Anda di halaman 1dari 16

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRODUK DERIVAT

Kopi dan Derivat Kompos Kopi

PAPER

oleh:
Utiya Listy Biyumna
121710101119

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian


Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember
2014

ABSTRAK
Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi
biji tanaman kopi. Kopi memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara
tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa
negara. Tanaman kopi memiliki struktur yang cukup lengkap yaitu akar, batang,
daun, bunga dan buah. Hampir dari semua struktur kopi dapat dimanfaatkan
menjadi produk derivat, termasuk limbah kopi. Limbah kopi dapat dimanfaatkan
menjadi pupuk kompos.
Kata kunci: kopi, limbah kopi dan pupuk kompos.

PENDAHULUAN
Kopi adalah spesies tanaman tahunan berbentuk pohon. Di dunia
perdagangan, dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling sering
dibudidayakan hanya kopi Arabika, Robusta, dan Liberika (Najiyati dan Danarti,
2006). Menurut Rahardjo (2012), kopi merupakan salah satu hasil komoditi
perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman
perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa negara. Kopi
tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa, melainkan juga merupakan
sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi di
Indonesia.
Tanaman kopi memiliki struktur yang cukup lengkap yaitu akar, batang,
daun, bunga dan buah. Hampir dari semua struktur kopi dapat dimanfaatkan
menjadi produk derivat, salah satu contohnya adalah limbah kopi. Limbah kopi
sebagian besar dimanfaatkan sebagai pupuk, namun sebagian diantaranya
dimanfaatkan oleh pengrajin jamu tradisional sebagai bahan jamu (Muryanto dkk,
2004).

PEMBAHASAN
Definisi Kopi
Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan
ekstraksi biji tanaman kopi. Kata kopi sendiri awalnya berasal dari bahasa Arab
qahwah yang berarti kekuatan karena pada awalnya kopi digunakan sebagai
minuman berenergi tinggi. Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi
kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi koffie
dalam bahasa Belanda. Penggunaan kata koffie segera diserap ke dalam bahasa
Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal saat ini.
Secara lengkap, klasifikasi botani kopi adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi: Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : coffea sp.
Secara umum, terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika (kualitas terbaik)
dan robusta. Pada umumnya tanaman kopi berbunga setelah berumur sekitar dua
tahun. Bila bunga sudah dewasa, terjadi penyerbukan dengan pembukaan kelopak
dan mahkota yang akan berkembang menjadi buah. Kulit buah yang berwarna
hijau akan menguning dan menjadi merah tua seiring dengan pertumbuhannya.
Waktu yang diperlukan dari bunga menjadi buah matang sekitar 6-11 bulan,
tergantung jenis dan lingkungan. Kopi arabika membutuhkan waktu 6-8 bulan,
sedangkan kopi robusta 8-11 bulan. Bunga umumnya mekar awal musim kemarau
dan buah siap dipetik di akhir musim kemarau. Di awal musim hujan, cabang
primer akan memanjang dan membentuk daun-daun baru yang siap mengeluarkan
bunga pada awal musim kemarau mendatang (Najiyati dan Danarti, 2006). Jika
dibandingkan dengan kopi arabika, pohon kopi robusta lebih rendah dengan
ketinggian sekitar 1,98 hingga 4,88 meter saat tumbuh liar di kawasan hutan. Pada

saat dibudidayakan melalui pemangkasan, tingginya sekitar 1,98 hingga 2,44


meter (Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991).
Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan
berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di Benua Afrika sekitar
3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat
ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh
berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih
dari 400 ribu ton kopi per tahunnya. Di samping rasa dan aromanya yang menarik,
kopi juga dapat menurunkan resiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu
empedu dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler). Ukuran panjang buah
kopi jenis arabika sekitar 12-18 mm. sedangkan kopi jenis robusta 8-16 mm.
Struktur dan Morfologi Kopi

Gambar 1. Tanaman Kopi


Kopi termasuk kelompok tanaman semak belukar dengan genus Coffea.
Kopi termasuk ke dalam family Rubiaceae, subfamili Ixoroideae dan suku Coffea.
Seorang bernama Linneaus merupakan orang yang pertama mendeskripsikan
spesies kopi (Coffee Arabica) pada tahun 1753. Menurut Bridson dan Vercourt
pada tahun 1988, kopi dibagi menjadi dua genus yakni Coffea dan Psilanthus.
Genus Coffea terbagi menjadi dua subgenus yakni Coffea dan Baracoffea.
Subgenus Coffea terdiri dari 88 spesies. Sementara itu, subgenus Baracoffea

terdiri dari 7 spesies. Berdasarkan geografik (tempat tumbuh) dan rekayasa


genetik, kopi dapat dibedakan menjadi lima. Kopi yang berasal dari Ethiopia,
Madagaskar serta Benua Afrika bagian barat, tengah dan timur (Illy dan Viani,
2005).
1. Akar

Gambar 2. Akar Kopi


Tanaman kopi merupakan jenis tanaman berkeping dua (dikotil) dan
memiliki akar tunggang, sehingga tidak mudah rebah, tetapi akar tunggang
tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang bibitnya berupa bibit
semaian atau bibit sambungan (okulasi) yang batang bawahnya merupakan
semaian. Pada akar tunggang, ada beberapa akar kecil yang tumbuh ke
samping (melebar) yang sering disebut akar lebar. Pada akar lebar ini,
tumbuh akar rambut, bulu-bulu akar dan tudung akar. Tudung akar berfungsi
untuk melindungi akar ketika mengisap unsur hara dari tanah. Tanaman kopi
yang bibitnya berasal dari bibit stek, cangkokan atau bibit okulasi yang
batang bawahnya merupakan bibit stek tidak memiliki akar tunggang
sehingga relatif mudah rebah. Meskipun kopi merupakan tanaman tahunan,
tetapi umumnya mempunyai perakaran yang dangkal. Oleh karena itu,
tanaman ini mudah mengalami kekeringan pada kemarau panjang bila di
daerah perakarannya tidak diberi mulsa.

2. Batang

Gambar 3. Batang Kopi


Kopi (Coffea spp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang
termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini
tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai
tinggi 12 m. Kopi mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda
dengan tanaman lain. Tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang
sifat dan fungsinya agak berbeda.
a. Cabang Primer (Plagiotrop)
Cabang primer adalah cabang yang tumbuh pada batang utama atau
cabang reproduksi dan tempat tumbuhnya cabang sekunder dan cabang
balik. Cabang primer yang terdapat pada batang kopi berada pada ruas ke
5 atau ke 6 dari leher akar. Pada setiap ketiak daun hanya mempunyai
satu tunas primer, sehingga apabila cabang ini mati, ditempat itu sudah
tidak dapat tumbuh cabang primer lagi. Cabang primer mempunyai ciriciri tumbuh ke samping dengan arah mendatar, lemah dan berfungsi
sebagai penghasil bunga karena di setiap ketiak daunnya terdapat mata
atau tunas yang dapat tumbuh menjadi bunga.
Setiap ketiak daun pada cabang primer mempunyai tunas reproduksi
dan tunas sekunder. Tunas reproduksi dapat tumbuh menjadi cabang
reproduksi, demikian pula tunas sekunder dapat tumbuh menjadi cabang
sekunder. Namun demikian, tunas reproduksi dan tunas sekunder tersebut
biasanya tidak berkembang menjadi cabang, melainkan tumbuh dan
berkembang menjadi bunga.

b. Cabang Sekunder
Cabang yang tumbuh di cabang primer. Cabang sekunder berfungsi
sebagai tempat tumbuhnya cabang reproduksi atau ranting bunga dan
buah. Berbagai arah tumbuh cabang sekunder di antaranya samping
bawah, samping atas dan membentuk cabang-cabang lain (cabang kipas).
c. Cabang Reproduksi (Orthtotrop)
Tempat tumbuh cabang orthotrop berada di batang tanaman,
tumbuhnya tegak dan lurus. Cabang ini berasal dari tunas reproduksi
yang terdapat di setiap ketiak daun pada batang utama atau cabang
primer. Setiap ketiak daun bisa mempunyai 4-5 tunas reproduksi,
sehingga apabila cabang reproduksi mati bisa diperbaharui sebanyak 4-5
kali. Cabang ini mempunyai sifat seperti batang utama, sehingga bila
suatu ketika batang utama mati atau tidak tumbuh sempurna, maka
fungsinya dapat digantikan oleh cabang ini. Dari cabang orthotrop akan
tumbuh cabang-cabang lain yang biasa disebut cabang air (wiwilan).
Cabang air adalah cabang reproduksi yang tumbuhnya pesat, ruas-ruas
daunnya relatif panjang dan lunak atau banyak mengandung air.
d. Cabang Balik
Cabang balik tumbuh di cabang primer. Sama seperti cabang
sekunder, cabang ini juga sebagai cabang reproduksi. Selain itu, cabang
balik juga berfungsi sebagai tempat tumbuhnya bunga dan buah. Arah
pertumbuhan cabang balik agar berbeda dengan jenis cabang lainnya
yaitu ke arah mahkota tajuk.
e. Cabang Kipas
Cabang kipas adalah cabang reproduksi yang tumbuh kuat pada
cabang primer karena pohon sudah tua. Pohon yang sudah tua biasanya
hanya mempunyai sedikit cabang primer karena sebagian besar sudah
mati dan luruh. Cabang yang tinggal sedikit ini biasanya terletak di ujung
batang dan mempunyai pertumbuhan yang cepat, sehingga mata

reproduksinya tumbuh cepat menjadi cabang-cabang reproduksi. Cabang


reproduksi ini sifatnya seperti batang utama dan sering disebut sebagai
cabang kipas. Arah pertumbuhan cabang kipas mengarah ke samping dan
atas.
f. Cabang Pecut
Cabang pecut adalah cabang kipas yang tidak mampu membentuk
cabang primer, meskipun tumbuhnya cukup kuat.
3. Daun

Gambar 4. Daun Kopi


Salah satu panduan untuk membedakan jenis tanaman kopi adalah
dengan memerhatikan bentuk dan fisik daun. Secara umum, daun kopi
berbentuk seperti telur, bergaris ke samping, bergelombang (talang air),
hijau pekat, kekar dan meruncing di bagian ujungnya. Daun tumbuh dan
tersusun secara berdampingan di ketiak batang, cabang dan ranting.
Sepasang daun terletak di bidang yang sama di cabang dan ranting yang
tumbuh mendatar.
Tabel 1. Perbedaan jenis kopi arabika dan robusta berdasarkan karakteristik
daun.
Jenis
Kopi
Arabika
Robusta

Tekstur dan Ketebalan Daun


Kurus memanjang dan tebal
Lebih gendut dibandingkan
dengan kopi jenis arabika

Warna Daun
Hijau kuat pekat dan bergaris
gelombang seperti talang air
Hijau agak terang

4. Bunga

Gambar 5. Bunga Kopi


Bunga kopi terbentuk pada akhir musim hujan, akan mulai berbunga
setelah berumur 2 tahun dan akan menjadi buah hingga siap petik pada
awal musim kemarau. Setelah penyerbukan, kopi akan menghasilkan
kuntum bunga. Mula-mula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak
pada batang utama atau cabang reproduksi. Tetapi bunga yang keluar dari
kedua tempat tersebut biasanya tidak berkembang menjadi buah, jumlahnya
terbatas dan hanya dihasilkan oleh tanaman-tanaman yang masih sangat
muda. Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak daun yang
terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal dari kuncup-kuncup
sekunder dan reproduktif yang berubah fungsinya menjadi kuncup bunga.
Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi bunga secara serempak dan
bergerombol.
Setiap ketiak daun menghasilkan 2-4 kelompok bunga. Setiap
kelompok bunga menghasilkan 4-6 kuntum bunga sehingga di setiap ketiak
daun menghasilkan 8-24 kuntum bunga. Kuntum bunga kopi berukuran
kecil yang tersusun dari kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari,
tangkai putik dan bakal buah. Kelopak bunga berwarna hijau, pangkalnya
menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji. Mahkota bunga
terdiri dari 3-8 helai daun. Sementara itu, benang sari terdiri dari 5-7 helai.
Tangkai putik terdiri dari dua sirip berukuran kecil yang panjang. Bunga
umumnya muncul ketika tanaman kopi berumur sekitar 2-2,5 tahun.
Sementara itu, lama waktu perubahan bunga menjadi buah tergantung dari
jenis kopi yang ditanam. Untuk jenis arabika, perubahan bunga menjadi

buah membutuhkan waktu 7-10 bulan, sedangkan kopi jenis robusta 9-12
bulan.
5. Buah

Gambar 6. Buah Kopi


Menurut Panggabean (2011), buah kopi terdiri atas empat bagian,
yaitu lapisan kulit luar buah (eksokarp), lapisan daging buah (mesocarp),
lapisan kulit tanduk (endokarp) dan biji (masih dibungkus lagi dengan kulit
ari). Adapun penampang buah kopi disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Ilustrasi penampang lintang buah kopi (Panggabean, 2011)


Keterangan :
a. Lapisan kulit luar (eksokarp)
b. Lapisan daging buah (mesokarp)
c. Lapisan kulit tanduk (endokarp)

d. Kulit ari
e. Biji
Kulit luar terdiri dari satu lapisan yang tipis. Buah yang masih muda
bewarna hijau tua, kemudian berangsur-angsur berubah menjadi hijau
kuning dan jika sudah matang akan berwarna merah, daging buahnya
berlendir dan memiliki senyawa gula yang rasanya manis. Keadaan kulit
bagian dalam (endokarp) cukup keras dan membungkus sepasang biji kopi,
biasanya disebut sebagai kulit tanduk. Kulit ari merupakan kulit halus yang
menyelimuti masih-masing biji kopi. Bagian dalam yang terakhir dari buah
kopi adalah biji kopi (coffee bean) atau kopi beras (Panggabean, 2011).
Pada penampang melintang biji kopi tampak spermoderm yang terdiri
dari satu lapis sel batu, dinding tebal, lumen lebar, bernoktah, bentuk dan
ukuan bermacam-macam, tunggal atau berkelompok. Perisperm terdiri dari
sel parenkim yang berbentuk hampir segi empat, dinding tebal, dan lumen
lebar. Pada sel yang lebih besar dinding berpenebalan tidak merata, berisi
tetes minyak dan aleuron, kadang-kadang butir-butir pati. Serbuk kopi
berwarna coklat kehitaman. Fragmen pengenal adalah sel batu lumen lebar
bernoktah, parenkim dinding tipis, dan lapisan pigmen parenkim tetes
minyak.
Buah kopi pada umumnya mengandung 2 butir biji, tetapi kadangkadang mengandung hanya sebutir saja (Ciptadi dan Nasution, 1985). Pada
kemungkinan yang pertama biji-bijinya mempunyai bidang datar (perut biji)
dan bidang cembung (punggung biji). Pada kemungkinan yang kedua biji
kopi berbentuk bulat panjang (kopi jantan). Dalam bahasa daerah umumnya
disebut biji lanang, kong, atau kung. Komposisi kimia biji kopi berbedabeda, tergantung tipe kopi, tanah tempat tumbuh dan cara pengolahan kopi.
Berikut ini adalah komposisi jumlah kandungan zat dari daging buah kopi
yang sudah matang.
Tabel 2. Komposisi jumlah kandungan zat dari daging buah kopi yang
sudah matang.

No
1
2
3
4
5
6
7
8

Komponen
Air
Serat
Gula
Tanin
Mineral
Lemak dan resin
Senyawa volatil
Lain-lain

Jumlah
(%)
42,66
27,44
9,46
8,56
3,77
1,18
0,11
6,82

Struktur kimia yang terpenting tedapat didalam kopi adalah kafein dan
caffeol. Kafein yang menstimuli kerja saraf, caffeol memberikan flavor dan
aroma yang baik. Bentuk murni kafein terlihat seperti kristal berbentuk
tepung putih atau berbentuk seperti benang sutera yang panjang dan kusut.
Bentuk kristal benang itu berkelompok akan terlihat seperti bulu domba.
Kristal kafein mengikat satu molekul air, dapat larut dalam air mendidih.
Pada pelarut organik pengkristalan terjadi tanpa ikatan molekul air. Kafein
mencair pada suhu 235-237C dan akan menyublim pada suhu 1760oC di
ruangan terbuka. Kafein mengeluarkan bau yang wangi, mempunyai rasa
yang sangat pahit dan mengembang di dalam air. Kafein adalah suatu
alkaloid turunan dari methyl xanthyne 1,3,7 trimethyl xanthyne. Kafein
adalah basa yang lemah dan dapat memisah dengan penguapan, serta mudah
diuraikan oleh larutan alkali yang panas (Ridwansyah, 2003).

Derivat Kopi dan Reaksinya: Pupuk Kompos dari Limbah Kopi

Gambar 8. Pupuk Kompos dari Limbah Kopi


Kompos merupakan hasil fermentasi (dekomposisi) dari bahan-bahan
organik seperti tanaman, hewan atau limbah organik lainnya. Kompos yang
digunakan sebagai pupuk disebut pupuk organik karena penyusunannya terdiri
dari bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik yang umum dimanfaatkan
sebagai kompos adalah limbah pertanian dan residunya, limbah ternak dan
residunya, pupuk hijau, tanaman air, limbah industri padat dan cair, limbah rumah
tangga dan sampah. Secara garis besar keberhasilan pengomposan sangat
ditentukan oleh susunan bahan mentah, kondisi mikro (suhu, pH, kadar air atau
kelembaban, dan tinggi tumpukan), kandungan nitrogen, serta pengadukan atau
pembalikan tumbukan.
Salah satu sumber pupuk untuk tanaman kopi berasal dari limbah cangkang
kopi (endocarp) itu sendiri. Para petani kopi di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener
Meriah yang jumlahnya mencapai 62.100 kepala keluarga sudah banyak yang
meninggalkan pupuk an-organik. Kini, mereka beralih menggunakan pupuk
organik yang berasal dari limbah cangkang biji kopi.
Proses pengolahan kopi ada 2 macam, yaitu pengolahan kopi merah/masak
dan pengolahan kopi hijau/mentah. Pengolahan kopi merah diawali dengan
pencucian dan perendaman serta pengupasan kulit luar, proses ini menghasilkan
65% biji kopi dan 35% limbah kulit kopi. Limbah kopi sebagian besar
dimanfaatkan sebagai pupuk pada tanaman kopi dan tanaman disekitarnya,

sebagian kecil digunakan sebagai media budidaya jamur serta dimanfaatkan


sebagai bahan jamu tradisional. Biji kopi kemudian dikeringkan dengan oven dan
hasilnya adalah biji kopi kering oven sebanyak 31%, kemudian kopi ini digiling
dan menghasilkan 21% beras kopi (kopi bubuk) dan 10% berupa limbah kulit
dalam. Limbah yang dihasilkan dari proses ini (kulit dalam) pada umumnya
dimanfaatkan sebagai pupuk, namun sebagian diantaranya dimanfaatkan oleh
pengrajin jamu tradisional sebagai bahan jamu (Muryanto dkk, 2004).
Pada pembuatan kompos kopi, selain memanfaatkan hasil samping dari
pabrik kopi berupa kulit buah kopi, juga memanfaatkan sampah-sampah dari
kampung, pupuk kandang dan abu dapur. Jika pabrik kopi bekerja, maka setiap
hari dapat diperoleh sampah-sampah yang langsung dipergunakan sebagai bahan
kompos dengan perbandingan sebagai berikut:
a. 6,5 m3 kulit buah kopi, dari 10 pikul buah kopi.
b. 750 kg pupuk kandang baru, sebanyak 50 blek.
c. 2,5 4 m3 sampah kampong.
d. 30 kg abu dari kayu.
Kulit buah kopi dari pabrik, pupuk kandang dan sampah dari kampung
dimasukkan ke dalam bak-bak tempat kompos yang disemen. Tinggi tumpukan di
dalam bak 1 meter dan diatasnya ditaburi abu, sehingga dapat terhindar dari lalat.
Dasar bak dibuat dari tanah yang dipadatkan dan miring ke dalam agar cairan
yang ke dasar dapat keluar. Cairan ini dikumpulkan di dalam drum, kemudian
disiramkan kembali pada timbunan didalam bak. Air abu alkalis yang meresap ke
bawah, baik sekali pengaruhnya terhadap bahan-bahan di bagian bawah, sedang
asam organik yang terbentuk dari zat gula yang terdapat didalam kulit buah kopi
dinetralkan. Bahan tersebut banyak mengandung zat gula dan hidrat arang
bertingkat tinggi, maka bahan-bahan itu tidak boleh diinjak-injak agar tidak
menjadi anaerob. Oleh karena itu, sebaiknya di dasar bak diberi bumbung bambu
agar udara dapat masuk kedalamnya dan bak-bak itu perlu diberi atap.
Pengomposan dilakukan secara aerobik (memerlukan oksigen) karena proses
aerobik tidak menimbulkan bau, waktu lebih cepat, temperatur tinggi, sehingga
dapat membunuh bakteri patogen dan telur cacing, serta kompos yang dihasilkan

bersih (higienis). Setelah proses berlangsung, suhu dalam bak naik hingga kurang
lebih 50o C, tetapi setelah itu suhu akan turun lagi. Setiap 3 minggu sekali, bakbak tersebut dibalik. Setelah 23 bulan, kompos siap digunakan dan menghasilkan
warna kehitam-hitaman yang tidak berbau.
Volume yang dihasilkan dari 1 ton buah kopi dapat menghasilkan 0,4 ton
kompos. Untuk kepentingan pengangkutan, maka kompos dikeringkan hingga
kandungan airnya tinggi 5060%, berat jenisnya rendah rata-rata 0,67. Mengenai
pemakaiannya, diberikan tiap tahun kira-kira sebanyak 5 kg bahan kering atau 10
12 kg kompos masak (basah) untuk setiap pohon.
Hasil analisis kualitas kimia kompos yang dihasilkan dari limbah kulit
kopi menggunakan aktivator Stardec menghasilkan kadar Fe 0,32%, kadar CaO
0,99%, kadar air 46,25%, Kadar C-Organik 27,34% memenuhi Standar SNI 197030-2004, namun pH belum memenuhi Standar SNI yaitu 8,49.
KESIMPULAN
Tanaman kopi memiliki struktur yang cukup lengkap yaitu akar, batang,
daun, bunga dan buah. Hampir dari semua struktur kopi dapat dimanfaatkan
menjadi produk derivat, salah satu contohnya adalah limbah kopi yang dapat
dijadikan sebagai pupuk kompos.
DAFTAR PUSTAKA
Ciptadi, W. dan Nasution, M.Z. 1985. Pengolahan Kopi. Bogor: Fakultas
Teknologi Institut Pertanian Bogor.
Illy, A. dan Viani, R. 2005. Espresso Coffee - The Science of Quality (2nd ed.)/
Massimo Marcone, Editors. Elsevier Academic Press (2005) ISBN 0-12370371-9., Food Research International, Volume 39, Issue 2, March 2006,
p. 256, ISSN 0963-9969.
Muryanto, U., Nuschati, D., Pramono dan Prasetyo, T. 2004. Potensi Limbah Kulit
Kopi Sebagai Pakan Ayam. Ungaran: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Najiyati dan Danarti. 2004. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Edisi
Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Panggabean, E. 2011. Buku Pintar Kopi. 1st edition. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Rahardjo, P. 2012. Kopi Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Jakarta: Penebar Swadaya.
Retnandari, N. D., dan Tjokrowinoto, M. 1991. Kopi Kajian Sosial Ekonomi.
Yogyakarta: Aditya Medya.
Ridwansyah. 2003. Pengolahan Kopi. Skripsi. Sumatera Utara: Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai