Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbanyakan tanaman secara vegetatif (menggunakan bagian organ pertumbuhan
tanaman) merupakan alternatif dalam upaya untuk mendapatkan tanaman baru yang
mempunyai sifat sama dengan induknya. Perbanyakan tanaman secara konvensional atau
tradisional umumnya masih memerlukan waktu yang cukup lama dan membutuhkan
tempat yang sangat luas. Oleh karena itu, di beberapa negara maju saat ini telah
dikembangkan suatu sistem perbanyakan tanaman secara vegetatif yang lebih cepat
dengan hasil yang lebih banyak. Sistem perbanyakan tanaman ini dikenal dengan teknik
kultur jaringan atau budi daya jaringan, disebut juga dengan perbanyakan vegetatif
modern.
Bagian dari tanaman yang dapat dikulturkan (di perbanyak) adalah daun muda, mata
tunas, ujung akar, keping biji, dan bagian lainnya yang bersifat merismatik, yaitu mudah
tumbuh dan berkembang. Bagian-bagian tubuh tanaman tersebut dikulturkan dan
ditumbuhkan kembali dalam kondisi aseptik yang kaya akan nutrisi dan zat pengatur
tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat
memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Manggis adalah tanaman buah asli Indonesia yang memiliki nilai ekonomi yang
sangat tinggi. Buah manggis dijuluki sebagai Queen of Fruit (ratunya buah), Nectar
of Ambrosia, Golden Apples of Hesperides, dan Finest in the World karena
keistimewaan dan kelezatan yang dimilikinya (Balai Penelitian Tanaman Buah, 2006) .
Selain itu terkandung zat kimia xanthone (alfa mangostin dan gamma mangostin),
antosianin dan senyawa fenolik lain pada kulit buah manggis yang berperan penting
dalam bidang farmasi dan kesehatan (Permana et al., 2012).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari mini research ini adalah
1. untuk mengetahui konsentrasi BAP (Benzylaminopurine) terbaik dalam menginduksi
tunas manggis.
2. Mengetahui pengaruh sitokinin BAP dengan media MS1/2 terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tipe ekplan biji manggis dalam kultur in vitro.
3. Untuk mengetahui cara perbanyakan tanaman secara kultur jaringan

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3.1 Kultur Jaringan
Kultur jaringan menurut Suryowinoto (1991) disebut sebagai tissue culture.
Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk
dan fungsi yang sama. Jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan
tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai

sifat seperti induknya. Kultur

jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian


tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam
media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah
tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan
bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah
perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan
media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Teori yang mendasari kultur jaringan adalah teori sel oleh Schawann dan
Scheleiden (1838) yang menyatakan sifat totipotensi (tota genetic potential) sel, yaitu
bahwa setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan
perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman
utuh, jika kondisinya sesuai. Manfaat kultur jaringan diantaranya adalah (1)
melestarikan sifat tanaman induk, (2) menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak
dalam waktu yang singkat, (3) dapat dijadikan sarana untuk melestarikan plasma
nutfah, (4) menciptakan varietas baru melalui rekayasa genetika, (5) Pelaksanaanny
tidak tergantung musim.
3.1.1

Macam-macam Kultur Jaringan


Dalam kultur jaringan terdapat macam-macam cara dan tehnik yang
digunakan dalam kultur jaringan diantaranya kultur meristem menggunakan jaringan
(akar, batang, daun) yang muda atau meristematik, kultur anter menggunakan kepala
sari sebagai eksplan, kultur embrio menggunakan embrio. Misalnya pada embrio
kelapa kopyor yang sulit dikembangbiakan secara alamiah, kultur protoplas
menggunakan sel jaringan hidup sehingga eksplan tanpa dinding, kultur kloroplas
menggunakan kloroplas biasanya memperbaiki atau membuat varietas baru, dan

kultur polen menggunakan serbuk sari sebagai eksplannya.


3.2 Kultur Jaringan Pada Manggis
Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan
tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara. Yaitu hutan belantara malaysia atau

Indonesia. Di Asia tenggara tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan
daerah tropis lainnya. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama
lokal seperti manggu (jawa barat), Manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi
Utara), Manggista (Sumatera barat). Keanekaragaman manfaat manggis bagi
kehidupan manusia menyebabkan manggis menjadi komoditi ekspor dipasar
internasional. Manggis merupakan salah satu pohon hutan tropika yang berdaur
ulang panjang dan memiliki sistem perakaran kurang baik sehingga sulit tumbuh
secara alami.
Pohon manggis yang ditanam dari biji baru berbunga pada umur 10-15 tahun,
sedangkan yang ditanam dari bibit sambungan dapat berbunga pada umur 5-7 tahun
(Hernowo, 2011). Sifat tumbuh manggis tersebut menyebabkan bibit manggis sulit
diperoleh sehingga dibutuhkan teknologi yang mampu menyediakan bibit manggis
berdaur pendek dan tersedia banyak. Kultur jaringan merupakan salah satu
teknologi yang dapat menjadi alternatif untuk memperoleh bibit manggis dengan
jumlah banyak dan berdaur pendek.
Kultur jaringan memerlukan keahlian khusus dan biaya yang cukup besar
karena dalam prakteknya menggunakan ZPT atau hormon untuk merangsang
pertumbuhan eksplan. Tetapi hal tersebut masih dapat diatasi dengan penggunaan
bahan-bahan alami seperti air kelapa, ekstrak touge, ekstrak tomat, ekstrak sirih, dan
lain sebagainya.
Pada prinsipnya budidaya jaringan adalah menumbuhkan atau membiakkan
atau membudidayakan eksplan pada media buatan dan dipelihara dalam suatu
ruangan yang terkontrol lingkungannya secara steril/aseptik. Keberhasilan dari
kultur jaringan dipengaruhi oleh sumber eksplan, media dan lingkungan (suhu dan
lama penyinaran).
Keberhasilan kultur jaringan atau biak sel ini diawali dengan pemeliharaan
material tanaman yang tepat materi atau bagian tanaman yang akan di biakkan atau
diregenerasikan mempunyai karakter pertumbuhan yang tidak sama. Media yang
digunakan untuk budidaya jaringan atau kultur jaringan terdiri atas beberapa
komponen yaitu: nutrisi, sumber besi, vitamin, amino asit, zat pengatur tumbuh,
sumber karbon, pemadat atau agar dan akuades. Formulasi nutrisi media yang tepat
merupakan faktor yang mendukung keberhasilan teknik tersebut. Komponen tersebut
memenuhi satu atau lebih fungsi di dalam pertumbuhan tanaman secara invitro.

Vitamin paling penting untuk berbagai reaksi bio kimia. Level zat pengatur tumbuh
(ZPT) biasanya merupakan fakta pembatas untuk keberhasilan diferensiasi
pertumbuhan dari kultur sel tanaman, ZPT yang sering di gunakan dalam kultur
jaringan adalah auksin dan sitokinin.
Kultur in vitro manggis telah banyak dilakukan. Media Murashige and Skoog
(MS) (Murashige and Skoog, 1962) ditambah dengan Benzil Amino Purin (BAP)
menghasilkan multiplikasi tunas terbaik (Normah et al., 1992; Teo, 1992). Penelitian
lain menyebutkan bahwa multiplikasi tunas manggis terbaik diperoleh dari media
Woody Plant Medium (WPM) dengan penambahan BAP sebanyak 5 mg/l (Goh,
1991).

Kultur in

vitro manggis

menggunakan

eksplan

biji

manggis

yang

disubkuturkan pada media WPM dengan penambahan 2 ppm BAP dan 0.2 ppm NAA
dapat menghasilkan 5.6 tunas per eksplan (Triatminingsih et al., 1995).

BAB III
METODE DAN PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Yayasan Yahdi (Hidayatul
Islam) beralamat di Perumahan Pelabuhan Jl. Lambung no 16 Tanah 600 Medan Marelan.
Percobaan dilakukan dari bulan September hingga November 2014

3.2 Alat dan Bahan


a. Alat
Adapun Alat yang digunakan seperti : sikat gigi yang lembut, gunting, scalpel, pisau
gillete dan pisau blade, pinset; botol kultur kosong, Laminar Air Flow Cabinet (LAFC);
Hand Sprayer; Timbangan digital; Gelas ukur; Beaker Glass; Pengaduk kaca; Pipet volume;
Lampu spritus; Botol kultur; dan Petridish

b. bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain: Detergen; Akuades steril; Fungisida
(benlate/Dithanae 45); Bakterisida (Agrept); Klorok 20%; Klorok 15%; Antiseptik/Antibiotik
(Amoxilin 500 gram/tablet); Eksplan dari lapang manggis; Alkohol 70%; dan alkohol 95%,
Media Kultur Jaringan

3.3 Pelaksanaan Penelitian


a. Sterilisasi
Sterilisasi I

Botol-botol dan alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum dicuci dengan
menggunakan detergen

Menggosok seluruh bagian botol dan alat hingga benar-benar bersih

Membilas botol dan alat yang sudah dicuci bersih dalam wadah, jika diperlukan
dibilas dengan air ditambah klorok, tiriskan dan tunggu hingga kering

Sterilisasi II

Mengisi panci luar dengan air, jika dimungkinkan dapat menggunakan aquadest
untuk menghindari pengendapan Ca yang biasa terdapat pada air ledeng

Botol-botol media yang akan disterilkan, dimasukkan ke dalam panci dengan posisi
telungkup. Susun botol-botol tersebut hingga mencapai permukaan panci

Untuk alat-alat diseksi seperti pinset, gunting, pisau dan cawan petridish dibungkus
dengan kertas kopi atau bekas biasa, jangan menggunakan kertas aluminium foil
karena uap sukar masuk kedalam bungkusan sehingga sterilisasi kurang efektif

Atur posisi panci dengan memperhatikan alur tempat saluran uap yang terdapat di
dalam panci dalam, serta tanda panah yang terdapat pada tutup dan lingkarang
permukaan panci luar.

Tutup dengan erat (kencangkan pengunci tanpa menggunakan alat)


Tutup katup pengeluaran uap yang terletak pada katup autoklaf
Letakkan autoklaf di atas kompor gas
Panaskan sampai air didalam autoklaf mendidih dan uap air mulai keluar dari katup
pengeluaran asap. Biarkan hingga mencapai suhu 121C atau tekanan 17,5 Psi. Pertahankan
selama 1 jam
Setelah waktu sterilisasi selesai, matikan kompor. Keluarkan uap sedikit demi sedikit dengan
mengatur katup pengeluaran uap. Jangan sekali-kali membuka katup dan membiarkan uap
keluar sekaligus. Karena akan membuat bubble up
Setelah tekanan turun mencapai garis 0 buka pengunci autoklaf dan keluarkan alat-alat dari
dalam autoklaf. Alat siap untuk digunakan

b. Pembuatan Media
1. Media pembuatan Induksi Tunas Manggis

Menggunakan biji manggis

2. Komposisi Media :

MS + ZPT BAP 0 PPM/l

MS + ZPT BAP 2 PPM/l

MS + ZPT BAP 4 PPM/l

MS + ZPT BAP 6 PPM/l

3. Urutan kerja pembuatan media

Semua bahan dicampur kecuali agar, dan ZPT

Tambahkan aquades steril hingga 1 ltr/ 0,5 1 larutan

Tambahkan ZPT sesuai dosis yang ditetapkan

Lakukan pengukuran pH ( 5,8-6) Jika pH terlalu rendah maka tambahkan KOH


1 N beberapa tetes, jika terlalu tinggi tambahkan HCL 1 N, kemudian ukur
kembali pH hingga mencapai pH yang diinginkan

Tambahkan agar kemudian dimasak hingga mendidih

Tuang ke masing-masing botol kultur yang sudah disterilisasi ( 42 botol


besar /l media)

Beri label pada tiap botol

Autoklaf hingga 121 C, pertahankan selama 15-20 menit

Matika api, tunggu tekanan menurun, lalu media diangkat

Simpan dalam ruang kultur

4. Prosedur Kerja sterilisasi eksplan lapang

Buat klorok dengan dosis 20 % selama 3-5 menit dan 15 % selama 5-10 menit

Pilih manggis yang berwarna merah jambu dengan tekstur kulit bersih, belum
mengeras (lembek), tidak memiliki getah kuning

Eksplan dikupas kulitnya, dibuang bagian ujungnya untuk menghindari


kontaminasi dari luar

Membuka buah manggis dengan cara menekannya dengan kedua belah


tangan, pilihla yang berbiji, buang daging buahnya, kupas biji tersebut

Eksplan dicuci dengan detergen sambil disikat perlahan dengan sikat gigi, lalu
dibilas dengan air yang mengalir, jika diperlukan direndam selama 5-10
menit (tergantung sumber eksplan) lalu bilas dua kali. Setelah 1-2 jam,
eksplan dicuci dengan aquades steril sebanyak dua kali

Bilas dengan air mengalir

Tahapan berikutnya dilakukan di LAFC

Cuci biji dengan aquades

Eksplan dimasukkan kedalam larutan klorok 20 % selama 3-5 menit diikuti


pembilasan dengan aquades steril sebanyak 2 kali

Kemudia eksplan dimasukkan ke dalam larutan klorok 15% selama 5-10 menit
lalu dicuci dengan aquades steril sebanyak tiga kali

Setelah itu eksplan dimasukkan ke dalam larutan antiseptik/antibiotik


(Amoxilin 500 gr/ tablet yang telah dilarutkan dalam 100 ml aquades steril)

Untuk perendaman dengan bakterisida, fungisida, klorok, baik dosis dan lama
waktunya disesuaikan dengan kondisi eksplan

Lakukan penanaman.

c. Penanaman

Hidupkan LAFC

Siapkan alat tanam (pisau, gunting, pinset, petridish, bunsen, skalpel, botol alkohol)

Siapkan media tanam

Hidupkan bunsen

Bakar pinset, gunting, petridish dengan cara melewatkannya diatas lampu bunsen

Buka botol media, lewatkan diatas lampu bunsen

Biji manggis di potoh 2 dan di belah 2

Lakukan penanaman eksplan sesuai perlakuan diatas, dengan cara mengambil biji
tanaman manggis dari larutan amoxilin, letakkan diatas media lewatkan bagian atas
botol ke bunsen lalu tutup

Beri label sesuai perlakuan

Simpan di rak kultur

Lakukan pengamatan harian untuk awal penanaman, untuk lanjutan lakukan


pengamatan mingguan

d. Parameter yang diamati


Kapan waktu terbentuknya tunas
Jumlah tunas
Jumlah daun
Performance tunas
Tinggi tunas

e Pengamatan

Pengamatan tinggi tunas dapat dilihat pada tabel berikut ini

konsentrasi
MS + BAP 0
PPM
MS + BAP 0
PPM
MS + BAP 0
PPM
MS + BAP 0
PPM
MS + BAP 2
PPM
MS + BAP 2
PPM
MS + BAP 2
PPM
MS + BAP 2
PPM
MS + BAP 4
PPM
MS + BAP 4
PPM
MS + BAP 4
PPM
MS + BAP 4
PPM
MS + BAP 6
PPM
MS + BAP 6
PPM
MS + BAP 6
PPM
MS + BAP 6
PPM

ulang
an
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

tinggi tunas
(CM)
0.1
5
0.1
0.1
0
7
6
0.1
0.1
0.1
7
0.1
0.1
0.1
1.5
0.5

Dari tabel pengamatan tinggi tunas yang dipaparkan diketahui tunas yang tertinggi
adalah 7 cm yaitu pada media yang konsentrasi MS+BAP 2 PPM dan MS+BAP 4
PPM pada pengulangan ke 3

Waktu munculnya tunas


No.

Botol

Konsentrasi

ulanga
n

Ms +bap 0
ppm

Muncul
tunas
minggu ke
3

2
3
4
1

2
2
2
-

2
3
4
1
2
3
4
1

2
2
3
Tunas akar:
1
2
2
2

2
3

4
3

Ms + bap 2
ppm

Ms + bap 2
ppm

Ms + bap 4
ppm

Ms + bap 6
ppm

4
1

3
3

2
3
4

3
2
3

Pada tabel munculnya tunas diatas diketahui tunas yang paling lama muncul
pada masing masing konsetrasi yaitu pada media MS+BAP 0 PPM pada ulangan 1
tunas muncul pada minggu ke 3 pada botol ke 3 ulangan , pada media MS + BAP 2
PPM pada ulangan ke 4 tunas muncul pada minggu ke 3 pada botol 1 ulangan , pada
media MS + BAP 4 PPM pada ulangan ke 2 tunas muncul pada minggu ke 4 pada botol
1 ulangan , sedangkan pada media MS + BAP 6 PPM pada ulangan ke 1, 2, dan 4 tunas
muncul pada minggu ke 3 pada botol 1 ulangan..

Jumlah tunas yang muncul


No.

Botol

Konsentrasi

Ms +bap 0
ppm

Ms + bap 2
ppm

Ms + bap 2
ppm

Ms + bap 4
ppm

Ms + bap 6
ppm

ulanga
n
1

2
3
4
1

1
1
1
-

2
3
4
1

1
1
1
1

2
3
4
1

1
1
1

2
3
4
1

1
1
1
1

2
3
4

1
1
1

Table pengamatan panjang tunas

Bot
ol

Konsentr
asi

Ulanga
n

II

Minggu / hasil pengamatan


III
IV
V
VI

MS +
BAP 0
PPM

0.1 cm

0.1
cm

0.3 cm

1 cm

1.5 cm

0.1 cm

1
mm

0.1
cm
0.1
cm
5 cm

0.1 cm

0.1
cm
0.1
cm
0.1
cm
1 cm

2
3

4, 5
cm
2, 5

0. 3
cm
0. 1
cm
0.1 cm

3 cm

0.1
cm
0.1
cm
0.1
cm

0.1 cm

0.1 cm

0.1 cm

0.1 cm

0.1
cm
0.1
cm
0.1
cm
0.1
cm

0.1 cm

0.1 cm

0,5 cm

0.1
cm
-

0.1
cm
0,7
cm
0.1
cm

MS +
BAP 2
PPM

MS +
BAP 4
PPM

MS +
BAP 6
PPM

0.1 cm
1, 5
cm

0.1 cm

1, 5
cm
0.1
cm

0.1 cm
6 cm

0.1 cm

1.5 cm
0.1 cm
0.1 cm

1 cm
0.1 cm

VII

VIII

0.1
cm

0.1
cm

0.1
cm

2.5
cm
0.1
cm
0.1
cm
3cm

4 cm

5 cm

0.1
cm
0.1
cm
3.5
cm

5, 5
cm
4, 5
cm
0.1
cm

cm 4

0.1
cm
0.1
cm
Akar
panja
ng 4
cm
7 cm

5.5c
m
0.1
cm

6 cm

0.1
cm
3 cm

0.1
cm
5.5
cm
0.1
cm
0.1
cm

0.1
cm
7 cm

0.1
cm
1.3
cm
0.1
cm

0.1
cm
1.5
cm
0.5
cm

0.1
cm
0.1
cm
0.1
cm
1 cm
0.1
cm

0.1
cm

0.1
cm
0.1
cm

Pada tabel pengamatan diata rata-rata tunas muncul pada minggu ke 3 pengamatan
pada setiap media. Khusus pada media MS + BAP 2 PPM tidak tumbuh tunas dikarenakan

media terkontaminasi jamur sehingga menghambat pertumbuhan tunas hingga nutirisi pada
media sudah habis

Tabel Pengamatan Perubahan Performance Biji Yang Dilihat Dari Perubahan Warna

Bot
ol

Konsentr
asi

Ulang
an

MS +
BAP 0
PPM

Minggu / hasil pengamatan


IV
V

II

III

VI

VII

VIII

Biji
berwar
na
merah

Ada bagian
pada
permukaan
biji berwarna
hijau

Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

Biji
berwar
na
merah

Padapermuk
aan biji
sedikit saja
terdapat
bagian yang
berwarna
berwarna
hijau

Biji
berwar
na
merah

Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium,
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium,
sedikit
bagian
padapermuk
aan biji
berwarna
hijau
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan

Muncul
benjolanbenjolan
dan
berwarna
hijau

Muncul
benjolanbenjolan
dan
berwarna
hijau

Muncul
benjolanbenjolan
dan
berwarna
hijau

Muncul
benjolanbenjolan
dan
berwarna
hijau

Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

Permukaan
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

bagian pada
permukaan
biji berwarna
hijau

Keluar
benjolan2
dipermuka
an biji

Keluar
benjolan2
dipermukaa
n biji

Keluar
benjolan2
dipermuka
an biji

Keluar
benjolan2
dipermuka
an biji

Keluar
benjolan2
dipermuka
an biji

MS +
BAP 2
PPM

langsung
dengan
medium
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium

bertambah

bagian
padapermuk
aan biji
berwarna
hijau
bertambah

Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

Terdapat
bagian putih
yang keluar
dari bagian
atas biji
yang akan
membentuk
tunas,
bagian putih
tersebut
mengelilingi
bakal tunas
akar dengan
ukuran akar
tipis
bagian pada
permukaan
biji berwarna
hijau

Biji
berwar
na
merah

Biji
berwar
na
merah

Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium

Biji
berwar
na
merah

Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan

Permukaa
n muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

Permukaa
n muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

Keluar
benjolan2
dipermuka
an biji

Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

Permukaan
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
Permukaan
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat

Permukaan
biji tetap
berwarna
coklat

Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat

Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat

Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat

Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
dan Akar
panjang 4
cm

MS +
BAP 4
PPM

langsung
dengan
medium
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium

Biji
berwar
na
merah

Biji
berwar
na
merah

Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium

Biji
berwar
na
merah

Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan

bertambah

kehitaman

kehitaman

kehitaman

kehitaman

kehitaman

Eksplan biji
tetap
berwarna
coklat
dengan
tunas
batang
berwarna
hijau dengan
diameter
cukup tebal
Eksplan biji
tetap
berwarna
coklat
dengan
tunas
batang
berwarna
hijau dengan
diameter
cukup tebal
bagian pada
permukaan
biji berwarna
hijau
bertambah

Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

Permukaan
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

Permukaan
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
dan
Panjang
tunas 7
cm 4 helai
daun, akar
1 cm,
Permukaa
n biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
dan
Panjang
tunas 6
cm 2 helai
daun

muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan

muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan

muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan

muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan

Permukaa
n muncul
tonjolan

medium
2

Biji
berwar
na
merah

Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium

bagian pada
permukaan
biji berwarna
hijau
bertambah

Biji
berwar
na
merah
Biji
berwar
na
merah

Eksplan biji
tetap
berwarna
coklat
dengan
tunas
batang
berwarna
hijau dengan
diameter
cukup tebal

Biji
berwar
na
merah

Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium,
sedikit
bagian
padapermuk
aan biji
berwarna
hijau
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium

bagian pada
permukaan
biji berwarna
hijau
bertambah

dominan
hijau
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

dominan
hijau
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

dominan
hijau
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

dominan
hijau
muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau

muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau

muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau

muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau

Permukaa
n muncul
tonjolan

biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
dan Daun
2 panjang
tunas 7
cm

Permukaa
n muncul
benjolabenjolan
kecil
dengan
keadaan
rapat dan

MS +
BAP 6
PPM

Biji
berwar
na
merah

Biji
berwar
na
merah

Biji
berwar
na
merah

Biji
berwar

banyak
Terdapat
tunas

Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium
Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium

sedikit
bagian
padapermuk
aan biji
berwarna
hijau

biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

bagian pada
permukaan
biji berwarna
hijau
bertambah

Eksplan biji
tetap
berwarna
coklat
dengan
tunas
batang
berwarna
hijau dengan
diameter
cukup tebal

muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

Permukaa
n muncul
tonjolan

Biji berwarna
kehitaman di
bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium,
sedikit
bagian
padapermuk
aan biji
berwarna
hijau
Biji berwarna
kehitaman di

muncul
benjolanbenjolan
dengan
warna
benjolan
dominan
hijau
biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman

biji tetap
berwarna

biji tetap
berwarna

biji tetap
berwarna

biji tetap
berwarna

biji tetap
berwarna

Eksplan biji
tetap

biji tetap
berwarna
coklat
kehitaman
dan Bakal
tunas 1.5
cm, biji
tetap
berwarna
coklat
kehitaman

na
merah

bagian yang
bersentuhan
langsung
dengan
medium,
sedikit
bagian
padapermuk
aan biji
berwarna
hijau

berwarna
coklat
dengan
tunas
batang
berwarna
hijau dengan
diameter
cukup tebal

coklat
kehitaman

coklat
kehitaman

coklat
kehitaman

coklat
kehitaman

coklat
kehitaman
dan Bakal
tunas 0.5
cm

Tabel pengamatan jumlah daun yang muncul


No.

Botol

Konsentrasi

ulangan

MS + BAP 0
PPM

Jumlah
daun
0

2
3
4
1

2
0
0
0

2
3
4
1

0
4
2
0

2
3
4
1

0
2
0
0

2
3
4

0
0
0

MS + BAP 2
PPM

MS + BAP 4
PPM

MS + BAP 6
PPM

Dari tabel berikut dapat dilihat bahwa jumlah daun yang banyak tumbuh terdapat pada
media MS + BAP 2 PPM pada botol ke 4 dibandingkan media yang lain. Pengamatan ini
dilakukan di minggu ke delapan setelah percobaan
d. Analisis Data
Untuk melihat pengaruh konsentrasi BAP terhadap tinggi tunas manggis
menggunakan anava satu jalur menggunakan SPSS 19
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
N
KONS$

MS + BAP 0 PPM

MS + BAP 2 PPM

MS + BAP 4 PPM

MS + BAP 6 PPM

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable:TINGGI
Source

Type III Sum of


Squares

Df

Mean Square

Sig.

5.269

.651

.597

Intercept

48.651

48.651

6.010

.031

KONS$

15.807

5.269

.651

.597

Error

97.133

12

8.094

Total

161.590

16

Corrected Total

112.939

15

Corrected Model

15.807

a. R Squared = .140 (Adjusted R Squared = -.075)

Descriptive Statistics
Dependent Variable:TINGGI
KONS$

Mean

Std. Deviation

MS + BAP 0 PPM

1.33

2.450

MS + BAP 2 PPM

3.28

3.746

MS + BAP 4 PPM

1.83

3.450

MS + BAP 6 PPM

.55

.661

1.74

2.744

16

Total

TIDAK ADA UJI LANJUT KARNA TAK SIGNIFIKAN

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan terhadap eksplan lapang biji manggis
dengan konsentrasi BAP yang berbeda secara invitro pada minggu ke 8 tepatnya hari ke 56
terlihat pada tabel berikut ini
Parameter
Tinggi tunas
Waktu Munculnya tunas
Jumlah tunas
Jumlah daun

0
5
2
1
2

Konsentrasi BAP gr/l


2
4
7
7
2
2
1
1
4
2

6
1,5
3
1
0

a. Tinggi Tunas
Hasil analisi menjukkan bahwa faktor perlakuan BAP menunjukkan pengaruh nyata
pada table 1 menunjukkan bahwa pada media MS + BAP 2 PPM dan MS +BAP 4 PPM
menunjukkan panjang tunas yang lebih tinggi dibandingkan kontrol dan penambahan
MS +BAP 6 PPM cenderung menghasilkan tunas yang lebih pendek. Salisbury dan
Ross (1995) menjelaskan bahwa sitokinin

juga dapat menghambat pemanjangan

batang, karena terjadi pertumbuhan tunas ke samping


b. Waktu munculnya tunas
Pada tabel munculnya tunas diatas diketahui tunas yang paling lama muncul pada
masing masing konsetrasi yaitu pada media MS+BAP 0 PPM pada ulangan 1 tunas
muncul pada minggu ke 3 pada botol ke 3 ulangan , pada media MS + BAP 2 PPM
pada ulangan ke 4 tunas muncul pada minggu ke 3 pada botol 1 ulangan , pada media
MS + BAP 4 PPM pada ulangan ke 2 tunas muncul pada minggu ke 4 pada botol 1

ulangan , sedangkan pada media MS + BAP 6 PPM pada ulangan ke 1, 2, dan 4 tunas
muncul pada minggu ke 3 pada botol 1 ulangan..
c. Jumlah tunas
Pada tabel pengamatan diata rata-rata tunas muncul pada minggu ke 3 pengamatan pada
setiap media. Khusus pada media MS + BAP 2 PPM tidak tumbuh tunas dikarenakan
media terkontaminasi jamur sehingga menghambat pertumbuhan tunas hingga nutirisi
pada media sudah habis.
d. Jumlah Daun
Dapat dilihat bahwa jumlah daun yang banyak tumbuh terdapat pada media
MS + BAP 2 PPM pada botol ke 4 dibandingkan media yang lain. Pengamatan ini
dilakukan di minggu ke delapan setelah percobaan. Hasil analisi menjukkan bahwa
faktor perlakuan BAP menunjukkan pengaruh nyata pada table 1 menunjukkan bahwa
pada media MS + BAP 2 PPM dan MS +BAP 4 PPM menunjukkan panjang tunas yang
lebih tinggi dibandingkan kontrol dan penambahan MS +BAP 6 PPM cenderung
menghasilkan tunas yang lebih pendek.

BAB V
KESIMPULAN

Kultur jaringan menurut Suryowinoto (1991) disebut sebagai tissue culture. Kultur
adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi
yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan LW. 1988. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. PAU Bioteknologi Bogor IPB
Lakitan B. 1996. Fisiologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Rahayu S. 2007. Micropagation of Mangosteen (Garcinia mangostana L) By direct and
indirect organogenesis. University Of Malaysia.
Romeida A. 2007. Respon Berbagai Tipe Eksplan Manggis. (Garcinia mangostana L. ) pada
Beberapa Konsentrasi Benzil

Amino Purin (BAP) Terhadap Pembentukan dan

Regenerasi polyembrionya Secara In vitro. Jurnal Akta Agrosia. 10 (2) : 162 - 166

LAMPIRAN DOKUMENTASI INDUKSI TUNAS MANGGIS


Minggu Pertama

BAP 0 PPM

MS + BAP 4 PPM

Minggu Kedua

MS + BAP 2 PPM

MS +BAP 6 PPM

MS +BAP 0 PPM

MS + BAP 4 PPM

MS + BAP 2 PPM

MS + BAP 6 PPM

Minggu ke 3

MS + BAP 0 PPM

MS + BAP 4 PPM

MS + BAP 2 PPM

MS + BAP 6 PPM

Minggu Ke 4

MS + BAP 0 PPM

MS + BAP 4 PPM

Minggu Ke 5

MS + BAP 2 PPM

MS + BAP 6 PPM

MS + BAP 0 PPM

MS + BAP 2 PPM

M S + BAP 4 PPM
MS + BAP 6 PPM

Minggu Ke 6

MS + BAP 0 PPM

MS + BAP 4 PPM

MS + BAP 2 PPM

MS + BAP 6 PPM
Minggu ke 7

MS + BAP 0 PPM

MS + BAP 2 PPM

MS + BAP 4 PPM
MS + BAP 6 PPM

Minggu Ke 8

MS + BAP 2 PPM
MS + BAP 0 PPM

MS + BAP 6 PPM

MS + BAP 4 PPM

Anda mungkin juga menyukai