Anda di halaman 1dari 7

9

.




.


.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan segala isi Bumi hanya untuk
manusia, dan hanya kepada-Nya lah kita akan kembali dengan segala pengorbanan
kita sebagai bukti ketaqwaan kepada-Nya, shawalat dan salam marilah kita panjatkan
kepada Nabi Muhammad SAW dan hanya kepadanya teladan yang baik dalam
berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat, dan bernegara.

Pada kesempatan ini, saya tidak lupa untuk selalu mengingatkan pada diri pribadi dan
hadirin sekalian agar kiranya selalu menjaga dan meningkatkan ketaqwaan kita
kepada Allah SWT, dan hanya karena taqwa segala macam ibadah diterima bukan
karena seringnya kita beribadah, bukan karena banyaknya kita beribadah, bukan
karena ingin mengharap sesuatu dari manusia, tetapi hanya dengan ketaqwaanlah
maka ridla Allah SWT akan tercurah pada kita, dan mudah-mudahan kita semua
termasuk orang yang selalu mensyukuri nikmat yang telah diberikan baik yang telah
lalu, saat ini dan yang akan datang.
Hadirin sidang iedul adha yang diberkahi Allah SWT.
Pada permulaan khutbah tadi, khatib membacakan ayat al-Quran surat as-shafaat
ayat 102 105; ayat tersebut menceritakankan peristiwa pengorbaan Ibrahim As yang
rela/ikhlas menyembelih anaknya (Ismail As) karena ketaatan terhadap perintah Allah
SWT. Pada kesempatan hari ini tanggal 10 Dzulhijjah kita mengenang peristiwa
tersebut dengan menyembelih hewan peliharaan (seperti kambing, sapi, dll) dan hari
ini kita sebut dengan iedul adha atau hari raya qurban.
Qurban dalam bahasan arab quroba mengandung arti mendekatkan diri, mendekatkan
dari kepada Allah SWT tentunya dengan niat yang baik, tulus, dan ikhlas. Qurban juga
sebagai udhiya yang berarti mempersembahkan kepada sang khalik dengan berdasar
pada ketaatan dan keteguhan iman. Ada hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa
qurban yang terjadi di bulan Zulhijah dan tersurat pada Quran surat Ash-Shaaffat Ayat
102 - 105, pada masa Nabi Ibrahim AS, yaitu tentang ketaatan, keteguhan, keikhlasan
dan kesabaran. Ketaatan nabi Ibrahim dan Ismail menjalankan pertintah Allah SWT,
keteguhan Ibrahim dalam proses penyembelihan yang sempat diganggu oleh saitan
yang menyarankan agar mengurungkan niatnya. Keihlasan Ismail sebagai sebagai
wujud pengorbanan terhadap apa yang diperintahkan Allah terhadap Ibrahim, serta
kesabaran Ibrahim yang harus mengorbankan anak yang paling di cintai dan di sayangi
dari istri Hajar. Keempatnya (Ketaatan-keteguhan-keihlasan-kesabaran) jika kita
renungkan sejenak merupakan syarat mutlak jalan menjadi muslim yang kaffah.
Hadirin, Sidang Jamaaah Idul Adha yang berbahagia!
Setiap orang yang beriman senantiasa mendambakan rahmat, maghfirah, dan ridha
Allah SWT. Seluruh aktivitasnya duniawi dan ukhrawi ia maksudkan untuk
memperoleh rahmat dan ridha Allah SWT. Bagi orang beriman tidak ada perbedaan
antara aktivitas duniawi dan aktivitas ukhrawi. Sebab, keduanya dilakukan dengan
niat untuk mencari ridha Allah. Ridha artinya senang. Kedua aktivitas itu dilakukan
sesuai dengan tuntunan dan petunjuk Allah. Bila kedua aktivitas tersebut sudah
diridhai Allah maka tentu rahmat dan maghfirah-Nya pun akan dicurahkan Allah

kepadanya. Demi memperoleh rahmat, maghfirah, dan ridha Allah, seseorang yang
beriman akan melakukan apa saja dan memberikan apa saja yang mungkin ia berikan;
dan mengorbankan apa saja yang mungkin ia korbankan.
Kesadaran dan keinsyafan untuk berkorban karena Allah inilah yang merupakan makna
hakiki dari Id al-Adha. Makna ini akan dirasakan kemanfaatannya apabila diwujudkan
ke dalam kehidupan masyarakat yang saling berbagi.

Dalam Islam, ibadah qurban mengandung dua dimensi. Pertama adalah dimensi
habluminallah sebagai konskuensi dari kepatuhan kepada Allah SWT. Sehingga,
melakukan qurban (dalam arti yang lebih luas) semestinya tidak hanya pada saat Idul
Adha. Melainkan di setiap saat kita harus dapat mengurbankan apa yang kita miliki
sebagai upaya taqarrub kita kepada Allah. Sifat demikian secara konkrit mempunyai
dampak positif horisontal yakni terpenuhinya kesejahteraan sosial.

Dimensi kedua adalah dimensi habluminannas yang nampak dalam pola pembagian
hewan kurban yang secara khusus diperuntukkan bagi mereka yang berhak (mustahiq).
Namun, dimensi ini akan bernilai manakala disertai dengan refleksi ketaqwaan kepada
Allah. Artinya melakukan qurban dalam bingkai niat karena Allah mampu
mengaplikasikan solidaritas sosial.

Ini berarti pembagian daging kepada yang berhak yakni fakir miskin mengandung
makna dan nilai upaya pengentasan mereka ke dalam taraf hidup yang lebih baik, dan
wujud kongkrit kepedulian kepada para fakir miskin sebagai solidaritas sosial. Oleh
karena itu pemaknaan ibadah qurban kiranya menjadi sangat perlu dilakukan dalam
rangka tercapainya tujuan kemaslahatan ummat dunia dan akhirat.

Allahu Akbar 3x Walillah al-Hamd


Hadirin sidang iedul adha yang diberkahi Allah SWT.
Hadirin sekalian, ada beberapa hadits yang menjadi kabar gembira bagi yang
melakasanakan ibadah qurban, sebagaimana di riwyatkan oleh imam Abul Qasim Al

Ashbahani, dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulullah saw bersabda (yang
artinya):
"Wahai Fathimah, bangkitlah dan saksikan penyembelihan binatang kurbanmu,
sungguh bagimu pada awal tetesan darah binatang itu sebagai pengampunan untuk
setiap dosa, ketahuilah kelak dia akan didatangkan (di hari akhirat) dengan daging
dan darahnya dan diletakkan diatas timbangan kebaikanmu 70 kali lipat"
Rasulullah saw bersabda (yang artinya):
"Barang siapa berkurban dengan lapang dada (senang hati) dan ikhlas hanya
mengharap pahala dari Allah, maka dia akan dihijab dari neraka (berkat udhiyahnya)
". (HR. Ath Thabarani dari Al Husein bin Ali)
Ada pula Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan qurban bahwasanya qurban itu
akan menyelamatkan pemiliknya dari kejelekan dunia dan akhirat. Beliau juga
bersabda (yang artinya),
"Barang siapa telah melaksanakan qurban, setelah orang itu keluar dari kubur nanti, ia
akan menemukan qurbannya berdiri di atas kuburannya, rambut qurban itu terdiri dari
belahan emas, matanya dari yaqut, kedua tanduknya dari emas pula. Lalu ia terheranheran dan bertanya, 'Siapa kamu ini? Aku belum pernah melihat sesuatu seindah
kamu. Hewan itu menjawab, "Aku adalah qurbanmu yang engkau persembahkan di
dunia sekarang. Naiklah ke atas punggungku". Kemudian ia naik dan berangkatlah
mereka sampai naungan Arasy, di langit yang ketujuh"
ini di dukung dengan hadits nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Rifah bahwa: Rasulullah
SAW bersabda (yang artinya), "Perbesarlah qurban-qurban kalian, sebab qurban itu
akan menjadi kendaraan-kendaraan dalam melewati jembatan AshShirat menuju
surga".
Allahu Akbar 3x Walillahi al- Hamd!
Hadirin sekalian, keutamaan-keutamaan berqurban sebagaimana telah dijelaskan dari
berberapa hadits tersebut tentu merupakan kabar gembira bagi kita yang telah
melaksanakan kurban dengan ikhlas, karena ikhlas merupakan dasar dari ketaatan dan
kepatuhan kepada Allah SWT dalam menjalankan apa yang diperintahkan.
Sebagaimana di riwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Siti Aisyah RA, bahwasanya Rasulullah
SAW bersabda (yang artinya), 'Tiada amal anak-cucu Adam pada waktu Hari Raya
Qurban yang lebih disukai Allah daripada mengalirkan darah (berqurban). Dan
bahwasanya darah qurban itu sudah mendapat tempat yang mulia di sisi Allah sebelum
jatuh ke tanah. Maka laksanakan qurban itu dengan penuh ketulusan hati."
Di dalam Quran surah (22) al-Hajj ayat 37:

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan)
Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah
telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap
hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang
berbuat baik.




Khutbah 2
Allahuakbar 3 x
Hadirin sidang iedul adha yang diberkahi allah SWT
Aktivitas pengorbanan yang disyariatkan oleh Islam adalah aktivitas pengorbanan
yang diniatkan karena Allah. Dalam hal ini, al-Ghazali mengemukakan dalam Ihya
ulllumudin bahwa seseorang tidak sampai kepada Allah (tidak akan dapat mencapai
posisi kurban atau dekat dengan Allah; amal ibadahnya tidak akan diterima oleh Allah)
kecuali apabila orang itu :
a. Sanggup membebaskan diri dari pengaruh hawa nafsu.
b. Mampu mengendalikan diri sehingga ia tidak terjerumus ke dalam dan perilaku
hidup bebas.
c. Di dalam ia melakukan sesuatu perbuatan, ia hanya melakukan perbuatan yang
benar-benar perlu dan diperlukan; ia bertindak efisien, disiplin, istiqamah, dan selalu
peduli terhadap lingkungan dalam rangka memupuk kesadaran dan solidaritas.
d. Seluruh aktivitasnya, gerak maupun diamnya, seluruhnya ia niatkan karena Allah.
Esensi niat karena Allah adalah memurnikan ketaatan dan kepatuhan hanya kepada
Allah sebagai wujud dari keimanan dan kesadaran selaku makhluk hamba Allah, dan
khalifah Allah di muka bumi. Allah berfirman:

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Niat karena Allah mempunyai fungsi antara lain: (1) menumbuhkan kesadaran tentang
keberadaan (existensi) Allah, (2) menginsyafkan bahwa ketaatan, kepatuhan,
kepasrahan, dan ketundukan hanya pantas diberikan kepada Allah, (3) menanamkan
kesadaran bahwa Allah tidak membeda-bedakan manusia, tidak ada perbedaan antara
kaya dan miskin, majikan atau buruh, pejabat atau bukan, semuanya dituntut untuk
mentaati hukum; yaitu untuk melaksanakan kewajiban, ketentuan, dan peraturan,
seluruh manusia sama di hadapan Allah; iman dan takwalah yang membuat seseorang
dekat dan mulia di sisi Allah. (4) menjadikan Allah sebagai motivasi dan tujuan hidup
dan (5) menghilangkan semua penyakit hati, seperti Syirik, kufur, munafik, takabbur,
riya, ujub, dan lain sebagainya.
Hadirin jamaah iedul adha yang diberkahi Allah SWT.
Marilah kita menengadahkan kedua belah telapak tangan kita dengan memohon
kepada Allah SWT, dengan hati yang rendah dan berprasangkalah yang baik terhadap
Allah SWT.



.
1. Ya Allah yang maha pengampun, ampunilah dosa-dosa kami, dosa kedua orang tua
kami, dosa tetangga kami, guru-guru kami, pemimpin kami, jadikan kami orang
yang selalu mensyukuri nikmat yang telah dan akan Engkau berikan kepada kami.
2. Ya Allah yang maha kasih dan sayang, kasihi dan sayangilah kami, kasihi dan
sayangilah kedua orang tua kami sebagaimana mereka mengasihi dan menyangi
kami sewaktu kami kecil, ya Allah kasihilah tetangga kami agar kami selalu dapat
membina masyarakat yang selalu menunjung tinggi agamu-Mu, perintah-Mu, dan
menjauhi larangan-Mu.

3. Ya Allah, Engkau sebaik-baiknya pemberi petunjuk. Tunjukilah kami jalan yang


lurus, jalan yang Engkau ridloi menurut pandangan-Mu. Bimbinglah kami pada
kebenaran-Mu.
4. Ya Allah berilah kami rizki yang halal dan baik, berilah kami anak-anak yang shaleh
yang dapat menasihati kami saat kami khilaf, berilah kami keteguhan iman, berilah
kami kekuatan dan kesehatan badan dalam menjalankan perintah-Mu dan berilah
kami kekuatan untuk selalu menjauhi larangan-Mu. Ya Allah.ya Allah..ya Allah.
5. Berilah kami pendengaran yang baik, agar selalu mendengar seruanMu, agar dapat
mendengar indahnya firmanMu, ya Allahya Allah
6. Ya Allah berkahilah kampung kami, Ya Allah murnikanlah niat kami, terimalah
qurban kami, jadikan ia sebagai kendaraan kami kelak di akhirat, dan berilah
kebermanfaatan yang luas qurban kami, limpahkanlah ridlo-Mu pada setiap tetesan
darah qurban kami. Amien ya Allah

.
.

Anda mungkin juga menyukai