Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keunggulan ASI Dan Manfaat Menyusui
2.1.1. Aspek Gizi
1. Manfaat Kolostrum
Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama (IgA)
untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi

khususnya diare
Jumlah kolostrum yang diproduksi, bervariasi tergantung
dari isapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran, walaupun
sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi

oleh karena itu, harus diberikan kepada bayi.


Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi
karbohidrat dan lemak rendah,sehingga sesuai dengan
kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama setelah

kelahiran
Membantu pengeluaran mekonium, yaitu kotoran bayi yang
pertama berwarna hitam kehijauan.

2. Komposisi Kolostrum, ASI dan susu sapi untuk setiap


100ml.
ASI mudah dicerna, karena selain mengadung zat gizi
sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan
zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi, yang
berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan
bayi/anak
Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki
perbandingan (rasio) antara Whey dan Casein yang sesuai
untuk bayi. Rasio Whey : Casein merupakan salah satu
keunggulan ASI disbanding dengan susu sapi. ASI
mengandung Whey lebih banyak yaitu 65 : 35, komposisi
ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap

dibandingkan susu sapi. Pasa susu sapi perbandingannya


adalah 20 : 80, mengandung lebih banyak Casein yang
tidak mudah diserap.
3. Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI
A. Taurin
Taurin adalah sejenis asam amino kedua terbanyak
terdapat dalam ASI dan tidak terdapat dalam susu sapi
(raiha, 1985). Taurin berfungsi sebagai neuro-transmitter
dan berperan penting untuk proses nutrisi sel otak (Gaul,
1985).
Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa efek
defisiensi akan berakibat gangguan pada retina mata. Saat
ini tauri banyak ditambahkan pada susu formula karena
penelitian menunjukkan bahwa kadar taurin plasma yang
rendah (50%) pada bayi dengan formula dibandingkan
dengan bayi yang menyusui.
B. DMA dan AA
Decosahexanoic Acid (DMA) dan Arachidonic Acid (AA)
adalah

asam

lemak

(polyunsaturated

fatty

tak

jenuh

acids)

rantai

diperlukan

panjang
untuk

pembentukan sel-sel otak yang optimal.


DMA dan AA yang terdapat dalam ASI, jumlahnya sangat
mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan
anak dikemudian hari. Disamping dapat diperoleh secara
langsung

DMA

dan

dibentuk/disintesa

dari

AA

dalam

substansi

tubuh

dapat

pembentukannya

(precursomya) yaitu masing masing dari Omega 3 (Asam


Linolenat) dan Omega 6 (Asam Linoleat).

Bahan makanan sumber DMA dan Omega 3, selain pada


ASi juga terdapat pada ikan, sehingga ikan sangat baik
dan dianjurkan untuk dikonsumsi oleh ibu menyusui.
2.1.2. Aspek Imunologik
Sebagian zat kekebalan terhadap beragam mikro-organisme
diperoleh bayi baru lahir dari ibunya plasenta, yang membantu
melindungi bayi dari serangan penyakit antara lain adalah enyakit
campak yang terjadi selama 6 bulan pertama sejak baru lahir.
Telah diketahui bahaw bayi yang diberi ASI lebih terlindungi
terhadap penyakit infeksi terutama diare dan mempunyai
kesempatan hidup lebih besar dibandingkan dengan bayi-bayi yang
diberikan susu botol. Hal ini disebabkan karena pemberian ASI
memberikan keunggulan-keunggulan sbb :

ASI bersih/bebas kontaminasi : Meskipun kemungkinan


terkontaminasi melalui putting susu, akan tetapi bakteri ini
tidak diberi kesempatan berkembang biak karena ASI yang

diminum, mengandung zat anti infeksi.


Immunoglobulin : terutama immonoglobin (lg.A) kadanya
lebih tinggi dalam kolostrum dibandingkan dengna ASI
secretory lg.A tidak diserap, tetapi melumphkan bakteri

pathogen E.colo dan berbagai virus dalam saluran pencernaan.


Laktoferin : sejenis protein yang merupakan komponen zat
kekebalan dalam ASI yang mengikat zat besi (ferum)

disaluran pencernaan.
Lysosim : suatu enzim yang juga melindungi bayi terhadap
bakteri dan virus yang merugikan. Lysosim terdapat dalam
jumlah 300 kali lebih banyak pada ASI dari pada susu sapi.

Enzim ini aktif mengatasi bakteri E.coli dan Salmonella.


Sel Darah Putih : selama 2 minggu pertama ASI mengandung
lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu :

A. Brochus-Asosiated Lympocyte Tissue (BALT) yang


menghasilkan

antibody

terhadap

infeksi

saluran

pernapasan.
B. Gut

Asociated

Lympocyte

Tissue

(GALT)

yang

menghasilkan antibody terhadap saluran pencernaan


C. Mammary-Asociated Lympocyte Tissue (MALT) yang
mneyalurkan antibody melalui jaringan payudara ibu.
Sel-sel ini memproduksi lg.A, laktoferin, lisosim dan
interferon.

Interferon

menghambat

aktifitas

virus

tertentu.

Factor Bifidus : sejenis karbohidrat yang mengandung


nitrogen menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus.
Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna
untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
Kotoran bayi menjadi bersifat asam yang berbeda dari kotoran
bayi yang terdapat dalam susu botol.

2.1.3. Aspek Psikologik Menyusui


1. Rasa percaya diri ibu untuk menyusui
Rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui ataupun
memproduksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Besar
pengaruhnya bagi keberhasilan menyusui. Menyusui
dipengaruhi oleh emosi ibu. Kemauan yang besar dan
kasih saying terhadap bayi akan meningkatkan produksi
hormone terutama oksitosin yang pada akhirnya akan
meningkatkan produksi ASI.
2. Hubungan/interaksi ibu bayi
Proses menyusui merupakan proses interaksi antara ibu dan
bayi, yang mempengaruhi kedua belah pihak. Pertumbuhan
dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan

ikatan bayi-bayi tersebut. Hubungan interaksi antara ibu bayi


paling mudah terjadi selama 30 menit pertama dan mulai
terjalin beberapa menit sesudah bayi dilahirkan. Karena itu
penting sekali bayi mulai disusui dini mungkin, yaitu dalam
waktu 30 menit setelah bayi dilahirkan.
3. Pengaruh kontak langsung ibu bayi
Ikatan kasih saying antara ibu-bayi terjadi karena berbagai
rangsangan seperti sentuhan kulit (skin-to-skin contact) dan
mencium aroma khas antara ibu dan bayi. Apabila proses
menyusui dilakukan dengan baik, akan memberikan kepuasan
kepada ibu dan bayi. Bayi merasa aman dan puas karena
melalu sentuhan kulit dapat merasakan kehangatan tubuh ibu
dan dapat mendengar denyut jantung ibu, yang sudah dikenal
sejak bayi masih dalam rahim.
2.1.4. Aspek Kecerdasan
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI yang dibutuhkan
untuk perkembangan system syaraf otak dapat meningkatkan
kecerdasan bayi. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi
yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia
18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun dan 8,3 point
lebih tinggi pada usia 8.5 tahun dibandingkan dengan bayi yang
tidak diberi ASI.

2.1.5. Aspek Neurologis


Belum sempurnanya koordinasi syaraf menelan, menghisap dan
bernafas dapat terjadi pada bayi baru lahir. Dengan menghisap

payudara ketidak sempurnaan koordinasi syaraf tersebut dapat


lebih baik
2.1.6. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan
biaya dan makanan bayi sampai sedikitnya umur 6 bulan. Dengan
demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk
membeli susu formula serta membeli peralatan dan biaya
pengobatan yang disebabkan oleh dampak negative penggunaan
susu formula.
2.1.7. Aspek Penundaan Kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan
kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi
alamiah sementara yang dikenal dengan Metode Amenorea Laktasi
(MAL). MAL harus memenuhi 3 kriteria yaitu 1) tidak haid 2)
menyusui secara ekslusif dan 3) umur bayi kurang dari 6 bulan.
A. Kerugian Pemberian Susu Botol

Botol susu dan dot lebih sulit dibersihkannya dan mudah

tercemar oleh bakteri ataupun kuman penyakit.


Susu botol tidak mengandung zat kekebalan, karena itu

bayi/ anak sering menderita sakit, terutama diare


Susu botol harganya mahal, karena harus diproses dulu dari

susu sapi
Memerlukan

penyediaannya sangat merepotkan


Besar kemungkinan alergi

peralatan

yang

tidak

Gambar 1 : Bahaya pemberian susu botol.

sedirki

serta

2.2. Manajemen Laktasi


Agar memahami tentang manajemen laktasi perlu terlebih dahulu
memahami anatomi payudara dan fisiologi laktasi.
2.2.1. Anatomi Payudara
Dibedakan menurut sktruktur internal dan struktur external
Struktur internal payudara dari : kulit, jaringan dibawah kulit dan
korpus. Korpus terdiri dari parenkim atau jaringan kelenjar dan
stroma atau jaringan penunjang.

Parenkim merupakan struktur yang terdiri dari


- saluran kelenjar : duktulus, duktus dan sinus laktiferus.
Sinus laktiferus yaitu duktsu yang melebar temoat ASI
mengumpulkan

(reservoir

ASI),

selanjutnya

saluran

mengecil dan bermuara pada putting. Ada 15-25 sinus


laktiferus
- alveoli yang terdiri dari sel kelenjar yang memproduksi ASI
(lihat gambar 2)
Gambar 2 : Anatomi Payudara

TiaTiap duktus bercabang menjadi duktulus, tiap duktulus


bercabang menjadi alveolus yang semuanya merupakan satu
kesatuan kelenjar. Duktus membentuk lobus sedangkan duktulus
dan alveolus membentuk lobules. Sinus duktus dan alveolus
dilapisi epital otot (myopithel) yang dapat berkontraksi.
Aleveolus juga dikelilingi pembuluh dara yang membaw zat gizi
kepada sel kelenjar untuk diproses sintesa menjadi ASI.
Stroma terdiri dari : jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh
darah, syaraf dan lymfa.
Sktruktur external payudara terdiri dari : putting dan areola yaitu
bagian lebih hitam sekitar putting pada areola terdapat beberapa

kelenjar Montgomery yang mengeluarkan caira untuk membuat


putting lunak dan lentur.
2.2.2. Fisiologi Laktasi
Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana
ukuran payudara bertambah besar. Ini disebabkan proliferasi sel
duktus laktiferus dan sel kelenjar pembuat ASI. Karena pengaruh
hormone yang dibuat placenta yaitu laktogen. Prolaktin
koriogonadotropin estrogen dan progestoreno. Pemberasan juga
disebabkan oleh bertambahnya pembuluh darah.
Pada kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung
putting mulai keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi
cairan tersebut karena pengaruh hormone laktogen dari plasenta
dan hormon prolaktin dari kelenjar hipofise. Produksi cairan
tidak berlebihan karena meski selama hamil kadar prolaktin
cukup tinggi pengaruhnya dihambat oleh estrogen.
Setelah persalinan, dengan terlepasnya plasenta, kadar estrogen
dan progestoreno menurun, sedangkan prolaktin tetap tinggi
karena tak ada hambatan oleh estrogen makan terjadi sekresi ASI
pada saat mulai menyusui, maka dengan segera, rangsangan
isapan bayi memacu lepasnya prolaktin dan hipofise yang
memperlancar sekresi ASI.
Volume ASI
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi solostrum
pada payudara ibu hamil. Setelah persalinan apabilan bayi mulai
mengisap payudara, maka produksi ASI bertambah secara cepat
dalam kondisi normasl ASI diproduksi sebanyak 10 100 cc
pada hari-hari pertama. Produksi ASI menjadi konstan setelah
hari ke 10 sampai ke 14.

Bayi yang sehat selanjutnya mengkonsumsi sebanyak 700 800


cc ASI per hari. Namun kadang-kadang ada yang mengkonsumsi
kurang dari 600cc atau bahkan hamper 1 liter perhari dan tetap
menunjukkan tingkat pertumbuhan yang sama. Keadaan kurang
gizi pada ibu pada tingkat yang berat baik pada waktu hamil
maupun menyusui dapat mempengaruhi volume ASI. Produksi
ASI menjadi lebih sedikit yaitu hanya berkiasr antara 500-700cc
pada 6 bulan pertama usia bayi, 400-600cc pada 6 bulan kedua
dan 300-500cc pada tahun kedua usia anak.
Reflex pada laktasi
Reflex yang terjadi pada ibu di masa laktasi yaitu reflex prolaktin
dan reflex oksitosin atau letdown reflex. Sedangkan reflex yang
terjadi pada bayi yaitu reflex mencari putting (rooting reflex),
reflex mengisap dan reflex menelan.
Reflex prolaktin (Pembentukan ASI)
Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu
hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin
kedalam aliran darah. Prolaktin memacu sel kelenjar untuk
sekresi ASI. Makin sering bayi mengisap makin banyak prolaktin
dilepas oleh hipofise, makin banyak pula ASI yang di produksi
oleh sel kelenjar.
Makin sering isapa bayi, makin banyak produksi ASI. Sebaliknya
berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi ASI kurang.
Mekanisme ini disebut mekanisme supply and demand.

Gambar 3 : Reflex Prolaktin

Reflex Oksitosin (Refleks Pengalirang ASI) atau disebut juga


let down reflex
Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf memacu hipofise
posterior untuk melepas hormon oksitosin dalam darah.
Oksitosin memacu sel-sel myoepithel yang mengelilingi alveoli
dan duktus untuk berkontraksi, sehingga mengalirkan ASI ke
alveoli ke duktus menuju sinus dan putting. Dengan demikian
sering menyusui penting untuk pengosongan payudara agar tidak
menjadi

engorgement

(payudara

bengkak),

tetapi

justru

memperlancar pengaliran ASI.


Oksitosin berperan juga memacu kontraksi otot rahim, sehingga
mempercepat keluarnya plasenta dan mengurangi pendarahan
setelah persalinan.
let down reflex dipengaruhi oleh emosi ibu, rasa khawatir, rasa
sakit dan kurang percaya diri.
Beberapa tanda adanya reflex oksitosin :
-

rasa diperas atau tingling pada payudara sebelum dan


selama menyusui

ASI keluar bila ibu memikirka bayinya atau mendengar

tangisannya
ASI menetes pada payudara yang lain bila bayi menetek
Rasa sakit karena kontraksi rahim, kadang-kadang disertai

dengan keluarnya darah, waktu menyusui


Isapan pelan dan dalam serta menelan menunjukkan ASI
mengalir kedalam mulut bayi.

Gambar 4 : Reflex Oksitosin

System Autokrin
Di dalam ASI ada zat yang dapat menurunkan atau menghambat
produksi ASI. Bila ASI masih tertinggal banyak dalam kelenjar
payudara zat penghambat tersebut menghentikan sekresi ASI
oleh sel kelenjar. Ini membantu melindungi payudara supaya
tidak terlalu penuh, misalnya bila bayi meninggal. Bila ASI
dikeluarkan dengan memerah atau isapan bayi maka zat
penghambat tersebut keluar dan terjadilah produksi ASI
Gambar 5 : Pengosongan Payudara

Reflex pada bayi


Pada proses laktasi terjadi 3 macam reflex pada bayi yaitu :
-

Reflex mencari putting (rooting reflex)


Bila pipi bayi disentuh, dia akan menoleh kearah sentuhan
bila bibir bayi disentuh dia akan membuka mulut dan
berusaha untuk mencari putting untuk menetek. Lidah keluar
dan melengkung menangkap putting dan areola.

Reflex menghisap (sucking reflex)


Reflex terjadi karena rangsangan putting ada palatundurum
bayi bila areola masuk ke dalam mulut bayi areola dan
putting tertekan gusi, lidah dan langit-langit, sehingga
menekan sinus lakferus yang berada dibawah areola
selanjutnya terjadi gerakan peristaltic yang mengalirkan ASI
keluar / kemulut bayi

Reflex menelan (swallowing reflex)


ASi dalam mulut bayi menyebabkan gerakan otot menelan.

2.2.3. Cara Meletakkan Dan Cara Melekatkan Bayi


Berdasarkan anatomi payudara dan fisiologi menyusui tersebut
maka cara meletakkan bayi yaitu posisi bayi terhadap tubuh ibu
dan cara melekatkan atau posisi mulut bayi pada payudara
(attachment) harus benar.
-

Cara meletakkan bayi


Bayi dekat dan menghadap ibu, perut bayi menempel ke perut
ibu, telinga bayi segaris dengan lengan
Cara melekatkan
Mulut bayi terbuka lebar, bibir melengkung keluar, dagu
menempel pada payudara, sebagian besar areola tak kelihatan,
pipi tidak cekung, irama hisap menelan dalam.

Gambar 7 : Cara melekatkan bayi

Akibat cara melekatkan yang salah


-

Nyeri dan kerusakan putting menyebabkan putting rasa nyeri

dan lecet
Hisapan bayi tidak efektif menyebabkan payudara bengkak
pengaliran ASI tidak optimal. Produksi ASI menjadi

berkurang
Bayi rewel dan tidak puas

2.2.4. Cara Menyendawakan Bayi


Letakkan bayi tegak lurus pada ibu dan perlahan-lahan diusap
belakangnya sampai bersendawa. Kalau bayi tertidur, baringkan
miring ke kana atau tengkurap. Udara akan keluar dengan
sendirinya
Gambar 8a : Menyendawakan dengan meletakkan bayi pada
bahu ibu

Gambar 8b : Menyendawakan dengan meletakkan bayi


tengkurap pada pangkuan ibu

2.2.5. Langkah Kegiatan Dalam Manajemen Laktasi


1. Masa Kehamilan (Antenatal)
- memberikan komunikasi, infromasi dan edukasi mengenai
manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi
ibu,bayi dan keluarga serta cara pelaksanaan manajemen
laktasi
- meyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampu menyusui
bayinya.
- melakukan

pemeriksaan

kesehatan,

kehamilan

dan

payudara. Disamping itu perlu pula dipantau kenaikan berat


badan hamil selama kehamilan.
- memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari
termasuk mencegah kekurangan zat besi. Jumlah makanan
sehari-hari perlu ditambah mulai kehamilan trimester ke 2
(minggu ke 13 26) menjadi 1 2 kali porsi dari jumlah
makanan pada saat sebelum hamil. Untuk kebutuhan gizi
ibu hamil (lihat lampiran 2)
- menciptakan

suasana

keluarga

yang

menyenangkan.

Renting pula perhatian keluarga terutama suami kepada istri


yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan
membesarkan

hatinya

bawah

kehamilan

merupakan

anugerah dan tugas yang mulia.


2. Saat Segera Setelah Bayi Lahir
-

Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan


dimotivasi agak mulai kontak dengan bayi (skin to skin
contact) dan mulai menyusui bayi. Karena saat ini bayi

dalam

keadaan

palng

peka

terhadap

rangsangan,

selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu secara


-

naluriah.
Membantu kontak langsung ibu-bayi sedini mungkin untuk
memberikan rasa aman dan kehangantan.

3. Masa neonates
-

Bayi hanya diberi ASi saja atau ASi eksklusif tanpa diberi

minum apapun
Ibu selalu dekat dengan bayi atau dirawat gabung
Menyusui tanpa dijadwal atau setiap kali bayi meminta (on

demand)
Melaksanakan cara menyusui (meletakkan dan melekatkan)

yang baik dan benar


Bila bayi terpaksa dipisah dari ibu karena indikasi medic
bayi harus tetap mendapat ASI dengan cara memerah ASI

untuk mempertahankan agar produksi ASi tetap lancer


Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000SI)
dalam waktu kurang dari 30 hari setelah melahirkan.

4. Masa menyusui selanjutnya (post neonatal)


-

Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 6 bulan


pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa

makanan/minuman lainnya
Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan ibu
menyusui sehari-hari. Ibu menyusui perlu makan 1 kali
lebih banyak dari biasanya (4 6 piring) dan minum

minimal 10 gelas sehari


Cukup istirahat (tidur siang/berbaring 1 -2 jam), menjaga
ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan fisik

yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat


Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting

untuk menunjang keberhasilan menyusui


Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak,
bayi tidak mau menyusu, putting lecet, dll)

Memperhatikan kecukupan gizi makanan bayi, terutama


setelah bayi berumur 6 bulan selain ASI, berikan MP-ASI
yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya secara
bertahap

2.3.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyusui


2.3.1. Cara Menyusui Yang Baik Dan Benar
1. Posisi Badan Ibu Dan Badan Bayi
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai
b. Pegang bayi pada belakang bahunya,tidak pada dasar kepala.
c. Badan bayi menghadap kebadan ibu
d. Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah
payudara ibu
e. Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
f. Dengan posisi seperti ini maka telinga batu akan berada
dalam 1 garis dengan leher dan lengan bayi
g. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan
pantat bayi dengan lengan ibu
2. Posisi Mulut Bayi Dan Putting Susu Ibu
a. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain
menopang dibawah (bentuk C0 atau dengan menjepit
payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk
gunting)m dibelakang aroela (kalang payudara)
b. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex)
dengan cara : - menyentuh pipi dengan putting susu
c. menyentuh sisi mulut putting susu
d. Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya
lebar dan lidah ke bawah
e. Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara
menekan bahu belakang bayi bukan bagian belakang kepala

f. Posisikan putting susu diatas bibir atas bayi dan berhadaphadapan dengan hidung bayi
g. Kemudian masukkan putting susu ibu menelusuri langitlangit mulut bayi
h. Usahakan sebagian areola (kalang payudara) masuk kemulut
bayi, sehingga puting susu berada diantara pertemuan langitlangit yang keras (palatum durum) dan langit-langit yang
lunak (palatum molle)
i. Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan
gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus
lactiferous yang terletak dibawah kalah payudara
j. Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan
baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi
k. Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara bayi
bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah
dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi
dengan lengan ibu
l. Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk
mengelus-elus bayi
2.3.2. Tanda-Tanda Posisi Menyusui Yang Benar
A. Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu
B. Dagu bayi menempel pada payudara
C. Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada didasar payudara
(payudara bagian bawah)
D. Telinga bayi berada dalam 1 garis dengan leher dan lengan bayi
E.

Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka

F.

Sebagian besar areola tidak tampak

G. Bayi mengisap dalam dan perlahan


H. Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu
I.

terkadang terdengar suara bayi menelan

J.

Putting susu tidak terasa sakit atau lecet

2.3.3. Tanda-Tanda Posisi Menyusui Yang Salah


A. Mulut tidak terbuka lebar, dagu tidak menempel pada payudara
B. Dada bayi tidak menempel pada dada ibu, sehingga leher bayi
terputar
C. Sebagian besar daerah areola masih terlihat
D. Bayi mengisap sebentar-sebentar
E.

Bayi tetap gelisah pada akhir menyusu

F.

Kadang-kadang bayi minum berjam-jam

G. Putting susu ibu lecet dan sakit


2.3.4. Mengeluarkan ASI Dengan Tangan
Mengosongkan ASI dengan tangan merupakan cara mengeluarkan
ASI yang paling baik (dank arena itu paling dianjurkan), terlembuh
walaupun beberapa ibu mengalami kesukaran waktu pertama-tama
melakukannya. Dengan mempelajari cara yang benar dan latihan yang
sering, mengeluarkan ASI dengan tangan merupakan cara efektif,
ekonomis dan cepat.
Caranya :

Cuci tangan sampai bersih


Pengan cangkir yang bersih untuk menampung ASI
Condongkan bada kedepan dan sangga payudara dengan tangan
Letakkan ibu jari pada batas areola mamae dan letakkan jari

telunjuk pada batas areola bagian bawah sehingga berhadapan


Tekan kedua jari ini kedalam kea rah dinding danda tanpa

menggeserkan letak kedua jari tadi


Pijat daerah diantara kedua jari tadi kea rah depan sehingga akan
memeras dan mengeluarkan ASI yang berada di dalam sinus

lactiferous
Ulangi gerakan tekan, pijat dan lepas beberapa kali
Setelah pancaran ASI berkurang, pindahkan posisi ibu jari dan
telunjuk tadi dengan cara diputar pada sisi-sisi lain dari batam

areola dengan kedua jari selalu berhadapan


Lakukan hal yang sama pada setiap posisi sehingga ASI akan
terperah dari semua bagian payudara

Jangan menekan, memijant atau menarik putting susu karena ini


tidak akan mengeluarkan ASI dan akan menyebabkan rasa sakit

Gambar 9 : Mengosongkan payudara dengan tangan

Gambar 10 : Pompa susu yang benar

2.3.5.

Mengosongkan Payudara Dengan Pompa


Ada dua macam bentuk pompa : 1. Pompa manual / tangan
2. Pompa Elektrik
1.

Pompa manual / tangan


Pompa manual yang sering digunakan karena murah, portable,
mudah dibersihkan dan umumnya mudah digunakan. Ada beberapa
tipe pompa manual antara lain :
a. tipe silendris
Pompa ini efektif dan mudah dipakai. Kekuatan tekanan
isapan mudah di control. Baik 2 silinder maupun gerakan
memompa berada dalam garis lurus. Terbuat dari plastic
dengan tempat penampungan ASI dibagian bawah silinder
b. tipe silendris bersudut
Tipe ini sama dengan tipe silendris, tetapi silendris bersudut
kebawa. Dengan gerakan piston yang ditarik kebawah akan
lebih mudah mengontrol kekuatan tekanan isapan. ASI akan
ditampung dibotol yang ditempelkan di pompa

c. tipe kerucut gelas/plastic dan bola karet/tipe terompet


(squeeze and buld atau horn)
Tipe ini tidak dianjurkan untuk dipakai karena dapat
menyakitkan dan dapat menyebabkan kerusakan putting susu
serta jaringan payudara. Kekuatan tekanan isap sukar diatur.
Tipe ini juga sukar dibersihkan dan disterilkan secara efektif.
2.

Pompa elektrik
Beberapa macam pompa listrik sudah ada dibeberapa kota besar.
Karena umumnya harganya sangat mahal sehingga penggunaannya
terbatas dirumah-rumah sakit besar.

2.3.6. Cara Menyimpan ASI Dirumah

ASI yang disimpan di udara kamar/luar akan bertahan 6 8 jam

pada suhu 26 C atau lebih rendah


ASI yang disimpan didalam termos berisi es batu tahan 24 jam
ASI yang disimpan dilemari es di tempat buah dibagian paling
dalam dimana tempat yang terdingin tahan 2 3 x 24 jam (4C

atau lebih rendah)


ASI yang disimpan di freeze yakni lemari es dengan 1 pintu

sendiri tahan 3 bulan


ASI yang disimpan di freezer yang mempunyai pintu terpisah

sendiri tahan 3 bulan


ASI yang disimpan di deep freezer ( -18 C atau lebih rendah )
akan tahan selama 6 12 bulan.

Sebelum diminumkan dengan sendok atau gelas plastic, ASI dapat


dihangatkan didalam mangkok berisi air hangat. Jangan dihangatkan
diatas api karena beberapa zat kekebalan dan enzim dapat berkurang.
2.3.7. Relaktasi
Relaktasi adalah menyusui kembali setelah beberapa saat disapih.
Menyusui kembali setelah disapih dalam waktu singkat biasanya

mudah. Tetapi bila telah disapih dalam waktu relative lama, untuk
menyusui kembali memerlukan waktu dan kerja keras.
-

Cara relaktasi
Pada awalnya, susui bayi sesering mungkin siang dan malam.
Semakin sering disusui semakin sering payudara distimulasi untuk
membuat ASI. Sebagai patokan, dapat disusui setiap 2 jam atau
lebih bila bayi bangun. Mula-mula biarkan bayi menyusu beberapa
menit pada setiap payudara kemudian lama menyusi ini semakin

ditambah.
Bila memakai alat bantu menyusui supply line atau nursing supp /
emenfer (istilah di amerika), bayi akan dapat disusui lebih lama. Dengan
menggunakan supply line, bayi dalam waktu yang bersamaan akan
mendapat gizi yang cukup dan menstimulasi payudara untuk dapat
memproduksi ASI lebih cepat dan lebih banyak.
Sangat penting untuk menyusui bayi sesering mungkin selama 24 jam
setiap hari. Akan lebih mudah bila ibu dan bayi tidur bersama dalam
1tempat tidur. Supply line terdiri dari :
- Botol atau tempat susu yang dapat dikalungkan ke leher dengan tali
- NGT (naso gastric tube) untuk makanan sonde dengan ukuran sesuai
yang satu ujungnya dimasukkan ke dalam botol atau tempat susu.
Cara menggunakan supply line
- Kalungkan botol/tempat plastic berisi susu dengan tali di leher
- Sesuaikan panjang tali sehingga dasar dari botol atau tempat susu
sejajar dengan putting susu
- NGT dilekatkan dengan plester atau tape pada payudara sedemikian
rupa, sehingga ujungnya yang bebas berada disebelah putting susu.
2.3.8. Masalah-Masalah Yang Dihadapi Oleh Ibu Menyusui Dan Cara
Mengatasi
1. Putting susu datar atau terbenam
Ibu yang memiliki putting datar atau terbenam tidak perlu khawatir
dalam menyusui. Meskipun demikian, beberapa bayi pada awalnya

menemukan kesukaran, tetapi setelah beberapa minggu dengan usaha


ekstra, putting susu yang datar akan menonjol keluar sehingga bayi
dapat menyusu dengan mudah. Sejak kehamilan trimester terakhir, ibu
yang tidak mempunyai resiko kelahiran premature, dapat diusahakan
mengeluarkan putting susu datar atau terbenam dengan :
a. Teknik atau Gerakan Hoffman yang dikerjakan 2x sehari
b. Dibantu dengan jarum suntuk yang dipotong ujungnya atau dengan
pompa ASI
setelah bayi lahir putting susu datar atau terbenam dapat dikeluarkan
dengan cara :
a.

susui bayi secepatnya segera setelah lahir saat bayi aktif dan ingin
menyusu.

b.

susui bayi sesering mungkin (misalnya tiap 2 - 2 jam) ini akan


menghindarkan payudara terisi terlalu penuh dan memudahkan bayi
untuk menyusu.

c.

massage payudara dan mengeluarkan ASI secara manual sebelum


menyusui dapat membantu bila terdapat bendungan payudara dan
putting susu tertarik kedalam.

d.

pompa ASI yang efektis (bukan yang berbentuk terompet atau


bentuk squeeze dan build ) dapat dipakai untuk mengeluarkan putting
susu pada waktu menyusui.

2. Putting susu nyeri


Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan
sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan
putting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera hilang.
Cara menangani
a. pastikan posisi menyusui sudah benar
b. mulailah menyusui pada putting susu yang tidak sakit, guna membantu
mengurangi sakit pada putting susu yang sakit

c. segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di putting susu


dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai putting
susu kering.
d. jangan membersihkan putting susu dengan sabun
e. hindarkan putting susu menjadi lembab

3. Putting susu lecet


Putting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi
lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang-kadang
mengeluarkan darah.
Putting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusul yang salah, tapi
dapat pula disebabkan oleh thrush (candidiasis) atau dermatitis
Cara menangani :
a.

cari penyebab putting lecet (posisi menyusui salah, candidiasis atau


dermatitis)

b.

obati penyebab putting lecet terutama perhatian posisi menyusui.

c.

kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri diatas tadi

d.

bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang


sakit untuk sementara untuk member kesempatan lukannya
menyembuh

e.

keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan


dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran
pembentukan ASI

f.

berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan dengan dot

g.

setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula dengan


waktu yang lebih singkat

h.

bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke puskesmaS

4. Payudara bengkak

Pada hari-hari pertama (sekitar 2 -4 jam), payudara sering terasa penuh dan
nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan
dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah banyak
Penyebab payudara bengkak
1.

Posisi mulut bayi dan putting susu yang salah

2.

Produksi ASI berlebih

3.

Terlambat menyusui

4.

Pengeluaran ASI yang jarang

5.

Waktu menyusui yang terbatas

Cara mengatasinya :
1.

susui bayinya semau dia sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa
batas waktu

2.

bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau
pompa ASI yang efektif

3.

sebelum menyusui untuk merangsang reflex oksitosin dapat dilakukan


: kompre hangat untuk mengurangi rasa sakit, massage payudara,
massage leher dan punggung.

4.

setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema

2.3.9. Pengaruh Sosial Budaya Yang Positif


- Kebiasaan minum jamu merupakan keyakinan ingin sehat. Keyakinan
ini hendaknya dapat didoring dengan lebih memotivasi pentingnya
makanan bergizi seimbang bagi ibu hamil, pentingnya memelihara
payudara ibu sebelum melahirkan untuk mempersiapkan ASI bagi
bayinya
- Kepercayaan minum wejah (sejenis minuman/jamu dari daundaunan tertentu seperti dijawa dari daun dadap) dengan keyakinan
bahwa air susu ibu akan lebih banyak keluar. Apabila hal ini diyakini
makan akan memberikan dorongan kepada ibu untuk selalu
memberikan ASI kepada anaknya

- Kepercayaan bahwa ibu kembali dari berpergian harus segera mencuci


payudara sekitar putting yangberwarna coklat disebabkan karena ibu
yang berpergian bisa mendapat angin jahat atau dawam, makna dari
kepercayaan tersebut adalah menyusui harus dalam keadaan bersih
termasuk pemeliharaan kebersihan payudara.
- ASI tidak boleh dibuang sembarangan karena dalam ASI terkandung
unsure manusia. Makna dari kepercayaan tersebut adalah bahwa ASI
harus diberikan kepada bayi bukan untuk dibuang
- Kebiasaan untuk memisahkan bayi dan ibunya mendekatkan hubungan
batin antara ibu dan bayi. Disamping itu juga merangsang keluarnya
ASI sesegera mungkin pada waktu bayi membutuhkan.
2.3.10. Kondisi Ibu Dan Bayi
1. Kondisi Ibu
-

Melahirkan Caesar : ibu yang melahirkan Caesar dapat menyusui segera

setelah ibu pulih (sesuai petunjuk dokter)


ibu yang sedang sakit: Bagi ibu yang menderita infeksi saluran pernafasan

bagian atas harus memakai master untuk mencegah penularan


Hamil (Kesundulan) : ibu menyusui yang ternyata hamil dapat
meneruskan menusui bayinya dan jangan lupa untuk makan lebih banyak.
Selanjutnya bayi disapih secara bertahap agar anak tidak merasa
ditelantarkan ibu karena akan ada adik baru yang memerlukan perhatian

ibu.
Pekerjaan sehari-hari : pekerjaan sehari-hari kadang-kadang sangat
menyibukkan ibu dan anak menjadi rewel. Usahakan agar ibu banyak
istirahat dan santai, sehingga ibu dapat menyusui lagi dan memenuhi

kebutuhan bayi
Dukungan keluarga dan masyarakat : dukungan pengertian keluarga
(suami dan orang tua) sangat diperlukan untuk ketentraman ibu menyusui,
disamping itu nasehat dari mereka yang lebih berpengalaman akan
membantu keberhasilan menyusui.

2. Kondisi Bayi

- Bayi sakit. Bayi dalam keadaan sakit apapun harus tetap diberikan
ASI termasuk diare,
- bayi kembar. ASI tetap mencukupi sesuai kebutuhan bayi. Posisi
sepakbola (football position) dapat digunakan untuk menyusui bayi
kembar
- bayi premature kalau bayi dapat menghisap langsung dari payudara
ibu, ASI dipompa dan diberikan dengan sendok atau lainnya. Produksi
ASI harus dipertahankan dengan mengeluarkan ASI dan apabila
keadaan bayi sudah memungkinkan, bayi dapat menyusu langsung
dari ibu.
Gambar 11 : menyusui bayi kembar.

2.3.11. Pengaruh Sosial Budaya Yang Negatif

- kebiasaan membuang kolostrum (cairan yang keluar pertama dari


susu ibu setelah melahirkan) karena kolostrum dianggap kotor
disebabkan karena warnanya kekuning-kuningan padahal kolostrum
memberikan zat kekebalan bayi terhadap berbagai penyakit.
- memberikan ASI diselingi atau ditambah minuman atau makanan lain
pada waktu bayi baru lahir atau bayi baru berusia beberapan hari.
Cara ini tidak tepat karena pemberian makanan/minuman lain selain
ASI akan menyebabkan bayi kenyang sehingga mengurangi keluarnya
ASI. Selain itu bayi menjadi malas menyusu karena sudah
mendapatkan minuman/makanan tersebut terlebih dahulu
- berbagai tahayul untuk berpantangan makanan yang seharusnya tidak
dimakan oleh ibu yang sedang menyusui seperti ikan dengan anggapa
ASI akan berbau amis sehingga bayi tidak menyukainya. Anggapan
tersebut tidak tepat karena ikan mengandung banyak protein dan tidak
akan mempengaruhi rasa pada ASI
- kebiasaan merokok dari ayah dan ibu akan merugikan kesehatan bayi
yang tidak disadari oleh orang tua Karena partikel racun pada asap
rokok
Beberapa factor yang mempengaruhi ibu-ibu tidak menyusui bayinya
terutama yang tinggal diperkotaan, antara lain adalah :
-

Diperkotaan ibu-ibu lebih banyak memperoleh informasi mengenai

penggunaan susu botol daripada menyusui


Rata-rata ibu-ibu diperkotaan melahirkan di RS dan RB yang tidak
menganjurkan menyusui dan tidak menerapkan pelayanan rawat gabung
serta tidak menyediakan fasilitas klinik laktasi, pojok laktasi atau

sejenisnya
Pengaruh kemajuan

teknologi

dalam

perubahan

social

budaya

mengakibatkan ibu-ibu diperkotaan umumnya bekerja duliar rumah dan


makin meningkatkan daya belinya. Ibu-ibu golongan ini menganggap
lebih praktis membeli dan memberikan susu botol daripada menyusui

Semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja wanita diberbagai sector,


sehingga semakin banyak ibu yang harus meninggalkan bayinya sebelum
berusia 6 bulan, setelah habis cuti bersalin. Hal ini menjadi kendala
sendiri tersendiri bagi kelangsungan pemberian ASI eksklusif.

2.4.

Penunjang Manajemen Laktasi


2.4.1. Pelayanan Yang Sayang Bayi Pada Institusi Kesehatan
Untuk mengembangkan peranan institusi kesehatan tentang
manajemen laktasi, maka setiap rumah sakit, rumah sakit bersalin
dan rumah-rumah bersalin serta sarana pelayanan persalinan
lainnya, harus melakukan SEPULUH LANGKAH MENUJU
KEBERHASILAN MENYUSUI (LMKM) yang terdiri dari :
1.

mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui

2.

melatih

semua

staff

pelayanan

kesehatan

dengan

keterampilan
3.

menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat


menyusui dan penatalaksanaannya, melalui unit rawat jalan
kebidanan dengan memberikan peyuluhan : manfaat ibu
hamil, KB, senam hamil dan enam payudara.

4.

membantu ibu-ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30


menit setelah melahirkan, yang dilakukan diruang bersaling.
Apabila ibu mendapat narkose umum, bayi disusui setelah
ibu sadar.

5.

memperlihatkan kepada ibu0ibu bagaimana cara menyusui


dan cara mempertahankannya melalui penyuluhan yang
dilakukan di ruang perawatan

6.

tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI


kepada bayi baru lahir

7.

melaksanakan rawat gabung yang merupakan tanggung


jawab bersama antara dokter, bidan,b perawat dan ibu

8.

memberikan ASi kepada bayi tanpa dijadwal (on demand)

9.

Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi

10. membentuk

dan

membantu

pengembangan

kelompok

pendukung ibu menyusui seperti adanya pojok laktasi yang


memantau keseharan ibu nifas dan bayi, payudara, dll
Peran dokter :
a.

menggariskan kebijakan dan tata tertib rawat gabung

b.

melaksanakan perawatan ibu dan bayi

c.

melaksanakan penyuluhan kepada ibu tentang manajemen laktasi dan


gizi ibu

Peran bidan perawat :


a.

mengajak ibu untuk melakukan perawatan payudara, ara menyusui,


merawat bayi, merawat tali pusat dan memandikan bayi

b.

mengatasi masalah laktasi

c.

memantau keadaan ibu dan bayi

Peran Ibu :
a.

mempraktekkan hal-hal yang diajarkan petugas kesehatan misanya : cara


menyusui yang benar, merawat bayi, merawat tali pusat dan cara
memandikan bayi

b.

mengamati, apabila terjadi hal-hal yang tidak biasa agar dilaporkan


kepada petugas kesehatan.

2.4.2. Pojok Laktasi


Pojok laktasi sebagai sarana penyuluhan dan upaya penerapan keberhasilan
ASI bagi ibu menyusui yang mengunjungi rumah sakit, puskesmas, rumah
bersalin, polindesdan posyandu. Selain itu ditempat-tempat umum seperti
mall, airport, stasiun, restoran seyogyanya disediakan ruang laktasi atau pojok
laktasi

untuk

memberikan

kesempatan

menyusui/memberikan ASI kepada bayinya.

kepada

ibu

untuk

2.4.3. Tempat Kerja Sayang Ibu/Bayi


Pada kantor pemerintah, swasta dan tempat kerja lainnya perlu menerapkan
tempat kerja saying ibu/bayi yaitu : menyediakan ruang atau pojok laktasi,
menyediakan tempat menyimpan ASI dan menyediakan tempat penitipan
anak (TPA) apabila memungkinkan.
2.4.4. Pendidikan Petugas Kesehatan
Institusi pendidikan harus memberikan kurikulim tentang manajemen laktasi
dan mempunyai ajar untuk kepentinga pendidikan petugas kesehatan.
2.4.5. Sumber informasi tentang asi dan menyusui dapat diperoleh melalui :

Hotline ASI (LPP-ASI Saint Carolus Jakarta, Telepon (021) 390 4441)
Hotline RSP Pertamina Jakarta, Telepon : (021) 721 9338 : 24 jam
Gizi.net (Direktorat Gizi Masyarakat Depkes, Jakarta)
Poster, leaflet, booklet, buku pedoman, dan lain sejenisnya

Anda mungkin juga menyukai