REPUBLIK INDONESIA
McLMZvu Z2vL
ISBN 978-602-235-203-7
1. Judul I. NEONATAL SCREENING
II. THYROID HORMONES
TIM PENYUSUN
Penasehat
dr. Kirana Pritasari, MQIH
(Direktur Bina Kesehatan Anak)
Penanggung Jawab
Fajar Hardianto, SKM, M.Kes
(Kasubdit Bina Kewaspadaan Penanganan Balita Berisiko)
Kontributor
dr.Diet S. Rustama, Sp.A (K)
Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A (K)
Dr. dr. Ina S Timan, Sp.PK (K)
dr. Erwin P. Soenggoro, Sp.A (K)
dr Aris Primadi, Sp.A(K)
dr. Indra Sugiarno, Sp.A
Dra. Ely Rosilawati, Apt. MH.Kes
dr. Eni Gustina, MPH
Trisno Mulyono, SKM, MA
dr. Nida Rohmawati, MPH
Nur Sadji, SKM
drg. Siti Kadarsih
Ika Permatasari, Amd
Robbuatun Najihah, SKM
Anggota Pokjanas Skrining Bayi Baru Lahir
Tim editor
dr. Farsely Mranani
dr. Maria Sondang Margaret
KATA PENGANTAR
Setiap ora g tua tentu mendambakan anak-anak yang sehat
dan berkualitas . krining Bayi Baru Lahir akan mendeteksi dini
kelainan / penyakit bawaan sehingga dengan diagnosis dan
penanganan seca rEi dini , anak dapat hidup sehat , berkembang
secara optimal clan berkualitas.
Kementeri n Kesehatan RI mulai tahun 2003 telah
mengembangkan p rogram skrining pada bayi baru lahir dan
berdasarkan SK enkes Nomor 829/Menkes/SK/IX/2009 telah
terbentuk Kelompo Kerja Nasional Skrining Bayi Baru Lahir yang
beranggotakan un ur Kementerian Kesehatan , PP IDAI , PP POGI,
PB IBI dan Perinas .
Dengan p rtimbangan unit biaya dan kemudahan serta
murah intervensin pemeriksaan yang di lakukan adalah skrining
Hipotiroid Kongenit l yang telah dikembangkan di 11 propinsi terpilih
dan perlu mendap dukungan untuk diperluas dengan pemeriksaan
pada jenis penyakit l yang lain serta pelaksanaan di propinsi lainnya.
Sebagai ahan acuan bagi tenaga kesehatan dalam
penyelenggaraan krining Hypotiroid Kongenital perlu dibuatkan
Pedoman Penyele ggaraan Skrining Hipotiroid Kongenital . Semoga
pedoman ini dap 8 t dimanfaatkan dalam pelaksanaan Skrining
Hipotiroid Kongenit I.
Diagnosis etiologik
Disgenesis tiroid
DPJP
EIA
ELISA
Eutiroid
FEIA
FT4
Hipertiroidisme
Hipotiroidisme
Hipotoni
HTA
IAEA
IBI
III
ICCIDD
IDAI
IPM
K3
Kongenital
Konstipasi
KPP&PA
Morbiditas
Mortalitas
Patklin
Patologi Klinik
PDUI
PERISTI
POGI
Miksedema
PPNI
Presumptive
classification
PTU
T4
Thyroid stimulating
immunoglobulin
TRH
TSH receptor
antibody
iv
DAFTAR ISI
Tim Penyusun ............................................................... i
Kata Pengantar .............................................................. ii
Daftar Istilah dan singkatan .............................................. iii
Daftar isi ...................................................................... v
Daftar Lampiran ............................................................. vii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ........................................... 1
B. SEJARAH ....................................................... 2
C. HK DI INDONESIA ............................................ 2
D. TUJ UAN ............................................................ 3
1. Tujuan Umum ............................................... 3
2. Tujuan Khusus .............................................. 3
BAB II. KERANGKA TEORI ............................................. 4
A. HIPOTIROID KONGENITAL ................................ 4
B. EPIDEMIOLOGI ................................................ 5
BAB III. PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN ........... 7
A. KOMUNIKASI, INFORMASI , DAN EDUKASI........... 7
1. Profesi Kesehatan .......................................... 7
2. Orang Tua dan Masyarakat .............................. 8
3. Pengambil Kebijakan ...................................... 9
B. PROSES SKRINING ......................................... 9
1. Persiapan ................................................... 9
a. Persetujuan ( informed consent ) .................... 9
b. Penolakan ( dissent consent/refusal consent)... 9
2. Pengambilan Spesimen .................................. 10
a. Waktu (Timing) Pengambilan Darah .............. 10
b. Data/Identitas Bayi .................................... 10
c. Metode dan Tempat Pengambilan Darah ...... 13
d. Pengiriman / Transportasi Spesimen ............. 18
e. Proses Skrining Di Laboratorium ................... 19
f. Kesalahan dalam Pengambilan Spesimen ...... 22
g. Pencatatan Dan Pelaporan .......................... 23
C. TINDAK LANJUT HASIL SKRINING ........................ 24
1. Koordinasi Kegiatan Skrining ............................ 24
2. Hasil Tes ....................................................... 25
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan merupakan investasi
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam Undangundang nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) dinyatakan bahwa dalam rangka
mewujudkan SDM yang berkualitas dan berdaya saing, maka
kesehatan bersama-sama dengan pendidikan dan peningkatan daya
beli keluarga/masyarakat adalah tiga pilar utama untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia.
Ketentuan Pasal 28B ayat 2 Amandemen UUD 1945,
menyatakan setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh
dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. Ketentuan Pasal 8 Undang-undang Nomor 23 tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, menyatakan setiap anak berhak
memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai
dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial.
Hak perlindungan anak juga dapat dilihat pada UU no 36
tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 131 (ayat 1: Upaya
pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak).
Deteksi dini kelainan bawaan melalui skrining pada bayi baru
lahir (BBL) merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan
generasi yang lebih balk. Skrining atau uji sating pada bayi baru lahir
(Neonatal Screening) adalah tes yang dilakukan pada saat bayi
berumur beberapa hari untuk memilah bayi yang menderita kelainan
kongenital dari bayi yang sehat. Skrining bayi baru lahir dapat
mendeteksi adanya gangguan kongenital sedini mungkin, sehingga
bila ditemukan dapat segera dilakukan intervensi secepatnya.
Di Indonesia, diantara penyakit-penyakit yang bisa dideteksi
dengan skrining pada bayi baru lahir, Hipotiroid Kongenital (HK)
merupakan penyakit yang tidak jarang ditemui. Kunci keberhasilan
pengobatan anak dengan HK adalah dengan deteksi dini dan
1
B. SEJARAH
Pada tah n 1972 sarjana Fisher DA dkk, memulai program
skrining hipotiroid kongenital di Amerika Utara. Dari hasil skrining
1.046.362 bayi d pat diselamatkan 277 bayi dengan HK, kelainan
primer sebanya 246 (1: 4.254 kelahiran) dan 10 bayi dengan
hipotiroid sentra (1: 68.200 kelahiran). Dari pemantauan
menunjukkan den an pengobatan memadai sebelum umur I bulan,
anak-anak terseb tumbuh normal.
Melihat keb hasilan tersebut, program skrining HK pada bayi
baru lahir menye ar ke seluruh dunia terutama di negara maju.
Negara-negara A EAN sebagian besar sudah melakukan skrining
bayi baru lahir sebagai program nasional seperti Thailand,
Singapura, Malay ia, Filipina, Brunei Darussalam, dan Vietnam.
Demikian juga den an Hongkong, Korea dan Taiwan.
Dalam
rkshop on National Neonatal Screening for
Congenital Hypo yroidism pada bulan Mei 1999, disepakati
konsensus untuk engembangkan program regional skrining HK
Pertemuan ini di adiri oleh perwakilan dari Korea, Malaysia,
Vietnam, Myanma , Philipina, Mongolia, China, Thailand, Pakistan,
Bangladesh dan I donesia.Kesepakatan tersebut diperkuat dengan
disusunnya perny taan bersama pada Workshop on Consolidating
Newborn Screenin Efforts in the Asia Pacific Region, pada tahun
2008 di Cebu (Ce u Declaration)
C. HK DI INDONESIA
Sebagai lanjutan dari jejaring regional, dengan bantuan
IAEA (Internationa Atomic Energy Agency), dilakukan skrining HK di
dua laboratorium yaitu di RS Dr Hasan Sadikin (RSHS) dan RS
Cipto Mangunkus mo (RSCM). Dari tahun 2000 - 2005 telah di
skrining 55.647 b i di RSHS dan 25.499 bayi di RSCM, dengan
angka kejadian 1 : 528 kelahiran.
Dalam Ko vensi Health Technology Assessment (HTA)
tahun 2006, Depk menyetujui Skrining HK untuk semua bayi baru
lahir. Program p ndahuluan telah dimulai di 7 propinsi, yaitu
Sumbar, DKI Jaka a, Jabar, Jateng, Jatim, Bali dan Sulsel. Sampai
2
D. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Terlaksananya sistem pelayanan Skrining Hipotiroid Kongenital
(SHK) pads bayi baru lahir (BBL) di seluruh Indonesia
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan
SHK bagi tenaga kesehatan.
b. Terintegrasinya pelayanan SHK
BAB II
KERANGKA TEORI
A. HIPOTIROID K NGENITAL
Hipotiroid ongenital (HK) adalah kekurangan hormon tiroid
pada bayi baru I hir. Hormon Tiroid, Tiroksin (T4), merupakan
hormon yang dip duksi oleh kelenjar tiroid (kelenjar gondok).
Pembentukannya memerlukan mikronutrien iodium. Hormon ini
berfungsi untuk engatur produksi panas tubuh, metabolisme,
pertumbuhan tulan , kerja jantung, syaraf, serta pertumbuhan dan
perkembangan of k. Dengan demikian hormon ini sangat penting
peranannya pads ayi dan anak yang sedang tumbuh. Kekurangan
hormon tiroid p da bayi dan masa awal kehidupan, bisa
mengakibatkan ha batan pertumbuhan (cebol) dan retardasi mental
(keterbelakangan mental).
Perjalanan hormon tiroid dalam kandungan dapat dijelaskan
sebagai berikut. elama kehamilan, plasenta berperan sebagai
media transportas elemen-elemen penting untuk perkembangan
janin. Thyroid releasing hormone (TRH) dan iodium yang berguna
untuk membantu p mbentukan hormon tiroid (HT) janin bisa bebas
melewati plasenta demikian juga hormon tiroksin (T4). Namun
disamping itu, ele en yang merugikan tiroid janin seperti antibodi
(TSH receptor antibody) dan obat anti tiroid yang dimakan ibu jugs
dapat melewati lasenta. Sementara TSH, yang mempunyai
peranan penting d lam pembentukan dan produksi HT, justru tidak
bisa melewati plan nta. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
keadaan hormon ti oid dan obat-obatan yang sedang dikosumsi ibu
sangat berpengaru terhadap kondisi hormon tiroid janinnya.
HK pads BL dapat bersifat menetap (permanen) maupun
transien. Disebut s bagai HK transien bila setelah beberapa bulan
atau beberapa t hun sejak kelahiran, kelenjar tiroid mampu
memproduksi send ri hormon tiroidnya sehingga pengobatan dapat
dihentikan. Berbe a dengan HK permanen yang membutuhkan
pengobatan seum hidup dan penanganan khusus sehingga akan
menjadi beban kel rga dan negara.
Pengaruh ormon tiroid ibu yang didapat bayi saat masa
kehamilan inilah y g menyebabkan HK secara klinis sulit dideteksi
segera setelah lah . Bayi baru lahir yang menderita HK umumnya
4
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi HK sangat bervariasi antar negara. Perbedaan
ini dipengaruhi pula oleh perbedaan etnis dan ras. Prevalensi HK
pada orang Jepang adalah 1:7.600, sedangkan pada populasi kulit
hitam sangat jarang. Prevalensi HK di Inggris menunjukkan kejadian
yang lebih tinggi pada anak-anak keturunan Asia. Sedangkan
berdasarkan jenis kelamin, angka kejadian HK dua kali lebih tinggi
pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Di
seluruh dunia prevalensi HK diperkirakan mendekati 1:3000 dengan
kejadian sangat tinggi di daerah kekurangan iodium, yaitu 1:900.
Di negara-negara Asia, angka kejadian di Singapura
1:3000-3500, Malaysia 1:3026, Filipina 1:3460, HongKong 1:2404.
Angka kejadian lebih rendah di Korea 1:4300 dan Vietnam 1:5502.
Proyek pendahuluan di India menunjukkan kejadian yang lebih
tinggi di India, 1:1700 dan di Bangladesh 1:2000. Dari tahun 20005
2005 telah di skri ing 55.647 bayi di RSHS dan 25.499 bayi di
RSCM, dengan an ka kejadian 1:3528 kelahiran.
Bila diasu sikan rasio angka kejadian HK adalah 1:3000
dengan proyeksi a gka kelahiran adalah 5 juta bayi per tahun, maka
diperkirakan >160 bayi dengan HK akan lahir tiap tahun. Tanpa
upaya deteksi dan terapi dini maka secara kumulatif keadaan ini
akan menurunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia di
kemudian hari clan akan menjadi masalah kesehatan masyarakat
yang besar pada rriasa mendatang.
Di Indonesia, skrining neonatal HK saat ini belum
merupakan program nasional. Telaah rekam medis di klinik endokrin
anak RSCM dan RSHS menunjukkan bahwa lebih dari 70%
penderita HK didia nosis setelah umur 1 tahun. Hanya 2,3% yang
bisa dikenali sebel m umur 3 bulan. Dengan demikian deteksi dini
melalui skrining p da BBL sangat penting dan bayi bisa segera
mendapatkan peng batan.
Tujuan um um pengobatan HK adalah menjamin agar anak
mampu mencapai pertumbuhan dan perkembangan mental
mendekati potensi genetiknya. Keadaan ini bisa dicapai dengan
mengembalikan F r4 dan TSH dalam rentang normal dan
mempertahankan tatus klinis dan biokimiawi dalam keadaan
eutiroid (tiroid nor al). Apapun penyebabnya, terapi sulih hormon
dengan (pil tiroksin L-thyroxine harus secepatnya diberikan begitu
diagnosis ditegakka .
BAB III
B. PROSES SKRINING
Secara garis besar Skrining BBL meliputi proses :
1. Persiapan
Memotivasi keluarga ayah/ibu BBL sangat penting.
Penjelasan kepada orangtua tentang skrining pada bayi baru lahir
dengan pengambilan tetes darah tumit bayi dan keuntungan
skrining ini bagi masa depan bayi akan mendorong orangtua
untuk mau melakukan skrining bagi bayinya.
2. Pengambila Spesimen
Hal yang enting diperhatikan pada pemeriksaan spesimen
ialah :
a. Waktu peng mbilan (timing)
b. Data demog afi bayi
c. Metode pen ambilan
d. Pengiriman/ ansportasi
e. Proses skrin ng di laboratorium
f. Kesalahan p da pengambilan spesimen
Data lahir:
- Tanggal 2 digit (contoh tanggal 2 -1,02)
- Bulan 2 di git (contoh bulan Maret - 03, Desember-- 12)
-Tahun2c igit (contoh tahun 2006 - 06 , 2012 12)
- Data jam bayi lahir : Jam : menit (contoh : 10:15)
Data spesir ien :
Tanggal/bu an/tahun , 2 digit (contoh : 8 Februari 2006
08/02/ 06)
Keterangan lain, bila ada bisa ditambahkan
046000
A.
( Isilah setiap lingkaran de gan satu bercak darah hingga menyerap / tembus bagian belakang)
PRO RAM SKRINING HIPOTIROID KONGENITAL
Rumah saki[
/No. Rekmed
Nama Ibu/Bayi
/suku
Nama Ayah
/Suku
Alamat
Telepon
Dokter Penanggung Jawa :
Kelahiran
: Tu
Tep/hp
gal
Kembar 1 2 3
Umur kehamilan :
Janis Keiamin
:L
Jam
Prermatur : Ya Tidak
P
Tgl Bin
Lahir
Tumit
Specimen
Vona
Keterangan::
Transfusi Darah :
13
14
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
15
Gambar 8
Gambar 9
Sesudah kedua
bulatan kertas saring
terisi penuh, tekan
bekas tusukan dengan
kasa/kapas steril
sambil mengangkat
tumit bayi sampai
berada diatas kepala
bayi. Bekas tusukan
tidak perlu diberi
plester ataupun
pembalut.
17
d. Pengirima
/ Transportasi Spesimen
18
20
Pendokumentasian Data
Petugas akan memasukan seluruh data yang tertera
pada kartu kertas saring ke dalam komputer (program excel)
Penanganan bagi spesimen tertentu :
- Spesimen ditolak. Pengawas laboratorium harus
memberikan laporan kepada ketua program. Ketua program
segera menindak lanjuti dengan memberikan arahan dan
penyegaran cara pengambilan spesimen kepada petugas
pengambil spesimen (retraining).
- Spesimen yang memerlukan pengambilan ulang (resample):
0 Spesimen dengan hasil TSH antara 20 - 40 mU/L
0 Spesimen yang tidak cukup untuk pengukuran TSH
0 Spesimen dengan kesalahan pengambilan
(terkontaminasi, berlapis-lapis, < 24 jam, dll.) (Lihat pada
bagian
f.
Kesalahan Pengambilan Spesimen).
Pengawas laboratorium bertugas menghubungi orang tua
bayi melalui telepon dan menjelaskan maksud
pengambilan darah ulangan. Selain pemberitahuan lewat
21
Kemungkinan penyebab :
Tetes darah kurang
Meneteskan darah
dengan tabung kapiler
Kertas tersentuh tangan,
sarung tangan, lotion
Kertas rusak,
meneteskan darah
dengan tabung kapiler
Mengirim spesimen
sebelum keying
---------
Meneteskan terlalu
banyak darah
Meneteskan darah di
kedua sisi bulatan kertas
Gomm
22
Gagal memperoleh
spesimen
24
Koordinator
Nama
Alamat surat
No.Hp
Nomor telepon kantor
Nomor telepon rumah
Alamat e-mail
Fax. dan telepon RS/Klinik
2. Hasil Tes
Hal pertama yang harus dilakukan ketika mendapatkan
hasil tes positif adalah sesegera mungkin menghubungi orang tua
bayi yang bersangkutan. Tugas dari tim tindak lanjut bayi dengan
hasil tes positif ialah mencari tempat tinggal bayi tersebut dan
memfasilitasi pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosis.
Bila perlu , dilakukan tes konfirmasi berupa pemeriksaan TSH,
dan T4 bebas (FT4) serum terhadap bayi tersebut.
Beberapa kemunakinan hasil TSH
a. Kadar TSH 5 20 mU/L
Bila tes konfirmasi mendapatkan hasil kadar TSH kurang dad
20 mU/L, maka hasil dianggap normal dan akan disampaikan
kepada pengirim spesimen dalam waktu 7 hari.
b. Kadar TSH antara >20 -:5 40 mU/L
Nilai TSH yang demikian menunjukkan hasil yang meragukan.
Sehingga perlu pengambilan specimen ulang (resample). Bila
pada hasil pengambilan ulang didapatkan:
Kadar TSH 5 20 mU/L, maka hasil tersebut dianggap
normal
25
3. Pencatatan d n Dokumentasi
Dokumen ass merupakan fungsi yang sangat penting dari
komponen Lind k lanjut . Dokumentasi harus menggambarkan
proses kegiata penelusuran pasien ( tempat tinggal pasien,
tempat dilahirk n), hasil sknning dan tes diagnostik, tanggal
dimulainya pen batan, dosis, dokter penanggung jawab, dsb.
Harus diupayak in agar hasil uji saving dicantumkan di dalam
rekam medis ba i.
26
Hipotiroid primer
anak konsultan
b. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemenksaan fisik dan mencari tanda dan
gejala HK:
27
Gejala
Tidak
Ya Tidak
Letargi
Ikterus
Konstipasi
Kesulitan minum
(sering tersedak)
Tangisan serak
an Penunjang
ngkinkan , lakukan pemeriksaan penunjang :
Sidik tiroi
Pencitraa
dan pan
menunjuk
Pemeriks
riwayat p
Konsul k
endokrin)
jika diperl
28
3. Pengobatan
Tabel 3. Dosis umum Hormon Timid yang diberikan
Usia
0 - 3 bulan
3 - 6 bulan
6 - 12 bulan
1 - 5 tahun
6-12tahun
>12 tahun
4. Penjelasan
Terapi sulih hormon dengan pil tiroksin (L-thyroxine) harus
secepatnya diberikan begitu diagnosis ditegakkan. IDAI
menganjurkan pemberian dosis permulaan 10-15 pg/kg. Pada
bayi cukup bulan diberikan rata-rata 37,5 - 50 pg per had.
Besarnya dosis hormon tergantung berat ringannya
kelainan. Bayi dengan hipotiroid kongenital berat, yaitu dengan
kadar T4 kurang dari 5 pg, sebaiknya diberikan 50 pg. Pemberian
50 pg Iebih cepat menormalisir kadar T4 dan TSH.
Hasil pengobatan sangat dipengaruhi oleh usia pasien saat
terapi dimulai dan jumlah dosis. Pada HK berat, perlu pemberian
dosis yang lebih tinggi.
29
E. PEMANTAUAN
Tujuan um m pengobatan HK adalah menjamin agar anak
tumbuh dan berk mbang, baik fisik maupun mentalnya, sedekat
mungkin dengan tensi genetiknya. Yaitu dengan mengembalikan
FT4 dan TSH dal m rentang normal dan mempertahankan status
klinis dan biokimi i dalam keadaan eutiroid. Keadaan ini bisa
dicapai dengan pe antauan fungsi tiroid secara teratur.
3. Pemantauan Lainnya
Selain itu pemantauan TSH dan T4/FT4, dilakukan pemantauan :
Pertumbuhan/antropometri, sesuai dengan petunjuk SDIDTK
Perkembangan, sesuai dengan petunjuk SDIDTK
Fungsi mental dan kognitif, sesuai dengan petunjuk SDIDTK
Tes pendengaran, sesuai dengan petunjuk SDIDTK
Umur tulang (tiap tahun)
Apabila diagnosis etiologik belum ditegakkan, maka pada
umur 3 tahun dilakukan evaluasi ulang untuk menentukan apakah
pengobatan harus seumur hidup (pada kelainan disgenesis tiroid)
atau dihentikan (kelainan tiroid karena antibodi antitiroid). Jika
perlu evaluasi ulang : konsul dokter spesialis anak konsultan
endokrin.
Tindak lanjut jangka pendek dimulai dari hasil laboratorium
(hasil positif) dan berakhir dengan pemberian terapi hormon tiroid
(tiroksin). Tindak lanjut jangka panjang diawali sejak pemberian
obat dan berlangsung seumur hidup pada kelainan yang
permanen. Harus diupayakan agar hasil uji saving dicantumkan di
dalam rekam medis bayi.
31
Pengobatan
Pengaruh terhadap
Lama Pengaruh
SHK
Dopamin
Steroid
Transfusi
darah
M mpengaruhi validitas
ha it analitik
Paparan
preparat
povidone/
iodine
Setelah paparan
terhadap iodium topikal
dihentikan, membutuhkan
waktu sekitar 2-6 minggu
untuk kembali normal
Lama Pengaruh
Imaturitas aksis
HPT
Sampai usia 6
minggu
Hipotiroksinemia
pada bayi
premature
Hipotiroid transien, T4
rendah, TSH normal
diikuti dengan
peningkatan TSH
Sampai usia 6
minggu
Defisiensi iodium
Hipotiroid transien, T4
rendah, TSH meningkat
Sampai iodium
tercukupi
Penyakit akut
Hipotiroid transien, T4
rendah, TSH meningkat
2. REKOMENDASI
Terhadap bayi kurang bulan, BBLR dan bayi sakit
sebaiknya dilakukan pengambilan spesimen secara serial yaitu :
pada saat masuk ruang perawatan intensif, umur bayi antara
48 - 72 jam, saat pulang atau umur 28 hari.
33
34
BAB IV
PENGORGANISASIAN SKRINING BAYI
BARU LAHIR DI PROVINSI,
KABUPATEN DAN KOTA
A. KEPESERTAAN
Kegiatan skrining BBL, yang saat ini masih terpusat pada
skrining HK tidak dapat dilakukan hanya oleh Kementerian
Kesehatan saja. Peran aktif dari berbagai pihak sangat diperlukan.
Tidak hanya dalam sosialisasinya, namun juga pada dukungan
kebijakan, peraturan, serta pendanaan.
Semua pihak dapat terlibat dan berpartisipasi pada kegiatan
skrining hipotiroid kongenital ini. Pihak tersebut antara lain
- Pemda beserta perangkatnya
- Bappeda
- Dinas Kesehatan
- RS, puskesmas, fasilitas pelayanan kesehatan Iainnya
- Laboratorium, balk pemerintah maupun swasta
- Organisasi Profesi (IDAI, POGI, PDUI, PPNI, IBI, Patklin)
- Organisasi kemasyarakatan (PKK, LSM, organisasi
keagamaan)
- Kementerian / lembaga terkait
- Pihak swasta
B. PERAN PROVINSI
Di tingkat pusat, telah terbentuk Kelompok Kerja Nasional
(Pokjanas) Skrining bayi baru lahir. Kelompok kerja ini tidak dapat
bekerja sendiri hingga ke tiap daerah dan provinsi di Indonesia.
Karenanya perlu dibentuk Kelompok Kerja Daerah (Pokjada) di
tingkat provinsi yang menjadi alat koordinasi bagi kegiatan ini.
Ketua Pokjada bertugas sebagai koordinator kegiatan
skrining BBL dengan melibatkan organisasi dan pihak-pihak terkait,
serta merekapitulasi laporan hasil skrining di tingkat provinsi dan
mengoordinasikannya dengan pokjanas.
Selain pembentukan pokjada , dukungan pemda pertu bagi
kelancaran koordinasi kegiatan SHK. Dukungan ini dapat berupa
35
D. PELAPORAN D N EVALUASI
Setelah ampel yang dikirim ke laboratorium rujukan
diperiksa, hasilny akan disampaikan kepada koordinator fasilitas
pelayanan keseha an yang bersangkutan. Hasil negatif/normal akan
disampaikan sec ra kolektif. Jika didapat hasil yang positif,
koordinator fasilit pelayanan kesehatan akan dihubungi langsung
oleh pihak labora orium. Selanjutnya, bersama pihak laboratorium
rujukan, koordin or fasilitas pelayanan kesehatan melakukan
penelusuran terha ap pasien yang bersangkutan agar mendapatkan
penanganan lebih anjut.
Koordinat fasilitas pelayanan kesehatan juga berkoordinasi
dengan koordinat r dinas kabupaten dan kota dalam hal pelaporan
dan kebijakan. S lanjutnya laporan akan diteruskan ke pokjada
melalui dinas kes hatan provinsi. Karenanya, keterlibatan kepala
dinas kesehatan tingkat provinsi dalam pokjada akan sangat
membantu. Dari okjada, laporan dilanjutkan ke pokjanas, dan
kemudian direkapi ulasi sebagai data di tingkat nasional. Data ini
akan menjadi das pengambilan kebijakan selanjutnya.
36
DINKES.
KAB/KOTA
.1
KOORDI ATOR
RS/PKM/RB (L.BIDAN
SAMPEL
LAB.SHK
OPERASIONAL
= Koordinasi
= Alur Sampel dan Hasil
37
38
Lampiran
HIPOTIROID PRI M ER
Disgenesis tim id : tiroid ektopik , athyreosis, hypoplasia,
hemiagenesis
(Yang berhub ngan dengan mutasi hanya 2%, yang tidak
diketahui 98%)
Dishormongen sis tiroid
Resisten terha ap TSH binding dan signaling
HIPOTIROIDISM
EKUNDER
orang tua
Pengambilan
sampel darah
Pengiriman
sampel ke
laboratorium
Z
Mengerjakan
Penyampaian
hasil skrining
Pemanggilan
ulang
(recalling)
pasien
dengan segera.
xi
FKHAENKES POKJANAS
E^ I
M onitoring
dan
evaluasi
TIM FOLLOW UP
HASIL UJI
SARING
Beritahu
koordinato
RS/RB/PK KL.
Bidan
Ambil darah/serum
untuk pemeriksan TSH
dan T4
TSH tinggi, T4 rendah: beri
tiroksin
Pencatatan dan
peiaporan
(rekam medis)
XII
Bila memungkinkan,
pemeriksaan diagnostik lain:
scanning tiroid , pencitraan
sendi lutut dan panggul, Berta
pemeriksaan lain atas indikasi
REMENTERIAN KESEHATAN
REOUBLIR INDONESIA
Keterbelakangan Mental
karena Kekurangan
Hormon Tiroid
xIII
x lv
Mengetahui
..............................20..
xv
contoh laporan
atau kota
rekam
medik
nama bayi
/ nama ibu
bersedia /
menolak
suku u
alamat lengkap
tgl lahir
tgl pengambilan
darah
hasil
tgl pemeriksaan
ulang
mengetahui,
kepala / penanggungjawab fasilitas kesehatan
bulan:
usia bayi saat pen ambilan darah
usia
0-24 jam
24-48jam
48-72 jam
iumlah
hasil pemeriksaan
ositif
jumlah pemeriksaan
ulang
ne atif
72 jam - 7 hari
7-28hari
28 hari - 3 bulan
lebih Bari 3 bulan
total
jumlah penolakan:
mengetahui,
kepala dinas kesehatan
xvi
no
Kabupaten
bulan :
jumlah diperiksa per umur
hasil
3
4
7 total positif
1
2
5
6
negatif
jumlah
penolakan
pemeriksaan
ulang
total
1:
2:
0-24jam
24-48 jam
3:
48 - 72 jam
4:
72 jam-7hari
5:
6:
7:
7 - 28 had
28 hari - 3 bulan
lebih dari 3 bulan
mengetahui,
ketua pokjada provinsi.....
xvii
Lampiran 7.
4lamat Laboratorium Rujukan
Skrinin Hipotiroid Kongenital di Indonesia
xviii
Palembang
1. Aditiawati , dr. PpA(K)
Telp. 0812711 66
Praktek:
- Graha Spe alis RSUP Dr. Mohamad Hoesin: JI. Jendral
Sudirman K -n. 3.5, Palembang
- Apotik Kina ih : JI. Basuki Rahmat 1679 A-B, Palembang
- RS Dr. Moh mad Hoesin : Palembang JI. Jend Sudirman
Km 3.5, Pal mbang, 0711-354088
Padang
1. Eka Agustiarini , d t. SpA(K)
Telp 0812660721$/08159362882
Praktek:
RS. Dr. M. J mil: JI.Perintis Kemerdekaan, Padang, 075137913
RS. Yos Su arso: JI. Situjuh I, Padang, 0751-33230
Klinik Biom : JI. Niagal82, Padang, 0751-22264
Manado
1. Vivekenanda P teda, dr.SpA
Teip.0815239 667
Praktek:
Bag. Anak UP Prof Dr. R.D Kandaou Manglayang Menado: 04 3 1-821652
Apotik Kimi Farma: JI. Deasy Pal 2
xxii
Semarang
1. Rudy Susanto , dr. SpA(K)
Praktek:
Pavilliun Garuda RSUP.Dr. Kariadi-Semarang: JI. Dr.
Soetomo 16-18 Semarang 024-8453710
2. Asri Purwanti, dr. SpA(K)
Telp. 0818240991
Praktek:
Pavilliun Garuda RSUP.Dr. Kariadi-Semarang: JI. Dr.
Soetomo 16-18 Semarang 024-8453710
Praktek Rumah: JI. Cempedak 1/I1a, Sompok Lama, Lamper
Lor Semarang, 024-8412650
Yogyakarta
1. Suryono Yudha Patris, dr. SpA(K)
Tel p. 08562869486
Praktek:
RS. Sardjito: JI. Kesehatan No. 1, Yogyakarta, 0274-561616
RS. Panti Rini: JI. Solo Km12, Kalasan, Yogyakarta, 0271497206
2. DR. Madarina , dr. SpA(K)
Telp. 081578505740
Praktek:
RS. Sardjito: JI. Kesehatan No. 1, Yogyakarta, 0274-561616
Jogja Internasional Hopital: JI. Ring Road Utara No.160,
Condong Catur, Sleman, Yogyakarta
Solo
1. Annang Giri Moelyo, dr. SpA
Telp. 08122680984
Praktek:
RSU Dr. Moewardi: JI. Soetarto 132, Surakarta, 0271- 57126
Apotik Kimia Farma: JI. Adi Soecipto 70, 0271-718014
xxiii
Malang
1. Haryudi Aji ahyono, dr. SpA(K)
Telp. 08123$ 68640
Praktek:
RSUD. Dr. Saiful Anwar: JI. J.A. Suprapto 2, Malang
0341-343:343
RS. Her na: JI. Tangkuban Perahu 33, Malang
Kalimantan
1. Indra W Him wan, dr. SpA
Telp. 08125 94563
Praktek:
RSUD Ba jar Baru: JI. Palang Merah No. 2, Banjar Baru
Kalimanta Selatan , 0511-47772380
Apotik Ki is Farma : JI A. Yani Km 34, Banjar Baru
Kalimanta n Selatan
Bali
1. DR. I. Wayan Bikin Suryawan, dr. SpA(K)
Telp. 081338 # 65525
Praktek:
RSUD W gaya: A. Kartini No. 13, Denpasar, 0361-222141
/222142
RSU SuryHusada: JI. P.Serang 1-3, Denpasar, 0361233786
RS. Bersa in Permata Hati: A. Teuku Umara Barat No. 71,
XX Denp sar
2. I Made Arimb wa, dr SpA(K)
Telp. 085237 Q52159
Praktek:
- RSUP Sa lah : JI. Pulau Nias, Denpasar , 0361-227911
xxiv
Surabaya
1. Muhamad Faizi,dr. SpA(K)
Tel p. 08155274378
Praktek:
RSUD dr. Soetomo: if. Prof dr. Moestopo No. 6-8, Surabaya,
031-5501038
2. Netty E.P, dr SpA(K)
Telp. 031-70107288
Praktek:
- RSUD dr. Soetomo: JI. Prof dr. Moestopo No. 6-8, Surabaya
031-5501038
3. M Connie Untario, dr. SpA(K)
Tel p. 0811316160
Praktek:
RS. Mitra Keluarga: JI. Satelit Indah 2, Darmo Satelit,
Surabaya, 031-7345333
JI. Imam Bonjol 112, Surabaya
4. Achmad Yuniari Heryana, dr. SpA
Tel p. 0811347662
Praktek:
RSUD dr. Soetomo: JI. Prof dr. Moestopo No. 6-8, Surabaya,
031-5501038
RSIA Rachmi Dewi: JI. Jawa 79-81 Perum Gresik, Gresik,
61151, 031-3957448
Poliklinik Spesialis Graha Amerta RSUD Dr. Soetomo
Makasar
1. Prof. DR. Satriono, dr. SpA(K), MSc.
Telp. 08124124652
Praktek:
xxv
xxvi
Lampiran 9.
BAHAN BACAAN
American Academy of Pediatrics, Newborn Screening Task Force
(2000). Serving the Family from Birth to The Medical Home
- Newborn Screening : A Blueprint for The Future.
Pediatrics. 1 06(su ppl ):383-427
American Academy of Pediatrics, Rose SR. Section on
Endocrinology and Committee on Genetics ATABRPHC
Lawson Wilkins Pediatric Endocrine Society. Foley T.
Kaplowitz PB. Kaye CI.Sundararajan S. Varma SK (2006).
Update of Newborn Screening and Therapy for Congenital
Hypothyroidism . Pediatrics, 117(6): 2290-2303.
Basilio JA., Estrada SC., Manalac EM., Padilla CD (2005). Manual
of Operations of The National Comprehensive Newborn
Screening System . Institute of Human Genetics. National
Institute of Health. University of the Philippines, Manila
Bongers-Schokking JJ,Koot HM,Wiersma D, Verkerk PH,de Muinck
Keizer Schrama SMPF (2000 ). Influence of Timing and
Dose of Thyroid Hormone Replacement on Development
in Infants with Congenital Hypothyroidism . J Pediatr.136:
292-7
Clinical and Laboratory Standards Institute (2009 ). Newborn
Screening for Preterm, Low Birth Weight , and Sick
Newborns ; Approved Guideline.I/LA31-A Vol.29 No.24.
Grosse SD, Van Vliet G ( 2011). Prevention of Intellectual
Disability Through Screening for Congenital
Hypothyroidisme: How Much and At What Level ? Arch Dis
Child: 96, 374-379.
International Atomic Energy Agency (IAEA) (2005). Screening of
Newborns for Congenital Hypothyroidism . Guidance for
Developing Programmes. International Atomic Energy Agency.
Vienna,
xxvii
Pass KA, Lane A, Fernhoff PM, Hinton CF, Panny SR, Parks
JS.U.S ( 200 0). Newborn Screening Guidelines II: Follow up
of Children, Diagnosis , Management and Evaluation.
Statement f the Council of Regional Networks for Genetics
Services ( ORN). J Pediatr.;137:S1-46.
Rastogi MV, aFranchi SH. Review (2010).
Congenital
hypothyro ism. Orphanet Journal of rare diseases, 5:17.
Diunduh d i http ://www.ojrd . com/content/5/1/17
Rustama D. (2)10) Etiology of Patients with Congenital
Hypthyroic ism Detected by Newborn Screening.
Disampaik n pada The 7th Asia Pacific Regional Meeting of
Internation I Society for Neonatal Screening. Bali.
Schleicher & Sc uell. S & S 903 specimen collection paper. The
Internatio I Standard for Dried Blood Spot Samples.
Schleicher Schuell
Selva KA, Mande SH, Rien L, Sesser D, Miyahira R, Skeels M, et al
(2002). Init al treatment dose of L-thyroxine in Congenital
Hypothyro ism. J Pediatr;141:786-792
Setian N. (20074 Hypothyroidism in children Diagnosis and
Treatment . J Pediatr: 83(5 Suppl): S209-216
Styne DM. Disor rs of the tyroid gland (2004). In: Core handbook
in pediatric , Pediatric Endocrinology. Lippincott Williams &
Wilkins. Phi adelphia. h.83-109
Tilotson SL, Fuggl PW,Smith I, Ades AE,Grant DB (1994). Relation
Between iochemical Severity and Intelligence in Early
Treated C. ngenital Hypothyroidism : A Threshold Effect.
BMJ, 309(6 52): 440-445.
Wang ST.,Pizzo ato S., Demshar HP ( 1998). Diagnostic
Effectivenes s of TSH Screening and of T4 with Secondary
TSH Screen ing for Newborn Congenital Hypothyroidism.
Clin Chim A ta.;274:151-8.
xxviii
xxix