Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan salah satu sektor penting yang menunjang

kemajuan suatu bangsa, dan salah satunya ditentukan oleh tingkat


kompetensi sumber daya manusia yang dimilikinya. Pemerintah Indonesia
menyadari keadaan ini dan memberikan anggaran khusus bagi kemajuan
bidang pendidikan. Besarnya anggaran serta usaha yang telah ditempuh oleh
pemerintah pada kenyataannya belum memberikan dampak yang signifikan
bagi kemajuan sumber daya manusia.
Kompleksitas

permasalahan

dalam

pendidikan

yang

semakin

meningkat telah banyak menyita waktu sehingga seringkali proses belajar


cenderung dilakukan terlalu mekanis, yang mana siswa lebih banyak
mendengar dan mencatat hal-hal yang disampaikan guru. Siswa harus
melakukan hal yang lebih daripada sekedar mendengarkan. Siswa lebih
banyak belajar sendiri dan mengembangkan kekreativitasan siswa dalam
pemecahan masalah. Semakin tinggi keterlibatan aktif siswa, maka
pengalaman

belajar

siswa

semakin

bermakna.

Sebagaimana

yang

dinyatakan Sardiman (2005: 96) bahwa tidak ada belajar kalau tidak ada
aktivitas.Tantangan

masa

depan

menuntut

pembelajaran,

khususnya

pembelajaran fisika lebih mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi

yang dikenal dengan higher order of thinking skill, yang selanjutnya disingkat
HOTS.
Ironisnya,pembelajaran pada kenyataannya masih banyak yang
semata berorientasi pada upaya mengembangkan dan menguji daya ingat
siswa sehingga kemampuan berpikir siswa direduksi dan sekedar dipahami
sebagai kemampuan untuk mengingat (Ratno Harsanto, 2005). Selain itu, hal
tersebut juga berakibat siswa terhambat dan tidak berdaya menghadapi
masalah-masalah yang menuntut pemikiran dan pemecahan masalah secara
kreatif

(Iwan

Sugiarto,

2004:

14).

Kemampuan

HOTS

merupakan

kemampuan yang penting dikuasai untuk pembelajaran sepanjang hayat


(longlife learning).
HOTS seharusnya dibelajarkan kepada siswa agar siswa memperoleh
bekal untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan hidup ke
depan yang tentunya lebih kompleks. Siswa harus dapat menerapkan
pengetahuan dan informasi yang mereka peroleh dalam situasi yang baru.
Jalur yang terbaik untuk mengembangkan kemampuan HOTS

adalah

melalui jalur pendidikan formal (Asri Widowati, M.Pd.Jurdik Pendidikan


Biologi FMIPA UNY).
Dalam setiap pembelajaran, seorang guru tentu mempunyai tujuan
dan harapan agar siswa dapat memperoleh hasil belajar yang sebaikbaiknya. Tetapi dalam kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil
belajar sesuai dengan harapan tersebut. Tujuan pendidikan fisika yang
2

tercantum dalam kurikulum secara eksplisit menyatakan bahwa melalui


pembelajaran fisika diharapkan siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep
fisika dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui pembelajaran HOTS, kita dapat mengembangkan kreativitas
guru dan siswa dalam upaya mempermudah proses pembelajaran fisika di
kelas. Misalnya pembuatan media pelajaran dengan menggunakan barangbarang yang ada disekitar kita dengan menggunakan konsep-konsep fisika
yang telah dipelajari sehingga siswa belajar menjadi lebih nyata. Hal tersebut
dapat meminimalisir permasalahan yang sering ditemukan di sekolah karena
minimnya alat peraga pendidikan.
Alat peraga merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan
proses pembelajaran di dalam kelas. Peserta didik akan lebih mudah
memahami suatu konsep jika melihat fenomena atau gejala yang nyata dan
visible melalui peragaan menggunakan peraga pendidikan. Minimnya alat
peraga pada umumnya lebih disebabkan keterbatasan anggaran yang
disediakan oleh sekolah. Guru sebagai motivator dalam proses pembelajaran
dituntut untuk lebih kreatif mengembangkan peraga pendidikan yang seefektif
dan semurah mungkin.
Menurut pengamatan peneliti pembelajaran fisika terbatas pada
konsep-konsep dalam kurikulum dan terasing dari kejadian sehari-hari. Oleh
karena itu, pembelajaran fisika menjadi kurang bermakna dan kurang
menarik bagi siswa. Sehingga partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran
3

rendah dan cenderung pasif, keberanian bertanya maupun menjawab sangat


kurang, begitu pula dengan keberanian dalam mengemukakan pendapat
terhadap permasalahan yang sedang dipelajari kurang, hal tersebut
berdampak pada kurangnya kreatifitas siswa akibatnya guru terlihat sebagai
komponen yang paling aktif dalam mengajar . Selain aktivitas yang rendah
dari hasil observasi di lapangan adanya kecenderungan prestasi siswa yang
relative rendah, hal ini dapat terlihat dari nilai ulangan umum fisika pada
aspek kognitif dalam skala 0-100:
1. Nilai terendah yang dicapai adalah 25
2. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 90
3. Nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 65,72
4. Jumlai siswa yang nilainya mencapai standar KKM 80 adalah 9 siswa dari
28 siswa.
Rendahnya

hasil

belajar

yang

diperoleh

siswa

diantaranya

disebabkan kurang tepatnya pemilihan metode, media dan soal

yang

digunakan

untuk

dalam

proses

pembelajaran.

Salah

satu

upaya

meningkatkan belajar siswa yaitu dengan menerapkan model pembelajaran


yang dapat meningkatkan atau menggali keterampilan berfikir tingkat tinggi
atau Higher Order Thinking Skill (HOTS). Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan di lapangan dan identifikasi permasalahan yang dihadapi siswa di
atas, peneliti ingin melakukan penelitian dengan memfokuskan pada
permasalahan pokok yaitu rendahnya hasil belajar fisika melalui peningkatan
4

aktivitas belajar siswa, sehingga terdorong untuk melakukan penelitian


mengenai Menjelajahi Dunia Fisika Dengan Hots Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas Ixa Berbasis Lingkungan di SMPN 1 Margahayu.

1.2

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan

dapat diidentifikasi sebagai berikut:


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Hasil belajar fisika yang rendah


Minat belajar fisika kurang
Anggapan fisika pelajaran yang susah
Guru kurang kreatif
Media pembelajaran yang tidak menarik
Siswa pasif
Pembelajaran membosankan
Metode pembelajaran kurang inovatif

1.3

Rumusan Masalah
Berdasarkan

identifikasi

masalah

diatas,

maka

permasalahan

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut; apakah penggunaan pendekatan


HOTS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IXB dengan berbasis
lingkungan?

1.4

Batasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dan terhindar dari kesalahan penafsiran


dari tujuan sebenarnya maka dilakukan pembatasan masalah yaitu:
1. Hasil belajar ranah kognitif meliputi jenjang..
2. Ketuntasan belajar kognitif siswa ditentukan berdasarkan standar KKM 80
untuk ketuntasan individu dan 90% untuk ketuntasan klasikal.

1.5

Cara Pemecahan Masalah


Untuk mengatasi masalah di atas maka peneliti mencoba menerapkan

HOTS, dengan menggunakan LKS dan perangkat pembelajaran yang


berbasis lingkungan.

1.6

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas

melalui model pembelajaran

HOTS yang berbasis lingkungan


2. Meningkatkan aktivitas belajar fisika siswa melalui model pembelajaran
HOTS yang berbasis lingkungan

1.7

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini,

yaitu:
1. Sebagai alterntif bagi guru fisika dalam melaksanakan pembelajaran fisika
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
2. Bagi siswa, hasil penelitian dapat memperbaiki hasil belajar siswa
6

3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan,


pengetahuan berkaitan dengan penerapan model pembelajaran HOTS
yang berbasis lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai