BAB I Bill
BAB I Bill
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan karst yang
tersebar di hampir semua pulaupulau besar dari Sumatra sampai Papua. Namun
sampai saat ini keberadaan kawasan karst di Indonesia masih terpinggirkan
terutama untuk kawasan konservasi, yang menonjol hanyalah potensi dari sisi
ekonomi seperti penambangan batu kapur. Perhatian terhadap potensi kawasan
karst dan guanya dari sisi non ekonomi mulai meningkat beberapa tahun terakhir,
namun kemauan untuk perlindungan yang menyeluruh belum juga terwujud.
Ekosistem karst sampai saat ini belum banyak tersentuh, ekosistem ini
menyimpan potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi baik terestrial
maupun akuatik baik di permukaan maupun di dalam gua. Beberapa penelitian di
kawasan karst menunjukkan temuan yang cukup menarik dan mencengangkan
dengan banyak ditemukannya jenis baru maupun catatan baru. Sampai saat ini
guagua di Indonesia menduduki kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi di
daerah tropis (Deharveng and Bedos 2000).
Kawasan karst adalah bentang lahan yang didominasi oleh proses pelarutan
batuan. Proses ini merupakan interaksi yang unik antara batuan yang mudah larut,
karbondioksida dari atmosfer dan air, menciptakan suatu fenomena alam yang
sangat unik dan khas. Perkembangan loronglorong pelarutan termasuk diaklasdiaklas yang menghubungkan bagian permukaan dengan sistem sungai bawah
tanah menyebabkan kondisi kering dijumpai di bagian permukaan, sedangkan di
bagian bawah permukaan kawasan karst memiliki sumberdaya air yang
melimpah.Kawasan karst adalah bentanglahan yang didominasi oleh proses
pelarutan batuan. Proses ini merupakan interaksi yang unik antara batuan yang
mudah larut, karbondioksida dari atmosfer dan air, menciptakan suatu fenomena
alam yang sangat unik dan khas. Perkembangan loronglorong pelarutan termasuk
diaklas-diaklas yang menghubungkan bagian permukaan dengan sistem sungai
bawah tanah menyebabkan kondisi kering dijumpai di bagian permukaan,
sedangkan di bagian bawah permukaan kawasan karst memiliki sumberdaya air
yang melimpah. (Sudarmadji )
Kars adalah suatu daerah yang mempunyai karakteristik relief dan drainase yang
khas, terutama disebabkan oleh derajat pelarutan batu-batuannya yang intensif (Ford dan
Williams, 1989). Daerah kars ini identik dengan lahan yang selama ini dianggap kering,
gersang, tandus, kurang subur, dan kekurangan air. Meskipun demikian daerah ini
mempunyai potensi sumberdaya alam yang tinggi terutama sumberdaya mineral batuan
karbonat/gamping. Bentuklahan kars terbentuk akibat proses pelarutan pada daerah yang
tersusun oleh batuan yang mudah larut, yaitu batu gamping kalsit, dolomit, aragonit dan
gypsum. mengemukakan ada empat kondisi yang mendukung terbentuknya bentuklahan
kars, yaitu pertama kondisi litologi tersusun oleh batuan yang mudah larut. Kedua, batuan
tersebut tebal dan masif serta memiliki retakan-retakan atau kekar yang akan meningkat
permeabilitas dan porositas batuan sehingga mudah ditembus oleh air. Ketiga, daerah
tersebut terletak pada posisi yang relatif lebih tinggi dari daerah sekitarnya sehingga air
dapat mengalir dengan lancar sehingga mempercepat proses karsifikasi. curah hujan yang
cukup tinggi sehingga air cukup melimpah sebagai media pelarut Thornbury (1969).
Daerah kars dengan mudah dapat dikenali dari morfologi permukaan berupa bukit-bukit
kars kerucut (conical hills), depresi tertutup (dolin), lembah kering (dry valley) dan
banyak dijumpai sungai-sungai bawah tanah. Daerah ini sangat dipengaruhi oleh struktur
geologi berupa pengkekaran (joint) karena umumnya, kars terbentuk pada daerah
berbatuan karbonat (gamping, dolomit, atau gypsum) (Ford dan Williams, 1989).
Topografi karst adalah bentukan rupa bumi yang unik dengan kenampakan atau
fenomena khas akibat proses pelarutan dan pengendapan kembali CaCO 3 diatas dan
dibawah permukaan bumi. Selain itu, bentang alam seperti karst juga dapat terjadi dari
proses pelapukan, hasil kerja hidrolik misalnya pengikisan, pergerakan tektonik,
pencairan es dan evakuasi dari batuan beku (lava). Karena proses utama pembentukanya
bukan pelarutan, maka bentang alam demikian disebut pseudokarst (Milanovic, 1996).
Sementara itu karst yang terbentuk oleh pelarutan disebut truekarst. (Sari Bahagiarti,
2004).
Perkembangan penginderaan jauh terjadi sejak abad ke19 yang diawali oleh
fotografi bentang alam yang pertama tahun 1838, selanjutnya fotografi dengan
menggunakan balon pada tahun 1887 dan penggunaan pesawat udara pada tahun
1919.
Kemudian
ditemukan
teknologi
penyiam
multispektral
dengan
menggunakan wahana satelit pada tahun 1972 serta pemanfaatan pesawat ulang
alik pada tahun 1980an (Howard, 1991).
7713.06 Ha atau hanya 1.23 % dari luas wilayah Langkat . Walaupun demikian
wilayah daerah kars di Kabupaten Langkat sangat berpotensi dan memiliki nilainilai yang sifatnya strategis . Seperti (1) nilai ekonomi ; berkaitan dengan usaha
pertanian , kehutanan , pertambangan, pengeloalaan air dan pariwisata , (2) nilai
ilmiah ; berkaitan dengan ilmu geologi ,biologi, arkeologi dan paleontologi,(3)
nilai kemanusiaan , berkaitan dengan keindahan , rekreasi ,unsur-unsur spritual .
(Suwarsono :2005)
Penelitian ini menggunakan Citra Landsat -7 ETM yang akan diolah dari
pengolahan
mendapatkan
untuk