Anda di halaman 1dari 24

Alim Muslimah Suryantoro

FK A / A12/ 1102013020
LI.1 : Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Pernafasan Atas
1.1 Anatomi Makroskopis

Hidung
Merupakan organ yang pertama berfungsi dalam saluran pernapasan. Ada 2
bagian dari hidung, yaitu:
o Eksternal: menonjol dari wajah, disangga oleh Os. Nasi dan tilang rawan
kartilago
o Internal: permukaan yang bermukosa berupa rongga (vestibulum nasi)
yang disekat antara kanan-kiri oleh septum nasi
Pada vestibulum nasi terdapat cilia yang kasar berfungsi untuk menyaring udara.
Bagian dalam rongga hidung yang berbentuk terowongan (cavum nasi) dimulai
dari lubang hidung depan (nares anterior) sampai lubang hidung belakang (nares
posterior, dibagian ini ada 3 concha nasalis , yaitu:
o Concha nasalis superior
o Concha nasalis media
o Concha nasalis inferior

Ada 4 buah sinus yang berhubungan dengan cavum nasi, yaitu:


o Sinus sphenoidalis
o Sinus frontalis
o Sinus maxillaris
o Sinus eithmoidalis
Bagian depan dan atas cavum nasi dipersarafi oleh N. Opthalmicus. Mucusa
hidung dan lainnya dipersarafi oleh ganglion sphenopalatinum. Nasofaring dan
concha nasalis dipersarafi oleh cabang dari ganglion pterygopalatinum.

Sedangkan N. Olfaktorius untuk penciuman.


Faring
Merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut
ke laring. Dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
o Nasofaring
o Orofaring
o Laringofaringeal

Berfungsi untuk menyediakan saluran pada traktus repiratorius dan traktus

digestivus.
Laring
Daerahnya dimulai dari aditus laringis (pintu laring) sampai batas bawah cartilago
cricoid. Terbentuk oleh tulang dan tulang rawan. Tulangnya adalah Os. Hyoid.
Tulang rawannya:
o Epiglotis: tulang rawan berbentuk sendok. Pada saat ekspirasi inspirasi
biasa, epiglotis terbuka. Pada waktu menelan, epiglotis menutup aditus
laringis agar makanan tidak masuk ke laring.
o Cartilago tyroid (adams apple): jaringan ikatnya adalah membrana
thyrohyoid.
o Cartilago arytenoid: ada 2. Digunakan dalam gerakan pita suara dengan
cartilago thyroid.
o Cartilago cricoid: adalah batas bawah laring
Dalam cavum laringis terdapat pita suara asli (plica vocalis) dan pita suara palsu
(plica vestibularis).

1.2 Anatomi Mikroskopis


Sistem pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi O2 dan
mengeluarkan CO2 dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan homeostasis.
Fungsi ini disebut sebagai respirasi. Sistem pernapasan dimulai dari rongga hidung/mulut
hingga ke alveolus, di mana pada alveolus terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida
dengan pembuluh darah.
Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah utama:
Bagian konduksi: meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus dan bronkiolus terminalis
Bagian respirasi: meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus.
Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel bertingkat silindris
bersilia dengan sel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada 5
macam sel epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel sikat (brush
cells), sel basal, dan sel granul kecil.

Ket: epitel respirasi


Rongga hidung
Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada vestibulum di sekitar nares
terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum merupakan
epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi
dua oleh septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media, inferior) pada
masing-masing dinding lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi,
sedangkan konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi
menghidu/membaui. Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler,
sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan epitel olfaktorius
dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki akson yang bersinaps dengan neuron
olfaktorius otak), sel basal (berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria.
Kelenjar Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga
memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi
yang khas pada rongga hidung membuat setiap udara yang masuk mengalami pembersihan,
pelembapan dan penghangatan sebelum masuk lebih jauh.

Ket: epitel olfaktori


Sinus paranasalis
Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus sphenoid, semuanya
berhubungan langsung dengan rongga hidung. Sinus-sinus tersebut dilapisi oleh epitel
respirasi yang lebih tipis dan mengandung sel goblet yang lebih sedikit serta lamina propria
yang mengandung sedikit kelenjar kecil penghasil mukus yang menyatu dengan periosteum.
Aktivitas silia mendorong mukus ke rongga hidung.
Faring
Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak dengan palatum mole,
sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng.
Laring
Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada lamina propria
laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah
masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi. Epiglotis merupakan
juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal.
Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan
permukaan laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah
epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa.
Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen laring:
pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari epitel
respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri

dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot
rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang
berbeda-beda.

Ket: epitel laring


LI 2. Memahami dan menjelaskan fisiologi pernapasan
LO 2.1 Memahami dan menjelaskan mekanisme dan fungsi pertahanan pernafasan
Proses pernapasan dibagi menjadi 2,yaitu:
1. Pernapasan luar (eksternal)
Dimana terjadi penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secara keseluruhan.
2. Pernapasan dalam (internal)
Akan terjadi penggunaan O2 dan pembentukan CO2 oleh sel-sel serta pertukaran gas
antara sel-sel tubuh dengan media cair sekitarnya.
O2

Pernafasan atau respirasi adalah menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen
kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida

C O2

sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.Sisa respirasi berperan untuk menukar udara ke
permukaan dalam paru-paru.Udara masuk dan menetap dalam sistem pernafasan dan masuk
dalam pernafasan otot sehingga trakea dapat melakukan penyaringan, penghangatan dan
melembabkan udara yang masuk, juga melindungi organ lembut.penghisapan ini disebut
inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.
Secara fungsional (faal), saluran pernafasan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Zona Konduksi
7

Zona konduksi berperan sebagai saluran tempat lewatnya udara pernapasan, serta
membersihkan, melembabkan dan menyamakan suhu udara pernapasan dengan suhu tubuh.
Disamping itu zona konduksi juga berperan pada proses pembentukan suara. Zona konduksi
terdiri dari hidung, faring, trakea, bronkus, serta bronkioli terminalis.
a. Hidung
Rambut, zat mucus serta silia yang bergerak kearah faring berperan sebagai system
pembersih pada hidung. Fungsi pembersih udara ini juga ditunjang oleh konka nasalis yang
menimbulkan turbulensi aliran udara sehingga dapat mengendapkan partikel-partikel dari udara
yang seterusnya akan diikat oleh zat mucus. System turbulensi udara ini dapat mengendapkan
partikel-partikel yang berukuran lebih besar dari 4 mikron.
b. Faring
Faring merupakan bagian kedua dan terakhir dari saluran pernapasan bagian atas.Faring
terbagi atas tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, serta laringofaring.
c. Trakea
Trakea berarti pipa udara.Trakea dapat juga dijuluki sebagai eskalator-muko-siliaris karena
silia pada trakea dapat mendorong benda asing yang terikat zat mucus kearah faring yang
kemudian dapat ditelan atau dikeluarkan. Silia dapat dirusak oleh bahan-bahan beracun yang
terkandung dalam asap rokok.
d. Bronki atau bronkioli
Struktur bronki primer masih serupa dengan struktur trakea.Akan tetapi mulai bronki
sekunder, perubahan struktur mulai terjadi.Pada bagian akhir dari bronki, cincin tulang rawan
yang utuh berubah menjadi lempengan-lempengan.Pada bronkioli terminalis struktur tulang
rawan menghilang dan saluran udara pada daerah ini hanya dilingkari oleh otot polos.Struktur
semacam ini menyebabkan bronkioli lebih rentan terhadap penyimpatan yang dapat disebabkan
oleh beberapa faktor.Bronkioli mempunyai silia dan zat mucus sehingga berfungsi sebagai
pembersih udara.Bahan-bahan debris di alveoli ditangkap oleh sel makrofag yang terdapat pada
alveoli, kemudian dibawa oleh lapisan mukosa dan selanjutnya dibuang.
2. Zona Respiratorik
Zona respiratorik terdiri dari alveoli, dan struktur yang berhubungan.Pertukaran gas
antara udara dan darah terjadi dalam alveoli. Selain struktur diatas terdapat pula struktur yang
lain, seperti bulu-bulu pada pintu masuk yang penting untuk menyaring partikel-partikel yang
masuk. Sistem pernafasan memiliki sistem pertahanan tersendiri dalam melawan setiap bahan
yang masuk yang dapat merusak.
Adapun fungsi pernapasan, yaitu :
1. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (sel-selnya)
untuk mengadakan pembakaran
2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian
dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak berguna lagi oleh tubuh)
3. Melembabkan udara.
8

Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara darah dan udara berlangsung di alveolus
paru-paru.Pertukaran tersebut diatur oleh kecepatan dan di dalamnya aliran udara timbal
balik (pernapasan), dan tergantung pada difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah
kapiler dinding alveoli. Hal yang sama juga berlaku untuk gas dan uap yang dihirup.
Paru-paru merupakan jalur masuk terpenting dari bahan-bahan berbahaya lewat udara
pada paparan kerja.
4. Meningkatkan aliran balik vena
5. Mengeluarkan dan memodifikasikan prostaglandin
6. Mengeluarkan air dan panas dari tubuh
Proses dari sistem pernapasan atau sistem respirasi berlangsung beberapa tahap, yaitu
Empat proses pertukaran gas :
a. Ventilasi
Pergerakan udara ke luar dan dalam paru
b. Distribusi
Udara yang telah memasuki saluran pernapasan didistribusikan ke paru-paru. Kemudian
masuk ke dalam alveoli. Udara pertama yang terhirup, masuk ke puncak paru kemudian
disusul oleh udara di belakangnya, masuk ke basis paru. Nilai ventilasi di puncak paru lebih
besar dibandingkan nilai ventilasi di basis paru.
c. Perfusi
Perfusi paru adalah distribusi darah di dalam pembuluh kapiler paru. Tekanan aliran darah di
dalam paru lebih rendah di bandingkan tekanan darah sistemik. Sirkulasi darah dalam paru
mendapat tahanan, terutama tahanan pada jala-kapiler paru (capillary bed). Karena
rendahnya tekanan aliran darah di kapiler paru, aliran darah di paru sangat terpengaruh oleh
gravitasi bumi sehingga perfusi di bagian basal paru lebih besar dibandingkan dengan perfusi
di bagian apex.
d. Difusi gas
Perpindahan molekul O2 dari rongga alveoli melewati membrana kapiler alveolar, melintasi
pembuluh darah, menembus dinding eritrosit dan akhirnya masuk ke dalam sel eritrosit
sampai berikatan dengan hemoglobin. Peristiwa yang lain di dalam paru yaitu perpindahan
CO2 dari darah ke alveolar.

Mekanisme pernapasan berdasarkan anatomi


Pada waktu inspirasi udara masuk melalui kedua nares anterior vestibulum nasi cavum nasi
lalu udara akan keluar dari cavum nasi menuju nares posterior (choanae) masuk ke
nasopharynx,masuk ke oropharynx (epiglottis membuka aditus laryngis) daerah larynx
trakea.masuk ke bronchus primer bronchus sekunder bronchiolus segmentalis (tersier)
9

bronchiolus terminalis melalui bronchiolus respiratorius masuk ke organ paru ductus


alveolaris alveoli.pada saat di alveoli terjadi pertukaran CO2 (yang dibawa A.pulmonalis)lalu
keluar paru dan O2 masuk kedalam vena pulmonalis.lalu masuk ke atrium sinistra ventrikel
sinistra dipompakan melalui aorta ascendens masuk sirkulasi sistemik oksigen (O2) di
distribusikan keseluruh sel dan jaringan seluruh tubuh melalui respirasi internal,selanjutnya CO2
kembali ke jantung kanan melalui kapiler / vena dipompakan ke paru dan dengan ekspirasi
CO2 keluar bebas.
Mekanisme pernapasan berdasarkan fisiologinya
Inspirasi merupakan proses aktif ,akan terjadi kontraksi otot-otot, inspirasi akan meningkatkan
volume intratorakal,tekanan intrapleura di bagian basis paru akan turun dari normal sekitar -2,5
mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) pada awal inspirasi menjadi 6 mm Hg. Jaringan
paru semangkin tegang,tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih negatif dan udara
mengalir kedalam paru. Pada akhir inspirasi daya rekoil paru mulai menarik dinding dada
kembali ke kedudukan ekspirasi,sampai tercapai keseimbangan kembali antara daya rekoil
jaringan paru dan dinding dada. Tekanan didalam saluran udara menjadi sedikit positif dan udara
mengalir meninggalkan paru,selama pernapasan tenang,ekspirasi merupakan proses pasif yang
tidak memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume inratorakal,namun pada awal
ekspirasi masih terdapat kontraksi ringan otot inspirasi,kontraksi ini berfungsi sebagai peredam
daya rekoil paru dan memperlambat ekspirasi.
Mekanisme pertahanan saluran pernapasan
1. Menyaring udara : bulu hidung menyaring partikel >5mikrometer sehingga partikel tidak
sampai ke alveolus
2. Pembersihan mukosiliaris : eskalator mukosiliaris di bawah faring akan menjebak
partikel beserta bakteri kecil yang melewati hidung,mukus akan membawa partikel dan
bakteri tersebut keatas untuk ditelan atau dibatukkan
3. Refleks batuk: pertahanan membersihkan jalan napas dengan menggunakan tekanan
tinggi yang akan membantu kerja pembersihan mukosiliaris bila mekanisme kerja ini
berlebihan atau tidak efektif
4. Refleks menelan dan muntah: mencegah masuknya air atau cairan ke sal.napas
5. Refleks bronkokonstriksi : untuk mencegah iritan terinhalasi dalam jumlah besar seperti
debu atau aerosol
6. Makrofag alveolus : pertahanan utama tingkat alveolus bakteri dan partikel debu akan di
fagosit
7. Ventilasi kolateral : melaui pori-pori kohn yang dibantu oleh napas dalam mencega
atelectasis
Reflex Batuk
Bronkus dan trakea sedemikian sensitifnya terhadap sentuhan halus, sehingga benda
asing dalam jumlah berapapun atau penyebab iritasi lainnya akan menimbulkan refleks
batuk.
Disana suatu rangkaian peristiwa otomatis digerakkan oleh lintasan neuronal medulla,
menyebabkan efek sebagai berikut: kira-kira 2,5 liter udara diinspirasi. Epiglotis menutup
dan pita suara menutup erat-erat untuk menjerat udara dalam paru. Otot-otot perut
berkontraksi dengan kuat mendorong diafragma, sedangkan otot ekspirasi lainnya, seperti
interkonstalis internus, juga berkontraksi dengan kuat mendorong diafragma. Pita suara
10

dengan epiglottis sekonyong-konyong terbuka lebar, sehingga udara bertekanan tinggi dalam
paru meledak keluar. Kadang-kadang dikeluarkan dengan kecepatan 75-100 m. Udara yang
mengalir cepat tersebut biasanya membawa pula benda asing apapun yang terdapat dalam
bronkus dan trakea.
Refleks Bersin
Rangsangan yang menimbulkan refleks bersin adalah iritasi dalam saluran hidung, impuls
aferenberjalan dalam nervus kelima menuju medulla, dimana refleks dicetuskan.
LI 3. Memahami dan menjelaskan rhinitis alergi
3.1 Definisi
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi pada membran mukosa hidung yang disebabkan
oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang
sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen
spesifik tersebut (von Pirquet, 1986).
Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001 adalah
kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah
mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.
Sedangkan pada rhinitis non alergi, biasanya karena pollutan, irritan, merokok dan efek
samping pengobatan, temperatur. Salah satu contoh rhinitis non alergi adalah rhinitis vasomotor
dan rhinitis medikamentosa.
3.2 Etiologi
Rhinitis alergi melibatkan interaksi
antra lingkungan dengan predisposisi
genetik dalam perkembangan genetiknya.
Penyebab rhinitis alergi tersering adalah
allergen pada inhalan pada dewasa dan
ingestan pada anak-anakAllergen yang
menyebabkan rhinitis alergi musiman
biasanya berupa jamur atau serbuk sari,
sedangkan alergen yang menyebabkan
rhinitis alergi perennial (sepanjang tahun)
diantaranya
debu
tungau
(Dermatophagoides pteronysinus), jamur,
binatang peliharaan. Beberapa faktor nonspesifik diantaranya asaprokok, polusi udara, bau aroma yang merangsang atau kuat serta
perubahan cuaca.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas:
- Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah,
tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.
- Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur,
coklat, ikan dan udang.
11

Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau
sengatan lebah.
Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa,
misalnya bahan kosmetik atau perhiasan (Kaplan, 2003).

3.3 Epidemiologi
3.4 Klasifikasi
Klasifikasi rinitis alergi berdasarkan terdapatnya gejala:
1. Intermitten, bila gejala terdapat:
o Kurang dari 4 hari per minggu
o Atau bila kurang dari 4 minggu
2. Persisten, bila gejala terdapat:
o Lebih dari 4 hari per minggu
o Dan bila lebih dari 4 minggu
Berdasarkan beratnya gejala:
1. Ringan, jika tidak terdapat salah satu dari gangguan sebagai berikut:
Gangguan tidur
Gangguan aktivitas harian
Gangguan pekerjaan atau sekolah
2. Sedang-berat, bila didapatkan salah satu atau lebih gejala-gejala tersebut diatas.
3.5 Patofisiologi
Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan
diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu:
1. Immediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) yang
berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya. Munculnya segera
dalam 5-30 menit, setelah terpapar dengan alergen spesifik dan gejalanya terdiri dari
bersin-bersin, rinore karena hambatan hidung dan atau bronkospasme. Hal ini
berhubungan dengan pelepasan amin vasoaktif seperti histamin.
2. Late Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang berlangsung
2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiperreaktifitas) setelah pemaparan dan dapat
berlangsung sampai 24-48 jam. Muncul dalam 2-8 jam setelah terpapar alergen tanpa
12

pemaparan tambahan. Hal ini berhubungan dengan infiltrasi sel-sel peradangan, eosinofil,
neutrofil, basofil, monosit dan CD4 + sel T pada tempat deposisi antigen yang
menyebabkan pembengkakan, kongesti dan sekret kental.

Pada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang
berperan sebagai APC akan menangkap alergen yang menempel di permukaan mukosa hidung.
Kompleks antigen yang telah diproses dipresentasikan pada sel T helper (Th 0). APC melepaskan
sitokin seperti IL1 yang akan mengaktifkan Th0 ubtuk berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2
menghasilkan berbagai sitokin seperti IL3, IL4, IL5 dan IL13. IL4 dan IL13 dapat diikat oleh
reseptornya di permukaan sel limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan
memproduksi IgE. IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE di
permukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga kedua sel ini menjadi aktif. Proses
ini disebut sensitisasi yang menghasilkan mediator yang tersensitisasi. Bila mukosa yang sudah
tersensitisasi terpapar dengan alergen yang sama, maka kedua rantai IgE akan mengikat alergen
spesifik dan terjadi degranulasi (pecahnya dinding sel) mastosit dan basofil dengan akibat
terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk terutama histamin.
Rinitis Alergi melibatkan membran mukosa hidung, mata, tuba eustachii, telinga tengah,
sinus dan faring. Hidung selalu terlibat, dan organ-organ lain dipengaruhi secara individual.
Peradangan dari mukosa membran ditandai dengan interaksi kompleks mediator inflamasi
namun pada akhirnya dicetuskan oleh IgE yang diperantarai oleh respon protein ekstrinsik.
Kecenderungan munculnya alergi, atau diperantarai IgE, reaksi-reaksi pada alergen ekstrinsik
(protein yang mampu menimbulkan reaksi alergi) memiliki komponen genetik.
Pada individu yang rentan, terpapar pada protein asing tertentu mengarah pada sensitisasi
alergi, yang ditandai dengan pembentukan IgE spesifik untuk melawan protein-protein tersebut.
IgE khusus ini menyelubungi permukaan sel mast, yang muncul pada mukosa hidung. Ketika
protein spesifik (misal biji serbuksari khusus) terhirup ke dalam hidung, protein dapat berikatan
13

dengan IgE pada sel mast, yang menyebabkan pelepasan segera dan lambat dari sejumlah
mediator. Mediator-mediator yang dilepaskan segera termasuk histamin, triptase, kimase, kinin
dan heparin. Sel mast dengan cepat mensitesis mediator-mediator lain, termasuk leukotrien dan
prostaglandin D2.
Mediator-mediator ini, melalui interaksi beragam, pada akhirnya menimbulkan gejala
rinore (termasuk hidung tersumbat, bersin-bersin,
gatal, kemerahan, menangis, pembengkakan,
tekanan telinga dan post nasal drip). Kelenjar
mukosa dirangsang, menyebabkan peningkatan
sekresi. Permeabilitas vaskuler meningkat,
menimbulkan
eksudasi
plasma.
Terjadi
vasodilatasi yang menyebabkan kongesti dan
tekanan. Persarafan sensoris terangsang yang
menyebabkan bersin dan gatal. Semua hal
tersebut dapat muncul dalam hitungan menit;
karenanya reaksi ini dikenal dengan fase reaksi
awal atau segera.
Setelah 4-8 jam, mediator-mediator ini,
melalui
kompetisi
interaksi
kompleks,
menyebabkan pengambilan sel-sel peradangan
lain ke mukosa, seperti neutrofil, eosinofil,
limfosit dan makrofag. Hasil pada peradangan
lanjut, disebut respon fase lambat. Gejala-gejala
pada respon fase lambat mirip dengan gejala
pada respon fase awal, namun bersin dan gatal berkurang, rasa tersumbat bertambah dan
produksi mukus mulai muncul. Respon fase lambat ini dapat bertahan selama beberapa jam
sampai beberapa hari.
Pada rinitis alergi, antigen merangsang epitel respirasi hidung yang sensitif, dan
merangsang produksi antibodi yaitu IgE. Sintesis IgE terjadi dalam jaringan limfoid dan
dihasilkan oleh sel plasma. Interaksi antibodi IgE dan antigen ini terjadi pada sel mast dan
menyebabkan pelepasan mediator farmakologi yang menimbulkan dilatasi vaskular, sekresi
kelenjar dan kontraksi otot polos.Efek sistemik, termasuk lelah, mengantuk, dan lesu, dapat
muncul dari respon peradangan. Gejala-gejala ini sering menambah perburukan kualitas hidup.
3.6 Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul ada rhinitis alergi, antara lain :
a) Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Sebetulnya bersin
merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan
sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan
sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari 5 kali
setiap serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamin. Disebut juga sebagai bersin
patologis (Soepardi, Iskandar,2004).
14

b) Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan
mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi).
c) Tanda-tanda alergi juga terlihat di hidung, mata, telinga, faring atau laring.
- Tanda hidung termasuk lipatan hidung melintang garis hitam melintang pada tengah.
Punggung hidung akibat sering menggosok hidung ke atas menirukan pemberian hormat
(allergic salute), pucat dan edema mukosa hidung yang dapat muncul kebiruan. Lubang
hidung bengkak disertai dengan sekret mukoid atau cair.
- Tanda di mata termasuk edema kelopak mata, kongesti konjungtiva, lingkar hitam
dibawah mata (allergic shiner).
- Tanda pada telinga termasuk retraksi membran timpani atau otitis media serosa sebagai
hasil dari hambatan tuba eustachii.
- Tanda faringeal termasuk faringitis granuler akibat hiperplasia submukosa jaringan
limfoid.
- Tanda laringeal termasuk suara serak dan edema pita suara
Gejala lain yang tidak khas dapat berupa: batuk, sakit kepala, masalah penciuman, mengi,
penekanan pada sinus dan nyeri wajah, post nasal drip. Beberapa orang juga mengalami
lemah dan lesu, mudah marah, kehilangan nafsu makan dan sulit tidur. (Harmadji, 1993).
3.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis

Anamnesis
Anamnesis sangat penting, karena sering kali serangan tidak terjadi dihadapan
pemeriksa. Hampir 50% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja.
- Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang.
- Gejala lain ialah keluar hingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat,
hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar
(lakrimasi). Kadang-kadang keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau
satu-satunya gejala yang diutarakan oleh pasien.
Perlu ditanyakan pola gejala (hilang timbul, menetap) beserta onset dan
keparahannya, identifikasi faktor predisposisi karena faktor genetik dan herediter sangat
berperan pada ekspresi rinitis alergi, respon terhadap pengobatan, kondisi lingkungan dan
pekerjaan.
Rinitis alergi dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, bila terdapat 2 atau lebih
gejala seperti bersin-bersin lebih 5 kali setiap serangan, hidung dan mata gatal, ingus
encer lebih dari satu jam, hidung tersumbat, dan mata merah serta berair maka dinyatakan
positif (Rusmono, Kasakayan, 1990).

Pemeriksaan fisik
Pada muka biasanya didapatkan garis Dennie-Morgan dan allergic shinner, yaitu
bayangan gelap di daerah bawah mata karena stasis vena sekunder akibat obstruksi
hidung (Irawati, 2002).

15

Selain itu, dapat ditemukan juga allergic crease yaitu berupa garis melintang pada dorsum
nasi bagian sepertiga bawah. Garis ini timbul akibat hidung yang sering digosok-gosok
oleh punggung tangan (allergic salute).
Pada pemeriksaan rinoskopi ditemukan mukosa hidung basah, berwarna pucat atau livid
dengan konka edema dan sekret yang encer dan banyak.
Perlu juga dilihat adanya kelainan septum atau polip hidung yang dapat memperberat
gejala hidung tersumbat. Selain itu, dapat pula ditemukan konjungtivis bilateral atau
penyakit yang berhubungan lainnya seperti sinusitis dan otitis media (Irawati, 2002).
Pemeriksaan penunjang, antara lain :
a) Skin prick test
- mudah, digunakan untuk mengetahui jenis alergen penyebab alergi
- sensitifitas dan spesifisitas tinggi terhadap hasil pemeriksaan IgE spesifik
- lebih ideal menggunakan test Intradermal Test/ Skin End Point Titration Test
b) IgE serum total
- kadar meningkat pada 60% penderita rhinitis alergi
- kadar IgE normal tidak menyingkirkan rhinitis alergi
- dipakai sebagai pemeriksaan penyaring, bukan untung diagnostik
c) IgE serum spesifik
- dilakukan bila Skin Prick Test negative dengan gejala klinis positif
- teknik radioallergosorbent test (RAST) menyempurnakan pemeriksaan ini,
selain itu lebih efektif dan sensitif
d) Pemeriksaan sitologis atau histologis
e) Nasal challenge test, dilakukan bila riwayat rhinitis alergi positif dan hasil tes
alergi negatif
f) Foto polos sinus paranasal/CT Scan/MRI, dilkukan bila ada indikasi komplikasi
rinosinusitis, menilai respon terhadap terapi dan jika direncanakan tindakan
operasi

Diagnosis Banding
Penyakit-penyakit yang perlu dibedakan dengan rinitis alergi diantaranya adalah:
1. Drug induced rhinitis
2. Rinitis hormonal
3. Rinitis infeksi (virus, bakteri atau penyebab lainnya)
4. Rinitis karena pekerjaan
5. Non Allergic Rhinitis with Eosinophilic Syndrome (NARES)
6. Rinitis karena iritan
7. Rinitis vasomotor
8. Rinitis atropi

16

9. Rinitis idiopatik

3.8 Penatalaksanaan
a.) Medikamentosa
Antihistamin yang dipakai adalah antagonis H-1, yang bekerja secara inhibitorkompetitif
pada reseptor H-1 sel target, dan merupakan preparat farmakologik yang paling sering
dipakai sebagai inti pertama pengobatan rinitis alergi. Pemberian dapat dalam kombinasi
atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara peroral.Antihistamin dibagi dalam 2
golongan yaitu golongan antihistamin generasi-1 (klasik) dan generasi -2 (non sedatif).
Antihistamin generasi-1 bersifat lipofilik, sehingga dapat menembus sawar darah otak
(mempunyai efek pada SSP) dan plasenta serta mempunyai efek kolinergik.
Antihistamin 1
o Farmakodinamik :
Antagonis kompetitif pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos.
Selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain
yang disertai pengelepasan histamin endogen berlebihan.
o Farmakokinetik :
Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 diabsorpsi secara baik. Kadar tertinggi
terdapat pada paru-paru sedangkan pada limpa, ginjal, otak, otot, dan kulit kadarnya lebih
rendah. Tempat utama biotransformasi AH1 adalah hati.
o Penggolongan AH1
AH generasi 1
Contoh: etanolamin, Etilenedamin, Piperazin, Alkilamin, Derivat fenotiazin
Keterangan: H1:sedasi ringan-berat, antimietik dan komposisi obat flu, antimotion sickness
Indikasi AH1 berguna untuk penyakit:
1. Alergi
2. Mabuk perjalanan
3. Anastesi lokal
4. Untuk asma berbagai profilaksis
- Efek samping
Vertigo, tinitus, lelah, penat, inkoordinasi, insomnia, tremor, mulut kering, disuria, palpitasi,
hipotensi, sakit kepala, rasa berat, lemah pada tangan.
Antihistamin golongan 1 lini pertama
17

Pemberian dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara
peroral.
Bersifat lipofilik, dapat menembus sawar darah otak, mempunyai efek pada SSP dan
plasenta.
Kolinergik
Sedatif :

Oral : difenhidramin, klorfeniramin, prometasin, siproheptadin


Topikal : Azelastin

Antagonis Reseptor H2 (AH2)


Contoh: simetidin dan ranitidin
-

Farmakodinamik
Menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel. Perangsangan reseptor H2 akan
merangsang sekresi asam lambung, sehingga pada pemberian simetidin atau ranitidin sekresi
asam lambung dihambat.

- Farmakokinetik
1. Bioavibilitas oral simetidin sekitar 70%, sama dengan setelah pemberian intravena atau
intramuskular. Ikatan absorpsi simetidin diperlambat oleh makanan, sehingga simetidin
diberikan segera setelah makan.
2. Bioavibilitas ranitidin yang diberikan secara oral sekitar 50% dan meningkat pada pasien
penyakit hati.
- Indikasi: efektif untuk mengatasi gejala tukak duodenum.
- Efek samping: pusing, mual, malaise, libido turun, disfungsi seksual.
Preparat simpatomimetik golongan agonis adrenergik alfa dipakai dekongestan hidung
oral dengan atau tanpa kombinasi dengan antihistamin atau tropikal. Namun pemakaian
secara tropikal hanya boleh untuk beberapa hari saja untuk menghindari terjadinya rinitis
medikamentosa.
- golongan simpatomimetik -> beraksi pada reseptor adrenergik pada mukosa hidung
untuk menyebabkan vasokonstriksi, menciutkan mukosa yang membengkak,dan
memperbaiki pernafasan
- Penggunaan dekongestan topikal tidak menyebabkan atau sedikit sekali menyebabkan
absorpsisistemik
- Penggunaan agen topikal yang lama (lebih dari 3-5 hari) dapat menyebabkan rinitis
medikamentosa,di mana hidung kembali tersumbat akibat vasodilatasi perifer, oleh sebab
itu dibatasi penggunaannya.
DEKONGESTAN ORAL
1. Efedrin

18

Adalah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan efedra. Efektif pada pemberian oral,
masa kerja panjang, efek sentralnya kuat. Bekerja pada reseptor alfa, beta 1 dan beta 2.
Efek kardiovaskular : tekanan sistolik dan diastolik meningkat, tekanan nadi
membesar. Terjadi peningkatan tekanan darah karena vasokontriksi dan stimulasi
jantung. Terjadi bronkorelaksasi yang relatif lama.
Efek sentral : insomnia, sering terjadi pada pengobatan kronik yanf dapat diatasi
dengan pemberian sedatif.
Dosis.

Dewasa
Anak-anak 6-12 tahun
Anak-anak 2-5 tahun

: 60 mg/4-6 jam
: 30 mg/4-6 jam
: 15 mg/4-6 jam

2. Fenilpropanolamin
Dekongestan nasal yang efektif pada pemberian oral. Selain menimbulkan konstriksi
pembuluh darah mukosa hidung, juga menimbulkan konstriksi pembuluh darah lain
sehingga dapat meningkatkan tekanan darah dan menimbulkan stimulasi jantung. Efek
farmakodinamiknya menyerupai efedrin tapi kurang menimbulkan efek SSP. Harus
digunakan sangat hati-hati pada pasien hipertensi dan pada pria dengan hipertrofi
prostat. Kombinasi obat ini dengan penghambat MAO adalah kontraindikasi. Obat ini
jika digunakan dalam dosis besar (>75 mg/hari) pada orang yang obesitas akan
meningkatkan kejadian stroke, sehingga hanya boleh digunakan dalam dosis maksimal
75 mg/hari sebagai dekongestan.
Dosis.
Dewasa
: 25 mg/4 jam
Anak-anak 6-12 tahun
: 12,5 mg/4 jam
Anak-anak 2-5 tahun
: 6,25 mg/4 jam
3. Fenilefrin
Adalah agonis selektif reseptor alfa 1 dan hanya sedikit mempengaruhi reseptor beta.
Hanya sedikit mempengaruhi jantung secara langsung dan tidak merelaksasi bronkus.
Menyebabkan konstriksi pembuluh darah kulit dan daerah splanknikus sehingga
menaikkantekanan darah.

Obat Dekongestan Topikal


Derivat imidazolin (nafazolin, tetrahidrozolin, oksimetazolin, dan xilometazolin).

Dalam bentuk spray atau inhalan. Terutama untuk rinitis akut, karena tempat kerjanya
lebih selektif. Tapi jika digunakan secara berlebihan akan menimbulkan penyumbatan
berlebihan disebut rebound congestion. Bila terlalu banyak terabsorpsi dapat
menimbulkan depresi Sistem Saraf Pusat dengan akibatkoma dan penurunan suhu tubuh
yang hebat, terutama pada bayi. Maka tidak boleh diberikan pada bayi dan anak kecil
- Onset lambat, tapi efek lebih lama dan kurang menyebabkan iritasi lokal -> tidak
menimbulkan
- Efk samping : rhinitis medikamentosa
19

Contoh : Fenilefrin,Fenilpropanilamin (IT sempit ; resiko hipertensi), Pseudo - efedrin


Obat dekongestan topikal dan durasi aksinya
Aksi pendek Sampai 4 jam : Fenilefrin HCl
Aksi sedang 4 6 jam : Nafazolin HCl,Tetrahidrozolin HCl
Aksi panjang Sampai 12 jam : Oksimetazolin HCl , Xylometazolin HCl
Preparat kortikosteroid dipilih bila gejala trauma sumbatan hidung akibat respons fase
lambat berhasil diatasi dengan obat lain. Yang sering dipakai adalah kortikosteroid
tropikal (beklometosa, budesonid, flusolid, flutikason, mometasonfuroat dan
triamsinolon).
Sodium Kromolin (obat semprot hidung)
Efeknya terbatas pada hidung dan tenggorokan bagian belakang
- suatu penstabil sel mast mencegah degranulasi sel mast dan pelepasan mediator,
termasuk histamin.
- tersedia dalam bentuk semprotan hidung untuk mencegah dan mengobati rinitis alergi.
- Efek sampingnya : iritasi lokal (bersin dan rasa perih pada membran mukosa hidung
- Dosisnya untuk pasien di atas 6 tahun adalah 1 semprotan pada setiap lubang hidung
3-4 kali sehari pada interval yang teratur.
- Untuk rinitis seasonal, gunakan obat ini pada saat awal musim alergi dan digunakan
terus sepanjang musim.
- Untuk rhinitis perennial, efeknya mungkin tidak terlihat dalam 2-4 minggu pertama,
untuk itu dekongestan dan antihistamin mungkin diperlukan pada saat terapi dimulai.
Preparat antikolinergik topikal adalah ipratropium bromida, bermanfaat untuk
mengatasi rinore, karena aktifitas inhibisi reseptor kolinergik permukaan sel efektor
(Mulyarjo, 2006).
IPRATROPIUM BROMIDA
- Merupakan agen antikolinergik berbentuk semprotan hidung
- bermanfaat pada rinitis alergi yang persisten atau perenial
- memiliki sifat antisekretori jika digunakan secara lokal dan bermanfaat untuk
mengurangi hidung berair yang terjadi pada rinitis alergi.
- tersedia dalam bentuk larutan dengan kadar 0,03%,diberikan dalam 2 semprotan (42
mg) 2- 3 kali sehari.
- Efek sampingnya ringan, meliputi sakit kepala, epistaxis,dan hidung terasa kering.
b.) Operatif
Tindakan konkotomi (pemotongan konka inferior) perlu dipikirkan bila konka
inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai
AgNO3 25 % atau troklor asetat
c.) Imunoterapi
20

Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi


membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat,
berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan
- Bersifat kausatif
- Imunoterapi merupakan proses yang lambat dan bertahap dengan menginjeksikan alergen
yang diketahui memicu reaksi alergi pada pasien dengan dosis yang semakin meningkat.
- Tujuannya adalah agar pasien mencapai peningkatan toleransi terhadap alergen, sampai
pasien tidak lagi menunjukkan reaksi alergi jika terpapar oleh senyawa tersebut
- Caranya : Larutan alergen yang sangat encer (1:100.000 sampai 1:1000.000.000 b/v)
diberikan 1 2 Kali seminggu.Konsentrasi kemudian ditingkatkan sampai
tercapai dosis yang dapat ditoleransi. Dosis ini kemudian dipertahankan
setiap 2-6 minggu,tergantung pada respon klinik.
- Terapi dilakukan sampai pasien dapat mentoleransi alergen pada dosis yang umumnya
dijumpai pada paparan alergen.
- Parameter Efektifitas ditunjukkan dengan :
berkurangnya produksi IgE,
meningkatnya produksi IgG,
perubahan pada limfosit T,
berkurangnya pelepasan mediator dari sel yang tersensitisasi, dan
berkurangnya sensitivitas jaringan terhadap alergen.
- Namun, imunoterapi terbilang mahal dan butuh waktu lama, membutuhkan komitmen
yang besar dari pasien

3.9 Komplikasi
-

Polip Hidung: Inspisited mucous gland, akumulasi sel-sel inflamasi yangbanyak,


hiperplasia epitel, hiperplasia sel goblet, dan metaplasia skuamosa.
Otitis media: terutama pada anak-anak
Sinusitis paranasal: Inflamasi mukosa satu atau lebih sinus paranasal akibat edema ostia
sinus oleh proses alergis dalam mukosa yang menyebabkan sumbat anostia sehingga
terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan udara rongga sinus. Hal tersebut menyuburkan
pertumbuhan bakteri aerob yang akan menyebabkan rusaknya fungsi barier epitel.

3.10 Prognosis
Baik, banyak gejala rinitis alergi dapat dengan mudah diobati. Pada beberapa kasus (khususnya
pada anak-anak), orang mungkin memperoleh alergi seiring dengan sistem imun yang menjadi
kurang sensitif pada alergen.

LI 4. Memahami dan Menjelaskan Manfaat Wudhu bagi Kesehatan


1. Berkumur kumur
21

Hadist riwayat Muslim dari Amru bin Yahya mengatakan bahwa, Rosulullah Shallallohu alaihi
wa salam berkumur dan membersihkan hidung masing-masing dengan tiga ciduk air.
Berkumur adalah kegiatan membersihkan rongga mulut dengan air sehingga akan
menghindarkan dari penularan berbagai penyakit. Seringkali terjadi sisa-sisa makanan
mengendap atau tersangkut antara sela-sela gigi, apabila tidak dibersihkan akan digunakan
sebagai tempat pertumbuhan dan perkembangan kuman-kuman. Dengan melakukan berkumurkumur berarti tanpa disadari kita telah mencegah pertumbuhan penyakit yang menyebabkan
infeksi pada gigi dan mulut.
Hasil analisa para ilmuwan modern telah membuktikan bahwa dengan berkumur dapat menjaga
mulut dan tenggorokan dari penyakit radang dan menjaga gusi dari luka. Dengan berkumur
berarti kita menjaga kesehatan gigi dan mulut karena akan menghilangkan sisa makanan yang
tersangkut pada sela-sela gigi setelah makan. Manfaat lainnya adalah dapat menguatkan sebagian
otot-otot wajah dan menjaga kesegarannya dan menjadikan jiwa seseorang menjadi tenang.
2. Istinsyaq
Hadist riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiyallohu berkata, Rosulullah Shallallohu alaihi
wa salam bersabda : apabila salah seorang dari kamu berwudhu, maka hiruplah air dengan
lubang hidung, kemudian hembuskanlah.
Istinsyaq adalah menghirup air melalui lubang hidung lalu ke rongga hidung sampei ke
tenggorokan hidung (nasofaring). Berfungsi untuk membersihkan selaput dan lendir hidung yang
telah tercemar oleh udara kotor dan kuman. Kita tahu bahwa selaput dan lendir hidung
merupakan pertahanan pertama dalam system pernapasan kita (ISPA), jadi harus selalu menjaga
kebersihannnya agar terhindar dari penyakit yang mengganggu pernapasan. Karena dari hidung
bisa saja penyakit tersebut menular sampai ke paru-paru. Sehingga akan semakin tinggi tingkat
kebahayaannya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh tim kedokteran Universitas Alexandria membuktikan
bahwa orang yang berwudhu secara rutin, akan membuat hidung mereka bersih dari debu,
bakteri dan mikroba. Lubang hidung adalah tempat yang mudah dihinggapi bakteri, virus dan
mikroba. Dengan membasuh hidung secara rutin dan melakukan istinsyaq, maka lubang hidung
akan bersih sehingga dapat terhindar dari radang dan bakteri dan mencerminkan kesehatan
tubuh. Karena istinsyaq dapat menjaga kesehatan dari bahaya pemindahan mikroba dari hidung
ke bagian tubuh lainnya.
Hasil penelitian salah satu komite kongres antar Negara-negar Islam di Kairo bahwa
membersihkan hisung sebanyak 5x dalam setiap wudhu dapat menjaga kenyamanan ronggarongga hidung dari penyakit infeksi peradangan, sehingga organ-organ tubuh terlindungu dari
serangan kuman yang bersarang di dalam rongga hidung.

22

3. Membasuh wajah
Dengan membasuh wajah berarti kita membersihkan wajah dari debu-debu yang mengandung
kuman/ bakteri penyebab masalah kulit wajah, seperti jerawat, komedo, dll. selain itu dapat
membuat wajah selalu segar setiap saat dan dapat menghilangkan rasa kantuk. Dan dapat
mengurangi depresi pada wajah, membantu peremajaan kulit, serta membantu kulit untuk
bernafas. Kulit yang sebelumnya tertutup oleh debu atau balutan make up ketika dibasuh akan
bersih sehingga dapat bernafas lagi.
Pada saat malam hari, kulit bekerja lebih keras dan terjadi hal khusus dalam kulit. Aliran
darahpun meningkat, kebutuhan oksigen semakin banyak dan metabolisme kulit ikut meningkat
pula. Karena pada saat itu merupakan tanda-tanda bahwa kulit telah mempersiapkan untuk
memperbaiki diri. Dan secara alami kulit akan memperbaiki kerusakan karena akibat dari
aktifitas pada siang hari dan mempersiapkan dirinya untuk menyambut esok hari. Jadi membasuh
wajah dalam 5 waktu begitu penting manfaatnya bagi diri kita sendiri.
4. Membasuh kedua tangan
Membasuh kedua tangan dari telapak tangan sampai siku-siku berarti menghilangkan debu dan
kuman yang biasanya menempel pada bagian tersebut. Selain itu bisa juga menghilangkan
keringat yang menyebabkan bau badan dan menjaga kesegaran kulit agar tidak kering sehingga
selalu terlihat segar dan cerah.
Menurut para pakar kesehatan, membasuh kedua tangan dapat membuang energi buruk yang ada
di dalam tubuh dengan cara mengaliri air pada ujung jari. Dari telapak tangan sampai siku-siku
terdapat banyak titik akupuntur yang bisa menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan
dada, paru-paru, jantung, lambung, tenggorokan, dan organ-organ gerak bagian atas, serta
terdapat titik yang menghilangkan rasa cemas.
Menurut para pakar ilmuwan , membasuh kedua tangan dapat membuang energi buruk yang ada
di dalam tubuh melalui ujung jari yang dialiri air. Pada tangan sampai siku juga terdapat titik
akupuntur yang menyembuhkan penyakit pada dada, paru-paru, tenggorokan, lambung, jantung
dan organ gerak bagian atas. Titik-titik yang dapat menghilangkan rasa cemas pun terdapat pada
bagian ini
5. Membasuh sebagian rambut
Membasuh sebagian rambut berarti mengusap sebagian kepala dengan air terutama pada ubunubun. Dengan mengusap sebagian kepala dapat membuat otak kita menjadi jernih dalam
berpikir, mempertajam ingatan, mencegah kerontokan rambut dan terhindar dari penyakit pikun.
Karena pada area tersebut terdapat titik-titik yang berhubungan dengan otak dan syaraf manusia.

23

http://www.pathmo.com/2014/08/manfaat-wudhu-bagi-kesehatan-tubuh.html#ixzz3RpI34Jyj
Sherwood, Lauralee (2001). Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC

24

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen5 halaman
    Daftar Isi
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Critical Appraisal
    Critical Appraisal
    Dokumen7 halaman
    Critical Appraisal
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Cover Preskas
    Cover Preskas
    Dokumen1 halaman
    Cover Preskas
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen11 halaman
    Bab I
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Cover Preskas
    Cover Preskas
    Dokumen1 halaman
    Cover Preskas
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen11 halaman
    Bab I
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Reading
    Jurnal Reading
    Dokumen14 halaman
    Jurnal Reading
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Preskas
    Preskas
    Dokumen1 halaman
    Preskas
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • SK 3
    SK 3
    Dokumen50 halaman
    SK 3
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Bab 5 Kelumpuhan Dan Gangguan Berjalan
    Bab 5 Kelumpuhan Dan Gangguan Berjalan
    Dokumen0 halaman
    Bab 5 Kelumpuhan Dan Gangguan Berjalan
    yuldicuy
    Belum ada peringkat
  • REFERAT
    REFERAT
    Dokumen19 halaman
    REFERAT
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Fungsi Sistem Pernapasan
    Fungsi Sistem Pernapasan
    Dokumen1 halaman
    Fungsi Sistem Pernapasan
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus
    Presentasi Kasus
    Dokumen32 halaman
    Presentasi Kasus
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Wrap Up Skenario 2 Blok Neoplasia
    Wrap Up Skenario 2 Blok Neoplasia
    Dokumen1 halaman
    Wrap Up Skenario 2 Blok Neoplasia
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Wrap Up Skenario 2
    Wrap Up Skenario 2
    Dokumen37 halaman
    Wrap Up Skenario 2
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Otitis Media Supuratif Kronik
    Otitis Media Supuratif Kronik
    Dokumen21 halaman
    Otitis Media Supuratif Kronik
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Wrap Up
    Wrap Up
    Dokumen53 halaman
    Wrap Up
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • SK 2
    SK 2
    Dokumen31 halaman
    SK 2
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • SK 1
    SK 1
    Dokumen44 halaman
    SK 1
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Skenario 1
    Skenario 1
    Dokumen24 halaman
    Skenario 1
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Skenario 1
    Skenario 1
    Dokumen26 halaman
    Skenario 1
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Skenario 3
    Skenario 3
    Dokumen21 halaman
    Skenario 3
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Skenario 3
    Skenario 3
    Dokumen35 halaman
    Skenario 3
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Skenario 3
    Skenario 3
    Dokumen21 halaman
    Skenario 3
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat
  • Wrap U SK 2 Blok Respi
    Wrap U SK 2 Blok Respi
    Dokumen33 halaman
    Wrap U SK 2 Blok Respi
    Alimuslimah
    Belum ada peringkat