PENDAHULUAN
Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmuyang mempelajari lautan.
Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan
perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasaryang lain. Ilmu-ilmu lain yang termasuk di
dalamnya ialah ilmu tanah (geology).Ilmu bumi (geography). Ilmu fisika (physics), ilmu
kimia (chemistry). Ilmu hayat(biology) dan ilmu iklim (metereology) (Hutabarat, 2008).
Laut, seperti halnya daratan, dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan,hewan dan
mikroorganisme hidup.Biota laut menghuni hampir semua bagianlaut, mulai dari pantai,
permukaan laut sampai dasar laut yang teluk sekalipun.Keberadaan biota laut ini sangat
menarik perhatian manusia, bukan saja karenakehidupannya yang penuh rahasia, tetapi juga
karena manfaatnya yang besarbagi kehidupan manusia (Romimohtarto, 2009).
lautan merupakan suatu tempat mata pencaharian bagi orang orang asiatenggara yang telah
berumur berabad abad lamanya. Tidak dimanapun juga hal inibenar benar dapat dilihat di
Indonesia di mana Negara ini terdiri dari lebih kurang13.000 pulau yang tersebar. Sejak dulu
lautan telah memberi manfaat kepadamanusia untuk diprgunakan sebagai suatu sarana untuk
berpergian, perniagaan danperhubungan dari suatu tempat ke tempat lain. Akhir akhir ini
diketahui bahwalautan banyak mengandung sumber sumber alam yang berlimpah limpah
jumlahnya dan bernilai berjuta juta dolar (hutabarat, 2008).
Laut adalah bagian dari bumi kita yang tertutup oleh air asin. Kata laut sudahdikenal sejak
dahulu kala oleh bangsa kita dan bahkan oleh bangsa-bangsa dibeberapa Negara di asia
tenggara seperti filiphina, Malaysia, Thailand, singapura,dan mungkin beberapa suku bangsa
lain di kawasan ini. Laut lepas yang luas yangdibatasi oleh benua-benua kita kenal sebagai
samudera.Di perairan Indonesia,hampir semua bentuk dasar laut dapat ditemukan seperi
paparan, lereng, cekungandan jeluk berupa basin dan palung. (Romimohtarto,2009).
METODOLOGI
Praktikum oseanografi dilaksanakan pada hari jumat dan sabtu tepatnya tanggal 6-7 april
2011. Praktikum dilaksanakan di dua lokasi yaitu pantai sundak dan pantai ngandong. Tujuan
praktikum ini yaitu untuk mengetahui parameter yang termasuk dalam ilmu oseanografi baik
secara fisika,kima dan biologis dan menentukan leadaan suatu tempat berdasarkan
pengamatan. Pengukuran dalam praktikum oseanografi meliputi 3 aspek yaitu parameter
fisika,kimia dan biologis. Alat yang digunakan meliputi pH meter, thermometer, botol
oksigen, erlemnmeyer, gelas ukur, pipet ukur atau buret, pipet tetes, mikro buret, ember,
biologis meliputi densitas dan diversitas plankton yang diukur dengan plankton net,larva ikan
yang diukur dengan menggunakn jaring larva serta pengamatan bentos.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
PEMBAHASAN
Suhu air
Suhu air pada suatu perairan dapat di pengaruhi oleh musim,lintang,ketinggian dari
permukaan laut,waktu dalam satu hari, penutupan awan, aliran dan kedalaman air.
Peningkatan suhu air mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan
volatisasi serta penurunan kelarutan gas dalam air seperti DO,CO2,N2,CH4, dan sebagainya
(Gusrina,2008)
Gambar 1.
Berdasarkan hasil pada grafik suhu air vs waktu dapat dilihat antara stasiun 1 dan stasiun 2
fluktuasi suhu terjadi sangat kecil. Keadaan suhu di stasiun 1 dan 2 masih dapat
dikategorikan normal. Suhu airpada stasiun 1 berkisar antar 26-30 oC dan stasiun 2 antara 2732 oC.Suhu tertinggi pada stasiun 1 dicapai pada pukul 13.00 dan terendah pada pukul
17.000-18.00 wib.Pada stasiun 2 suhu terendah dicapai pada pukul 07.00 wib dan tertinggi
pada pukul 15.00 wib.Berdasarkan suhu air kondisi kedua stasiun masih dalam keadaan baik.
Suhu udara
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara
atau derajad panas disebut termometer. Pengukuran biasa dinyatakan dalam skala Celsius (C),
Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi di permukaan bumi adalah di daerah
tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub makin dingin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu daerah yaitu Lama
penyinaran matahari, Sudut datang sinar matahari, Relief permukaan bumi, Banyak
sedikitnya awan, Perbedaan letak lintang dan Sifat permukaan bumi.
Gambar 2.
Hasil pengukuran suhu udara dapat dilihat pada grafik di atas. Pada grafik dapat dilihat dari
sore hari hingga siang hari perubahan suhu terjadi sangat kecil, namun saat menjelang sore
suhu meninggi. Hal ini karena sudut datang matahari, penyinaran yang maksimal, selain itu
puncak penyinaran terjadi pada siang hari. Suhu udara pada stasiun 1 berkisar antara23,5-35
oC sedangkan pada stasiun 2 suhu berkisar antara 25-39 oC. Suhu tertinggi dicapai pada
pukul 10.00 wib pada stasiun 1 dan terendah pada pukul 01.00 wib.Pada stasiun 2 suhu
tertinggi dicapai pada pukuln 14.00 wib dan terendah pada pukul 04.00 wib.Berdasarkan
hasil suhu udara pada stasiun 1 lebih baik di banding stasiun 2.Suhu udara pada stasiun 2
cukup tinggi. Suhu udara dapat mempengaruhi suhu suatu perairan (Gross,1990).
Pasang surut
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya
muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari
dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang
surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara
berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari bendabenda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya
dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Factor-faktor yang
menyebabkan terjadinya pasang surut yaitu: adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi
bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari, kedalaman dan luas perairan,
pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa
faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut,
lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut
yang berlainan (Wyrtki, 1961)
Gambar 3.
Berdasarkan grafik diatas pasang surut pada stasiun 1 berkisar antara 0-200 cm dan pada
stasiun 2 berkisar antara 0-180 cm. Pasang tertinggi di stasiun 1 dicapai pada pukul 06.00 wib
dan di stasiun 2 pada pukul 03.00 wib, Sedangkan surut terendah dicapai pada malam hari
dengan ketinggian 0 cm. Hal ini terjadi karena pengukuran dilakukan saat bulat purnama
yang artinya terjadi pasang surut purnama dimana pasang surut mencapai pasang tertinggi
dan surut terendah. Selain itu pengukuran dianggap kurang akurat karena faktor lingkungan
seperti ombak yang cukup tinggi sehingga mempengaruhi hasil pengukuran.
Frekuensi gelombang
Gambar 4.
Frekuensi gelombang merupakan jumlah puncak atau jumlah lembah suatu titik tiap satuan
waktu. Berdasarkan grafik di atas, daerah pengamatan stasiun 1 memiliki frekuensi
gelombang pada stasiun 1 antara 6,083-0,45 Hz sedangkan pada stasiun 2 berkisar antara
0.067-0,67 Hz. Frekuensi tertinggi pada stasiun 1 dicapai pada pukul 05.00 wib dan stasiun 2
pada pukul 00.00 wib. Besar kecilnya frekuensi gelombang tergantung pada kecepatan angin
yang bertiup. Kecepatan angin yang tinggi menyebabkan penumpukan energi dan
pertumbuhan gelombang yang signifikan.
Periode gelombang
Gambar 5.
Priode gelombang merupakan interval waktu antara 2 puncak yang berurutan yang melalui
suatu titik tetap (supangat 1999). Berdasarkan grafik diatas periode gelombang pada stasiun 1
berkisar antara 2,22-16,6 s dan pada stasiun 2 antara 1,49-16 s. Pada stasiun 1 periode
gelombang terendah dicapai pada pukul 18.00 wib dan tertinggi pada pukul 03.00 wib.
Sedangkan pada stasiun 2 terendah dicapai pada pukul 00.00 wib dan tertinggi pada pukul
14.00 wib.
Kecepatan angin
Kecepatan angin adalah kecepatan udara yang bergerak secara horizontal pada ketinggian dua
meter diatas tanah. Perbedaan tekanan udara antara asal dan tujuan angin merupakan faktor
yang menentukan kecepatan angin. Kecepatan angin akan berbeda pada permukaan yang
tertutup oleh vegetasi dengan ketinggian tertentu, misalnya tanaman padi, jagung, dan
kedelai. Oleh karena itu, kecepatan angin dipengaruhi oleh karakteristik permukaan yang
dilaluinya. Kecepatan angin dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut
anemometer. Jenis anemometer yang paling banyak digunakan adalah anemometer mangkok.
Gambar 6.
Grafik di atas memperlihatkan rata-rata kecepatan angin terjadi pada malam hari mencapai
0m/s atau < 1 m/s, sedangkan menjelang dini hari hingga siang hari kecepatan angin
meningkat. Kecepatan angin di stasiun 1 berkisar antara 0-13,4 m/s sedangkan pada stasiun 2
berkisar antara 0-11,5 m/s. Kecepatan angin tertinggi pada stasiun 1 dicapai pada pukul 11.00
wib sedengkan terendah dicapai mulai dari sore hinggan menjelang tengah malam. Pada
stasiun 2 kecepatan angin tertinggi dicapai pada pukul 15.00 wib dan terendah didomnasi
pada malam hari. kecepatan angin dipengaruhi oleh lingkungan misalnya keadaan flora
disekitar lingkungan pengamatan serta arah angin.
Arah angin pada daerah pengamatan baik stasiun 1 maupun stasiun 2 rata-rata mengarah ke
selatan,barat,barat daya,barat laut dan utara. Pada malam hari arah angin cenderung kearah
selatan dan barat daya yaitu mengarah kelaut. Sedangkan pada siang hari arahnya cenderung
kearah barat daya dan utara. Arah angin ini biasanya dimanfaatkan nelayan untuk menangkap
ikan.berdasarkan arahnya angin dibagi menjadi 2 yaitu angin darat ,dimana angin berhembus
dari darat ke laut yang terjadi pada malam hari dan angi laut, dimana angin berhembus dari
laut ke darat yang terjadi pada siang hari.
Kemiringan pantai
Kemiringan pantai (slope) di pantai Ngandong sebesar 12 %, sedangkan kemiringan pantai di
pantai Sundak sebesar 10 %. Nilai tersebut didapatkan dengan cara mengukur perbedaan
ketinggian antara dua titik horizontal dimana jarak antara dua titik tersebut telah diketahui.
Semakin besar nilai slope maka kecepatan air untuk balik ke tengah laut semakin besar.
Pantai Ngandong dan pantai Sundak tergolong pantai yang landai, sebab nilai slope kedua
pantai tersebut masih rendah.
oksigen
yang
terlarut
di
perairan
alami
bervariasi,
tergantung
pada
suhu,salinitas,turbulensi air dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian serta
semakin kecil tekanan atmosfer ,kadar oksigen terlarut semakin kecil (Jeffries dan
mills,1996).
Gambar 7.
Berdasarkan grafik di atas DO pada stasiun 1 berkisar antara 3,02-8,4 ppmdan stasiun 2
antara 2,4-10,32 ppm. Pada stasiun 1 DO tertinggi terjadi pada pukul 13.00 wib dan terendah
pada pukul 07.00 wib, sedangkan pada stasiun 2 tertinggi terjadi pada pukul 13.00 wib dan
terendah pada pukul16.00 wib. Suhu tertinggi terjadi pada siang hari dimana pada siang hari
proses fotosintesis organisme air sangat tinggi beda saat malam hari tumbuhan air
memproduksi carbondioksida sehingga pada malam hari DO menurun. Berdasarkan hasil
pengamatan DO, stasiun 2 memiliki kadar DO yang lebih tinggi sehingga stasiun 2 lebih baik
dibanding stasiun 1
CO2 bebas
CO2 bebas dalam suatru perairan memegang peranan yang sangat penting sebagai sumber
makanan bagi tumbuhan hijau untuk melakukan fotosintesis (Effendi,2003). Kadar CO2
berbanding terbalik dengan DO.
Gambar 8.
Berdasarkan grafik di atas nilai CO2 pada stasiun 1 berkisar antara 0-22 ppm dan pada
stasiun 2 berkisar antara 0-0,4 ppm. Pada stasiun 1 CO2 tertinggi dicapai pada pukul 13.00
wib dan CO2 terendah pada malam dan siang hari.Sedangkan pada stasiun 2 CO2 tertinggi
dicapai pada pukul 19.00 wib dan terendah pada pada malam dan siang hari.Nilai
karbondioksida bebas di perairan dipengaruhi oleh organisme yang ada di dalamnya.sinar
matahari juga berperan penting dalam proses penggunaan CO2 oleh organisme diair.
Kandungan CO2 di air 25 ppm akan bersifat toksik bagi ikan. (Effendi,2003). Berdasarkan
kandungan CO2 bebas stasiun 2 lebih baik dibanding stasiun 1. Kadar CO2 di stasiun 2 lebih
rendah disbanding kadar CO2 di stasiun 1.
Alkalinitas
Kadar alkalinitas yang tinggi mengandung makna bahwa perairan memiliki kemampuan
menyangga asam yang cukup tinggi dengan memberikan sedikit sifat basa. Alkalinitas
berfungsi sebagai buffer yang dapat mempertahankan pH air laut dalam keadaan stabil.
Gambar 9.
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukan kisaran alkalinitas pada stasiun 1 yaitu 20,4-157
ppm dan pada stasiun 2 yaitu 5,2-149,6 ppm. Pada stasiun 1 nilai alkalinitas tertinggi dicapai
pada pukul 13.00 wib dan terendah pada pukul 10.00 wib.Sedangkan pada stasiun 2
alkalinitas tertinggi dicapai pada pukul 07.00 wib dan alkalinitas terendah pada pukul 16.00
wib.Tingginya alkalinitas dipengaruhi oleh ketersediaan ion karbonat dan bikarbonat yang
tinggi sebagai akibat dari reaksi CO2 dan air.Ketersediaan karbonat dan bikarbonat
menyebabkan perairan bersifat lebih basa.
TSS
Gambar 10.
TSS atau total padatan tersuspensi adalah bahan tarsuspensi di dalam air yang berupa bahan
organic maupun anorganik. Hasil yang diperoleh pada stasiun 1 berkisar antara 646-1430
ppm, sedangkan pada stasiun 2 berkisar antara 650-1077 ppm.Pada stasiun 1 nilai TSS
tertinggi dicapai pada pukul 07.00 wib dan terendah pada pukul 04.00 wib.Sedangkan pada
stasiun 2 TSS tertinggi dicapai pada pukul 07.00 wib dan TSS terendah pada pukul 16.00
wib.Besarnya TSS dapat mengakibatkan turunnya kualitas suatu perairan.
Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi konsentrasi total ion yang terdapat di perairan (boyd,1988).
Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air. Setelah semua karbon dikonversi
menjadi oksida,semua bromida dan iodida digantikan oleh klorida, dan semua bahan organik
telah dioksidasi. Salinitas dinyatakan dalam satuan g/kg atau permil ().
Gambar 11.
Berdasarkan grafik diatas kadar salinitas pada stasiun 1 berkisar antara 33-35 dan pada
stasiun 2berkisar antara 33-36 . Kadar salinitas tertinggi pada stasiun 1 dicapai pada pukul
19.00 wib dan 10.00 wib sedangkan kadar terendah pada sore hari,tengah malam dan pada
tengah hari. Pada stasiun 2 salinitas tertinggi dicapai pada pukul 16.00 wib dan terendah
pada pukul 04.00 wib. Kadar salinitas pada stasiun 1 dan 2 masih dalam keadsaan normal.
Menurut welch (1952) kadarsalinitas pada suatu perairan laut mencapai 35 .
pH
Mackereth et al (1989) berpendapat bahwa pH juga berkaitan erat dengan karbondioksida dan
alkalinitas. Pada pH < alkalinitas dapat mencapai nol. Semakin tinggi nilai pH,semakin tinggi
pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Larutan yang bersifat
asam( pH rendah) bersifat korosit
Pada pH < 4,sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH
rendah. Namun algae Chlamydomonas acidophila masih dapat bertahan hidup pada pH yang
sangat rendah yaitu 1, dan algae Euglena masih dapat bertahan hidup pada pH 1,6
(Haslam,1995).
Gambar 12.
berdasarkan grafik di atas, hasil pengukuran pH pada stasiun 1 dan 2 berkisar antara 6-8.
Nilai pH terserbut masih dapat dikatakan normal. Nilai pH yang baik untuk menyokong
kehidupan biota perairan berkisar antar 6-8 (Diposaptono,2007). pH tertinggi pada stasiun 1
mencapai 8,21 dicapai pada pukul 07.00 wib dan terendah 6,36 dicapai pada pukul19.00 wib.
Pada stasiun 2pH tertinggi mencapai 8,78 pada pukul 04.00 wib sedangkan pH terendah
mencapai 6,76 pukul 07.00 wib. pH yang rendah dalam suatu perairan mengakibatkan
perairan tersebut bersifat asam sedangkan pH yang terlalu tinggi mengakibatkan perairan
bersifat basa. Berdasarkan hasil nilai pH, stasiun 1 maupun stasiun 2 sama-sama baik karena
kadar pHnya masih dalam batas normal.
Densitas Plankton
Gambar 13.
Densitas plankton yang tinggi biasanya mencapai jumlah puluhan ribu hingga ratusan ribu
individu per liter. Nilai densitas dapat digunakan sebagai parameter untuk menentukan
perairan tersebut mendukung kehidupan di dalamnya..
Nilai densitas yang didapat pada pengamatan yaitu pada stasiun 1 densitas plankton berkisar
antara 15- 265 ind/l dan pada stasiun 2 nilai densitas berkisar antara 2,5-302,5 ind/l. nilai
densitas tertinggi pada stasiun 1 diperoleh pada pukul 19.00 wib, sedangkan yang terendah
pada pukul 04.00 wib. Pada stasiun 2 nilai tertinggi dicapai pada pukul 20.00 wib dan
terendah pada pukul 02.00 wib. Tinggi rendahnya densitas plankton dipengaruhi oleh kualitas
perairan tersebut,selain itu faktor lingkungan seperti arus dan gelomnbang juga menjadi
faktor penentu tinggi rendahnya densitas plankton suatu perairan.
Diversitas Plankton
Gambar 14.
Diversitas menunjukan keragaman biota di dalam suatu perairan.Diversitas dapat juga
digunakan sebagai parameter untuk menentukan kualitas perairan tersebut. Tinggi rendahnya
densitas dipengaruhi oleh factor-faktor perairan seperti fisika,kimia dan biologis.
Berdasarkan grafik diatas nilai diversitas plankton pada stasiun 1 berkisar antara 0,95-4
sedangkan pada stasiun 2 berkisar antara 0-3,73.Diversitas tertinggi pada stasiun 1 didapat
pada pukul 16.00 wib dan terendah pada pukul 07.00 wib. Pada stasiun 2 nilai diversitas
tertinggi dicapai pada pukul 20.00 wib dan terendah pada pukul 02.00 wib
Larva ikan
Pengamatan larva ikan dilakukan tiap tiga jam sekali. Larva ikan yang diamati berasal dari
stasiun I dan stasiun II. Berdasarkan hasil pengamatan, larva ikan lebih banyak ditemukan di
stasiun I daripada di stasiun II. Banyaknya larva ikan yang ditemukan di stasiun I disebabkan
oleh arus dan gelombang yang ada di stasiun I lebih deras dan besar daripada stasiun II.
Selain itu dasar perairan yang lebih berkarang pada stasiun I juga menyebabkan larva ikan
lebih banyak ditemukan di stasiun ini.
Pembahasan umum
Praktikum oseanografi dilaksanakan didua lokasi yaitu pantai Ngandong(stasiun 1) dan pantai
Sundak( stasiun 2). Kondisi geografis di stasiun 1 memperlihatkan keindahan yang cukup
mempesona.Pada pantai Ngandong terdapat banyak karang-karang yang telah mati.Karangkarang tersebut beralih fungsi selain tempat bermain dan bersembunyi bagi ikan, karang
tersebut juga berperan sebagai pemecah ombak pada pantai Ngandong. Dasar perairan pantai
Ngandong berupa batu karang dan pasir dimana saat perairan surut akan terlihat biota-biota
air yang bersembunyi serta tumbuhan-tumbhan air seperti alga yang melekat di sana. Pantai
Ngandong berbentuk landau.
Pantai Sundak tidak kalah dengan pantai Ngandong.Pantai Sundak juga memperlihatkan
keindahan yang mempesona.Pantai Sundak lebih curam sehingga saat pasang tinggi ombak
tidak terlalu jauh menjangkau daratan karena telah terhalang di bibir pantai.Keadaan dasar
perairan pantai Sundak berpasir dan berbatu dimana tanaman dan hewan air banyak yang
tumbuh dan melekat disana.
Berdasarkan hasil pengamatan kondisi kedua stasiun cukup bagus namun bila kedua stasiun
tersebut dibandingkan, stasiun stasiun 2 memiliki keadaan yang lebih baik.Hal ini karena
berdasarkan pengamatan fisika, kimia dan biologis.Berdasarkan pengamatan fisika kedua
stasiun tidak terlalu menunjukan perbedaan namun pada pengamatan parameter kimia stasiun
2 memperlihatkan keunggulannya. Misalnya kadar DO pada stasiun 2 lebih tinggi di banding
stasiun 1, kadar CO2 bebasw stasiun 2 lebih rendah. Kadar CO2 yang tinggi akan
mengakibatkan toksit dalam perairan bahkan kematian pada biota perairan tersebut. Selain itu
TSS pada stasiun 2 lebih rendah. Semakin tinggi TSS suatu perairan maka akan
mengakibatkan turunnya kualitas perairan tersebut hal ini karena TSS yang tinggi akan
mempengaruhi kecerahan perairan. Air yang kurang cerah akan sulut ditembus cahaya
matahari sehingga akan mengganggu proses fotosintesis perairan. Berdasarkan parameter
biologis, densitas stasiun 2 lebih besar disbanding stasiun 1 walaupun diversitasnya lebih
tinggi di stasiun 1 namun perbedaan diversitas antara kedua stasiun sangat kecil. Densitas
dan diversitas merupakan parameter penentu kualitas perairan yang baik.Semakin tinggi
densitas dan diversitas plankton maka pereairan tersebut semakin baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Praktikum oceanografi ini dilaksanakan di pantai Ngandong dan pantai Sundak kabupaten
Gunung kidul, Yogyakarta. Dalam praktikum ini pantai Ngandong digunakan sebagai stasiun
pengamatan I dan pantai Sundak digunakan sebagai stasiun pengamatan II. Untuk
mengetahui kualitas air laut pada praktikum oceanografi ini digunakan parameter fisika,
parameter kimia, dan parameter biologi. Parameter fisika yang diukur adalah suhu air, suhu
udara, pasang surut, gelombang, kecepatan angin dan arah angin. Parameter kimia yang
diukur adalah kandungan DO, kandungan CO2 bebas, kandungan alkalinitas, kandungan
salinitas, TSS dan pH. Parameter biologi yang diukur antara lain densitas dan diversitas
plankton serta pengamatan larva ikan. Suhu udara dan suhu air tertinggi berada di stasiun II
yakni sebesar 39 0C dan 32 0C. Pasang tertinggi berada di stasiun I dengan tinggi mencapai
200 cm. Di stasiun I kecepatan anginnya berkisar antara 0-13,4 m/s, sedangkan di stasiun II
berkisar antara 0-11,5 m/s. Kandungan DO tertinggi berada di stasiun II sebesar 10,32 ppm.
Kandungan CO2 bebas dan TSS tertinggi berada stasiun I yang nilainya sebesar 22 ppm dan
1430 ppm. pH di kedua stasiun pengamatan berkisar antara 6,36-8,78. Rentang salinitas
dikedua stasiun adalah 33-36 0/00. Sedangkan untuk nilai kandungan alkalinitas tertinggi
adalah 157 ppm di stasiun I. Densitas dan diversitas plankton terbesar adalah di stasiun II
yang densitasnya mencapai 302,5 idv/L dan diversitasnya sekitar 4. Larva ikan banyak
ditemukan di stasiun I. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stasiun II yang berada di
pantai Sundak kualitas airnya lebih baik dari stasiun I yang berada di pantai Ngandong.
Saran sterhadap praktikum oceanografi ini adalah sebaiknya apabila saat praktikum ada
ombak yang besar maka untuk pengukuran pasang surut tidak dilakukan. Sebab hal tersebut
dapat membahayakan keselamatan praktikan. Selain itu praktikum ini kalau bisa juga
dilakukan di laut yang memiliki dasar perairan berpasir, sehingga kita dapat membandingkan
antara keadaan laut yang dasarnya berkarang dengan laut yang dasarnya berpasir.
Daftar Pustaka
Boyd. 1988. Water Quality In Warm Water Fish Ponds. Alabama. Craff Masker Printer
Diposaptono, S. 2007. Karakteristik Laut Pada Kota Pantai. Direktorat Bina Pesisir,
Direktorat
Jendral
Urusan
Pesisir
dan
Pulau-pulau
Kecil.
Jeffries,M.S, and Mills D. 1996. Fresh Water Ecology. Principles and Aplication. John wiley
and sons. Chichester,UK. 285 P
Mackereth et al. 1899. Water analysis, Fresh Water Biological Asosiation. Lumbria UK. 120
p.
Pariwono, J.I. 1989. Gaya Penggerak Pasang Surut. Dalam Pasang Surut. Ed. Ongkosongo,
O.S.R. dan Suyarso. P3O-LIPI. Jakarta. Hal. 13-23
Romomohtarto,K. 2009. Biologi Laut. Djambatan. Jakarta
Wyrtki, K. 1961. Phyical Oceanography of the South East Asian Waters. Naga Report Vol. 2
Scripps, Institute Oceanography, California.