Anda di halaman 1dari 15

TUGAS RISET PEMASARAN

Laporan Penelitian Kuantitatif


Kampanye Diversifikasi Pangan

Disusun Oleh:
Nama Mahasiswa

: Theodora Mita

No Registrasi

: 8135128155

PENDIDIKAN TATA NIAGA NON REGULAR 2012


JURUSAN EKONOMI DAN ADMINISTRASI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
JAKARTA, 2015
Kampus Universitas Negeri Jakarta, Jalan Rawamangun muka, Jakarta 13220 Telp/Fax:
Rektor :021 4893854, PR I: 4895130, PR II: 4893918, PR III: 4892926 , PR IV 4893928

1. PENDAHULUAN
Pada masa Orde Baru, pemerintah mencanangkan kebijakan
swasembada beras. Saat itu yang menjadi komoditi utama bahan pokok di
Indonesia adalah beras, sehingga lahan pertanian di Indonesia lebih banyak
dijadikan sebagai sawah untuk meningkatkan produktivitas beras sedangkan
untuk bahan pangan yang lain ditanam pada lahan pertanian yang tersisa.
Swasembada beras tersebut hanya berlangsung sementara, karena saat itu
terjadi wabah hama yang menyerang lahan pertanian dan menyebabkan
Indonesia kehilangan sejumlah komoditi beras yang akan dipanen, sehingga
Indonesia mengalami krisis beras. Padahal beras merupakan bahan pokok
utama di Indonesia. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah akhirnya
mengimpor beras dari negara lain. Sejak saat itu, Indonesia sebagian besar
mengimpor beras untuk mencukupi kebutuhan bahan pokok masyarakat
Indonesia.
Tingkat ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi
beras sebagai makanan pokok sangat mengkhawatirkan. Beras telah
menjadi pemasok utama karbohidrat bagi mayoritas masyarakat Indonesia.
Persepsi masyarakat bahwa jika belum mengkonsumsi beras maka
dikatakan belum makan meskipun perut diisi dengan makanan lain. Hal ini
yang mengakibatkan tingkat konsumsi beras perkapita penduduk Indonesia
meningkat tiap tahunnya.
Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia menyebabkan
munculnya permasalahan ekonomi lain di Indonesia. Adanya impor beras
tidak benar-benar menguntungkan bagi masyarakat Indonesia. Meskipun
demikian, Indonesia masih tetap mengalami krisis beras pada musim-musim
tertentu. Berdasarkan masalah tersebut, Indonesia memerlukan diversifikasi
pangan sebagai pangganti beras agar masyarakat Indonesia tidak lagi
bergantung pada beras dan menjadikannya sebagai komoditi utama bahan
pokok sehingga mampu meminimilisasi konsumsi beras di Indonesia.
Alasan saya mengambil tema ini karena saya ingin mendukung
program pemerintah yang menurut saya akan berdampak besar dikemudian
hari jika program kampanye ini tidak maksimal. Karna kebutuhan utama
manusia selain papan dan sandang, yang terpenting jugalah pangan. Data
data yang mendukung essai ini saya ambil secara primer dan sekunder.

2. LANDASAN TEORI
Diversifikasi pangan adalah sebuah program yang mendorong
masyarakat

untuk memvariasikan makanan pokok yang

dikonsumsinya

sehingga tidak terfokus pada satu jenis. Di Indonesia, diversifikasi pangan


dimaksudkan untuk memvariasikan konsumsi masyarakat Indonesia agar
tidak terfokus pada nasi. Indonesia memiliki beragam hasil pertanian yang
sebenarnya bisa difungsikan sebagai makanan pokok seperti sukun, ubi,
talas, dan sebagainya yang dapat menjadi factor pendukung utama

diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan pada pemerintahan Indonesia


menjadi salah satu cara untuk menuju swasembada beras dengan
minimalisasi konsumsi beras sehingga total konsumsi tidak melebihi
produksi.

Definisi

diversifikasi

pangan

tertuang

dalam Peraturan

Pemerintah No 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.

Pada

dasarnya

diversifikasi

pangan

mencakup

tiga

lingkup

pengertian yang saling berkaitan, yaitu diversifikasi konsumsi pangan,


diversifikasi ketersediaan pangan, dan diversifikasi produksi pangan. Dalam
Keppres No. 68 tentang Ketahanan Pangan pasal 9 disebutkan bahwa
diversifikasi pangan diselenggarakan untuk meningkatkan ketahanan
pangan dengan memperhatikan sumberdaya, kelembagaan dan budaya
lokal (Hanafie 2010). Diversifikasi pangan diartikan sebagai pengurangan
konsumsi beras yang dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan
pangan non-beras diiringi dengan ditambahnya makanan pendamping.
Diversifikasi konsumsi pangan juga dapat didefinisikan sebagai jumlah jenis
makanan yang dikonsumsi, sehingga semakin banyak jenis makanan yang
dikonsumsi akan semakin beranekaragam.
Indonesia dirasa mulai perlu menggeser bahan baku makanan
sehari-hari demi ketahanan jangka panjang. Saat ini lahan pertanian di
Indonesia semakin sempit akibat dari ledakan jumlah penduduk, dengan
demikian bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan konsumsi beras
akan bertambah pula. Kewalahan menghadapi situasi ini, pemerintah
mengambil kebijakan untuk mengimpor beras. Impor beras dalam jumlah
besar saat ini mengakibatkan inflasi pada perekonomian Indonesia dan nilai
kurs mata uang rupiah akan dolar semakin melemah. Sehingga yang
diperlukan Indonesia saat ini adalah mengurangi atau bahkan menghapus

kebijakan impor beras demi peningkatan perekonomian Indonesia. Yakni


salah satunya dengan mengambil kebijakan diversifikasi pangan untuk
meminimalisasi konsumsi beras. Beberapa komoditi yang cukup berperan
sebagai komoditi unggulan yaitu jagung, sagu, singkong dan ubi.
2.1.

Jagung
Jagung merupakan salah satu serelia yang strategis dan bernilai

ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena


kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah
beras.

Kandungan

kerbohidrat

dapat

mencapai 80% dari


seluruh bahan kering
biji.

Selain

sebagai

sumber

utama

karbohidrat,

jagung

juga mengandung zat gizi lain seperti, energi, protein, lemak, kalsium,
fosfor, serat, besi, vitamin A, vitamin B1 dan air. (Djuwardi 2010)
Jagung memiliki potensi besar sebagai alternatif makanan pokok
selain beras. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan sumberdaya
terutama lahan irigasi yang menjadi permasalahan pada produksi beras,
relatif tidak terjadi pada jagung. Jagung merupakan tanaman yang relatif
lebih tahan terhadap kekurangan air daripada padi.
Dalam bentuk biji utuh, jagung dapat diolah misalnya menjadi
tepung jagung, nasi jagung, dan makanan ringan (pop corn dan jagung
marning). Didukung dengan keunggulan kandungan nutrisi serta
keinginan masyarakat untuk mencoba mengkonsumsi makanan yang
baru, beras jagung juga memiliki potensi yang baik sebagai alternatif
makanan pokok selain beras. Dengan demikian diharapkan beras
jagung dapat menyukseskan program diversifikasi pangan pemerintah
dan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap beras sehingga
menciptakan swasembada pangan dan mewujudkan ketahanan pangan.

2.2.

Sagu
Sagu
(Metroxylon sp)
merupakan salah satu
bahan pangan yang
penting

dalam

memenuhi kebutuhan
gizi

masyarakat,

kandungan kalori yang tinggi pada sagu dapat dijadikan alternatif


pengganti

beras

sebagai

bahan

penyumbang

energi

terbesar.

Seseorang yang mengkonsumsi sagu tidak akan kekurangan protein


karena adanya sumber protein dari makanan lain yang dikonsumsi
bersama sagu. Sagu juga mengandung lemak, serat, kalsium, dan zat
besi.
Sebagai sumber karbohidrat, tanaman sagu memiliki keunggulan
komperatif dibandingkan dengan tanaman penghasil karbohidrat lainnya
karena dapat tumbuh baik di rawa-rawa; berkembang biak dengan
anakan, sehingga panen dapat berkelanjutan tanpa melakukan
peremajaan atau penanaman ulang; dapat dipanen dan diolah tanpa
musim;

dan,

resikonya

kecil

terkena

hama penyakit

tanaman.

(Bustaman 2009)
2.3.

Singkong
Umbi singkong dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil

karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Singkong mengandung


kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, serta
vitamin B dan vitamin C. (Djuwardi 2010)
Ada dua jalur alternatif untuk pengembangan produk singkong
guna

mendukung

diversifikasi

pangan.

Pertama

pengembangan

singkong menjadi tepung komposit (terigu dan tepung yang berasal dari
umbi-umbian) sehingga produk akhrnya berupa mie, roti ataupun pasta.
Kedua adalah mengubah bentuk dari tepung singkong menjadi butiran
atau dapat disebut beras singkong (Rasi). Rasi itu sendiri merupakan
ampas hasil sampingan pembuatan tapioka.

Diversifikasi pangan diartikan sebagai pengurangan konsumsi


beras yang dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan pangan
non-beras diiringi dengan ditambahnya makanan pendamping.
Lahan pertanian untuk tanaman padi di Indonesia semakin sempit
akibat dari ledakan jumlah penduduk, dengan demikian bertambahnya
jumlah penduduk mengakibatkan konsumsi beras akan bertambah pula.
Langkah yang terbaik ialah mengambil kebijakan diversifikasi pangan
untuk meminimalisai konsumsi beras.
Sagu dapat menjadi salah satu pilihan dalam penganekaragaman
pangan. Jika dibandingkan dengan pangan sumber karbohidrat non
beras lainnya seperti singkong, ubi jalar, kentang dan jagung.
2.4.

UBI JALAR
Makanan pokok untuk masyarakat idealnya bersumber dari bahan

baku lokal, agar biaya transportasinya dapat ditekan. Saat ini,


masyarakat Indonesia yang hidup di daerah tropis dimana gandum sulit
bisa tumbuh, menjadi pemakan mie dari gandum terbesar setelah RRC.
Sebenarnya begitu banyak jenis umbi-umbian lainnya selain gandum
yang

bisa

tumbuh
dengan

baik

di Indonesia.
Ubijalar
merupakan
salah satu dari 20 jenis pangan yang berfungsi sebagai sumber
karbohidrat. Ubi jalar bisa menjadi salah satu alternatif untuk pengganti
beras sebagai sumber karbohidrat. Pilihan untuk mensosialisasikan ubi
jalar, bukan pilihan tanpa alasan. (1) mempunyai produktivitas yang
tinggi, sehingga menguntungkan untuk diusahakan. (2) mengandung zat
gizi yang berpengaruh positif pada kesehatan (prebiotik, serat makanan
dan antioksidan), serta (3) potensi penggunaannya cukup luas dan
cocok untuk sumber alternatif pengganti beras.
Produktivitas ubi jalar cukup tinggi dibandingkan dengan beras
maupun ubi kayu. Ubi jalar dengan masa panen 4 bulan dapat
berproduksi lebih dari 30 ton/ha, tergantung dari bibit, sifat tanah dan
pemeliharaannya. Walaupun saat ini rata-rata produktivitas ubi jalar

nasional baru mencapai 12 ton/ ha. Tetapi masih lebih besar, jika kita
bandingkan dengan produktivitas gabah (+/-4.5 ton/ha) atau ubi kayu
(+/-8 ton/ha), padahal masa panen lebih lama dari masa panen ubi jalar.
Penelitian mengenai ubi jalar pun kini semakin banyak dan berkembang,
karena mempunyai kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan.
Karbohidrat yang dikandung ubi jalar masuk dalam klasifikasi Low
Glycemix Index (LGI, 54), artinya komoditi ini sangat cocok.

3. PEMBAHASAN
Diversifikasi pangan merupakan salah satu hal penting yang menurut
saya harus dilaksanakan dalam waktu dekat. Alasannya dikarenakan sudah
berkurangnya

lahan

pertanian

di

Indonesia

yang

mengakibatkan

berkurangnya juga pasokan padi sebagai bahan baku pembuatan beras. Kita
sebagai warga Negara Indonesia harus menyadari bahwa bahan makanan
pokok tidaklah hanya nasi, namun masih ada bahan makanan pokok
alternative yang juga di hasilkan oleh alam Indonesia. Makanan makanan
tersebut layak dikatakan sebagai pengganti makanan pokok, dilihat dari
tingkat gizi dan ketersediaannya. Tak hanya itu beberapa diantaranya
merupakan bahan yang mudah diolah menjadi makanan yang enak. Namun
masyarakat Indonesia masih terpatok dengan istilah Makan kenyang harus
makan nasi sehingga mereka merasa makanan pokok alternative tidak
dapat menggantikan nasi.
Pemerintah pusat dan daerah sudah ambil andil dalam pelaksanaan
kampanye diversifikasi pangan, namun belum maksimal. Hal tersebut terjadi
dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai keadaan alam
pertanian Indonesia, pengetahuan akan pasokan bahan makanan, cara
mengolah bahan makanan alternative serta menjadikannya kebiasaan. Tak
hanya itu, media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kampanye
diversifikasi pangan masih dibilang sangat minim sehingga tidak sampai
kepada masyarakat seperti yang diharapkan.
Berikut wawancara sebagai data primer dengan beberapa orang
mengenai difersifikasi pangan dan tanggapan mereka mengenai keefektifan
kampanye yang dilaksanakan untuk mendukung essai ini:

Keterangan: Perempuan, 48 Tahun, Ibu Rumah Tangga, Bekasi, Jawa Barat


1. Apakah anda mengetahui apa yang disebut diversifikasi pangan? Dan
mengetahui kampanye mengenai hal tersebut?
Jawaban: Tidak tahu diversifikasi pangan dan tidak tahu kampanyenya
2. Makanan pokok jenis apa yang anda konsumsi sehari hari? Sebutkan
skalanya!
Jawaban: Nasi, 3 kali sehari
3. Apa alasan anda mengkonsumsi makanan pokok tersebut?
Jawaban: Karena sudah terbiasa dari dulu selalu nasi
4. Apakah anda tahu jenis jenis makanan pokok apa saja yang disebut
bahan makanan pokok alternative?
Jawaban: Ya, ubi dan singkong
5. Apakah ada makanan pokok jenis lain yang anda konsumsi sebagai
bahan makanan pokok alternative? Apakah sering / Jarang?
Jawaban: Ya, saya makan ubi namun jarang
6. Apakah makanan pokok anda dapat digantikan dengan makanan pokok
alternative tersebut? Jelaskan alasan anda!
Jawaban: Tidak, karena tidak membuat kenyang
Keterangan: Laki Laki, 49 Tahun, Guru Swasta, Bekasi, Jawa Barat
1. Apakah anda mengetahui apa yang disebut diversifikasi pangan? Dan
mengetahui kampanye mengenai hal tersebut?
Jawaban: Ya, diversifikasi makanan adalah makanan pengganti namun
tidak tahu kampanyenya
2. Makanan pokok jenis apa yang anda konsumsi sehari hari? Sebutkan
skalanya!
Jawaban: Nasi, 3 kali sehari
3. Apa alasan anda mengkonsumsi makanan pokok tersebut?
Jawaban: Karena nasi membuat kenyang

4. Apakah anda tahu jenis jenis makanan pokok apa saja yang disebut
bahan makanan pokok alternative?
Jawaban: Ya, singkong, ubi, kentang, jagung, roti, mie, umbi
5. Apakah ada makanan pokok jenis lain yang anda konsumsi sebagai
bahan makanan pokok alternative? Apakah sering / Jarang?
Jawaban: Ya, ubi singkong. Lumayan sering
6. Apakah makanan pokok anda dapat digantikan dengan makanan pokok
alternative tersebut? Jelaskan alasan anda!
Jawaban: Bisa, karena sama sama mengenyangkan
Keterangan: Laki Laki, 21 Tahun, Mahasiswa, Bekasi, Jawa Barat
1. Apakah anda mengetahui apa yang disebut diversifikasi pangan? Dan
mengetahui kampanye mengenai hal tersebut?
Jawaban: Ya, Diversifikasi makanan adalah inovasi makanan. Tidak tahu
mengenai kampannyenya
2. Makanan pokok jenis apa yang anda konsumsi sehari hari? Sebutkan
skalanya!
Jawaban: Nasi, 3 kali sehari
3. Apa alasan anda mengkonsumsi makanan pokok tersebut?
Jawaban: Karena ibu saya memasak nasi setiap hari dan tidak
mengetahui diversifikasi pangan sehingga menjadikan kebiasaan saya
mengkonsumsi nasi sebagai bahan makanan pokok
4. Apakah anda tahu jenis jenis makanan pokok apa saja yang disebut
bahan makanan pokok alternative?
Jawaban: Ya, Singkong, ubi dan jagung
5. Apakah ada makanan pokok jenis lain yang anda konsumsi sebagai
bahan makanan pokok alternative? Apakah sering / Jarang?
Jawaban: Ya, saya mengkonsumsinya bersama nasi seperti jagung
dalam sop. Namun jarang.

6. Apakah makanan pokok anda dapat digantikan dengan makanan pokok


alternative tersebut? Jelaskan alasan anda!
Jawaban: Ya, Bisa. Karena tingkat gizi antara makanan pokok dengan
makanan pokok alternative mempunyai kesamaan dan tidak baik juga
kalau

mengkonsumsi

beras

terlalu

sering

dikarenakan

proses

produksinya yang memakan waktu lama sehingga dapat menimbulkan


kelangkaan beras.
Dari pernyatan pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa konsumsi
beras merupakan hal yang selalu dilakukan masyarakat Indonesia sehari
harinya, mengingat pangan merupakan kebutuhan utama manusia sebagai
hal paling mendasar. Kampanye yang dilakukan pemerintahpun belum
merata, karna masih banyak warga masyarakat Indonesia yang belum
mengetahui kampanye diversifikasi pangan. Menanggapi hal itu, pemerintah
membuat sebuah program yang dinamakan One Day No Rice. Dan
menghasilkan kabar baik yang dapat dilihat secara nyata penurunan
konsumsi beras pada Kota Payakumbuh sebesar 3,5%. Walaupun hanya
3,5% menurut saya sudah ada dampak positif yang dihasilkan dari
kampanye ini. Berikut data data sekunder yang mendukung pernyataan saya
yang saya kutip dari artikel elektronik.
Seperti yang dikutip dari Wikipedia (2014) One Day No Rice (ODNR)
adalah sebuah program yang dicanangkan Walikota Depok Nur Mahmudi
Ismail demi menggalakkan diversifikasi pangan di wilayahnya. Tak hanya
Walikota Depok, Jabar, namun ada 4 kepala daerah yang masuk dalam
Gerakan Diversifikasi Pangan Tahun 2013 yaitu; Walikota Kendari, Sulteng,
H. Asrun, Bupati Wonogiri, Jateng, H. Danar Rahmanto dan Bupati Maluku
Tenggara, Maluku, Anderias Rentanubun dan Walikota Payakumbuh Riza
Falepi, Sumatra Barat.
Program ini diawali dengan diterbitkannya SK Walikota Depok
no.010/27-um tanggal 10 Februari 2012 yang menghimbau seluruh penjual
makanan di kantin di balai kota Depok untuk tidak menjual nasi yang terbuat
dari beras setiap hari Selasa, namun menyediakan makanan pengganti
seperti kentang, singkong, dan umbi-umbian lainnya. Melalui program One
Day No Rice ini, masyarakat diminta untuk mengurangi konsumsi beras dan

10

beralih ke makanan pokok lain seperti umbi-umbian yang sebenarnya


tersedia dalam jumlah besar di pasar tradisional. Wali Kota Depok, Nur
Mahmudi Ismail menyatakan bahwa dengan mengurangi konsumsi beras
padi sehari sekali dan mengonsumsi beras jagung, tapioka, ubi kayu, dan
pisang dua kali dalam sehari maka akan menghemat beras padi 22 juta
ton dan

anggaran

pemerintah

sebanyak

Rp

161

trilyun

setiap

tahunnya. Program ini juga bermanfaat untuk menjaga harga beras tetap
stabil.
One Day no rice adalah salah satu bentuk kampanye

untuk

membangun kesadaran perlunya diversifikasi konsumsi pangan ke arah


yang lebih beragam, bergizi seimbang dan aman. Gerakan ini dimaksudkan
untuk menumbuhkan kesadaran dengan mengubah perilaku atau mindset
masyarakat sehingga mereka mulai membiasakan mengkonsumsi makanan
yang beragam, bergizi seimbang serta aman dan menyehatkan berbasis
sumberdaya lokal, seperti singkong, ubi, jagung, talas , ganyong dan umbi umbian lainnya.
Dengan kampanye

Diversifikasi pangan, konsumsi beras akan

dengan sendirinya menurun bila konsumsi pangan pokok masyarakat sudah


beragam dengan sumber karbohidrat lainnya. Memang selera dan kebiasaan
makan terkait pola pikir yang dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya
masyarakat, sehingga untuk merubahnya agak sulit dan memerlukan waktu
yang cukup lama. Era tahun 1950 1960 ketergantungan masyarakat
Indonesia pada nasi masih sebesar 53%, namun kini ketergantungan itu
semakin tinggi hingga 92,95% ( Mulyono Makmur). Dan hal ini sejalan
dengan jumlah penderita penyakit Diabetis Melitus. Tahun 2000, jumlah
penderita Diabetis Melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta orang, jumlah itu
terus meningkat dan pada 2030 diperkirakan mencapai 21,3 juta orang.
Ironisnya dari jumlah itu baru 50% yang sadar mengidapnya dan hanya
30% yang datang berobat secara teratur.
Seperti yang dikutip dari PKS Jatim (2013) Gerakan diversifikasi
pangan, menurut Walikota Payakumbuh Riza Falepi di arena pameran HPS
di

Padang,

Kamis

(31/10),

sebuah

program

guna

mengurangi

ketergantungan pada beras/nasi sebagai makanan pokok masyarakat.

11

Di Payakumbuh, katanya, sejak dua tahun terakhir, SKPD terkait tak


henti-hentinya melakukan sosialisasi diversifikasi pangan, dengan harapan
ke depan, masyarakat dapat memanfaatkan pangan alternatif sebagai
pengganti beras. Dari tahun ke tahun, pemenuhan konsumsi masyarakat
bukan bergantung kepada beras, tapi sudah beralih ke makanan
mengandung karbohydrat lainnya.
Data di Kantor Ketahanan Pangan Payakumbuh, dalam dua tahun
terakhir, sudah terjadi penurunan komsumsi beras rata-rata 3,5%, dari 123
Kg menjadi 116 Kg per tahun per kapita, dari target penurunan 2,5% per
tahun. Pemko Payakumbuh, dalam menyukseskan program diversifikasi
pangan ini, mengalokasikan dana pada 4 SKPD terkait (Kantor Ketahanan
pangan, Dinkes, Dinas Pertanian dan BPMP-KB), total Rp913.902.788. Pada
tahun anggaran 2014, direncanakan meningkat menjadi Rp1,5 Miliyar lebih,
anggaran untuk program diversifikasi pangan ini.

4. PENUTUP
4.1.

Kesimpulan
Diversifikasi pangan adalah sebuah program yang mendorong

masyarakat

untuk

memvariasikan

makanan

pokok

yang

dikonsumsinya sehingga tidak terfokus pada satu jenis. Di Indonesia,


diversifikasi pangan dimaksudkan untuk memvariasikan konsumsi
masyarakat Indonesia agar tidak terfokus pada nasi
Makanan pokok alternative merupakan salah satu jalan untuk
mendukung program diversifikasi makana. Beberapa komoditi yang
cukup berperan untuk menggantikan nasi diantaranya ada beberapa
komoditi unggulan yaitu jagung, sagu, singkong dan ubi. Hal tersebut
dikarenakan

keberadaannya

yang

mudah

didapatkan,

proses

penanaman dan pengolahannya yang mudah, harganya yang


terjangkau dan memiliki tingkat gizi yang hampir sama dengan nasi.
Kampanye

diversifikasi

pangan awalnya

dilaksanakan

oleh

Walikota Depok yang diikuti dengan Walikota Kendari, Bupati Wonogiri,


Bupati Maluku Tenggara, dan Walikota Payakumbuh. Kampanye
tersebut dinamakan One Day No Rice (ODNR) yang diawali dengan
terbitnya

12

SK

Walikota

Depok

no.010/27-um

tanggal 10

Februari 2012 yang menghimbau seluruh penjual makanan di kantin di


balai kota Depok untuk tidak menjual nasi yang terbuat dari beras
setiap

hari

Selasa,

namun

menyediakan

makanan

pengganti

seperti kentang, singkong, dan umbi-umbian lainnya.


One Day No Rice adalah salah satu bentuk kampanye untuk
membangun kesadaran perlunya diversifikasi konsumsi pangan ke
arah yang lebih beragam, bergizi seimbang dan aman. Gerakan ini
dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran dengan mengubah
perilaku

atau

membiasakan

mindset

masyarakat

mengkonsumsi

makanan

sehingga
yang

mereka
beragam,

mulai
bergizi

seimbang serta aman dan menyehatkan berbasis sumberdaya lokal,


seperti singkong, ubi, jagung, talas , ganyong dan umbi - umbian
lainnya.
Dampak langsung dari kampanye ini dapat dilihat dari data statistic
penurunan konsumsi beras di Payakumbuh sebesar 3,5% dalam dua
tahun terakhir. Hal lain yang diharapkan pemerintah dalam program
diversifikasi pangan ini adalah berkurangnya orang orang penderita
diabetes militus yang diakibatkan terlalu banyak mengkonsumsi
karbohidrat dan gula yang diyakini hal tersebut terdapat dalam kadar
gizi pada nasi. Tak hanya itu pemerintah juga mengharapkan
masyarakatnya tidak tergantung terhadap satu jenis bahan makanan
pokok (nasi) dan dapat memvariasinya dengan bahan makanan pokok
alternative lainnya.

4.2.

Rekomendasi
Menurut

saya

kampanye

diversifikasi

pangan

merupakan

kampanye penting bagi kelangsungan hidup manusia. Tak hanya


sebagai program pemerintah. Baiknya kita sebagai makhluk hidup
menyadari akan pentingnya menjaga keutuhan lingkungan alam
dengan melaksanakan program diversifikasi pangan. Saya sangat
amat mendukung program ini dan menyarankan untuk memvariasikan
bahan makanan pokok agar tidak terjadi krisis pangan.
Kampanye ini tidak untuk mengganti bahan makanan pokok kita,
namun memvariasikannya dengan bahan makanan pokok alternative.
Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang program diversifikasi

13

pangan ini, bahwa lahan pertanian di Indonesia sudah mulai berkurang


sehingga kita tidak bisa tergantung dengan nasi sebagai bahan
makanan pokok. Masih banyak bahan makanan pokok alternative
lainnya yang mempunyai tingkat gizi yang sama yang dapat memenuhi
kadar konsumsi karbohidrat tubuh kita.
Pemerintah sebagai penggas dan pelaksana utama program
diversifikasi pangan ini sebaiknya menggunakan media yang benar
benar efektif dalam kampanyenya seperti penyuluhan ke daerah, iklan
yang sering ditayangkan dan melaksanakan One Day No Rice di kota
kota besar. Agar pesan yang ingin disampaikan dapat tepat sasaran
dan masyarakat juga paham akan pentingnya diversifikasi pangan.

5. DAFTAR PUSTAKA
Bustaman, S. 2009. Kebijakan Pengembangan Bahan Bakar Nabati
(Bioetanol) di Maluku. Alamat website:
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/161083545.pdf. Diakses tanggal 10
Januari 2015 Pukul 15:26 WIB
Djuwardi, A. 2010. Cassava: Solusi Pemberagaman Kemandirian
Pangan. Jakarta: Grasindo.
Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: ANDI
OFFSET.
Budiarto, Tri. 2013. Sebuah Pengantar Untuk Anda tentang Diversifikasi
Pangan. Alamat Website:
http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2013/07/14/sebuah-pengantaruntuk-anda-tentang-diversifikasi-pangan-573357.html. Diakses tanggal 12
Januari 2015. Pukul 19:44 WIB
Wikipedia. 2014. Diversifikasi Pangan. Alamat website:
http://id.wikipedia.org/wiki/Diversifikasi_pangan. Diakses tanggal 12 Januari
2015. Pukul 20:04 WIB
Wikipedia. 2014. One Day No Rice. Alamat website:
http://id.wikipedia.org/wiki/One_Day_No_Rice. Diakses tanggal 12 Januari
2015. Pukul 20:04 WIB

14

Irianingsih Lilis. 2014. One Day No Rice Alat Untuk Diversifikasi Pangan.
Alamat website: http://bkpd.jabarprov.go.id/one-day-no-rice-sebagai-senjatadiversifikasi-pangan/. Diakses tanggal 12 Januari 2015. Pukul 20:16 WIB
PKS Jawa Timur. 2013. Walikota Dari PKS, Riza Falepi Teladan
Diversifikasi Pangan 2013. Alamat website:
http://pksjatim.org/2013/11/walikota-dari-pks-riza-falepi-teladan-diversifikasipangan-2013/. Diakses tanggal 12 Januari 2015. Pukul 20:24 WIB

15

Anda mungkin juga menyukai