Anda di halaman 1dari 1

MENUMPUK HARTA

Oleh Anwar S Yusuf


Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya mengumpulkan harta itu memiliki
lima dampak negatif; payah mengumpulkannya, lupa mengingat Allah karena sibuknya,
takut terhadap perampok dan pencuri, pantas menyandang gelar si kikir, dan jauh dari
orang yang shaleh karena sibuknya. Dan menghindarkan diri dari mengumpulkan harta
memiliki lima dampak positif; senang hati mencarinya, banyak waktu mengingat Allah,
Aman dari perampok dan pencuri, pantas menyandang gelar si mulia di sisi Allah, dan
dapat bergaul dengan orang-orang sholeh." (Nashaihul 'Ibad/Bab V/No.18)
Dalam Alquran, Allah SWT lebih banyak menyebut harta dengan istilah al-Mal
daripada al-Khair. Dari 61 ayat yang menjelaskan tentang harta, hanya satu kali disebut
menggunakan istilah al-Khair. Mal memiliki konotasi condong kepada keburukan,
sedangkan Khair lebih berkonotasi kebaikan. Ini berarti kecenderungan orang kaya akan
mengalami lima dampak negatif sebagaimana sabda Rasulullah SAW di atas.
Sedangkan realitas tingginya angka kemiskinan, maraknya kolusi, korupsi dan
nepotisme (KKN) merupakan fakta tak terbantahkan yang menunjukkan sedikitnya
orang kaya yang memberikan kemaslahatan bagi si miskin.
Sebagian besar manusia melihat harta sepenuhnya sebagai hak milik pribadi
karena ia didapatkan dengan kerja keras dan hasil usahanya sendiri. Keterlibatan orang
lain hanya sebagai sarana untuk mendapatkan haknya. Cara pandang seperti ini hanya
akan melahirkan sikap mementingkan diri sendiri (egois) dan mengikis habis perasaan
empati terhadap sesama. Pada akhirnya orang cenderung untuk menumpuk harta sedikit
demi sedikit, bahkan tidak jarang mendapatkannya dengan menghalalkan segala macam
cara.
Pada sisi inilah harta tidak lagi menjadi berkah, justru akan menjadi laknat dan
fitnah. Allah SWT mengingatkan dalam firman-Nya: "Bermegah-megahan telah
melalaikan kamu." (QS 102:1) "Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah
fitnah (bagimu)." (QS 64:15).
Al-Qur'an menjelaskan, meski secara lahir harta kita diperoleh melalui hasil usaha
sendiri, namun harta tetap harus dipandang sebagai amanah yang dititipkan Allah SWT
dimana di dalamnya terdapat hak-hak fakir miskin (QS 51:19). Konsekuensinya, kita
harus bisa menjaga amanah tersebut dan mempertanggungjawabkannya dengan baik di
hadapan Allah kelak.
Cara terbaik melakukannya adalah dengan bersyukur. Refleksi syukur hendaknya
tidak hanya diwujudkan lewat sedekah, tetapi memberi lapangan kerja dan membangun
jaringan bisnis dengan mereka sehingga berujung pada pengentasan kemiskinan yang
nyata. Wallahu a'lam bish-shawab.*

Anda mungkin juga menyukai