (pemakai, pengguna, pemanfaat barang dan/atau
jasa untuk kebutuhan tertentu), konsumen antara (pemakai, pengguna, pemanfaat barang
dan/atau jasa untuk memperdagangkannya, dengan tujuan komersial), dan konsumen akhir

(pemakai, pengguna, pemanfaat barang dan/atau jasa untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri
atau rumah tangganya dengan tujuan tidak untuk memperdagangkan kembali). Konsumen
dalam terminologi konsumen akhir inilah yang dilindungi dalam undang-undang
perlindungan konsumen. Sedangkan konsumen antara adalah dipersamakan dengan pelaku
usaha.

E. Kaitan Antara Rahasia Dagang Dan Perlindungan Konsumen


Rahasia dagang, jika kita kaitkan dengan perlidungan konsumen akan menekankan
pada bagaimana menyajikan informasi kepada konsumen. Kemudian, memastikan apakah
keberadaan informasi rahasia ini akan mengganggu kepentingan konsumen? Sebelum sampai
pada pembahasan mengenai keberadaan rahasia dagang ada baiknya kita membahas lebih
dahulu mengenai transaksi konsumen.
Transaksi konsumen dibagi dalam tiga tahapan yaitu :
a. tahap pra transaksi
Pada tahap ini penjualan/pembelian barang dan/atau jasa belum terjadi. Pada tahap ini
yang paling penting adalah informasi atau keterangan yang benar, jelas, dan jujur serta
adanya akses dari pelaku usaha yang beritikad baik dan bertanggung jawab. Informasi ini
harus benar materinya, artinya pelaku usaha harus memberikan informasi yang benar
berkaitan dengan bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan barang dan jasa, dan
informasi-informasi penting lainnya yang penting bagi konsumen. Pengungkapan informasi
ini harus jelas dan mudah dimengerti oleh konsumen dengan tidak memberikan dua
pengertian yang berbeda bagi konsumen, dan dengan bahasa yang dimengerti oleh konsumen.
Jujur yang dimaksud adalah mengenai penyampaian informasi pelaku usaha tidak
menyembunyikan fakta-fakta penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen untuk
membeli barang dan/atau jasa yang dimaksudkan.
b. tahap transaksi
Tahap transaksi adalah tahap dimana telah terjadi peralihan kepemilikan barang dan/atau
pemanfaatan jasa tertentu dari pelaku usaha kepada konsumen. Pada tahap ini yang paling
penting adalah syarat-syarat perjanjian pengalihan pemilikan barang dan/atau pemanfaatan
jasa tersebut. Syarat-syarat ini termasuk dilarangnya untuk dimasukkan syarat-syarat baku
yang telah ditetapkan dalam undang-undang perlindungan konsumen. Hal lain yang menjadi
perhatian dalam transaksi konsumen adalah diberikannya kesempatan bagi konsumen untuk
mempertimbangkan apakah akan melakukan transaksi konsumen atau akan membatalkannya
(cooling-off period).
c. tahap purna transaksi
Pada tahapan ini konsumen telah menggunakan barang dan/atau jasa yang ditawarkan
oleh pelaku usaha. Tidak menjadi masalah bila pada masa ini konsumen merasa puas dengan

barang dan/atau jasa yang telah digunakannya. Tetapi akan berbeda apabila barang dan/atau
jasa itu tidak sesuai dengan yang informasi yang telah diberikan oleh pelaku usaha, terlebih
lagi jika ternyata dalam menggunakan barang dan/atau jasa terdapat kerugian yang diderita
oleh konsumen. Konsumen seharusnya menuntut akan adanya kerugian yang dideritanya,
tetapi seringkali konsumen merasa adalah hal yang buang-buang waktu untuk menuntut
pelaku usaha karena ganti rugi yang diterima belum tentu sepadan dengan biaya perkara yang
sudah dikeluarkan. Untuk menyikapi hal ini dalam undang-undang perlindungan konsumen
diatur mengenai BPSK (badan penyelesaian sengketa konsumen), yang dapat memberikan
penyelesaian terhadap sengketa konsumen dalam waktu 100 hari.
Apabila tahap-tahap transaksi diatas kita kaitkan dengan rahasia dagang, maka aspek
yang penting adalah mengenai tersedianya informasi yang benar, jelas, dan jujur bagi
konsumen baik pada masa pra transaksi maupun pada masa transaksi. Sebagaimana kita
ketahui dalam undang-undang perlindungan konsumen salah satu hak dari konsumen adalah
untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai barang dan/atau jasa
yang ditawarkan kepada mereka. Dalam melakukan penawaran dan perdagangan barang
dan/atau jasa bagi pelaku usaha dilarang apabila tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan
standar yang dipersyaratkan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pelaku usaha
juga dilarang untuk memperdagangkan barang yang rusak, cacat, atau bekas, dan tercemar
tanpa memberikan informasi yang jelas kepada konsumen.
Kesemuanya ini menyangkut penyediaan informasi yang benar, jelas, dan jujur dari
pelaku usaha kepada konsumen. Suatu kesalahan apabila pelaku usaha dengan sengaja
menyembunyikan informasi yang tidak benar, jelas, dan jujur kepada konsumen dengan dalih
hal itu merupakan rahasia dagang. Tindakan seperti ini dapat digolongkan sebagai
pelanggaran terhadap undang-undang perlindungan konsumen dan pelaku usaha dapat
dikenakan tuntutan terhadap perbuatannya menyembunyikan informasi.
Pada tahap purna transaksi, apabila terjadi sengketa konsumen dapatkah konsumen
menuntut agar pelaku usaha membuka informasi mengenai barang dan/atau jasanya sampai
ke rahasia dagang dari perusahaan tersebut? Apakah perbuatan pengungkapan rahasia dagang
dalam sengketa konsumen adalah suatu bentuk pelanggaran rahasia dagang walaupun
sebagaimana diungkapkan diatas informasi yang benar, jelas, dan jujur adalah hak dari
konsumen? Dalam perlindungan konsumen pembuktian ada tidaknya unsur kesalahan adalah
pada pelaku usaha, sehingga apabila terjadi pengungkapan terhadap rahasia dagang dari
pelaku usaha pengungkapan rahasia dagang ini dilakukan oleh pelaku usaha sendiri.
Untuk mengungkapkan informasi rahasia juga perlu dilihat sejauh mana kepentingan
konsumen dilanggar oleh pelaku usaha, apakah telah membahayakan kesehatan konsumen,
atau lebih besar lagi membahayakan keselamatan masyarakat. Undang-undang rahasia
dagang pada pasal 15 menyebutkan bahwa perbuatan yang tidak dianggap sebagai
pelanggaran rahasia dagang adalah apabila tindakan pengungkapan rahasia didasarkan
kepada kepentingan pertahanan keamanan, kesehatan, dan keselamatan masyarakat. Dengan
adanya ketentuan tersebut berarti keharusan pengungkapan rahasia dagang bukanlah
pelanggaran rahasia dagang.

Jika kepentingan konsumen yang dilanggar oleh pelaku usaha telah membahayakan
kesehatan konsumen maka pengungkapan rahasia dagang adalah suatu hal yang wajib
dilakukan. Pengungkapan ini bukanlah bentuk pelanggaran rahasia dagang. Apabila ternyata
tidak ada pelanggaran hak konsumen yang dilakukan oleh pelaku usaha, bagaimana dengan
informasi yang telah diketahui oleh pihak lain, masih dapatkah dikatakan sebagai informasi
yang bersifat rahasia? Terhadap peristiwa ini pelaku usaha dapat meminta agar informasi ini
dirahasiakan oleh pihak-pihak yang telah mendengarkan /menyaksikan pengungkapan rahasia
dagang itu.
Pelaku usaha juga berhak untuk mendapatkan perlindungan agar terhindar dari konsumen
yang beritikad buruk, yang menjadikan sengketa perlindungan konsumen untuk membuka
dengan sengaja rahasia dagang dari pelaku usaha dengan tujuan merugikan pelaku usaha.
Undang-undang perlindungan konsumen mengatur hal diatas sebagai salah satu hak dari
pelaku usaha yaitu pasal 6 huruf a yang menyatakan bahwa pelaku usaha berhak untuk
mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik.
Sesungguhnya perlindungan rahasia dagang diberikan oleh negara adalah dalam lingkup
hukum perdata yang memberikan hak eksklusif kepada pemilik rahasia dagang untuk
memanfaatkan hak eksklusifnya dalam bidang perindustrian. Perlindungan konsumen juga
termasuk dalam lapangan hukum perdata dimana hak konsumen yang dilanggar seringkali
adalah hak-hak perdata konsumen. Tetapi perlindungan konsumen dapat pula masuk dalam
lapangan hukum publik jika hak konsumen yang dilanggar adalah juga hak yang dipandang
mendatangkan bahaya bagi masyarakat pada umumnya misalnya penipuan yang dilakukan
oleh pelaku usaha.
Perlindungan rahasia dagang jangan sampai menjadi alat pelaku usaha untuk melakukan
tindakan yang merugikan konsumen, karena itu undang-undang perlindungan konsumen tetap
harus diperhatikan oleh pelaku usaha yang jujur dan bertanggung jawab dalam melindungi
rahasia dagangnya.
Kebutuhan akan perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang sesuai pula dengan salah
satu ketentuan dalam Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property
Rights (Persetujuan TRIPs) yang merupakan lampiran dariAgreement Establishing the World
Trade Organization on Trade Organization(Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia), sebagaimana telah diratifikasi oleh Indonesia dengan UU No. 7 Tahun
1994. Adanya perlindungan tersebut akan mendorong lahirnya temuan atau invensi baru yang
meskipun diperlakukan secara rahasia, tetap mendapat perlindungan hukum, baik dalam
rangka kepemilikan, penguasaan, maupun pemanfaatannya oleh penemunya. Untuk
mengelola administrasi Rahasia Dagang, pada saat ini pemerintah menunjuk Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia c.q. Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual
untuk melakukan pelayanan di bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual[5].
Undang-Undang Rahasia Dagang No. 30 Tahun 2000 memberikan lingkup perlindungan
Rahasia Dagang yaitu meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau
informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak
diketahui oleh masyarakat umum

Suatu Rahasia Dagang akan mendapatkan perlindungan apabila informasi tersebut


sejatinya bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga kerahasiaannya melalui
upaya-upaya sebagaimana mestinya
1. Bersifat rahasia, maksudnya bahwa informasi tersebut hanya diketahui oleh pihak
tertentu atau tidak diketahui secara umum oleh masyarakat.
2. Mempunyai nilai ekonomi, maksudnya bahwa sifat kerahasiaan informasi tersebut
dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha yang bersifat komersial atau dapat
meningkatkan keuntungan secara ekonomi.
3. Informasi dianggap dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para pihak yang
menguasainya telah melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.
Dalam ranah HAKI pada dasarnya perlindungannya berintikan pengakuan terhadap hak
atas kekayaan dan hak untuk menikmati kekayaan itu dalam waktu tertentu[8]. Artinya
selama waktu tertentu pemilik atau pemegang hak atas HAKI dapat mengijinkan atau
melarang untuk mengetahui atau menyebarluaskan informasi (Rahasia Dagang).
Pelanggaran Rahasia Dagang terjadi apabila seseorang dengan sengaja mengungkapkan
Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak
tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang bersangkutan[9]. Untuk mengatasi adanya
pelanggaran tersebut maka amat diperlukan perlindungan hukum bagi pemilik dan atau
pemegang HAKI yang bersangkutan.
Apabila seseorang merasa pihak lain telah melanggar hak Rahasia Dagang yang
dimilikinya, maka ia sebagai pemegang hak Rahasia Dagang atau pihak lain sebagai
penerima lisensi dapat menggugat siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak Rahasia
Dagang. Sebagai contoh, menurut pasal 4 UURD pemilik hak Rahasia Dagang memiliki hak
untuk menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya, memberikan lisensi atau
melarang pihak lain untuk menggunakan Rahasia Dagang atau mengungkapkan Rahasia
Dagang itu kepada pihak ketiga untuk kepentingan yang bersifat komersial. Terhadap pasal
tersebut, gugatan yang kita ajukan dapat berupa gugatan ganti rugi dan / atau penghentian
semua perbuatan. Dan berbeda dengan gugatan HAKI lainnya, gugatan mengenai perkara
Rahasia Dagang diajukan ke Pengadilan Negeri.
Berkaitan dengan hal di atas, harus ditentukan pula kapan sebenarnya suatu perbuatan
dikatakan telah melanggar Rahasia Dagang milik orang atau pihak lain. Seseorang dianggap
melanggar Rahasia Dagang pihak lain apabila ia memperoleh atau menguasai Rahasia
Dagang tersebut dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Disamping itu juga ada perbuatan yang tidak dianggap pelanggaran Rahasia Dagang yakni
apabila.

Tindakan pengungkapan Rahasia Dagang atau penggunaan Rahasia Dagang


tersebut didasarkan pada kepentingan pertahanan dan keamanan, kesehatan atau
keselamatan masyarakat ;

Tindakan rekayasa ulang atas produk yang dihasilkan dari penggunaan Rahasia
Dagang milik orang lain yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan
pengembangan lebih lanjut produk yang bersangkutan. Yang dimaksud
dengan rekayasa ulang (reverse engineering) dalam hal ini adalah suatu tindakan
analisis dan evaluasi untuk mengetahui informasi tentang suatu teknologi yang sudah
ada

Disamping dapat melakukan upaya gugatan melalui pengadilan, pemilik Rahasia Dagang
atau pihak yang merasa dirugikan dapat menempuh upaya lain yakni melalui penyelesaian
sengketa melalui Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR).
Contoh Perlindungan Rahasia Dagang dalam Industri Farmasi
Industri farmasi di Indonesia mulai berkembang sejak diundangkannya UndangUndang tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang tentang Penanaman Modal
Dalam Negeri, dimana peluang untuk melakukan bisnis di Indonesia telah terbuka bagi
pemodal asing untuk menanamkan modalnya. Kita ketahui bersama bahwa industri farmasi
lokal sangat bergantung pada industri farmasi yang berbasis riset. Hal ini dikarenakan tidak
tercukupinya kebutuhan dana yang memadai untuk pengembangan dan penemuan obat baru
di Indonesia. Dengan adanya produk berbasis riset tersebut, maka perlindungan Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) terutama paten dan rahasia dagang menjadi amat penting bagi
pelaku dalam industri farmasi tersebut.
Apa yang dimaksud dengan rahasia dagang? Rahasia dagang merupakan informasi
rahasia, yang sangat dijaga kerahasiaannya oleh si pemilik karena memiliki nilai ekonomi.
Biasanya rahasia dagang berkaitan dengan suatu teknologi atau rahasia-rahasia bisnis. Di
dalam HKI, perlindungan rahasia dagang melindungi know-how yang bersifat rahasia, yang
tidak dapat dilindungi oleh rezim HKI lainnya. Dalam dunia farmasi, perlindungan rahasia
dagang menjadi penting dalam kaitannya dengan data hasil uji klinis produk farmasi yang
dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan farmasi terutama perusahaan farmasi yang berbasis
riset. Data ini merupakan aset perusahaan yang sangat bernilai di masa datang.
Hal lainnya yang berkaitan dengan perlindungan kerahasiaan dalam industri farmasi
adalah perlindungan terhadap setiap data-data klinis yang diserahkan kepada instansi atau
lembaga pemerintah dalam rangka memdapatkan ijin pemasaran produk farmasi. Terhadap
data-data yang diserahkan tersebut, perlu dilindungi terhadap adanya kemungkinan
penyalahgunaan yang mungkin ada baik dari pesaing usaha maupun instansi lain.
Di Indonesia, sampai saat ini belum ada pengaturan mengenai kerahasiaan data hasil
uji klinis, yang diserahkan kepada pemerintah atau lembaga pemerintah untuk memperoleh
ijin pemasaran produk-produk farmasi. Pengaturan mengenai kerahasiaan di Indonesia
sampai saat ini hanya dimuat dalam ketentuan rahasia dagang saja. Oleh sebab itu, pelaku
usaha industri farmasi cukup was-was dengan tidak adanya ketentuan yang melindungi
keberadaan data produk-produk farmasi, terlebih lagi mereka yang memiliki produk-produk
berbasis riset.

Apa saja yang dilindungi dalam rezim rahasia dagang? Lingkup perlindungan antara
lain adalah metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, metode bisnis, daftar
pelanggan, formula senyawa kimia, pola-pola, alat atau kompilasi informasi, proses
manufaktur, percobaan-percobaan, dan lain-lain. Hukum rahasia dagang, pada dasarnya
memberikan perlindungan terhadap hampir semua jenis informasi yang memiliki nilai
komersial hanya jika informasi tersebut dikembangkan, dan dijaga dalam sebuah cara yang
bersifat rahasia. Tidak ada batasan jangka waktu untuk berapa lama informasi itu akan
mendapatkan perlindungan.
Dalam Rahasia Dagang, hukum hanya akan melindungi informasi, konsep atau
sebuah ide dan bukan melindungi wujud nyata dari informasi tersebut. Atas dasar itu,
informasi itu tidak wajib berupa tulisan. Terkait dengan hal ini, Undang-Undang secara
langsung memberikan perlindungan terhadap rahasia dagang tersebut apabila informasi
tersebut bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga kerahasiaannya melalui
upaya-upaya sebagaimana mestinya. Sampai saat ini, perlindungan terhadap produk-produk
farmasi terutama yang berbasis riset di Indonesia, dilindungi dengan hak paten dan rahasia
dagang. Termasuk di dalam perlindungan tersebut adalah perlindungan terhadap data-data
yang berkaitan dengan produk farmasi, dimana belum ada ketentuan khusus yang mengatur
mengenai hal ini. Dengan demikian, perlindungan terhadap data-data tersebut, masih berada
dalam perlindungan rezim rahasia dagang.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Dalam UU No.30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, pasal 1 bahwa :


Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang
tekhnologi dan/atau bisnis, mempuyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan
usaha dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang.
2. Dalam pasal 2 UU No. 30 Tahun 2000, bahwa Ruang Lingkup dari rahasia dagang
adalah Lingkup perlindungan rahasia dagang meliputi metode produksi, metode
pengolahan, metode penjualan atau informasi lain di bidang teknologi dan atau bisnis
yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.
3. Alasan/keuntungan penerapan Rahasia Dagang dibandingkan Paten adalah karya
intelektual tidak memenuhi persyaratan paten, masa perlindungan yang tidak terbatas,
proses perlindungan tidak serumit dan semahal paten, lingkup dan perlindungan
geografis lebih luas.
4. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan dan mengungkapkan
Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau
tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang bersangkutan, atau pihak lain yang
memperoleh/menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).

DAFTAR PUSTAKA
Pasal 1 angka 2 UU No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (mulai berlaku tanggal 20
September Tahun 2000)
Adrian Sutedi, S.H, M.H. 2009. Hak Atas Kekayaan intelektual. Jakarta : Sinar Grafika.
hlm. 122

H. OK. Saidin, S.H., M. Hum. 1995. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual
Property Rights). Jakarta : Rajawali Pers. hlm. 453
Misalnya dalam UU Paten Indonesia UU No. 14 Tahun 2001, Pasal 7 disebutkan antara lain
metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan atau pembedahan yang diterapkan
terhadap manusia tidak dapat diberikan paten. Agar temuan itu mempunyai nilai
komersial, maka si penemu dapat melindungi haknya dalam bentuk Rahasia Dagang.
Adrian Sutedi, S.H, M.H. 2009. Hak Atas Kekayaan intelektual. Jakarta : Sinar
Grafika. hlm. 121
Bambang Kesowo. 1995. Pengantar Hak Atas Kekayaan Intelektual. UGMYogyakarta. hlm. 10

http://www.lkht.net/index.php?option=com_content&view=article&id=76:rahasia-dagangdan anti-monopoli&catid=1:hki-telematika&Itemid=37
http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF
8&sourceid=navclient&gfns=1&q=rahasia+dagang#sclient=psy&hl=en&q=rahasia+
dagang+&aq=f&aqi=g5&aql=&oq=&gs_rfai=&pbx=1&fp=a55c9263ce0d5abb
http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/uu/2000/30-00.pdf
http://www.lkht.net/index.php?option=com_content&view=article&id=75:rahasia-dagangdan-perlindungan-konsumen&catid=1:hki-telematika&Itemid=37
"http://id.wikipedia.org/wiki/Rahasia_dagang"

Anda mungkin juga menyukai