FK A / A12/ 1102013020
LI.1 : Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Pernafasan Atas
1.1 Anatomi Makroskopis
Hidung
Merupakan organ yang pertama berfungsi dalam saluran pernapasan. Ada 2
bagian dari hidung, yaitu:
o Eksternal: menonjol dari wajah, disangga oleh Os. Nasi dan tilang rawan
kartilago
o Internal: permukaan yang bermukosa berupa rongga (vestibulum nasi)
yang disekat antara kanan-kiri oleh septum nasi
Pada vestibulum nasi terdapat cilia yang kasar berfungsi untuk menyaring udara.
Bagian dalam rongga hidung yang berbentuk terowongan (cavum nasi) dimulai
dari lubang hidung depan (nares anterior) sampai lubang hidung belakang (nares
posterior, dibagian ini ada 3 concha nasalis , yaitu:
o Concha nasalis superior
o Concha nasalis media
o Concha nasalis inferior
digestivus.
Laring
Daerahnya dimulai dari aditus laringis (pintu laring) sampai batas bawah cartilago
cricoid. Terbentuk oleh tulang dan tulang rawan. Tulangnya adalah Os. Hyoid.
Tulang rawannya:
o Epiglotis: tulang rawan berbentuk sendok. Pada saat ekspirasi inspirasi
biasa, epiglotis terbuka. Pada waktu menelan, epiglotis menutup aditus
laringis agar makanan tidak masuk ke laring.
o Cartilago tyroid (adams apple): jaringan ikatnya adalah membrana
thyrohyoid.
o Cartilago arytenoid: ada 2. Digunakan dalam gerakan pita suara dengan
cartilago thyroid.
o Cartilago cricoid: adalah batas bawah laring
Dalam cavum laringis terdapat pita suara asli (plica vocalis) dan pita suara palsu
(plica vestibularis).
dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot
rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang
berbeda-beda.
Pernafasan atau respirasi adalah menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen
kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida
C O2
sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.Sisa respirasi berperan untuk menukar udara ke
permukaan dalam paru-paru.Udara masuk dan menetap dalam sistem pernafasan dan masuk
dalam pernafasan otot sehingga trakea dapat melakukan penyaringan, penghangatan dan
melembabkan udara yang masuk, juga melindungi organ lembut.penghisapan ini disebut
inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.
Secara fungsional (faal), saluran pernafasan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Zona Konduksi
7
Zona konduksi berperan sebagai saluran tempat lewatnya udara pernapasan, serta
membersihkan, melembabkan dan menyamakan suhu udara pernapasan dengan suhu tubuh.
Disamping itu zona konduksi juga berperan pada proses pembentukan suara. Zona konduksi
terdiri dari hidung, faring, trakea, bronkus, serta bronkioli terminalis.
a. Hidung
Rambut, zat mucus serta silia yang bergerak kearah faring berperan sebagai system
pembersih pada hidung. Fungsi pembersih udara ini juga ditunjang oleh konka nasalis yang
menimbulkan turbulensi aliran udara sehingga dapat mengendapkan partikel-partikel dari udara
yang seterusnya akan diikat oleh zat mucus. System turbulensi udara ini dapat mengendapkan
partikel-partikel yang berukuran lebih besar dari 4 mikron.
b. Faring
Faring merupakan bagian kedua dan terakhir dari saluran pernapasan bagian atas.Faring
terbagi atas tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, serta laringofaring.
c. Trakea
Trakea berarti pipa udara.Trakea dapat juga dijuluki sebagai eskalator-muko-siliaris karena
silia pada trakea dapat mendorong benda asing yang terikat zat mucus kearah faring yang
kemudian dapat ditelan atau dikeluarkan. Silia dapat dirusak oleh bahan-bahan beracun yang
terkandung dalam asap rokok.
d. Bronki atau bronkioli
Struktur bronki primer masih serupa dengan struktur trakea.Akan tetapi mulai bronki
sekunder, perubahan struktur mulai terjadi.Pada bagian akhir dari bronki, cincin tulang rawan
yang utuh berubah menjadi lempengan-lempengan.Pada bronkioli terminalis struktur tulang
rawan menghilang dan saluran udara pada daerah ini hanya dilingkari oleh otot polos.Struktur
semacam ini menyebabkan bronkioli lebih rentan terhadap penyimpatan yang dapat disebabkan
oleh beberapa faktor.Bronkioli mempunyai silia dan zat mucus sehingga berfungsi sebagai
pembersih udara.Bahan-bahan debris di alveoli ditangkap oleh sel makrofag yang terdapat pada
alveoli, kemudian dibawa oleh lapisan mukosa dan selanjutnya dibuang.
2. Zona Respiratorik
Zona respiratorik terdiri dari alveoli, dan struktur yang berhubungan.Pertukaran gas
antara udara dan darah terjadi dalam alveoli. Selain struktur diatas terdapat pula struktur yang
lain, seperti bulu-bulu pada pintu masuk yang penting untuk menyaring partikel-partikel yang
masuk. Sistem pernafasan memiliki sistem pertahanan tersendiri dalam melawan setiap bahan
yang masuk yang dapat merusak.
Adapun fungsi pernapasan, yaitu :
1. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (sel-selnya)
untuk mengadakan pembakaran
2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian
dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak berguna lagi oleh tubuh)
3. Melembabkan udara.
8
Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara darah dan udara berlangsung di alveolus
paru-paru.Pertukaran tersebut diatur oleh kecepatan dan di dalamnya aliran udara timbal
balik (pernapasan), dan tergantung pada difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah
kapiler dinding alveoli. Hal yang sama juga berlaku untuk gas dan uap yang dihirup.
Paru-paru merupakan jalur masuk terpenting dari bahan-bahan berbahaya lewat udara
pada paparan kerja.
4. Meningkatkan aliran balik vena
5. Mengeluarkan dan memodifikasikan prostaglandin
6. Mengeluarkan air dan panas dari tubuh
Proses dari sistem pernapasan atau sistem respirasi berlangsung beberapa tahap, yaitu
Empat proses pertukaran gas :
a. Ventilasi
Pergerakan udara ke luar dan dalam paru
b. Distribusi
Udara yang telah memasuki saluran pernapasan didistribusikan ke paru-paru. Kemudian
masuk ke dalam alveoli. Udara pertama yang terhirup, masuk ke puncak paru kemudian
disusul oleh udara di belakangnya, masuk ke basis paru. Nilai ventilasi di puncak paru lebih
besar dibandingkan nilai ventilasi di basis paru.
c. Perfusi
Perfusi paru adalah distribusi darah di dalam pembuluh kapiler paru. Tekanan aliran darah di
dalam paru lebih rendah di bandingkan tekanan darah sistemik. Sirkulasi darah dalam paru
mendapat tahanan, terutama tahanan pada jala-kapiler paru (capillary bed). Karena
rendahnya tekanan aliran darah di kapiler paru, aliran darah di paru sangat terpengaruh oleh
gravitasi bumi sehingga perfusi di bagian basal paru lebih besar dibandingkan dengan perfusi
di bagian apex.
d. Difusi gas
Perpindahan molekul O2 dari rongga alveoli melewati membrana kapiler alveolar, melintasi
pembuluh darah, menembus dinding eritrosit dan akhirnya masuk ke dalam sel eritrosit
sampai berikatan dengan hemoglobin. Peristiwa yang lain di dalam paru yaitu perpindahan
CO2 dari darah ke alveolar.
dengan epiglottis sekonyong-konyong terbuka lebar, sehingga udara bertekanan tinggi dalam
paru meledak keluar. Kadang-kadang dikeluarkan dengan kecepatan 75-100 m. Udara yang
mengalir cepat tersebut biasanya membawa pula benda asing apapun yang terdapat dalam
bronkus dan trakea.
Refleks Bersin
Rangsangan yang menimbulkan refleks bersin adalah iritasi dalam saluran hidung, impuls
aferenberjalan dalam nervus kelima menuju medulla, dimana refleks dicetuskan.
LI 3. Memahami dan menjelaskan rhinitis alergi
3.1 Definisi
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi pada membran mukosa hidung yang disebabkan
oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang
sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen
spesifik tersebut (von Pirquet, 1986).
Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001 adalah
kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah
mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.
Sedangkan pada rhinitis non alergi, biasanya karena pollutan, irritan, merokok dan efek
samping pengobatan, temperatur. Salah satu contoh rhinitis non alergi adalah rhinitis vasomotor
dan rhinitis medikamentosa.
3.2 Etiologi
Rhinitis alergi melibatkan interaksi
antra lingkungan dengan predisposisi
genetik dalam perkembangan genetiknya.
Penyebab rhinitis alergi tersering adalah
allergen pada inhalan pada dewasa dan
ingestan pada anak-anakAllergen yang
menyebabkan rhinitis alergi musiman
biasanya berupa jamur atau serbuk sari,
sedangkan alergen yang menyebabkan
rhinitis alergi perennial (sepanjang tahun)
diantaranya
debu
tungau
(Dermatophagoides pteronysinus), jamur,
binatang peliharaan. Beberapa faktor nonspesifik diantaranya asaprokok, polusi udara, bau aroma yang merangsang atau kuat serta
perubahan cuaca.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas:
- Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah,
tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.
- Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur,
coklat, ikan dan udang.
11
Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau
sengatan lebah.
Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa,
misalnya bahan kosmetik atau perhiasan (Kaplan, 2003).
3.3 Epidemiologi
3.4 Klasifikasi
Klasifikasi rinitis alergi berdasarkan terdapatnya gejala:
1. Intermitten, bila gejala terdapat:
o Kurang dari 4 hari per minggu
o Atau bila kurang dari 4 minggu
2. Persisten, bila gejala terdapat:
o Lebih dari 4 hari per minggu
o Dan bila lebih dari 4 minggu
Berdasarkan beratnya gejala:
1. Ringan, jika tidak terdapat salah satu dari gangguan sebagai berikut:
Gangguan tidur
Gangguan aktivitas harian
Gangguan pekerjaan atau sekolah
2. Sedang-berat, bila didapatkan salah satu atau lebih gejala-gejala tersebut diatas.
3.5 Patofisiologi
Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan
diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu:
1. Immediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) yang
berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya. Munculnya segera
dalam 5-30 menit, setelah terpapar dengan alergen spesifik dan gejalanya terdiri dari
bersin-bersin, rinore karena hambatan hidung dan atau bronkospasme. Hal ini
berhubungan dengan pelepasan amin vasoaktif seperti histamin.
2. Late Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang berlangsung
2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiperreaktifitas) setelah pemaparan dan dapat
berlangsung sampai 24-48 jam. Muncul dalam 2-8 jam setelah terpapar alergen tanpa
12
pemaparan tambahan. Hal ini berhubungan dengan infiltrasi sel-sel peradangan, eosinofil,
neutrofil, basofil, monosit dan CD4 + sel T pada tempat deposisi antigen yang
menyebabkan pembengkakan, kongesti dan sekret kental.
Pada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang
berperan sebagai APC akan menangkap alergen yang menempel di permukaan mukosa hidung.
Kompleks antigen yang telah diproses dipresentasikan pada sel T helper (Th 0). APC melepaskan
sitokin seperti IL1 yang akan mengaktifkan Th0 ubtuk berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2
menghasilkan berbagai sitokin seperti IL3, IL4, IL5 dan IL13. IL4 dan IL13 dapat diikat oleh
reseptornya di permukaan sel limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan
memproduksi IgE. IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE di
permukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga kedua sel ini menjadi aktif. Proses
ini disebut sensitisasi yang menghasilkan mediator yang tersensitisasi. Bila mukosa yang sudah
tersensitisasi terpapar dengan alergen yang sama, maka kedua rantai IgE akan mengikat alergen
spesifik dan terjadi degranulasi (pecahnya dinding sel) mastosit dan basofil dengan akibat
terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk terutama histamin.
Rinitis Alergi melibatkan membran mukosa hidung, mata, tuba eustachii, telinga tengah,
sinus dan faring. Hidung selalu terlibat, dan organ-organ lain dipengaruhi secara individual.
Peradangan dari mukosa membran ditandai dengan interaksi kompleks mediator inflamasi
namun pada akhirnya dicetuskan oleh IgE yang diperantarai oleh respon protein ekstrinsik.
Kecenderungan munculnya alergi, atau diperantarai IgE, reaksi-reaksi pada alergen ekstrinsik
(protein yang mampu menimbulkan reaksi alergi) memiliki komponen genetik.
Pada individu yang rentan, terpapar pada protein asing tertentu mengarah pada sensitisasi
alergi, yang ditandai dengan pembentukan IgE spesifik untuk melawan protein-protein tersebut.
IgE khusus ini menyelubungi permukaan sel mast, yang muncul pada mukosa hidung. Ketika
protein spesifik (misal biji serbuksari khusus) terhirup ke dalam hidung, protein dapat berikatan
13
dengan IgE pada sel mast, yang menyebabkan pelepasan segera dan lambat dari sejumlah
mediator. Mediator-mediator yang dilepaskan segera termasuk histamin, triptase, kimase, kinin
dan heparin. Sel mast dengan cepat mensitesis mediator-mediator lain, termasuk leukotrien dan
prostaglandin D2.
Mediator-mediator ini, melalui interaksi beragam, pada akhirnya menimbulkan gejala
rinore (termasuk hidung tersumbat, bersin-bersin,
gatal, kemerahan, menangis, pembengkakan,
tekanan telinga dan post nasal drip). Kelenjar
mukosa dirangsang, menyebabkan peningkatan
sekresi. Permeabilitas vaskuler meningkat,
menimbulkan
eksudasi
plasma.
Terjadi
vasodilatasi yang menyebabkan kongesti dan
tekanan. Persarafan sensoris terangsang yang
menyebabkan bersin dan gatal. Semua hal
tersebut dapat muncul dalam hitungan menit;
karenanya reaksi ini dikenal dengan fase reaksi
awal atau segera.
Setelah 4-8 jam, mediator-mediator ini,
melalui
kompetisi
interaksi
kompleks,
menyebabkan pengambilan sel-sel peradangan
lain ke mukosa, seperti neutrofil, eosinofil,
limfosit dan makrofag. Hasil pada peradangan
lanjut, disebut respon fase lambat. Gejala-gejala
pada respon fase lambat mirip dengan gejala
pada respon fase awal, namun bersin dan gatal berkurang, rasa tersumbat bertambah dan
produksi mukus mulai muncul. Respon fase lambat ini dapat bertahan selama beberapa jam
sampai beberapa hari.
Pada rinitis alergi, antigen merangsang epitel respirasi hidung yang sensitif, dan
merangsang produksi antibodi yaitu IgE. Sintesis IgE terjadi dalam jaringan limfoid dan
dihasilkan oleh sel plasma. Interaksi antibodi IgE dan antigen ini terjadi pada sel mast dan
menyebabkan pelepasan mediator farmakologi yang menimbulkan dilatasi vaskular, sekresi
kelenjar dan kontraksi otot polos.Efek sistemik, termasuk lelah, mengantuk, dan lesu, dapat
muncul dari respon peradangan. Gejala-gejala ini sering menambah perburukan kualitas hidup.
3.6 Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul ada rhinitis alergi, antara lain :
a) Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Sebetulnya bersin
merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan
sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan
sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari 5 kali
setiap serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamin. Disebut juga sebagai bersin
patologis (Soepardi, Iskandar,2004).
14
b) Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan
mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi).
c) Tanda-tanda alergi juga terlihat di hidung, mata, telinga, faring atau laring.
- Tanda hidung termasuk lipatan hidung melintang garis hitam melintang pada tengah.
Punggung hidung akibat sering menggosok hidung ke atas menirukan pemberian hormat
(allergic salute), pucat dan edema mukosa hidung yang dapat muncul kebiruan. Lubang
hidung bengkak disertai dengan sekret mukoid atau cair.
- Tanda di mata termasuk edema kelopak mata, kongesti konjungtiva, lingkar hitam
dibawah mata (allergic shiner).
- Tanda pada telinga termasuk retraksi membran timpani atau otitis media serosa sebagai
hasil dari hambatan tuba eustachii.
- Tanda faringeal termasuk faringitis granuler akibat hiperplasia submukosa jaringan
limfoid.
- Tanda laringeal termasuk suara serak dan edema pita suara
Gejala lain yang tidak khas dapat berupa: batuk, sakit kepala, masalah penciuman, mengi,
penekanan pada sinus dan nyeri wajah, post nasal drip. Beberapa orang juga mengalami
lemah dan lesu, mudah marah, kehilangan nafsu makan dan sulit tidur. (Harmadji, 1993).
3.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis sangat penting, karena sering kali serangan tidak terjadi dihadapan
pemeriksa. Hampir 50% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja.
- Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang.
- Gejala lain ialah keluar hingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat,
hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar
(lakrimasi). Kadang-kadang keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau
satu-satunya gejala yang diutarakan oleh pasien.
Perlu ditanyakan pola gejala (hilang timbul, menetap) beserta onset dan
keparahannya, identifikasi faktor predisposisi karena faktor genetik dan herediter sangat
berperan pada ekspresi rinitis alergi, respon terhadap pengobatan, kondisi lingkungan dan
pekerjaan.
Rinitis alergi dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, bila terdapat 2 atau lebih
gejala seperti bersin-bersin lebih 5 kali setiap serangan, hidung dan mata gatal, ingus
encer lebih dari satu jam, hidung tersumbat, dan mata merah serta berair maka dinyatakan
positif (Rusmono, Kasakayan, 1990).
Pemeriksaan fisik
Pada muka biasanya didapatkan garis Dennie-Morgan dan allergic shinner, yaitu
bayangan gelap di daerah bawah mata karena stasis vena sekunder akibat obstruksi
hidung (Irawati, 2002).
15
Selain itu, dapat ditemukan juga allergic crease yaitu berupa garis melintang pada dorsum
nasi bagian sepertiga bawah. Garis ini timbul akibat hidung yang sering digosok-gosok
oleh punggung tangan (allergic salute).
Pada pemeriksaan rinoskopi ditemukan mukosa hidung basah, berwarna pucat atau livid
dengan konka edema dan sekret yang encer dan banyak.
Perlu juga dilihat adanya kelainan septum atau polip hidung yang dapat memperberat
gejala hidung tersumbat. Selain itu, dapat pula ditemukan konjungtivis bilateral atau
penyakit yang berhubungan lainnya seperti sinusitis dan otitis media (Irawati, 2002).
Pemeriksaan penunjang, antara lain :
a) Skin prick test
- mudah, digunakan untuk mengetahui jenis alergen penyebab alergi
- sensitifitas dan spesifisitas tinggi terhadap hasil pemeriksaan IgE spesifik
- lebih ideal menggunakan test Intradermal Test/ Skin End Point Titration Test
b) IgE serum total
- kadar meningkat pada 60% penderita rhinitis alergi
- kadar IgE normal tidak menyingkirkan rhinitis alergi
- dipakai sebagai pemeriksaan penyaring, bukan untung diagnostik
c) IgE serum spesifik
- dilakukan bila Skin Prick Test negative dengan gejala klinis positif
- teknik radioallergosorbent test (RAST) menyempurnakan pemeriksaan ini,
selain itu lebih efektif dan sensitif
d) Pemeriksaan sitologis atau histologis
e) Nasal challenge test, dilakukan bila riwayat rhinitis alergi positif dan hasil tes
alergi negatif
f) Foto polos sinus paranasal/CT Scan/MRI, dilkukan bila ada indikasi komplikasi
rinosinusitis, menilai respon terhadap terapi dan jika direncanakan tindakan
operasi
Diagnosis Banding
Penyakit-penyakit yang perlu dibedakan dengan rinitis alergi diantaranya adalah:
1. Drug induced rhinitis
2. Rinitis hormonal
3. Rinitis infeksi (virus, bakteri atau penyebab lainnya)
4. Rinitis karena pekerjaan
5. Non Allergic Rhinitis with Eosinophilic Syndrome (NARES)
6. Rinitis karena iritan
7. Rinitis vasomotor
8. Rinitis atropi
16
9. Rinitis idiopatik
3.8 Penatalaksanaan
a.) Medikamentosa
Antihistamin yang dipakai adalah antagonis H-1, yang bekerja secara inhibitorkompetitif
pada reseptor H-1 sel target, dan merupakan preparat farmakologik yang paling sering
dipakai sebagai inti pertama pengobatan rinitis alergi. Pemberian dapat dalam kombinasi
atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara peroral.Antihistamin dibagi dalam 2
golongan yaitu golongan antihistamin generasi-1 (klasik) dan generasi -2 (non sedatif).
Antihistamin generasi-1 bersifat lipofilik, sehingga dapat menembus sawar darah otak
(mempunyai efek pada SSP) dan plasenta serta mempunyai efek kolinergik.
Antihistamin 1
o Farmakodinamik :
Antagonis kompetitif pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos.
Selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain
yang disertai pengelepasan histamin endogen berlebihan.
o Farmakokinetik :
Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 diabsorpsi secara baik. Kadar tertinggi
terdapat pada paru-paru sedangkan pada limpa, ginjal, otak, otot, dan kulit kadarnya lebih
rendah. Tempat utama biotransformasi AH1 adalah hati.
o Penggolongan AH1
AH generasi 1
Contoh: etanolamin, Etilenedamin, Piperazin, Alkilamin, Derivat fenotiazin
Keterangan: H1:sedasi ringan-berat, antimietik dan komposisi obat flu, antimotion sickness
Indikasi AH1 berguna untuk penyakit:
1. Alergi
2. Mabuk perjalanan
3. Anastesi lokal
4. Untuk asma berbagai profilaksis
- Efek samping
Vertigo, tinitus, lelah, penat, inkoordinasi, insomnia, tremor, mulut kering, disuria, palpitasi,
hipotensi, sakit kepala, rasa berat, lemah pada tangan.
Antihistamin golongan 1 lini pertama
17
Pemberian dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara
peroral.
Bersifat lipofilik, dapat menembus sawar darah otak, mempunyai efek pada SSP dan
plasenta.
Kolinergik
Sedatif :
Farmakodinamik
Menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel. Perangsangan reseptor H2 akan
merangsang sekresi asam lambung, sehingga pada pemberian simetidin atau ranitidin sekresi
asam lambung dihambat.
- Farmakokinetik
1. Bioavibilitas oral simetidin sekitar 70%, sama dengan setelah pemberian intravena atau
intramuskular. Ikatan absorpsi simetidin diperlambat oleh makanan, sehingga simetidin
diberikan segera setelah makan.
2. Bioavibilitas ranitidin yang diberikan secara oral sekitar 50% dan meningkat pada pasien
penyakit hati.
- Indikasi: efektif untuk mengatasi gejala tukak duodenum.
- Efek samping: pusing, mual, malaise, libido turun, disfungsi seksual.
Preparat simpatomimetik golongan agonis adrenergik alfa dipakai dekongestan hidung
oral dengan atau tanpa kombinasi dengan antihistamin atau tropikal. Namun pemakaian
secara tropikal hanya boleh untuk beberapa hari saja untuk menghindari terjadinya rinitis
medikamentosa.
- golongan simpatomimetik -> beraksi pada reseptor adrenergik pada mukosa hidung
untuk menyebabkan vasokonstriksi, menciutkan mukosa yang membengkak,dan
memperbaiki pernafasan
- Penggunaan dekongestan topikal tidak menyebabkan atau sedikit sekali menyebabkan
absorpsisistemik
- Penggunaan agen topikal yang lama (lebih dari 3-5 hari) dapat menyebabkan rinitis
medikamentosa,di mana hidung kembali tersumbat akibat vasodilatasi perifer, oleh sebab
itu dibatasi penggunaannya.
DEKONGESTAN ORAL
1. Efedrin
18
Adalah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan efedra. Efektif pada pemberian oral,
masa kerja panjang, efek sentralnya kuat. Bekerja pada reseptor alfa, beta 1 dan beta 2.
Efek kardiovaskular : tekanan sistolik dan diastolik meningkat, tekanan nadi
membesar. Terjadi peningkatan tekanan darah karena vasokontriksi dan stimulasi
jantung. Terjadi bronkorelaksasi yang relatif lama.
Efek sentral : insomnia, sering terjadi pada pengobatan kronik yanf dapat diatasi
dengan pemberian sedatif.
Dosis.
Dewasa
Anak-anak 6-12 tahun
Anak-anak 2-5 tahun
: 60 mg/4-6 jam
: 30 mg/4-6 jam
: 15 mg/4-6 jam
2. Fenilpropanolamin
Dekongestan nasal yang efektif pada pemberian oral. Selain menimbulkan konstriksi
pembuluh darah mukosa hidung, juga menimbulkan konstriksi pembuluh darah lain
sehingga dapat meningkatkan tekanan darah dan menimbulkan stimulasi jantung. Efek
farmakodinamiknya menyerupai efedrin tapi kurang menimbulkan efek SSP. Harus
digunakan sangat hati-hati pada pasien hipertensi dan pada pria dengan hipertrofi
prostat. Kombinasi obat ini dengan penghambat MAO adalah kontraindikasi. Obat ini
jika digunakan dalam dosis besar (>75 mg/hari) pada orang yang obesitas akan
meningkatkan kejadian stroke, sehingga hanya boleh digunakan dalam dosis maksimal
75 mg/hari sebagai dekongestan.
Dosis.
Dewasa
: 25 mg/4 jam
Anak-anak 6-12 tahun
: 12,5 mg/4 jam
Anak-anak 2-5 tahun
: 6,25 mg/4 jam
3. Fenilefrin
Adalah agonis selektif reseptor alfa 1 dan hanya sedikit mempengaruhi reseptor beta.
Hanya sedikit mempengaruhi jantung secara langsung dan tidak merelaksasi bronkus.
Menyebabkan konstriksi pembuluh darah kulit dan daerah splanknikus sehingga
menaikkantekanan darah.
Dalam bentuk spray atau inhalan. Terutama untuk rinitis akut, karena tempat kerjanya
lebih selektif. Tapi jika digunakan secara berlebihan akan menimbulkan penyumbatan
berlebihan disebut rebound congestion. Bila terlalu banyak terabsorpsi dapat
menimbulkan depresi Sistem Saraf Pusat dengan akibatkoma dan penurunan suhu tubuh
yang hebat, terutama pada bayi. Maka tidak boleh diberikan pada bayi dan anak kecil
- Onset lambat, tapi efek lebih lama dan kurang menyebabkan iritasi lokal -> tidak
menimbulkan
- Efk samping : rhinitis medikamentosa
19
3.9 Komplikasi
-
3.10 Prognosis
Baik, banyak gejala rinitis alergi dapat dengan mudah diobati. Pada beberapa kasus (khususnya
pada anak-anak), orang mungkin memperoleh alergi seiring dengan sistem imun yang menjadi
kurang sensitif pada alergen.
Hadist riwayat Muslim dari Amru bin Yahya mengatakan bahwa, Rosulullah Shallallohu alaihi
wa salam berkumur dan membersihkan hidung masing-masing dengan tiga ciduk air.
Berkumur adalah kegiatan membersihkan rongga mulut dengan air sehingga akan
menghindarkan dari penularan berbagai penyakit. Seringkali terjadi sisa-sisa makanan
mengendap atau tersangkut antara sela-sela gigi, apabila tidak dibersihkan akan digunakan
sebagai tempat pertumbuhan dan perkembangan kuman-kuman. Dengan melakukan berkumurkumur berarti tanpa disadari kita telah mencegah pertumbuhan penyakit yang menyebabkan
infeksi pada gigi dan mulut.
Hasil analisa para ilmuwan modern telah membuktikan bahwa dengan berkumur dapat menjaga
mulut dan tenggorokan dari penyakit radang dan menjaga gusi dari luka. Dengan berkumur
berarti kita menjaga kesehatan gigi dan mulut karena akan menghilangkan sisa makanan yang
tersangkut pada sela-sela gigi setelah makan. Manfaat lainnya adalah dapat menguatkan sebagian
otot-otot wajah dan menjaga kesegarannya dan menjadikan jiwa seseorang menjadi tenang.
2. Istinsyaq
Hadist riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiyallohu berkata, Rosulullah Shallallohu alaihi
wa salam bersabda : apabila salah seorang dari kamu berwudhu, maka hiruplah air dengan
lubang hidung, kemudian hembuskanlah.
Istinsyaq adalah menghirup air melalui lubang hidung lalu ke rongga hidung sampei ke
tenggorokan hidung (nasofaring). Berfungsi untuk membersihkan selaput dan lendir hidung yang
telah tercemar oleh udara kotor dan kuman. Kita tahu bahwa selaput dan lendir hidung
merupakan pertahanan pertama dalam system pernapasan kita (ISPA), jadi harus selalu menjaga
kebersihannnya agar terhindar dari penyakit yang mengganggu pernapasan. Karena dari hidung
bisa saja penyakit tersebut menular sampai ke paru-paru. Sehingga akan semakin tinggi tingkat
kebahayaannya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh tim kedokteran Universitas Alexandria membuktikan
bahwa orang yang berwudhu secara rutin, akan membuat hidung mereka bersih dari debu,
bakteri dan mikroba. Lubang hidung adalah tempat yang mudah dihinggapi bakteri, virus dan
mikroba. Dengan membasuh hidung secara rutin dan melakukan istinsyaq, maka lubang hidung
akan bersih sehingga dapat terhindar dari radang dan bakteri dan mencerminkan kesehatan
tubuh. Karena istinsyaq dapat menjaga kesehatan dari bahaya pemindahan mikroba dari hidung
ke bagian tubuh lainnya.
Hasil penelitian salah satu komite kongres antar Negara-negar Islam di Kairo bahwa
membersihkan hisung sebanyak 5x dalam setiap wudhu dapat menjaga kenyamanan ronggarongga hidung dari penyakit infeksi peradangan, sehingga organ-organ tubuh terlindungu dari
serangan kuman yang bersarang di dalam rongga hidung.
22
3. Membasuh wajah
Dengan membasuh wajah berarti kita membersihkan wajah dari debu-debu yang mengandung
kuman/ bakteri penyebab masalah kulit wajah, seperti jerawat, komedo, dll. selain itu dapat
membuat wajah selalu segar setiap saat dan dapat menghilangkan rasa kantuk. Dan dapat
mengurangi depresi pada wajah, membantu peremajaan kulit, serta membantu kulit untuk
bernafas. Kulit yang sebelumnya tertutup oleh debu atau balutan make up ketika dibasuh akan
bersih sehingga dapat bernafas lagi.
Pada saat malam hari, kulit bekerja lebih keras dan terjadi hal khusus dalam kulit. Aliran
darahpun meningkat, kebutuhan oksigen semakin banyak dan metabolisme kulit ikut meningkat
pula. Karena pada saat itu merupakan tanda-tanda bahwa kulit telah mempersiapkan untuk
memperbaiki diri. Dan secara alami kulit akan memperbaiki kerusakan karena akibat dari
aktifitas pada siang hari dan mempersiapkan dirinya untuk menyambut esok hari. Jadi membasuh
wajah dalam 5 waktu begitu penting manfaatnya bagi diri kita sendiri.
4. Membasuh kedua tangan
Membasuh kedua tangan dari telapak tangan sampai siku-siku berarti menghilangkan debu dan
kuman yang biasanya menempel pada bagian tersebut. Selain itu bisa juga menghilangkan
keringat yang menyebabkan bau badan dan menjaga kesegaran kulit agar tidak kering sehingga
selalu terlihat segar dan cerah.
Menurut para pakar kesehatan, membasuh kedua tangan dapat membuang energi buruk yang ada
di dalam tubuh dengan cara mengaliri air pada ujung jari. Dari telapak tangan sampai siku-siku
terdapat banyak titik akupuntur yang bisa menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan
dada, paru-paru, jantung, lambung, tenggorokan, dan organ-organ gerak bagian atas, serta
terdapat titik yang menghilangkan rasa cemas.
Menurut para pakar ilmuwan , membasuh kedua tangan dapat membuang energi buruk yang ada
di dalam tubuh melalui ujung jari yang dialiri air. Pada tangan sampai siku juga terdapat titik
akupuntur yang menyembuhkan penyakit pada dada, paru-paru, tenggorokan, lambung, jantung
dan organ gerak bagian atas. Titik-titik yang dapat menghilangkan rasa cemas pun terdapat pada
bagian ini
5. Membasuh sebagian rambut
Membasuh sebagian rambut berarti mengusap sebagian kepala dengan air terutama pada ubunubun. Dengan mengusap sebagian kepala dapat membuat otak kita menjadi jernih dalam
berpikir, mempertajam ingatan, mencegah kerontokan rambut dan terhindar dari penyakit pikun.
Karena pada area tersebut terdapat titik-titik yang berhubungan dengan otak dan syaraf manusia.
23
http://www.pathmo.com/2014/08/manfaat-wudhu-bagi-kesehatan-tubuh.html#ixzz3RpI34Jyj
Sherwood, Lauralee (2001). Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC
24