Anda di halaman 1dari 32

B.

Surja Petir
1.

Proses terjadinya Petir


Suatu Petir bisa terjadi apabila ada awan yang bermuatan
berada diatas bumi dalam jarak tertentu. Pada awan tersebut, muatan
positif mengumpul pada bagian atas dan yang negatif berada disebelah
bawah.
Karena bumi dikatakan sebagai benda yang mempunyai
muatan positif pada permukaannya. Oleh karena itu muatan negatif yang
berada dibagian bawah awan akan tertarik oleh muatan positif yang ada di
bumi, proses pengaliran muatan negatif dari awan menuju kebumi inilah
yang dinamakan Petir.
Muatan cenderung berkumpul pada tempat-tempat yang
runcing, sehingga Petir cenderung pula menuju pada tempat-tempat
tersebut. Mengingat besar/banyaknya elektron yang mengalir, maka disini
akan mengalir pula arus listrik yang sangat besar sekali, nilainya dapat
mencapai ratusan kilo Ampere. Awan bermuatan dapat terbentuk jika pada
suatu daerah terdapat udara yang lembab dan gerakan angin keatas.
Kelembapan ditimbulkan karena adanya pengaruh sinat matahari yang
menyebabkan terjadinya penguapan air diatas permukaan tanah, uap air
udara panas ini akan naik keatas karena adanya updraft (gerakan keatas)
dari udara yang membentuk lapisan-lapisan awan.
km

Untuk gambar proses terjadinya Petir dapat dilihat pada

gambar.2.1.
tinggi
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

dibawah ini:

arah angin

hujan

angin naik
tanah

Gambar 2.1.
Gambar proses terjadinya Petir

Pergerakan udara keatas terus menerus ini akan menyebabkan


terjadinya pembentukan awan bermuatan dengan diameter beberapa
kilometer dengan ketinggian hingga mencapai sekitar 10 km dan bagian
awan terendah umumnya terletak antara 1 sampai 2 km diatas tanah
sambaran Petir juga dibagi atas dua bagian :
a.

Sambaran langsung
Sambaran langsung adalah sambaran yang langsung
menyambar gedung atau obyek yang diproteksi, misalnya : sambaran
pada hantaran udara tegangan rendah, atau sambaran pada pipa metal,
kabel dll, pada jenis sambaran ini instalasi proteksi tagangan lebih
akan dialiri oleh seluruh atau sebagian arus Petir.

b.

Sambaran jauh

Sambaran jauh adalah sambaran yang misalnya menyambar


hantaran udara atau induksi dari pelepasan muatan Petir awan-awan
pada hantaran udara atau sambaran dekat dengan hantaran udara
sehingga timbul gelombang berjalan (electromagnetic wave) yang
menuju ke peralatan listrik.

2.

Jenis Petir
a.

Petir awan ke tanah


Jika muatan dibawah awan terendah melebihi kuat medan
tembus udara, maka akan terjadi aliran electron dari awan ke tanah.
Lidah Petir ini akan bergerak bertahap tergantung pada tersedianya
electron udara, sehingga disebut sebagai step leader. Jika lidah Petir
ini sudah mendekati suatu objek diatas tanah maka pada objek ini
akan terinduksi muatan yang berlawanan dengan muatan pada step
leader dan muatan ini akan bergerak menuju lidah Petir tadi disebut
(connection leader).
Untuk gambar pelepasan muatan Petir awan tanah dapat
dilihat pada gambar.2.2.dibawah ini :

Gambar 2.2.
Pelepasan muatan listrik

Pada suatu titik kedua muatan ini akan bertemu, titik ini
disebut sebagai Point of Strike dan terjadi pelepasan muatan negatif
dari awan ketanah melalui jalan yang telah dirintis oleh step leader.
Leader ini disebut return stroke sehingga impuls arus Petir yang
sangat besar dan berlangsung dalam selang waktu mikrodetik ini akan
mengalir pada objek diatas tanah tersebut. Pada umumnya Petir awan
tanah ini akan diikuti oleh beberapa Petir berikutnya dan disebut
sebagai ultiple stroke.
b. Petir tanah-awan
Petir jenis ini terjadi pada objek-objek yang sangat
menonjol diatas permukaan tanah, seperti puncak gunung, menara TV
atau Radio, Gedung-gedung tinggi, menara Transmisi tenaga listrik.
Muatan listrik akan muncul dari ujung objek diatas tanah ke awan
bermuatan dengan proses yang sama seperti awan tanah.

c. Petir awan-awan

Petir jenis ini umumnya pelepasan muatan terjadi antara


awan dengan antara pusat-pusat muatan didalam awan.

3.

Parameter Petir
Beberapa besaran yang berpengaruh dalam proses pelepasan Petir
adalah :
a.

Arus Puncak Petir :


Besaran arus petir ini berpengaruh pada droop tegangan ohm,
terutama pada tahanan pembumian.

b.

Kecuraman arus Petir : di/dt


Besaran ini berpengaruh pada drop tegangan induktif,misalnya drop
tegangan pada konduktor yang menghantar arus, tegangan induksi
pada rangkaian loop akibat kopling magnetic dll.

c.

Muatan listrik arus Petir :

.i

dt

Adalah jumlah energi listrik yang terjadi pada titik sambaran.


2

d.

Arus kuadrat impuls :

. i dt

Adalah besaran yang berhubungan dengan semua efek mekanis yang


timbul akibat sambaran Petir dan berpengaruh juga pada pemanasan
impuls listrik pada tahanan ohm.

4.

Karateristik Sambaran

Bentuk gelombang sambaran Petir dapat dilihat atau diberikan


melalui suatu alat yaitu Oscillogram, sebagai contoh kita dapat lihat pada
gambar 2.3. Oscillogram menunjukan bentuk gelombang arus Petir yang
terjadi pada saluran udara.
B

200

400

20

40

60

Gambar 2.3. Bentuk Arus Petir pada Oscilogram.

Pada gambar 2.3.kurva 1 menunjukan hasil riset dari AIEC


Commete yang menghasilkan frekwensi distribusi dan besar arus suatu
kurva pesimik yang diperoleh Cenference On Large High Teusean
Electrik

Siste

(CIGRC)

setelah

mengadakan

observasi

dengan

menggumpulkan data-data terbaru dan digambarkan pada kurva 3


sehingga disini dikatakan bahwa kemungkinan terjadinya arus sambaran
lebih dari 100 KA adalah lebih besar.
Karateristik waktu puncak dan bentuk gelombang arus seperti
yang digambarkan pada 2.4. kurva ini adalah kurva distribusi
kemungkinan yang berasal dari dua sumber yang lebih diuji yang mana
membuktikan bahwa arus sambaran Petir yang tinggi sekali tidak
bersamaan dengan waktu yang amat singkat untuk mencapai arus puncak,
data dari lapangan 50% dari arus sambaran mempunyai rate of rise lebih

dari 7,5 KA / us. Lama dari arus sambaran diatas setengah nilai yaitu 30
us dan 18% mempunyai separuh waktu lebih lama dari 50us.

100
80

40
20

Gambar 2.4. Waktu Puncak Arus Sumbar Petir.

5.

Bentuk Gelombang Impuls


Salah satu penyebab fasa sistem tenaga listrik yaitu tegangan
lebih dari luar yang disebabkan karena pelepasan oleh Petir. Tegangan
lebih ini mempunyai bentuk gelombang aperiodik yang diredam (dampak
periodik) pada tempat yang terkena sambaran Petir, gelombangnya
bermuka curam dan berekor pendek. Besarnya tegangan impuls yang
harus diterapkan pada alat-alat listrik untuk menguji ketahanan Petir
diterapkan dalam standar. Hal ini tergantung pada tempatnya dalam sirkit.
Makin dekat dengan sumber Petir dan makin besar kemungkinannya
terkena sambaran Petir maka makin tinggi tegangannya yang harus
ditetapkan.
Bentuk umum tegangan impuls adalah tegangan yang naik
dalam waktu yang singkat disusul dengan penurunan yang lambat menuju
harga nol, ditetapkan dengan persamaan :

V=Vo eut ebt .......................................................................(2.2)

Bentuk gelombang dibuat dengan menetapkan a dan b.


Harga maksimum disebut harga puncak dari tegangan impuls. Definisi
muka gelombang (Wave Front) dan ekor gelombang ditetapkan dalam
standar sedemikian rupa dan puncak gelombang dapat diatasi.
Untuk mengetahui suatu peralatan terhadap tegangan Petir,
maka dilakukan pengujian dengan tegangan impuls yang berbentuk
gelombang tertentu. Dari studi mengenai bentuk gelombang Petir didapat
bentuk gelombang Petir didapat bentuk gelombang satandar pengujian
yang menurut rekomendasi IEC dapat diperlihatkan pada gambar 2.5.
berikut.
1,0
VI
0.9

0.5

0.3

0
Tf
Tf

Gambar 2.5. Bentuk gelombnag Impuls Standart

Keterangan gambar 2.5.:


Vs = tegangan puncak
Tt = Ekor gelombang : 50 us
Tf = Muka gelombang : 1,2 us
Menurut IEC = Tt * Tf = 1,2 * 50us

Gelombang impuls standart ini diterapkan pada peralatan


saluran dan transformator daya maupun distribusi untuk menentukan
tingkat isolasi dasar (Bil) alat tertentu.
Apabila suatu gelombang energi listrik (gelombang surja)
merambat sepanjang kawat transmisi dengan induksi L dan kapasitansi C
maka kawat transmisi itu akan mempunyai impedansi surja yang konstan
dalam menghubungkan tegangan dan arus selama terjadi gelombang surja
hal ini membuktikan bahwa gelombang tegangan dan arus berasal dari
suatu sumber. Sebelum mangetahui ketentuan-ketentuan mengenai
karateristik alat pelindung yang digunakan untuk melindungi gangguan
yang disebabkan oleh surja Petir pada peralatan tenagan listrik maka harus
diketahui besar tegangan surja Petir yang mungkin terjadi dan dapat
diperlihatkan pada gambar 2.6. berikut :

kV
B

A
F
C atau G
E

Waktu (us)

Gambar 2.6.
Besar tegangan surja petir yang mungkin terjadi

Keterangan gambar 2.6 :

A = Gelombang impuls yang datang


B = Gelombang cepat, terpotong pada muka.
C = Gelombang terpotong pada ekor.
D = Gelombang penuh.
E = Lengkung Volt-Waktu
F = Gelombang terpotong pada puncak.
G = Gelombang terpotong pada ekor dengan kemungkinan lompatan 50%.
Surja pada kawat transmisi dapat mempunyai lengkung (A)
bila ia sampai pada gardu induk. Gelombang tersebut dapat datang ke
gardu induk sebangai gelombang yang curam dan terpotong mukannya
(lengkung B) atau sebagi gelombang curam yang terpotong kira-kira 3 us
pada ekornya. (lengkung C) atau dapat berupa gelombang penuh
(Lengkung D), Lengkung (C) didapat dengan menghubungkan ketiga
puncak dari tiga gelombang diatas yang merupakan karateristik VoltWaktu dari isolasi yang harus menahan bermacam-macam gelombang
tegangan yang datang pada gardu induk. Lengkung ini juga melalui titiktitik lompatan api 50 % (lengkung G). Jadi lengkung volt-waktu adalah
lengkung yang menghubungkan puncak-puncak tegangan lompatan api
bila sejumlah impuls dengan bentuk tertentu diterapkan pada isolasi
peralatan.

6.

Cara Masuknya Petir Keperalatan

Mengingat bahaya yang terjadi maka kita perlu mempelajari


bagaimana petir tersebut masuk keperalatan sistem tenaga listrik. Dengan
demikian kita dapat menentukan peralatan pengamannya, perlatan
pengaman ini diperlukan mengingat tegangan yang timbul oleh Petir
dapat melebihi kekuatan isolasi peralatan yang akan menyebabkan
terjadinya flash over (lompatan bunga api) atau isolasi mengalami
kerusakan.
a.

Sambaran Langsung
Sambaran langsung adalah sambaran yang langsung
menyambar gedung atau objek yang diproteksi, misalnya : sambaran
pada hantaran udara tegangan rendah, atau sambaran pada pipa metal,
kabel dll. Pada jenis sambaran ini instalasi proteksi tegangan lebih
akan dialiri oleh seluruh atau sebagian arus Petir.

b.

Sambaran Jauh
Sambaran jauh adalah sambaran yang misalnya meyambar
hantaran udara atau induksi dari pelepasan muatan Petir awan pada
hantaran udara atau sambaran dekat dengan hantaran udara sehingga
timbul gelombang berjalan (electromagnetic wave) yang menuju
keperalatan listrik.

c.

Sambaran tidak langsung atau induksi


Bila terjadi sambaran Petir ke tanah didekat saluran maka
akan terjadi gejala transien pada kawat saluran. Gelombang tegangan
Petir ini akan merambat sampai ke gardu induk. Pada tempat yang
terkena sambaran Petir gelombangnya berekor dan bermuka curam.

Selama gelombang ini berjalan melalui saluran teransmisi bentuknya


berubah, mukanya terjadi kurang curam dan ekornya bertambah
panjang, sedangkan amplitudonya berkurang karena efek kulit dari
saluran.

7.

Tegangan lebih Temporer


Tegangan lebih temporer adalah suatu tegangan lebih yang
berlangsung terus menerus dan kurang teredam hal ini juga mempunyai
frekwensi daya, sehingga tegangan yang lebih ini dapat dikatakan sebagai
tegangan lebih frekwensi daya (Power frewkwensi over voltage),
penyebab terjadinya tegangan tersebut adalah :1
a.

Tegangan akibat efek Feranti yang hanya terjadi


pada rangkaian yang mempunyai komponen yang dapat jenuh seperti
Transformator dimana ia mempunyai komponen I dan C kenaikan
tegangan terjadi setelah melalui titik satabil.

b.

Kenaikan tegangan dari fasa yang sehat pada


waktu ada gangguan satu fasa ketanah, pada sistem tegangan naik
karena adanya tegangan jatuh dari titik netral untuk sistem yang di
ketanahkan dan kenaikannya relatif terhadap tanah.

c.

Kenaikan tegangan akibat beban lepas.

Biasanya besar dari tegangan lebih temporer ini besarnya sampai


melampaui surja hubung atau tegangan lebih Petir yaitu tidak lebih dari 2
p.u. Oleh karena itu perencanaan koordinasi isolasi tidak didasarkan pada
1 Ir. Reynoaldo. Zoro, Perlindungan Terhadap Tegangan Lebih Petir dan
Koordinasi Isolasi pada Sistem Tenaga Listrik. ITB, 1987.

tegangan lebih Petir temporer. Terjadinya tegangan lebih temporer ini


kira-kira beberapa puluh milidetik dan sukar diamankan dengan
penangkal Petir (Arrester). Sehingga tegangan lebih tersebut digunakan
untuk menentukan tegangan dasar dari penangkal Petir. Karena penangkal
Petir didalam koordiansi isolasi harus dapat menahan tegangan lebih
temporer tanpa menyebabkan alat tersebut bekerja, sebab jika ia bekerja
akan menerima resiko kerusakan.

5. Pegaruh Surja Petir Terhadap Transformator


Dalam suatu sistem tenaga listrik banyak terdapat peralatan
listrik yang harus dilindungi dari pengaruh surja Petir akan tetapi disini
ditekankan pada suatu peralatan utama yang paling penting dan harus
dilindungi dari sambaran surja Petir yaitu transformator. Karena selain
peralatan pokok dalam penyaluran tenaga listrik juga merupakan peralatan
listrik yang paling mahal, bila transformator rusak akan membutuhkan
waktu yang lama dalam perbaikannya.
Tegangan lebih yang terjadi pada transformator tergantung
dari bentuk gelombang elektromagnetiknya. Gelombang ini dapat
disebabkan oleh surja Petir yang sampai ke peralatan transformator,
tegangan lebih tersebut bisa terjadi di dalam transformator, apabila
tegangan antara kumparan-kumparan tersebut menjadi beberapa kali dari
tegangan normalnya. Dari pengalaman telah membuktikan bahwa lilitan
yang paling dekat dengan terminal transformator adalah yang sering rusak
karena tegangan lebih (sambaran surja Petir).

Tembusnya isolasi dapat terjadi pada beberapa titik dari


kumparan, tergantung dari karateristik isolasinya, misalnya tidak
homogennya isolasi pada titik tersebut, dengan tembusnya isolasi dapat
dianggap bahwa transformator tersebut telah rusak dan akan menggangu
pelanyanan penyaluran energi listrik terhadap masyarakat (konsumen).
Jika sebuah gelombang berjalan yang ditimbulkan oleh
sambaran Petir menuju ke transformator maka Transformator akan lebih
bersifat sebagai rangkaian kapasitif dari pada rangkaian induktif. Surja
Petir mempunyai muka gelombang yang sangat curam, sehingga dalam
waktu yang sangat pendek tidak mungkin arus mengalir pada induktansi
yang berharga besar dari gulungan Transformator. Tetapi terdapat
kapasitansi antara gulungan Transformator ke inti besi dari Transformator,
hal ini menyebabkan Transformator berreaksi sebagai beban kapasitif
terhadap gelombang berjalan yang disebabkan tegangan lebih Petir.
Pada keadaan stedy state arusnya secara praktis hanya
mengalir pada kumparan transformator dan hanya di pengaruhi oleh R dan
L. Tetapi dengan adanya tegangan lebih keadaanya akan berbeda, dimana
prosesnya akan cepat dan transformator akan bekerja dengan frekwensi
tinggi, yang ditentukan oleh induktansi (L) dan kapasitansi (C) dari
kumparan, yaitu :
1
F = 2 LC
Dalam keadaan ini impedansi induktif (yang diketahui sebagai tahanan)
dari

transformator

menjadi

sangat

tinggi

sedangkan

pengaruh

kapasitansinya terasa berkurang, sehingga dengan adanya tegangan lebih

tersebut, seakan akan mengalir hanya melalui rangkaian kapasitip yang


terdiri dari seri dan paralel, yaitu kapasitansi antara lilitan-lilitan dan
kapasitansi antara kumparan dengan tangki atau body.
Setiap lilitan dari kumparan transformator mempunyai self
induktance (induktasi sendiri), karena adanya fluksi ketika dialiri arus.
Lilitan yang satu berdekatan dengan yang lain sehingga akan ada mutual
induktansi (induktansi gandeng), karena adanya eddy current (arus eddy)
di dalam Transformator maka induktansi yang lain antara inti dan inti juga
diperhitungkan. Disamping itu setiap lilitan dari kumparan transformator
mempunyai kapasitansi terhadap tangki dan kapasitansi antara lilitan satu
dengan yang lain. Kapasitansi gandeng antara sederetan kumparan adalah
yang paling tinggi dalam transformator.
Karena adanya kerugian dalam tahanan isolasi serta kerugian pada inti,
surja yang datang pada kumparan akan terendam. Untuk mendapatkan
gambaran permasalahan tersebut dibuat pendekatan sebagai berikut :
a. Semua Kerugian karena tahanan kumparan, tahanan isolasi dan
kerugian inti diabaikan
b. Kapasitansi antara kumparan (kapasitansi seri) dan kapasitansi antara
lilitan dengan tangki (kapasitansi paralel) adalah penting untuk
menentukan keadaan awal dan keadaan akhir dari distribusi tegangan

6. Osilasi didalam Transformator


Tegangan Lebih yang terjadi didalam transformator oleh
karena surja yang datang, menyebabkan osilasi didalam Transformator.

Osilasi ini dipengaruhi oleh induktansi dan kapasitansi dari kumparan.


Hal ini sebagaian besar dipengaruhi oleh distribusi tegangan awal sebab
adanya kapasitansi rangkaian yang tidak kontinyu., dalam waktu singkat
arus mengalir dalam elemen induktif dan kapasitif dari kumparan.
Distribusi tegangan awal mulai berubah dan akhirnya
sebagian besar dipengruhi oleh rangkaian induktif. Keadaan transisi dari
keadaan awal dan akhir dari distribusi tegangan ini, mempunyai pengaruh
dalam bentuk peredaman dari osilasi antara kapasistif dan induktif.
Didalam kumparan transformator, osilasi dapat mengalami
perambatan dibawah fekwensi kritis. Teori ini didasarkan pada kenyataan
bahwa gelombang rectaguler mempunyai banyak sekali harmonisa.
Harmonisa dari frekwensi lebih besar dari frekwensi kritis tak dapat
menembus lebih dalam pada kumparan, karena standing exponensial
distribution sama seperti distribusi dari gelombang diam.
Tegangan surja pada suatu titik dari kumparan dapat terdiri
dari gelombang dan standing exponential distribution yang disebabkan
oleh gelombang refleksi.

Gambar 2.8.
Osilasi didalam Transformator.

Keterangan gambar :
(a) : Gelombang datang
(b) : Gelombang yang diteruskan
(c) : Standing exponetiel distribution.
Frekwensi osilasi :
2

= (1/Ll C - C / C .b .w )
1

1
2

Untuk harga w yang rendah dan tidak ada kapasitansi mutual kopling di

dapat :

1
L C1
2

Akan nol bila (1/L C 1 - C 2 / C 1 . b .w ) = 0


1
2
w = (1/Ll C 1 )( C 2 / C 1 . b )
2

1
w =
c

b LC 2
1

2b LC 2

kumparan menjadi seperti filter bila f>f (Frekwensi Kritis)


Keterangan dari rumus diatas :2
C 1 = Kapasitansi antara kumparan dan body per unit panjang (farad)
2

C 2 = Kapasitansi seri dari kumparan per unit panjang (farad)


L = Induktansi sendiri dari kumparan per unit panjang (farad)

Osilasi akan merambat kekumparan yang bagian dalam apabila frekwensi


yang timbul lebih kecil dari frekwensi kritisnya. Akan tetapi surja Petir
yang masuk kekumparan akan mempunyai frekwensi yang lebih besar
dari frekwensi kritisnya, sehingga gelombang surja hanya akan merusak
isolasi bagian kumparan yang dekat dengan pangkal saluran. Hal ini
disebabkan karena surja yang masuk terdiri dari gelombang berjalan dan
standing exponential distribution yang disebabkan oleh gelombang
refleksi. Inpedansi dari transformator sangat besar dan berkisar antara 500
45.000 ohm.

Alat-alat pelindung yang sekarang dikenal berturut-turut mulai dari yang paling sederhana
samapai yang paling sempurna adalah :

a.

Sela batang (Rod gap)

b.

Sela sekring (Fuse gap)

c.

Tabung pelindung (Protective Tube)

d.

Arrester.

e.

Kawat Tanah.

1.

Sela Batang

Sela batang adalah suatu alat pelindung yang paling


sederhana. Alat ini terdiri dari dua buah batang logam yang mempunyai
penampang tertentu (Bisaanya Bersegi). Yang satu dihubungkan dengan
kawat trasmisi dan yang satunya dihubungkan dengan kawat tanah. Oleh
karena jarak suatu celah berkorespodensi dengan satu tegangan percikan
untuk suatu bentuk gelombang tegangan tertentu, maka untuk beberapa
macam karateristik isolasi, alat ini bisaanya dipakai sebagai pelindumg.
Keuntungan dari sela batang ini ialah bentuknya yang sederhana, mudah
dibuat dan kuat.
Cacatnya ialah sekali terjadi percikan karena tegangan lebih,
busur api timbul terus meskipun tegangan lebihnya sudah tidak ada. Oleh
sebab itu sirkit harus diputuskan lebih dahulu guna menghentikan
percikan tersebut, kecuali itu tegangan gagalnya naik lebih tinggi dari
isolasi yang dilindungi untuk gelombang berwaktu pendek sehingga
diperlukan celah yang sempit gelombang yang curam. Oleh karena itu
sela batang dipakai sebagai pelindung cadangan atau dengan kombinasi
sirkit harus diputuskan lebih dahulu guna menghentikan
percikan api tersebut atau dengan kombinasi circuit breaker yang
mempunyai kecepatan menutup kembali yang tinggi (High Speed
Reclose Operation). Meskipun sela batang merupakan pengaman
cadangan namun dalam pentusun suatu koordinasi, sela batang tidak dapat
dipisahkan terhadap alat proteksi surja, karena memang keduanya saling
melengkapi dalam kegunaanya. Dengan mengatur jarak /gap sela batang

kita dapat menentukan Hight Level Insulation sesuai dengan yang


direncanakan lihat gambar 2.73.

Gambar 3.1.
Alat Pelindung Penangkal Petir Rod Gap

Sumber : A.Arismuandar, Teknik Tegangan Tinggi,


Pradaya Paramita, Jakarta 1980 hal 106
Gambar 3.2.

3 Unit Pendidikan dan Pelatihan Makasar, PEMELIHATAAN


TRANSFORMATOR, PT.PLN (PERSERO).

Karateristik dari Sela Batang


Keterangan gambar 3.2 :
a.

Lengkung sela batang standart 40 inci (gel


Positif)

b.

Karateristik percikan (lompatan) dari isolator


peralatan 4 unit (gelombang 1,5 x 40 keadaan
standart)

Untuk

mencegah

gelombang

petir

tembus

melalui

permukaan isolator, maka tegangan tembus dari sela batang harus diset
20% lebih rendah dari tegangan tembus impuls (impuls spark over
voltage) dari isolator. Jarak antara sela dengan isolator tidak boleh kurang
dari 1/3 jarak sela untuk mencegah bunga api bergerak kearah isolator.
Sela batang tergantug pada tegangan operasi dari sistem. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 3.2. dibawah ini.

Tabel 3.2.
Tabel Rod Gab
(IEC 71A, 1962)

Sistem voltage

Withstand

Tertinggi

Level

(kV)

(kV)peak

Jarak Rod (cm)


Max

Min

12

75

17,5

95

24

125

13

36

170

12

15

72,5

325

28

36

123

450

45

50

145

550

66

170

650

72

86

Sumber : Pemeliharaan Transformator tenaga (buku kursus Unit Pendidikan dan pelatihan
Makasar

2)

Sela Sekring
Sela sekring adalah suatu alat pelindung sela batang yang
dihubungkan seri dengan sekring yang digunakan untuk menginterupsikan
arus susulan yang diakibatkan oleh percikan api. Oleh sebab itu sela
sekring mempunyai karateristik yang sama dengan sela batang dan
meskipun ia menghindarkan pemutus sirkit sebagai akibat percikan tetapi
memerlukan penggantian dan perawatan sekring yang dipakai. Kecuali itu
agar penggunaannya efektif harus diperhatikan juga koordinasi antara
waktu lebur sekring dan waktu kerja relay pengaman.

3)

Tabung Pelindung
Tabung pelindung terdiri dari sebuah batang serat dimana
terdapat sepasang berbentuk sedemikian rupa sehingga tegangan gagal
impuls lebih rendah dari pada isolasi yang dilindungi. Pada tiang
transmisi tabung pelindung dipasang dibawah tiap kawat sehingga
elektroda atas dapat di hubungkan dengan sebuah tanduk logam yang

terletak sejauh D1 dan kawat (Gambar 3.1). elektroda atas dan bawah
dibumikan adalah D2 dan jarak D3 maka syarat perlindungan yang harus
dipenuhi adalah : D1+D2<D3.
Apabila sebuah surja Petir sampai pada kawat maka terjadilah
percikan api antara kawat dan elektroda atas yang kemudian diteruskan
oleh elktroda bawah. Panas yang ditimbulkan karena mengalirnya arus
surja akan mengguapkan sebagian dari serat (Tabung serat), sehingga gas
ditimbulkan menyeburkan api dan mematikan pada arus susulan mancapai
titik nol. Tabung pelindung dipakai untuk melindungi isolator saluran
transmisi, tiang transmisi dekat PLTD dan untuk mengurangi besarnya
surja Petir yang datang pada kawat sehingga ia dapat membantu tugas
arrester. Tetapi tabung pelindung masih dianggap tidak mampu untuk
melindungi Transformator yang berkapasitas tinggi lihat gambar2.8
elemen-elemen tabung pelindung4.

4 Ir.T.S.HUTAURUK.MEE.,Gelombang berjalan dan Proteksi Surja.hlm 102.

Gambar 3.3.
Elemen-Elemen Tabung Pelindung

4)

Lightning Arrester
Lightning Arrester adalah alat proteksi peralatan sistem tenaga listrik
terhadap arus listrik, yang berfungsi sebagai alat yang dapat memby-pass
ke graund, pada keadaan normal, lightning arrester akan bersifat sebagai
isolator

dan

bila

timbul

surja

Petir

akan

berfungsi

sebagi

penghantar/konduktor.
Setelah surja itu hilang lightning arrester harus dengan cepat
kembali bersifat isolator, sehingga circuit braker (CB) tidak sempat
membuka. Lightning arrester ini tidak sama dengan sela batang maupun
protection tube, karena arrester bisa memutuskan arus susulan sehingga
tidak menggangu sistem secara keseluruhan. Pemakaianya pada sistem
tenaga listrik bolak balik ada dua tipe utama arrester yaitu:

a.

Expultion type Arrester digunakan untuk saluran Distribusi


dan Transmisi
Ada dua macam type dari arrester jenis ini, yaitu :
1. Transmision type Arrester

Prinsip kerja type expultion yakni : bila surja merambat


pada kawat transmisi, maka terjadilah percikan api antara kawat dan
elektroda atas melalui series gap, yang kemudian diteruskan oleh
elektroda sebelah bawah. Sebelum ada surja, arrester bersifat
isolator, tetapi bila ada surja maka ia akan bersifat konduktor
dengan impedansi rendah dan akan menyalurkan ke tanah, panas
yang timbul oleh arus surja akan menguap sebagian dari dinding
fiber, sehingga gas yang timbul akan menyembur ke bunga api dan
mematikan pada waktu arus susulan mencapai titik nol5.

5 Artono Arismunandar,Dr, Teknik Tegangan Tinggi cetakan ke tiga Pradaya


paramitha Jakarta 1984

Sumber : Ir. Misdi, Skripsi, Study Pengruh Tegangan Lebih Surja Petir Terhadap
Isolasi Transformator utama dan pengamannya di PLTA Sengguruh.
Hal.44.
Gambar 3.4.

Arrester Type Expultion

Sumber :A.Arismunandar, Teknik Tegangan Tinggi.


Gambar 3.5.

Karateristik Arrester Type Expultion

2. Jenis Distribusi (Distribusi type Arrester)


Jenis ini digunakan untuk melindungi Transformator
pada

jaringan-jaringan

distribusi

dan

peralatan-peralatan

distribusi. Lightning Arrester type expultion ini merupakan


tabung yang terdiri dari :
a. Dinding tabung yang terbuat dari bahan yang mudah
menghasilkan gas jika dilalui arus.
b. Sela batang (external series gap) yang bisaanya diletakkan
pada isolator porselin, untuk mencegah arus mengalir dan
membakar fiber pada tegangan jala-jala setelah gangguan
diatasi.
c. Sela pemutus bunga api diletakan didalam tabung, salah satu
elektroda dihubungkan ke tanah
Pada waktu tegangan surja melalui sela batang dan sela
bunga api maka impedansi tabung akan menjadi rendah sehingga
arus surja dan arus sistem dapat mengalir ketanah. Tegangan
diatara terminal hantaran dengan tanah turun setelah tembus
terjadi, karena tabung melakukan arus maka terdapat tegangan
bunga api pada tabung yang sedikit menghalangi mengalirnya
arus. Bagaimanapun arus yang mengalir akan menbakar fiber dan
menghasilkan

gas

yang

bergerak

cepat

kearah

lubang

pembuangan di bagian bawah Arrester, tekanan gas ini akan


mematikan bunga api pada saat arus melalui titik nol pertamanya.
Waktu pemadaman busur api ini hanya atau satu putaran
sehingga R.R.V (Rate of Recoreving Voltage) lebih lambat dari
rate of rise kekuatan dielektrik dari isolasi.

Bila beda waktu ini sangat pendek untuk dapat dibaca


oleh relay pelindung sehingga CB tetap tidak bekerja (tertutup)
dan pelayanan daya tidak terganggu. Segera setelah gas ditekan
keluar dan api menjadi padam sistem dapat bekerja kembali
dengan normal.
Pemakaian Arrester type expultion adalah sebagai berikut :
1.

Umumnya tabung pelindung dipakai untuk melindungi


isolator transmisi. V-T karateristik dari arrester ini lebih datar
dari

pada

isolator,

sehingga

dengan

mudah

dapat

dikoordinasikan untuk melindunggi isolator dari tembus


permukaan.
2.

Dipakai pada tiang transmisi sebelum memasuki gardu


untuk memotong besar arus surja yang datang, sehingga dapat
berfungsi mengurangi kerja dari arrester di gardu

3.

Pada Transformator-Transformator kecil dipedesaan,


dimana pemotongan petir jenis katup (valve type arrester)
sangat mahal apabila dipakai sebagai pelindungnya.

4.

Pada tiang transmisi tertentu yang sangat tinggi


(misalnya penyeberangan sungai) dimana kemungkinan
disambar petir sangat tinggi.
Disamping keuntungan dari arester type ini juga

mempunyai kekurangan sebagai berikut :


1.

Terbatas pada sistem yang mempunyai besar arus


sistem kurang dari 1/3 dari besarnya arus surja. Karena arus

yang sangat besar akan menyebabkan fiber habis terbakar dan


arus terlalu kecil tidak mampu menghasilkan cukup gas pada
tabung untuk mematikan busur api.
2.

Karena setiap arrester bekerja, permukaan tabung


akan rusak karena terbakar maka arester ini mempunyai
batasan pada jumlah operasinya dimana arrester ini masing
dapat berfungsi dengan baik.
Walaupun termasuk pemotong surja yang sudah

3.

karena kemampunanya memotong arus ikutan, namun tidak


cocok untuk perlindungan peralatan-peralatan gardu yang
mahal, karena V-T karateristiknya yang buruk.
Karateristik dari Lightning Arrester Type Expultion dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.3.
Karateristik Lightning Arrester distribusi type Expultion

Tegangan dasar
Lightning Arrester
(KV)
3
6
9
12
15

Sparkover muka gelombang impuls


Rate of Rise ***
KV***
Min Agv
Ma
KV/u sec
x
25
34
33
45
50
32
50
70
75
48
71
97
100
63
84
94
125
77
101
114

Sparkover impuls
Kritis rata-rata (gel
1,5x40 us) kV***
29
41
53
61
70

Sumber : Artono Arismunandar,Dr,Teknik tegangan tinggi cetakan ketiga Pradaya


Paramitha,Jakarta 1984, hal 112
Keterangan :

Karateristik penampilan Arrester Distribusi

** 100 kV /u sec/12 kV rating arrester

*** Polaritas impuls memberikan tegangan sparkover


tertinggi.

b.

Arrester Type Valve untuk saluran Distribusi


dan Transmisi
Sedangkan Arrester type Valve mempunyai tahanan yang
tinggi pada tegangan normal, tetapi mempunyai tahanan yang kecil
bila arus yang melewati besar. Besar tahanan tergantung dari besar
kecilnya arus yang melaluinya, sedangkan teganganya menjadi tidak
linear terhadap arus, tetapi elemen valve mempunyai voltage limiting
charateristic.

Arrester

ini

dinamakan

valve

arrester,

sebab

impedansinya dapat mengatur sendiri untuk aliran arus dan tegangan


terbatas. Perbedaan utama kedua type expiltion dan valve yaitu untuk
valve, besarnya arus dibatasi oleh arrester itu sendiri dan tidak
tergantung pada kapasitas sistem. Sedangkan tipe expultion ditentukan
oleh karateristik sistem, dari sini terlihat bahwa arrester type valve
mempunyai tingkat pengaman yang lebih tinggi dari semua alat
pengaman. Dasar-dasar dan karateristik dari lightning Arrester type
Valve
Prinsip kerjanya pada pokoknya arrester ini terdiri dari
dua unsur sela api (spark gap) dan tahanan tak linear atau tahanan kran
(valve resistor); keduannya dihubungkan secara seri lihat gambar 3.6.
batas atas dan bawah dari tegangan percik ditentukan oleh tegangan
sistem maksimum dan oleh tingkat isolasi peralatan yang dilindungi.
Seringkali

persoalan

ini

dapat

dipecahkan

hanya

dengan

mengetrapkan cara-cara khusus pengaturan tegangan (voltage control)


oleh karena itu sebenarnya arrester terdiri dari tiga unsur : sela api,
tahanan kran atau tahanan katup dan sistem pengaturan atau
pembagian tegangan (granding sistem); sebagai diutarakan dimuka,
bila persoalannya hanya melindungi isolasi terhadap bahanya
kerusakan karena gangguan dengan tidak memperdulikan akibat
terhadap pelayanan, maka cukup dipakai sela batang yang memungkin
terjadinya percikan pada waktu teganganya mencapai keadaan bahaya.
Dalam hal ini, tegangan sistem bolak-balik akan tetap
mempertahankan busur api sampai pemutus-bebanya dibuka dengan
menyambung sela api ini dengan sebuah tahanan, maka mungkin
apinya dapat dipandamkan. Tetapi bila tahanannya mempunyai sebuah
harga tetap, maka jatuh tegangannya menjadi besar.
Proses pengecilan tahanan berlangsung cepat sekali yaitu
selama tegangan lebih mencapai harga puncaknya. Tegangan lebih
dalam hal ini mengakibatkan penurunan drastis dari pada tahanan
sehingga jatuh tegangannya dibatasi meskipun arusnya besar. dapat
dilihat pada gambar dan tabel dibawah ini.

Gambar 3.6.

Arrester Type Valve

Anda mungkin juga menyukai