Anda di halaman 1dari 4

KONSISTENSI PENELITIAN dan PENGEMBANGAN

MODEL PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DALAM PEMBELAJARAN PRAKTIK UNTUK KESIAPAN KERJA SISWA SMK
BIDANG KEAHLIAN TATA BUSANA DI INDUSTRI GARMEN
No

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Pertanyaan Penelitian

Kesimpulan

1.

Bagaimanakah
tingkat
kesenjangan soft skills tenaga
kerja lulusan SMK program
keahlian tata busana yang
bekerja pada bagian produksi
(operator
jahit)
dengan
harapan
industri
garmen
(users)?

Mengidentifikasi tingkat
kesenjangan soft skills
tenaga kerja lulusan SMK
program keahlian tata
busana yang bekerja pada
bagian produksi (operator
jahit) dengan harapan
industri garmen (users).

Bagaimanakah
tingkat
kesenjangan kesenjangan soft
skills tenaga kerja lulusan
SMK program keahlian tata
busana yang bekerja pada
bagian produksi (operator
jahit) menurut industri garmen
(users)?

Melalui pendekatan demand driven teridentifikasi


kesenjangan soft skills tenaga kerja lulusan SMK pada
bagian produksi di industri garmen sebesar 2,04
dengan nilai kesenjangan tertinggi pada atribut
percaya diri (2,87), semangat kerja (2,81), mental
kerja (2,63), motivasi kerja (2,59), dan loyalitas
(2,55).

2.

Faktor-faktor apa sajakah


yang
mengakibatkan
kesenjangan soft skills tenaga
kerja lulusan SMK program
keahlian tata busana yang
bekerja di industri garmen?

Mengetahui faktor-faktor
yang
menyebabkan
kesenjangan soft skills
tenaga kerja lulusan SMK
pada bagian produksi di
industri garmen.

Faktor-faktor apa sajakah yang


mengakibatkan
terjadinya
kesenjangan antara harapan
industri dengan kenyataan soft
skills tenaga kerja lulusan
SMK program keahlian tata
busana yang bekerja di industri
garmen?

Faktor-faktor yang menyebabkan kesenjangan soft


skills tenaga kerja lulusan SMK pada bagian produksi
di industri garmen, yaitu: (1) sistem kerja di industri
garmen yang menggunakan konsep lean manufacture
berdasarkan sikap kerja kaizen (5R: Resik, Rawat,
Ringkas, Rapi, dan Rajin), just in time (JIT), dan
quality control (QC) belum dilaksanakan secara
optimal dalam proses pembelajaran praktik di SMK,
dan (2) kurangnya bekal pengalaman dalam
pembelajaran praktik yang menerapkan budaya kerja
di industri sehingga tingkat percaya diri, disiplin,
tanggung jawab dan mental kerja lulusan SMK tata
busana rendah dan kurang siap untuk bekerja di
industri garmen.

No

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Pertanyaan Penelitian

Kesimpulan

3.

Bagaimanakah
model
pengembangan soft skills
yang
dapat
membekali
kesiapan kerja siswa SMK
program keahlian tata busana
di industri garmen?

Menemukan
model
pengembangan soft skills
yang dapat membekali
kesiapan kerja siswa SMK
program keahlian tata
busana di industri garmen

Bagaimanakah
model
pengembangan soft skills yang
dapat membekali kesiapan
kerja siswa SMK program
keahlian tata busana di industri
garmen?

Melalui metode research and development (R & D)


ditemukan model pengembangan soft skills dalam
pembelajaran praktik yang efektif membekali
kesiapan kerja siswa SMK program keahlian tata
busana di industri garmen, didasarkan atas: tingkat
kesepahaman antar pakar yang tinggi, keterbacaan
instrumen oleh siswa yang tinggi, dan keterlaksanaan
dengan sangat baik skenario pembelajaran dalam
memenuhi dimensi pengembangan soft skills, yaitu:
(1) komitmen kerja, (2) etos kerja, (3) motivasi kerja,
(4) apresiasi kerja, dan (5) budaya kerja. Dalam hal
ini guru berperan sebagai supervisor yang didukung
oleh perangkat worksheet bermuatan kaizen (5R),
quality control (QC), dan just in time (JIT).

4.

Bagaimanakah respon guru


terhadap
model
pengembangan soft skills
dalam pembelajaran praktik
untuk membekali kesiapan
kerja siswa?

Mengetahui respon guru


terhadap
model
pengembangan soft skills
dalam
pembelajaran
praktik untuk membekali
kesiapan kerja siswa

Bagaimanakah respon guru


terhadap penyusunan rencana
pembelajaran
(RPP),
pelaksanaan tahapan-tahapan
model pengembangan soft
skills,
dan
penggunaan
perangkat worksheet yang
digunakan
dalam
model
pengembangan soft skills?

Respon
guru
pengguna
terhadap
model
pengembangan soft skills siswa SMK program tata
busana menyatakan sebagai berikut: (a) lebih mudah
dan tidak ada kesulitan dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran praktik yang menggunakan
model pengembangan soft skill; (b) lebih mudah
melaksanakan pengembangan soft skills yang
dilakukan dalam pembelajaran praktik; dan
penggunaan worksheet dalam model pengembangan
soft skills yang dilakukan dalam pembelajaran praktik
sangat membantu dalam memonitor atau memantau
cara kerja siswa, baik hard skills maupun soft skills
secara seimbang.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Pertanyaan Penelitian

Kesimpulan

5.

Bagaimanakah
efektivitas
model
pengembangan
soft
skills terhadap kesiapan
kerja
siswa
SMK
program keahlian tata
busana
di
industri
garmen?

Mengetahui
efektivitas
model
pengembangan soft
skills
terhadap
kesiapan
kerja
siswa berdasarkan
kemampuan
masing-masing
manifest
pengembangan soft
skills
dalam
merefleksikan
kesiapan
kerja
siswa.

Bagaimanakah
efektivitas
pengembangan
soft
skills
dalam pembelajaran praktik
siswa dilihat dari kemampuan
masing-masing
manifest
pengembangan
soft skills
dalam merefleksikan kesiapan
kerja siswa?

Efektivitas model pengembangan soft skills terhadap kesiapan


kerja siswa menunjukan secara umum dari seluruh responden
sudah memiliki motivasi kerja tinggi. Hasil pengukuran pada
variabel eksogen mendapatkan skor rerata lebih dari 3 yang
mengindikasikan responden sudah memiliki komitmen, etos,
apresiasi, dan budaya kerja yang tinggi. Motivasi kerja
terkategorisasi tinggi (81.15%), komitmen kerja (65.57%) dan
apresiasi kerja (62.30%) juga memiliki karakteristik sebaran
dengan mayoritas kategori tinggi. Sedangkan etos kerja (67.21%)
dan budaya kerja (52.46%) mayoritas terkategorisasi cukup. Dari
12 aspek yang merefleksikan kesiapan kerja. Skor tertinggi (> 3)
terjadi dalam aspek percaya diri, disiplin, dan daya saing. Skor
dibawahnya terjadi dalam aspek lainnya, dengan kisaran sekor
2.75 2.93 (dari rentang skore maksimum 5). Semua aspek
tersebut sebagai kesatuan kesiapan kerja ter-skor sebesar 2.89
dapat dikatakan sudah mendekati 3 sehingga cukup kuat untuk
diterima sebagai indikasi kesiapan kerja yang sudah baik.

6.

Seberapa
besarkah
kontribusi
pengembangan
softs
skills terhadap kesiapan
kerja siswa SMK bidang
keahlian tata busana di
industri garmen?

Mengetahui besaran
kontribusi
pengembangan soft
skills
terhadap
kesiapan kerja siswa
SMK
program
keahlian tata busana
di industri garmen.

Seberapa besarkah kontribusi


pengembangan
soft
skills
terhadap kesiapan kerja siswa
SMK program keahlian tata
busana di industri garmen?

Kontribusi pengembangan soft skills terhadap kesiapan kerja


siswa SMK di industria garmen sebesar 67.8% yang ditunjukkan
oleh hubungan antar variabel soft skills dan kesiapan kerja
dengan bentuk persamaan sebagai berikut:
Kesiapan kerja = 0.824 Pengembangan Soft Skill R= 0.678
Persamaan di atas menginterpretasikan untuk setiap peningkatan
satu satuan soft skills mampu meningkatkan kesiapan kerja
sebesar 0.824 setara dengan 67.8%. Kontribusi tersebut dapat
dikatakan cukup besar karena lebih dari moderat (50%).
Kebermaknaanya juga dapat dipercaya terlihat dari nilai t-val
(0.824) yang lebih dari t-tabel sebesar 1.96.

No

DAFTAR REVISI MASUKAN DARI PROF. MULJANI


Abstrak
Bab I

Bab II

Bab 3
Bab 4

Penjelasan dan Revisi


Sudah diperbaiki
hal 18
Sub-sub judul mengikuti format
Spesifikasi Produk yang pedoman penulis disertasi PPs-UNY
dikembangkan
(sub-judul
ini dibuang saja, karenza
paragraf
berikutnya
sebenarnya
menjelaskan
tujuan nomor 5 diatas)
hal 152
(Sebaiknya hipotesis ini
dirumuskan dalam bentuk
hipotesis kerja dan hipotesis
nihil : Hi dan Ho).
hal 256

pada

Masukan dari Prof. Djemari dan Prof.


Soenarto, Penelitian R&D tidak perlu
Hipotesis, sehingga saya rumuskan dalam
bentuk pertanyaan penelitian
Terlampir
Haji uji struktural model dengan
menggunakan SEM dapat dijelaskan bahwa
kontribusi pengembangan soft skills
terhadap kesiapan kerja siswa SMK di
industria garmen sebesar 67.8% yang
ditunjukkan oleh hubungan antar variabel
soft skills dan kesiapan kerja dengan bentuk
persamaan sebagai berikut:
Kesiapan kerja = 0.824 Pengembangan Soft Skill
R= 0.678

Bab 5

Persamaan di atas menginterpretasikan


untuk setiap peningkatan satu satuan soft
skills mampu meningkatkan kesiapan kerja
sebesar 0.824 Kemampuan ini dalam bentuk
persen setara dengan 67.8%.
Contoh: manifes daya saing terlihat
memiliki koefesien lambda sebesar 0.730,
menginterpretasikan kemampuan daya saing
mampu merefleksikan kesiapan kerja subjek
sebesar 0.730 atau 53.2%.
Karena ini disertasi, tambah Kesimpulan sudah konsisten dengan tujuan
satu lagi saran untuk penelitian dan menjawab pertanyaan
kebijakan nasional!!!!
Saran untuk penentuk kebijakan dalam hal
ini PSMK sudah ditambahkan

Anda mungkin juga menyukai