Laporan Kuljar
Laporan Kuljar
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbanyakan tanaman secara vegetatif (menggunakan bagian organ pertumbuhan
tanaman) merupakan alternatif dalam upaya untuk mendapatkan tanaman baru yang
mempunyai sifat sama dengan induknya. Perbanyakan tanaman secara konvensional atau
tradisional umumnya masih memerlukan waktu yang cukup lama dan membutuhkan
tempat yang sangat luas. Oleh karena itu, di beberapa negara maju saat ini telah
dikembangkan suatu sistem perbanyakan tanaman secara vegetatif yang lebih cepat
dengan hasil yang lebih banyak. Sistem perbanyakan tanaman ini dikenal dengan teknik
kultur jaringan atau budi daya jaringan, disebut juga dengan perbanyakan vegetatif
modern.
Bagian dari tanaman yang dapat dikulturkan (di perbanyak) adalah daun muda, mata
tunas, ujung akar, keping biji, dan bagian lainnya yang bersifat merismatik, yaitu mudah
tumbuh dan berkembang. Bagian-bagian tubuh tanaman tersebut dikulturkan dan
ditumbuhkan kembali dalam kondisi aseptik yang kaya akan nutrisi dan zat pengatur
tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat
memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Manggis adalah tanaman buah asli Indonesia yang memiliki nilai ekonomi yang
sangat tinggi. Buah manggis dijuluki sebagai Queen of Fruit (ratunya buah), Nectar
of Ambrosia, Golden Apples of Hesperides, dan Finest in the World karena
keistimewaan dan kelezatan yang dimilikinya (Balai Penelitian Tanaman Buah, 2006) .
Selain itu terkandung zat kimia xanthone (alfa mangostin dan gamma mangostin),
antosianin dan senyawa fenolik lain pada kulit buah manggis yang berperan penting
dalam bidang farmasi dan kesehatan (Permana et al., 2012).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari mini research ini adalah
1. untuk mengetahui konsentrasi BAP (Benzylaminopurine) terbaik dalam menginduksi
tunas manggis.
2. Mengetahui pengaruh sitokinin BAP dengan media MS1/2 terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tipe ekplan biji manggis dalam kultur in vitro.
3. Untuk mengetahui cara perbanyakan tanaman secara kultur jaringan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3.1 Kultur Jaringan
Kultur jaringan menurut Suryowinoto (1991) disebut sebagai tissue culture.
Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk
dan fungsi yang sama. Jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan
tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai
Indonesia. Di Asia tenggara tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan
daerah tropis lainnya. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama
lokal seperti manggu (jawa barat), Manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi
Utara), Manggista (Sumatera barat). Keanekaragaman manfaat manggis bagi
kehidupan manusia menyebabkan manggis menjadi komoditi ekspor dipasar
internasional. Manggis merupakan salah satu pohon hutan tropika yang berdaur
ulang panjang dan memiliki sistem perakaran kurang baik sehingga sulit tumbuh
secara alami.
Pohon manggis yang ditanam dari biji baru berbunga pada umur 10-15 tahun,
sedangkan yang ditanam dari bibit sambungan dapat berbunga pada umur 5-7 tahun
(Hernowo, 2011). Sifat tumbuh manggis tersebut menyebabkan bibit manggis sulit
diperoleh sehingga dibutuhkan teknologi yang mampu menyediakan bibit manggis
berdaur pendek dan tersedia banyak. Kultur jaringan merupakan salah satu
teknologi yang dapat menjadi alternatif untuk memperoleh bibit manggis dengan
jumlah banyak dan berdaur pendek.
Kultur jaringan memerlukan keahlian khusus dan biaya yang cukup besar
karena dalam prakteknya menggunakan ZPT atau hormon untuk merangsang
pertumbuhan eksplan. Tetapi hal tersebut masih dapat diatasi dengan penggunaan
bahan-bahan alami seperti air kelapa, ekstrak touge, ekstrak tomat, ekstrak sirih, dan
lain sebagainya.
Pada prinsipnya budidaya jaringan adalah menumbuhkan atau membiakkan
atau membudidayakan eksplan pada media buatan dan dipelihara dalam suatu
ruangan yang terkontrol lingkungannya secara steril/aseptik. Keberhasilan dari
kultur jaringan dipengaruhi oleh sumber eksplan, media dan lingkungan (suhu dan
lama penyinaran).
Keberhasilan kultur jaringan atau biak sel ini diawali dengan pemeliharaan
material tanaman yang tepat materi atau bagian tanaman yang akan di biakkan atau
diregenerasikan mempunyai karakter pertumbuhan yang tidak sama. Media yang
digunakan untuk budidaya jaringan atau kultur jaringan terdiri atas beberapa
komponen yaitu: nutrisi, sumber besi, vitamin, amino asit, zat pengatur tumbuh,
sumber karbon, pemadat atau agar dan akuades. Formulasi nutrisi media yang tepat
merupakan faktor yang mendukung keberhasilan teknik tersebut. Komponen tersebut
memenuhi satu atau lebih fungsi di dalam pertumbuhan tanaman secara invitro.
Vitamin paling penting untuk berbagai reaksi bio kimia. Level zat pengatur tumbuh
(ZPT) biasanya merupakan fakta pembatas untuk keberhasilan diferensiasi
pertumbuhan dari kultur sel tanaman, ZPT yang sering di gunakan dalam kultur
jaringan adalah auksin dan sitokinin.
Kultur in vitro manggis telah banyak dilakukan. Media Murashige and Skoog
(MS) (Murashige and Skoog, 1962) ditambah dengan Benzil Amino Purin (BAP)
menghasilkan multiplikasi tunas terbaik (Normah et al., 1992; Teo, 1992). Penelitian
lain menyebutkan bahwa multiplikasi tunas manggis terbaik diperoleh dari media
Woody Plant Medium (WPM) dengan penambahan BAP sebanyak 5 mg/l (Goh,
1991).
Kultur in
vitro manggis
menggunakan
eksplan
biji
manggis
yang
disubkuturkan pada media WPM dengan penambahan 2 ppm BAP dan 0.2 ppm NAA
dapat menghasilkan 5.6 tunas per eksplan (Triatminingsih et al., 1995).
BAB III
METODE DAN PENELITIAN
b. bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain: Detergen; Akuades steril; Fungisida
(benlate/Dithanae 45); Bakterisida (Agrept); Klorok 20%; Klorok 15%; Antiseptik/Antibiotik
(Amoxilin 500 gram/tablet); Eksplan dari lapang manggis; Alkohol 70%; dan alkohol 95%,
Media Kultur Jaringan
Botol-botol dan alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum dicuci dengan
menggunakan detergen
Membilas botol dan alat yang sudah dicuci bersih dalam wadah, jika diperlukan
dibilas dengan air ditambah klorok, tiriskan dan tunggu hingga kering
Sterilisasi II
Mengisi panci luar dengan air, jika dimungkinkan dapat menggunakan aquadest
untuk menghindari pengendapan Ca yang biasa terdapat pada air ledeng
Botol-botol media yang akan disterilkan, dimasukkan ke dalam panci dengan posisi
telungkup. Susun botol-botol tersebut hingga mencapai permukaan panci
Untuk alat-alat diseksi seperti pinset, gunting, pisau dan cawan petridish dibungkus
dengan kertas kopi atau bekas biasa, jangan menggunakan kertas aluminium foil
karena uap sukar masuk kedalam bungkusan sehingga sterilisasi kurang efektif
Atur posisi panci dengan memperhatikan alur tempat saluran uap yang terdapat di
dalam panci dalam, serta tanda panah yang terdapat pada tutup dan lingkarang
permukaan panci luar.
b. Pembuatan Media
1. Media pembuatan Induksi Tunas Manggis
2. Komposisi Media :
Buat klorok dengan dosis 20 % selama 3-5 menit dan 15 % selama 5-10 menit
Pilih manggis yang berwarna merah jambu dengan tekstur kulit bersih, belum
mengeras (lembek), tidak memiliki getah kuning
Eksplan dicuci dengan detergen sambil disikat perlahan dengan sikat gigi, lalu
dibilas dengan air yang mengalir, jika diperlukan direndam selama 5-10
menit (tergantung sumber eksplan) lalu bilas dua kali. Setelah 1-2 jam,
eksplan dicuci dengan aquades steril sebanyak dua kali
Kemudia eksplan dimasukkan ke dalam larutan klorok 15% selama 5-10 menit
lalu dicuci dengan aquades steril sebanyak tiga kali
Untuk perendaman dengan bakterisida, fungisida, klorok, baik dosis dan lama
waktunya disesuaikan dengan kondisi eksplan
Lakukan penanaman.
c. Penanaman
Hidupkan LAFC
Siapkan alat tanam (pisau, gunting, pinset, petridish, bunsen, skalpel, botol alkohol)
Hidupkan bunsen
Bakar pinset, gunting, petridish dengan cara melewatkannya diatas lampu bunsen
Lakukan penanaman eksplan sesuai perlakuan diatas, dengan cara mengambil biji
tanaman manggis dari larutan amoxilin, letakkan diatas media lewatkan bagian atas
botol ke bunsen lalu tutup
e Pengamatan
konsentrasi
MS + BAP 0
PPM
MS + BAP 0
PPM
MS + BAP 0
PPM
MS + BAP 0
PPM
MS + BAP 2
PPM
MS + BAP 2
PPM
MS + BAP 2
PPM
MS + BAP 2
PPM
MS + BAP 4
PPM
MS + BAP 4
PPM
MS + BAP 4
PPM
MS + BAP 4
PPM
MS + BAP 6
PPM
MS + BAP 6
PPM
MS + BAP 6
PPM
MS + BAP 6
PPM
ulang
an
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
tinggi tunas
(CM)
0.1
5
0.1
0.1
0
7
6
0.1
0.1
0.1
7
0.1
0.1
0.1
1.5
0.5
Dari tabel pengamatan tinggi tunas yang dipaparkan diketahui tunas yang tertinggi
adalah 7 cm yaitu pada media yang konsentrasi MS+BAP 2 PPM dan MS+BAP 4
PPM pada pengulangan ke 3
Botol
Konsentrasi
ulanga
n
Ms +bap 0
ppm
Muncul
tunas
minggu ke
3
2
3
4
1
2
2
2
-
2
3
4
1
2
3
4
1
2
2
3
Tunas akar:
1
2
2
2
2
3
4
3
Ms + bap 2
ppm
Ms + bap 2
ppm
Ms + bap 4
ppm
Ms + bap 6
ppm
4
1
3
3
2
3
4
3
2
3
Pada tabel munculnya tunas diatas diketahui tunas yang paling lama muncul
pada masing masing konsetrasi yaitu pada media MS+BAP 0 PPM pada ulangan 1
tunas muncul pada minggu ke 3 pada botol ke 3 ulangan , pada media MS + BAP 2
PPM pada ulangan ke 4 tunas muncul pada minggu ke 3 pada botol 1 ulangan , pada
media MS + BAP 4 PPM pada ulangan ke 2 tunas muncul pada minggu ke 4 pada botol
1 ulangan , sedangkan pada media MS + BAP 6 PPM pada ulangan ke 1, 2, dan 4 tunas
muncul pada minggu ke 3 pada botol 1 ulangan..
Botol
Konsentrasi
Ms +bap 0
ppm
Ms + bap 2
ppm
Ms + bap 2
ppm
Ms + bap 4
ppm
Ms + bap 6
ppm
ulanga
n
1
2
3
4
1
1
1
1
-
2
3
4
1
1
1
1
1
2
3
4
1
1
1
1
2
3
4
1
1
1
1
1
2
3
4
1
1
1
Bot
ol
Konsentr
asi
Ulanga
n
II
MS +
BAP 0
PPM
0.1 cm
0.1
cm
0.3 cm
1 cm
1.5 cm
0.1 cm
1
mm
0.1
cm
0.1
cm
5 cm
0.1 cm
0.1
cm
0.1
cm
0.1
cm
1 cm
2
3
4, 5
cm
2, 5
0. 3
cm
0. 1
cm
0.1 cm
3 cm
0.1
cm
0.1
cm
0.1
cm
0.1 cm
0.1 cm
0.1 cm
0.1 cm
0.1
cm
0.1
cm
0.1
cm
0.1
cm
0.1 cm
0.1 cm
0,5 cm
0.1
cm
-
0.1
cm
0,7
cm
0.1
cm
MS +
BAP 2
PPM
MS +
BAP 4
PPM
MS +
BAP 6
PPM
0.1 cm
1, 5
cm
0.1 cm
1, 5
cm
0.1
cm
0.1 cm
6 cm
0.1 cm
1.5 cm
0.1 cm
0.1 cm
1 cm
0.1 cm
VII
VIII
0.1
cm
0.1
cm
0.1
cm
2.5
cm
0.1
cm
0.1
cm
3cm
4 cm
5 cm
0.1
cm
0.1
cm
3.5
cm
5, 5
cm
4, 5
cm
0.1
cm
cm 4
0.1
cm
0.1
cm
Akar
panja
ng 4
cm
7 cm
5.5c
m
0.1
cm
6 cm
0.1
cm
3 cm
0.1
cm
5.5
cm
0.1
cm
0.1
cm
0.1
cm
7 cm
0.1
cm
1.3
cm
0.1
cm
0.1
cm
1.5
cm
0.5
cm
0.1
cm
0.1
cm
0.1
cm
1 cm
0.1
cm
0.1
cm
0.1
cm
0.1
cm
Pada tabel pengamatan diata rata-rata tunas muncul pada minggu ke 3 pengamatan
pada setiap media. Khusus pada media MS + BAP 2 PPM tidak tumbuh tunas dikarenakan
media terkontaminasi jamur sehingga menghambat pertumbuhan tunas hingga nutirisi pada
media sudah habis
Tabel Pengamatan Perubahan Performance Biji Yang Dilihat Dari Perubahan Warna
Bot
ol
Konsentr
asi
Ulang
an
MS +
BAP 0
PPM
II
III
VI
VII
VIII
Biji
berwar
na
merah
Ada bagian
pada
permukaan
biji berwarna
hijau
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
Biji
berwar
na
merah
Padapermuk
aan biji
sedikit saja
terdapat
bagian yang
berwarna
berwarna
hijau
Biji
berwar
na
merah
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium,
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium,
sedikit
bagian
padapermuk
aan biji
berwarna
hijau
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
Muncul
benjolanbenjolan
dan
berwarna
hijau
Muncul
benjolanbenjolan
dan
berwarna
hijau
Muncul
benjolanbenjolan
dan
berwarna
hijau
Muncul
benjolanbenjolan
dan
berwarna
hijau
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
Permukaan
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
bagian pada
permukaan
biji berwarna
hijau
Keluar
benjolan2
dipermuka
an biji
Keluar
benjolan2
dipermukaa
n biji
Keluar
benjolan2
dipermuka
an biji
Keluar
benjolan2
dipermuka
an biji
Keluar
benjolan2
dipermuka
an biji
MS +
BAP 2
PPM
langsung
dengan
medium
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium
bertambah
bagian
padapermuk
aan biji
berwarna
hijau
bertambah
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
Terdapat
bagian putih
yang keluar
dari bagian
atas biji
yang akan
membentuk
tunas,
bagian putih
tersebut
mengelilingi
bakal tunas
akar dengan
ukuran akar
tipis
bagian pada
permukaan
biji berwarna
hijau
Biji
berwar
na
merah
Biji
berwar
na
merah
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium
Biji
berwar
na
merah
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
Permukaa
n muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
Permukaa
n muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
Keluar
benjolan2
dipermuka
an biji
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
Permukaan
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
Permukaan
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
Permukaan
biji tetap
berwarna
coklat
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
dan Akar
panjang 4
cm
MS +
BAP 4
PPM
langsung
dengan
medium
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium
Biji
berwar
na
merah
Biji
berwar
na
merah
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium
Biji
berwar
na
merah
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
bertambah
kehitaman
kehitaman
kehitaman
kehitaman
kehitaman
Eksplan biji
tetap
berwarna
coklat
dengan
tunas
batang
berwarna
hijau dengan
diameter
cukup tebal
Eksplan biji
tetap
berwarna
coklat
dengan
tunas
batang
berwarna
hijau dengan
diameter
cukup tebal
bagian pada
permukaan
biji berwarna
hijau
bertambah
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
Permukaan
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
Permukaan
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
dan
Panjang
tunas 7
cm 4 helai
daun, akar
1 cm,
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
dan
Panjang
tunas 6
cm 2 helai
daun
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
Permukaa
n muncul
tonjolan
medium
2
Biji
berwar
na
merah
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium
bagian pada
permukaan
biji berwarna
hijau
bertambah
Biji
berwar
na
merah
Biji
berwar
na
merah
Eksplan biji
tetap
berwarna
coklat
dengan
tunas
batang
berwarna
hijau dengan
diameter
cukup tebal
Biji
berwar
na
merah
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium,
sedikit
bagian
padapermuk
aan biji
berwarna
hijau
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium
bagian pada
permukaan
biji berwarna
hijau
bertambah
dominan
hijau
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
dominan
hijau
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
dominan
hijau
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
dominan
hijau
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
Permukaa
n muncul
tonjolan
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
dan Daun
2 panjang
tunas 7
cm
Permukaa
n muncul
benjolabenjolan
kecil
dengan
keadaan
rapat dan
MS +
BAP 6
PPM
Biji
berwar
na
merah
Biji
berwar
na
merah
Biji
berwar
na
merah
Biji
berwar
banyak
Terdapat
tunas
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium
sedikit
bagian
padapermuk
aan biji
berwarna
hijau
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
bagian pada
permukaan
biji berwarna
hijau
bertambah
Eksplan biji
tetap
berwarna
coklat
dengan
tunas
batang
berwarna
hijau dengan
diameter
cukup tebal
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
Permukaa
n muncul
tonjolan
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium,
sedikit
bagian
padapermuk
aan biji
berwarna
hijau
Biji berwarna
kehitaman di
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
biji tetap
berwarna
biji tetap
berwarna
biji tetap
berwarna
biji tetap
berwarna
biji tetap
berwarna
Eksplan biji
tetap
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
dan Bakal
tunas 1.5
cm, biji
tetap
berwarna
coklat
kehitaman
na
merah
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium,
sedikit
bagian
padapermuk
aan biji
berwarna
hijau
berwarna
coklat
dengan
tunas
batang
berwarna
hijau dengan
diameter
cukup tebal
coklat
kehitaman
coklat
kehitaman
coklat
kehitaman
coklat
kehitaman
coklat
kehitaman
dan Bakal
tunas 0.5
cm
Botol
Konsentrasi
ulangan
MS + BAP 0
PPM
Jumlah
daun
0
2
3
4
1
2
0
0
0
2
3
4
1
0
4
2
0
2
3
4
1
0
2
0
0
2
3
4
0
0
0
MS + BAP 2
PPM
MS + BAP 4
PPM
MS + BAP 6
PPM
Dari tabel berikut dapat dilihat bahwa jumlah daun yang banyak tumbuh terdapat pada
media MS + BAP 2 PPM pada botol ke 4 dibandingkan media yang lain. Pengamatan ini
dilakukan di minggu ke delapan setelah percobaan
d. Analisis Data
Untuk melihat pengaruh konsentrasi BAP terhadap tinggi tunas manggis
menggunakan anava satu jalur menggunakan SPSS 19
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
N
KONS$
MS + BAP 0 PPM
MS + BAP 2 PPM
MS + BAP 4 PPM
MS + BAP 6 PPM
Df
Mean Square
Sig.
5.269
.651
.597
Intercept
48.651
48.651
6.010
.031
KONS$
15.807
5.269
.651
.597
Error
97.133
12
8.094
Total
161.590
16
Corrected Total
112.939
15
Corrected Model
15.807
Descriptive Statistics
Dependent Variable:TINGGI
KONS$
Mean
Std. Deviation
MS + BAP 0 PPM
1.33
2.450
MS + BAP 2 PPM
3.28
3.746
MS + BAP 4 PPM
1.83
3.450
MS + BAP 6 PPM
.55
.661
1.74
2.744
16
Total
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan terhadap eksplan lapang biji manggis
dengan konsentrasi BAP yang berbeda secara invitro pada minggu ke 8 tepatnya hari ke 56
terlihat pada tabel berikut ini
Parameter
Tinggi tunas
Waktu Munculnya tunas
Jumlah tunas
Jumlah daun
0
5
2
1
2
6
1,5
3
1
0
a. Tinggi Tunas
Hasil analisi menjukkan bahwa faktor perlakuan BAP menunjukkan pengaruh nyata
pada table 1 menunjukkan bahwa pada media MS + BAP 2 PPM dan MS +BAP 4 PPM
menunjukkan panjang tunas yang lebih tinggi dibandingkan kontrol dan penambahan
MS +BAP 6 PPM cenderung menghasilkan tunas yang lebih pendek. Salisbury dan
Ross (1995) menjelaskan bahwa sitokinin
ulangan , sedangkan pada media MS + BAP 6 PPM pada ulangan ke 1, 2, dan 4 tunas
muncul pada minggu ke 3 pada botol 1 ulangan..
c. Jumlah tunas
Pada tabel pengamatan diata rata-rata tunas muncul pada minggu ke 3 pengamatan pada
setiap media. Khusus pada media MS + BAP 2 PPM tidak tumbuh tunas dikarenakan
media terkontaminasi jamur sehingga menghambat pertumbuhan tunas hingga nutirisi
pada media sudah habis.
d. Jumlah Daun
Dapat dilihat bahwa jumlah daun yang banyak tumbuh terdapat pada media
MS + BAP 2 PPM pada botol ke 4 dibandingkan media yang lain. Pengamatan ini
dilakukan di minggu ke delapan setelah percobaan. Hasil analisi menjukkan bahwa
faktor perlakuan BAP menunjukkan pengaruh nyata pada table 1 menunjukkan bahwa
pada media MS + BAP 2 PPM dan MS +BAP 4 PPM menunjukkan panjang tunas yang
lebih tinggi dibandingkan kontrol dan penambahan MS +BAP 6 PPM cenderung
menghasilkan tunas yang lebih pendek.
BAB V
KESIMPULAN
Kultur jaringan menurut Suryowinoto (1991) disebut sebagai tissue culture. Kultur
adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi
yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan LW. 1988. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. PAU Bioteknologi Bogor IPB
Lakitan B. 1996. Fisiologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Rahayu S. 2007. Micropagation of Mangosteen (Garcinia mangostana L) By direct and
indirect organogenesis. University Of Malaysia.
Romeida A. 2007. Respon Berbagai Tipe Eksplan Manggis. (Garcinia mangostana L. ) pada
Beberapa Konsentrasi Benzil
Regenerasi polyembrionya Secara In vitro. Jurnal Akta Agrosia. 10 (2) : 162 - 166
BAP 0 PPM
MS + BAP 4 PPM
Minggu Kedua
MS + BAP 2 PPM
MS +BAP 6 PPM
MS +BAP 0 PPM
MS + BAP 4 PPM
MS + BAP 2 PPM
MS + BAP 6 PPM
Minggu ke 3
MS + BAP 0 PPM
MS + BAP 4 PPM
MS + BAP 2 PPM
MS + BAP 6 PPM
Minggu Ke 4
MS + BAP 0 PPM
MS + BAP 4 PPM
Minggu Ke 5
MS + BAP 2 PPM
MS + BAP 6 PPM
MS + BAP 0 PPM
MS + BAP 2 PPM
M S + BAP 4 PPM
MS + BAP 6 PPM
Minggu Ke 6
MS + BAP 0 PPM
MS + BAP 4 PPM
MS + BAP 2 PPM
MS + BAP 6 PPM
Minggu ke 7
MS + BAP 0 PPM
MS + BAP 2 PPM
MS + BAP 4 PPM
MS + BAP 6 PPM
Minggu Ke 8
MS + BAP 2 PPM
MS + BAP 0 PPM
MS + BAP 6 PPM
MS + BAP 4 PPM