Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS ASMA

GAMASWARA
NIM : 2007730058

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS

KEDOKTERAN DAN

UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH
2011

KESEHATAN
JAKARTA

Laporan kasus : ASMA


Nama pasien : Astrid
Umur

: 16 tahun

Alamat

: Jl. Asnawi Rt.03

AUTOANAMNESIS, 10 Februari 2011


KU : sesak napas sejak 1 hari lalu.
RPS: sesak saat bangun tidur dan berbaring dan mereda saat istirahat. Demam disangkal, dan
mengaku mempunyai riwayat maag. Penderita mengaku alergi terhadap debu dan dingin.
Mitos : asma tidak diperbolehkan di obati oleh ibunya. Batuk disangkal, merasa sakit dada
dan sesak saat berjalan.
RPD : asma sejak kecil, hipertensi disangkal, DM disangkal, TB paru disangkal.
RPK : ibu menderita asma.
R.Psi : tidak merokok, tidak mengkonsumsi minuman keras.
RPO : tidak pernah berobat, minum decolgen dan sembuh.

Pemeriksaan Fisik :
KU penderita : sakit sedang
TTV : TD : 120/90 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 37 C
RR : 22x/menit
TB/BB : 156cm/78Kg

Inspeksi :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, tidak tampak edema, tidak nampak
penggunaan otot bantu pernapasan, dada nampak simetris.
Palpasi : vocal fremitus simetris kedua sisi dada.
Perkusi :kedua sisi dada (lapang paru) sonor.
Auskultasi : wheezing +

Tinjauan Pustaka
Asma adalah penyakit saluran napas kronik/menahun. Pada keadaan ini, batang paru-paru
(bronkus) menjadi sempit, akibat dindingnya mengalami pembengkakan dan peradangan
(inflamasi). Anak yang mengalami asma sensitif terhadap banyak iritan, seperti infeksi virus,
asap rokok, udara dingin, dan partikel atau bahan kimia di udara. Alergi terhadap debu, bulu
binatang, dan pollen (serbuk sari) bisa menjadi pencetus asma. Penyempitan dan peradangan
(inflamasi) jalan napas menyebabkan sesak napas dan batuk. Batuk seringkali merupakan
tanda pertama, dan kadang satu-satunya gejala awal asma. Gejala asma lainnya adalah mengi
(wheezing), napas cepat, dan kesulitan bernapas, sehingga penderitanya menggunakan otot
napas tambahan di leher, perut, dan
dada. Seringkali asma dikenali dengan wheezing saja, sehingga tanda-tanda lainnya kurang
diperhatikan, atau bahkan dianggap sekedar flu/common cold. Dokter juga bisa salah
mendiagnosisnya sebagai infeksi semisal bronkitis (meskipun
bronkitis tidak selamanya akibat infeksi). Tanda mengi sulit dikenali pada anak khususnya di
bawah usia 18-24 bulan. Sehingga perlu diperhatikan tanda lain
seperti batuk berdahak, napas cepat, dan flu berulang. Seorang bayi dengan asma dapat
menjadi kurang responsif terhadap rangsangan, menangis lemah, dan mengalami kesulitan
makan.
Anak yang lebih besar bisa mengeluhkan keadaannya seperti dadaku sakit atau aku batuk
terus. Tanda-tanda ketidaknyamanan seperti ini dapat menjadikan seorang anak rewel tanpa
alasan. Batuk mungkin timbul setelah aktivitas fisik seperti berlari. Atau anak mengalami
batuk malam hari atau saat tidur. Batuk, mengi, dan napas yang pendek dapat juga menyertai
tangisan, teriakan, atau tawa. Meskipun tidak tepat bahwa emosi seperti kemarahan dan
kecemasan mencetuskan asma, hal-hal seperti ini secara tidak langsung bisa memperberat
gejala.
Pada anak usia sekolah, asma bisa saja tidak terdiagnosis akibat tersamarkan oleh aktivitas
belajar dan kegiatan fisik lain. Anak mengeluhkan batuk dan sesak napas membuatnya sukar
tidur di malam hari. Kelelahan yang diakibatkan menjadikan gangguan konsentrasi dalam
belajar.
Pencegahan dan penanganan dini asma dapat membantu mengurangi jumlah hari anak absen
sekolah, atau dari perawatan di rumah sakit.
Hal-hal penting yang harus dipahami orangtua adalah:

bagaimana cara mencegah atau mengurangi gejala asma, yakni dengan cara menghindari
pencetus. Untuk itu kenalilah pencetus asma pada anak Anda bagaimana mengenali gejala
asma, khususnya asma yang mengalami perburukan penanganan apa yang harus dilakukan
pertama kali, dan apa yang harus dilakukan jika asma memburuk
apa yang harus dilakukan dalam keadaan gawat darurat.
Tanda-tanda seorang anak dengan kecurigaan asma harus dibawa ke dokter, antara lain:
1.batuk terus-menerus dan berkepanjangan
2.mengi atau wheezing ketika anak menghembuskan/membuang napas
3.napas pendek atau napas cepat yang tampaknya tidak berhubungan dengan aktivitas
4.gerak otot napas tambahan di dada
5.infeksi saluran napas berulang seperti pneumonia atau bronkitis
Mengenali Serangan Asma
Seorang anak yang belum terdiagnosis asma, namun mengalami serangan asma harus
memperoleh penanganan yang tepat. Serangan asma umumnya bermula dengan batuk dan
berkembang menjadi mengi dan napas cepat. Semakin memberat, otot-otot bantu napas di
dada, perut, dan leher tampak bergerak. Anak menjadi sulit atau tidak dapat berbicara, denyut
jantung meningkat, berkeringat banyak, sampai nyeri dada.
Selama serangan asma, saluran napas semakin menyempit dan aliran udara berkurang.
Penanganan pada anak
berdasarkan beratnya gejala asma dan derajat obstruksi udara. Klasifikasi serangan asma
antara lain:
Serangan Ringan
Serangan Sedang
Serangan Berat

Mekanisme Terjadinya Kelainan Pernapasan


Baik orang normal maupun penderita asma, bernapas dengan udara yang kualitas dan
komposisinya sama. Udara pada umumnya mengandung 3 juta partikel/mm kubik. Partikelpartikel itu dapat terdiri dari debu, kutu debu (tungau), bulu-bulu binatang, bakteri, jamur,
virus, dll.
Oleh karena adanya rangsangan dari partikel-partikel tersebut secara terus menerus, maka
timbul mekanisme rambut getar dari saluran napas yang bergetar hingga partikel tersebut

terdorong keluar sampai ke arah kerongkongan yang seterusnya dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui reflek batuk.

Pada penderita asma bronkial karena saluran napasnya sangat peka (hipersensitif) terhadap
adanya partikel udara ini, sebelum sempat partikel tersebut dikeluarkan dari tubuh, maka
jalan napas (bronkus) memberi reaksi yang sangat berlebihan (hiperreaktif), maka terjadilah
keadaan dimana:

Otot polos yang menghubungkan cincin tulang rawan akan


berkontraksi/memendek/mengkerut

Produksi kelenjar lendir yang berlebihan

Bila ada infeksi, misal batuk pilek (biasanya selalu demikian) akan terjadi reaksi
sembab/pembengkakan dalam saluran napas

Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas. Akibatnya
menjadi sesak napas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk membersihkan diri,
keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar suara napas yang berbunyi yang timbul
apabila udara dipaksakan melalui saluran napas yang sempit. Suara napas tersebut dapat
sampai terdengar keras terutama saat mengeluarkan napas.
Serangan asma bronkial ini dapat berlangsung dari beberapa jam sampai berhari-hari dengan
gejala klinik yang bervariasi dari yang ringan (merasa berat di dada, batuk-batuk) dan masih
dapat bekerja ringan yang akhirnya dapat hilang sendiri tanpa diobati.

Gejala yang berat dapat berupa napas sangat sesak, otot-otot daerah dada berkontraksi
sehingga sela-sela iganya menjadi cekung, berkeringat banyak seperti orang yang bekerja
keras, kesulitan berbicara karena tenaga hanya untuk berusaha bernapas, posisi duduk lebih
melegakan napas daripada tidur meskipun dengan bantal yang tinggi, bila hal ini berlangsung
lama maka akan timbul komplikasi yang serius.

Terapi Asma dan penanggulangannya


Prinsip dasar penanganan serangan asma adalah dengan pemberian obat-obatan baik suntikan
(Hydrocortisone), syrup ventolin (Salbutamol) atau nebulizer (gas salbutamol) untuk
membantu melonggarkan saluran pernafasan.
Preventif :
1. Penghindaran faktor pencetus
2. Pemakaian obat dengan tepat : jenis, dosis, cara, dan waktu/jaraknya
3. Pencegahan dini mulai pada ibu hamil, bayi, ibu menyusui, dan seterusnya
Bronkodilator
- Adrenalin : 0,01ml/KgBB/kali (lar.1/1000)
- Efedrin : 1 mg/tahun/kali.
- Agonis 2 : salbutamol, terbutalin,fenoterol.
- Metilsantin : teofilin, aminofilin.
- Antikolinergik : ipratropium bromida.
Anti inflamasi
- Kortikosteroid, Na kromoglikat, ketotifen.
Mukolitik

Dalam perkembangan, ada beberapa kombinasi obat yang dapat diberikan, baik antara pelega
dan pengontrol maupun 2 obat pelega atau 2 obat pengontrol sekaligus. Setidaknya ada 4
kombinasi yang mungkin dilakukan.
Pertama, kortikosteroid inhalasi dikombinasikan dengan bronkodilator kerja lama inhalasi.
Kombinasi ini aman dan terbukti efektif untuk menangani asma, khususnya serangan asma
yang datang pada malam hari.
Kedua, kortikosteroid inhalasi dikombinasi dengan bronkodilator yang dimakan/diminum,
khususnya golongan teofilin kerja lama. Yang dimaksud dengan obat "kerja lama" adalah
obat yang dapat bekerja selama 12-24 jam, jadi cukup dipakai 1-2 kali sehari saja.
Kombinasi ketiga adalah kortikosteroid inhalasi dikombinasi dengan obat golongan
leukotriene modifier. Dalam hal ini dua jenis antiinflamasi yang berfungsi sebagai pengontrol
digabung jadi satu. Namun, leukotriene modifier selain berperan sebagai antiinflamasi juga
berperan mencegah penyempitan saluran napas.
Kombinasi keempat adalah obat golongan antikolinergik dengan bronkodilator kerja singkat
(yang kerjanya 8 jam, jadi harus digunakan 3 kali sehari). Kombinasi keempat ini adalah
penggabungan dua jenis obat pelega, tetapi bila digabungkan jadi satu disebutkan dapat
punya efek jangka panjang yang baik.

Referensi :
Sudoyo, dkk. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Departemen ilmu penyakit dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2006.
Gardna, Herry, Heda Melinda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis dan Terapi. Edisi 3.
Bandung : 2008
Pedoman Nasional Asma Anak, UKK Pulmonologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia 2004

Anda mungkin juga menyukai