Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL KERJA LAPANGAN

TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI DI PT SHERATON


CIREBON JAWA BARAT

Disusun oleh:

AHMAD TAFRIZI
11/318054/PN/12376
Program Studi :
TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

HALAMAN PENGESAHAN

TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI DI PT SHERATON


CIREBON JAWA BARAT
Disusun Oleh :
AHMAD TAFRIZI
111/318054/PN/12376

Telah disahkan oleh :


Dosen Pembimbing
Tanggal : .

Dr. Amir Husni, S.Pi., M.P.


NIP. 19700921 199803 1 002
Komisi Kerja Lapangan
Nomor : UGM/THP/___/KL/PROP/___/2015
Tanggal Pengesahan : .............................................
Mengetahui,
Ketua Jurusan Perikanan

Prof. Dr. Ir. Rustadi, M.Sc.


NIP. 19531219 198003 1 004

Komisi KL Program Studi THP

Dr. RA. Siti Ari Budhiyanti, S.T.P., M. P.


NIP. 19710310 199702 2 002
DAFTAR ISI
1

Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................... 2
C. Manfaat ................................................................................................... 2
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembekuan Ikan .................................................................................... 3
B. Tata Letak Fasilitas Produksi ............................................................... 6
C. Tipe-Tipe Tata Letak Fasilitas Produksi .............................................. 7
III. METODE DAN RENCANA KERJA
A. Metode .................................................................................................. 13
B. Tata Laksana ...................................................................................... 13
C. Rencana Pelaksanaan Kerja Lapangan ................................................. 14
IV. RENCANA ISI LAPORAN ...................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Persyaratan Mutu Ikan Beku .............................................................. 3
Tabel 4. Rencana Pelaksanaan Kerja Lapangan ............................................... 14

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pola Aliran Bahan Garis Lurus .......................................................
Gambar 2. Pola Aliran Bahan Zig Zag ...........................................................
Gambar 3. Pola Aliran Bahan Huruf U ...........................................................
Gambar 4. Pola Aliran Bahan Lingkaran .........................................................
Gambar 5. Pola Aliran Bahan Odd Angle ......................................................

8
9
10
10
11

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengolahan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan ikan dari
proses pembusukan, sehingga mampu disimpan lama sampai tiba waktunya untuk
dijadikan sebagai bahan konsumsi. Usaha dalam melakukan pengolahan dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara. Misalnya, ikan yang baru ditangkap dapat
dipertahankan kesegarannya dengan cara dibekukan (Adawiyah, 2008).
Kesegaran merupakan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan
dalam proses pengolahan ikan beku. Penilaian terhadap bahan baku dapat didasari
dengan penilaian secara fisik, kimiawi, dan mikrobiologi. Beberapa kriteria
penilaian bahan baku yaitu, sumber asal bahan baku, cara memperoleh bahan
baku, cara penanganan awal bahan baku, dan cara penanganan selama
pengangkutan. Jika ikan sebagai bahan baku sudah tidak segar lagi, maka sebaik
apapun proses pengolahannya tidak akan menghasilkan produk yang baik. Bahan
baku yang tidak segar akan memberikan pengaruh negatif terhadap rendemen,
kualitas produk, produktivitas tenaga kerja dan biaya pengolahannya. Informasi
mengenai sumber asal bahan baku sangat menentukan mutunya. Bahan baku yang
berasal dari daerah tercemar kemungkinan besar sudah mengalami pencemaran.
Tata letak fasilitas produksi merupakan suatu cara pengaturan
fasilitas-fasilitas produksi guna menunjang proses produksi (Sritomo,
1996). Pengaturan tata letak fasilitas dilakukan untuk memperoleh efisiensi
pada suatu produksi. Tujuan perancangan tata letak fasilitas yaitu untuk
menentukan bagaimana koordinasi dari setiap fasilitas produksi diatur
sedemikian rupa sehingga mampu menunjang upaya pencapaian efisiensi
dan efektifitas operasi kegiatan produksi. Salah satu ciri pengaturan tata
letak fasilitas yang baik ialah memiliki aliran bahan yang minimum.
Menurut Purnomo (2004) salah satu ciri tata letak yang baik adalah
memiliki aliran bahan (material flow) yang minimum. Aliran bahan yang
minimum akan memperkecil waktu penyelesaian produk dan secara umum
dapat meningkatkan kapasitas produksi. Perbaikan pada tata letak fasilitas
produksi

juga

dapat

meminimalkan

terjadinya

bottleneck,

yaitu

menumpuknya produk setengah jadi di lantai produksi. Bottleneck menjadi

masalah yang cukup serius untuk ditangani pada industri pengolahan hasil
perikanan, karena dapat menurunkan kualitas produk.
PT Sheraton merupakan industri eksportir ikan beku. Orientasi
pemasaran perusahaan ini ke China dan Amerika. Oleh karena itu, PT
Sheraton dipilih sebagai tempat untuk melakukan kegiatan Kerja Lapangan
(KL). Diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mengetahui,
memahami dan melatih serta mengkaji lebih dalam tentang tata letak
fasilitas produksi.
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan Kerja Lapangan di PT
Sheraton adalah:
1. Melatih mahasiswa untuk memperoleh ketrampilan dan pengalaman praktek
pada industri perikanan.
2. Mengetahui pengaturan tata letak fasilitas produksi yang ada di PT Sheraton
dengan terlibat secara langsung dalam kegiatan proses produksi.
C. Manfaat
Pelaksanaan kerja lapangan di PT Sheraton diharapkan mampu
memberikan wawasan, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kerja dalam
proses pembekuan udang beserta pengendalian mutunya bagi mahasiswa. Adanya
kerja lapangan juga diharapkan menjadi kesempatan bagi mahasiswa untuk dapat
terjun langsung di lapangan sehingga mampu meningkatkan skill dan membangun
mental kerja sebelum nantinya masuk pada dunia kerja.
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan Kerja Lapangan akan berlangsung dari tanggal 12
Januari 2015 sampai 6 Februari 2015 di PT Sheraton yang terletak di Jalan
Sisingamangaraja Gang Tongkol 229, Cirebon 45122.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Pembekuan Ikan
Pembekuan ikan merupakan salah satu cara mengawetkan makanan karena
dengan menurunkan suhu, semua reaksi kimia dan aktivitas enzim dapat dicegah
dan pertumbuhan mikroorganisme akan terhambat. Produk ikan beku dapat
disimpan cukup lama, yaitu berbulan-bulan bahkan bisa lebih dari 1 tahun. Selama
pembekuan, pertumbuhan mikroorganisme dalam ikan akan terhambat. Faktorfaktor dasar yang mempengaruhi mutu produk akhir ikan beku adalah mutu bahan
baku, penanganan sebelum pembekuan, metode dan kecepatan pembekuan, suhu
penyimpanan dan fluktuasi suhu, waktu penyimpanan, kelembaban lingkungan,
penyimpanan, serta sifat bahan kemasan yang digunakan. Proses pembekuan harus
dilakukan dengan cepat, yaitu penurunan suhu dari 0 oC menjadi -5oC dalam waktu
tidak lebih dari 2 jam, lalu diteruskan dengan pembekuan dalam cold storage
sehingga suhu mencapai -30oC pada akhir pembekuan (Suryaningrum, 2008).
Adapun spesifikasi ikan beku yang memenuhi syarat mutu dan keamanan
pangan menurut SNI 01-4871.1-2006 disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Persyaratan Mutu Ikan Beku
Jenis Uji
a. Organoleptik
b. Cemaran Mikrobia:
- ALT
- Escherichia coli
- Salmonella
- Vibrio cholerae

c. Cemaran kimia *:
- Raksa (Hg)
- Timbal (Pb)
- Histamin
- Kadmium (Cd)
d. Fisika:
- Suhu pusat
e. Parasit
CATATAN* Bila diperlukan

Satuan
Angka (1-9)

Persyaratan
minimal 7

Koloni/g
APM/g
APM/25 g
APM/25 g

Maksimal 5,0 x 105


Maksimal <2
Negatif
Negatif

g/kg
g/kg
g/kg

maksimal 0
maksimal 0
maksimal 100

Maksimal -18
Maksimal 0

C
Jenis/jumlah

Sumber: BSN (2006)

Menurut SNI 01-4871.1-2006, proses pembekuan ikan ialah sebagai


berikut:
1. Penerimaan bahan baku
Penerimaan bahan baku bertujuan untuk mendapatkan bahan baku yang
bebas bakteri patogen dan memenuhi persyaratan mutu. Bahan baku yang diterima
di unit pengolahan diuji secara organoleptik, untuk mengetahui mutunya. Bahan
baku kemudian ditangani secara hati-ahi, cepat, cermat dan saniter dengan suhu
pusat produk maksimal 5oC.
2. Sortasi
Sortasi bertujuan untuk mendapatkan mutu, jenis dan ukuran yang sesuai
serta bebas dari kontaminasi bakteri patogen. ikan dipisahkan berdasarkan mutu,
jenis dan ukuran. Sortasi mutu dilakukan secara organoleptik, sortasi jenis
dilakukan untuk memisahkan jenis yang tidak dikehendaki dan sortasi ukuran
dilakukan dengan cara penimbangan. Sortasi dilakukan secara hati-hati, cepat,
cermat dan saniter dengan mempertahankan suhu pusat produk maksimal 5C.
3. Penyiangan atau tanpa penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk mendapatkan ikan yang bersih, tanpa
kepala dan isi perut serta mereduksi kontaminasi bakteri patogen. ikan
yang diterima apabila masih dalam keadaan utuh, disiangi dengan cara
membuang kepala dan isi perut. Penyiangan dilakukan secara cepat,
cermat dan saniter sehingga tidak menyebabkan pencemaran pada tahap
berikutnya dengan suhu pusat produk maksimal 5C.
4. Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan sisa kotoran dan darah
yang menempel di tubuh ikan. Pencucian dilakukan dengan hati-hati
menggunakan air bersih dingin yang mengalir secara cepat, cermat dan
saniter dengan mempertahankan suhu pusat produk maksimal 5C.
5. Penimbangan
Penimbangan bertujuan untuk mendapatkan berat ikan yang sesuai
dengan ukuran yang telah ditentukan dan bebas dari kontaminasi bakteri
patogen. Ikan berukuran besar ditimbang satu per satu, sedangkan untuk
ikan

berukuran

kecil

ditimbang

sesuai

berat

yang

ditentukan,

menggunakan timbangan yang telah dikalibrasi. Penimbangan dilakukan

secara hati-hati, cepat, cermat, saniter, dan mempertahankan suhu pusat


produk maksimal 5C.
6. Penyusunan
Penyusunan bertujuan untuk mendapatkan bentuk susunan ikan
yang sesuai dan bebas dari kontaminasi bakteri patogen. Ikan berukuran
besar disusun secara individu, sedangkan untuk ikan berukuran kecil
disusun secara berlapis sesuai yang ditentukan. Penyusunan dilakukan
dengan hati-hati, cepat, cermat dan saniter dengan mempertahankan suhu
pusat produk maksimal 5C.
7. Pembekuan
Pembekuan bertujuan untuk membekukan produk hingga mencapai
suhu pusat maksimal -18C secara cepat dan tidak mengakibatkan
pengeringan terhadap produk. ikan dibekukan dalam alat pembeku
(Freezer) hingga suhu pusat ikan mencapai maksimal -18C dalam waktu
maksimal 4 jam.
8. Penggelasan atau tanpa penggelasan
Penggelasan bertujuan untuk melapisi ikan dengan air es agar tidak
mudah terjadi pengeringan pada saat penyimpanan. ikan yang telah
dibekukan disemprot dengan air dingin. Proses penggelasan dilakukan
secara cepat, cermat dan saniter dengan mempertahankan suhu pusat ikan
maksimal -18C.
9. Pengepakan
Pengepakan bertujuan untuk melindungi produk dari kontaminasi
dan kerusakan fisik selama penyimpanan dan transportasi. Ikan beku yang
telah mengalami proses penggelasan segera dikemas dalam plastik dan
dimasukkan dalam master karton secara cepat, cermat dan saniter dengan
mempertahankan suhu pusat ikan maksimal -18C.
10. Penyimpanan
Penyimpanan ikan beku dilakukan dalam gudang beku (cold
storage) dengan suhu -25C fluktuasi suhu 2C. Penataan produk dalam
gudang beku diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan sirkulasi
udara dapat merata dan memudahkan pembongkaran.
B. Tata Letak Fasilitas Produksi
Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri.
Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas5

fasilitas pabrik yang dapat berguna dalam menunjang keberhasilan proses


produksi (Sritomo, 1995). Pengaturan tersebut akan memanfaatkan luas
area untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya,
kelancaran gerakan perpindahan material, penyimpanan material baik yang
bersifat temporer maupun permanen, personel pekerja dan sebagainya.
Heizer dan Render (2006) menambahkan bahwa tata letak pabrik
merupakan suatu keputusan penting yang menentukan efisiensi sebuah
operasi dalam jangka panjang.
Terdapat dua hal yang diatur dalam tata letak pabrik, yaitu pengaturan
mesin (machine layout) dan pengaturan departemen (department layout).
Seringkali penggunaan istilah tata letak pabrik diartikan sebagai pengaturan
peralatan atau fasilitas produksi yang sudah ada ataupun juga diartikan sebagai
perencanaan tata letak pabrik yang baru sama sekali. Diharapkan dengan adanya
tata letak pabrik ini, aliran proses pengolahan seluruh sumber daya yang ada
dalam pabrik dapat berjalan dengan lancar, sehingga dapat meminimumkan biaya
dan mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh.
Jika pada tata letak pabrik pengaturan fasilitas-fasilitas yang di lakukan
ialah pada keseluruhan bagian pabrik. Namun, pada tata letak fasilitas produksi,
pengaturan fasilitas-fasilitas tersebut difokuskan pada bagian proses produksi.
Tata letak fasilitas produksi merupakan sesuatu yang dibangun, diadakan atau
diinvestasikan guna melaksanakan aktivitas produksi. Apple (1990) menyatakan
bahwa perencanaan tata letak fasilitas produksi sama dengan perancangan tata
letak pabrik yang dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitasfasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Umumnya, tata letak
fasilitas yang terencana dengan baik ikut menentukan efisiensi dan menjaga
kelangsungan hidup atau kesuksesan kerja suatu industri.
Secara strategi, tata letak fasilitas produksi bertujuan untuk membangun
tata letak yang ekonomis yang memenuhi kebutuhan persaingan perusahaan.
Apple (1990) menyatakan bahwa secara garis besar tujuan utama dari perencanaan
tata letak fasilitas produksi ialah mengatur area kerja dan segala fasilitas produksi
yang paling ekonomis untuk beroperasi produksi aman dan nyaman sehingga akan
dapat menaikkan moral kerja dan kinerja dari operator. Lebih spesifik lagi,
Purnomo (2004) menambahkan bahwa tata letak fasilitas produksi yang baik ialah
6

memiliki aliran bahan yang minimum. Aliran bahan yang minimum akan
memperkecil waktu penyelesaian produk dan secara umum dapat meningkatkan
kapasitas produksi.
Menurut Apple (1990), tata letak fasilitas produksi yang baik akan
dapat memberikan keuntungan-keuntungan dalam sistem produksi, antara
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

lain sebagai berikut:


Menaikkan output produksi
Mengurangi waktu tunggu
Mengurangi proses material handling
Penghematan penggunaan areal untuk produksi, gudang, dan service
Pemanfaatan fasilitas produksi dan tenaga kerja dengan lebih optimal
Mengurangi biaya simpan produk setengah jadi
Mempersingkat proses produksi
Mengurangi resiko kesehatan dan keselamatan kerja operator.
Mempermudah aktivitas supervisi (pengawasan kerja).
Mengurangi kemacetan dan kesimpangsiuran aliran material.

C. Tipe Tata Letak Fasilitas Produksi


Apple (1990) menyatakan bahwa secara umum tata letak fasilitas produksi
dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Layout Produk
Penyusunan tata letak pabrik jenis ini adalah berdasarkan urutan proses
produksi. Fasilitas disusun menurut urutan proses produksi untuk menghasilkan
suatu produk, sehingga suatu pekerjaan akan diikuti oleh pengerjaan berikutnya
sesuai dengan urutan-urutan prosesnya. Jika suatu pabrik secara khusus akan
memproduksi satu macam produk atau kelompok produk dalam jumlah atau
volume yang besar dan waktu produksi yang lama, maka segala fasilitas
fasilitas produksi dari pabrik tersebut haruslah diatur sedemikian rupa sehingga
proses produksi dapat berlangsung seefisien mungkin.
Keuntungan dari layout produk, antara lain:
a. Penggunaan mesin-mesin otomatis berakibat waktu penyelesaian tiap
produk semakin singkat.
b. Penggunaan alat-alat penanganan bahan yang tetap sehingga kegiatan
penanganan bahan lebih cepat dan biaya penanganan bahan lebih murah.
c. Pengawasan proses produksi dapat disederhanakan dan kegiatan pencatatan
dapat disusun lebih cepat.
d. Kegiatan pengawasan proses produksi menjadi lebih sedikit.
Kekurangan dari tipe ini, antara lain:
7

a. Jika terjadi kerusakan pada salah satu mesin, maka proses produksi menjadi
terganggu.
b. Efisiensi dan produktifitas pekerja dapat menurun karena pola produksi
yang monoton, sehingga menimbulkan kebosanan.
c. Membutuhkan investasi yang cukup tinggi untuk pengadaan mesin.
d. Membutuhkan biaya yang cukup besar jika terjadi perubahan sebab sifatnya
yang tidak fleksibel.
Dengan memakai tata letak tipe aliran produk, maka segala fasilitasfasilitas untuk proses produksi akan diletakkan berdasarkan garis aliran dari
produk tersebut. Adapun tipe-tipe garis aliran produk yang mungkin
diaplikasikan (Apple, 1990) , yaitu:
a. Garis Lurus
Pola aliran berdasarkan garis lurus umum dipakai bilamana proses
produksi berlangsung singkat, relatif sederhana dan umum terdiri dari
beberapa komponenkomponen atau beberapa macam fasilitas. Pola aliran
garis lurus dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pola Aliran Bahan Garis Lurus

Pola aliran bahan berdasarkan garis lurus ini akan memberikan:


(1) Jarak yang terpendek antara dua titik.
(2) Proses atau aktivitas produksi berlangsung sepanjang garis lurus yaitu
dari mesin nomor satu sampai ke mesin yang terakhir.
(3) Jarak perpindahan bahan secara total akan kecil karena jarak antara
masingmasing mesin adalah sependek-pendeknya.
b. Zig-zag
Pola aliran berdasarkan garis-garis patah ini sangat baik diterapkan
bilamana aliran proses produksi lebih panjang dibandingkan dengan luasan
area yang tersedia. Aliran bahan akan dibelokkan untuk menambah
panjangnya garis aliran yang ada dan secara ekonomis, sehingga akan dapat
mengatasi segala keterbatasan dari area dan ukuran dari bangunan pabrik
yang ada. Pola aliran ini dapat dilihat pada Gambar 2.
8

Gambar 2. Pola Aliran Bahan Zig Zag

c. Huruf U
Pola aliran menurut huruf U ini akan dipakai bilamana dikehendaki
bahwa akhir dari proses produksi akan berada pada lokasi yang sama dengan
awal proses produksinya. Hal ini akan mempermudah pemanfaatan fasilitas
transportasi dan juga sangat mempermudah pengawasan untuk keluar
masuknya material dari dan menuju pabrik. Aplikasi garis bahan relatif
panjang, maka pola aliran bahan ini akan tidak efisien dan untuk ini lebih
baik digunakan pola aliran bahan tipe zig zag. Pola aliran ini dapat dilihat
pada Gambar 3.

Gambar 3. Pola Aliran Bahan Huruf U

d. Lingkaran
Pola aliran berdasarkan bentuk lingkaran (circular) sangat baik
dipergunakan bilamana dikehendaki untuk mengembalikan material atau
produk pada titik awal aliran produksi berlangsung. Hal ini juga baik apabila
departemen penerimaan dan pengiriman material atau produk jadi
direncanakan untuk berada pada lokasi yang sama dalam pabrik yang
bersangkutan. Pola aliran ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pola Aliran Bahan Lingkaran

e. Odd Angle
Pola aliran berdasarkan odd angle ini tidaklah begitu dikenal
dibandingkan dengan pola-pola aliran yang lain. Odd angle ini akan
memberikan

lintasan

yang

pendek

dan

terutama

akan

merasa

kemanfaatannya untuk area yang kecil. Pola aliran ini dapat dilihat pada
Gambar 5.

Gambar 5. Pola Aliran Bahan Odd Angle

2. Layout Proses
Penyusunan tata letak pabrik jenis ini adalah berdasarkan proses
pengerjaan yang sama, dimana semua fasilitas yang sama diletakkan pada satu
departemen yang sama. Jenis seperti ini biasanya diterapkan pada perusahaan
yang berproduksi berdasarkan pesanan konsumen. Tata letak berdasarkan aliran
proses sering kali disebut pula dengan functional layout. Functional layout
adalah metode pengaturan dan penempatan dari mesin dan segala fasilitas
produksi dengan tipe atau macam yang sama dalam sebuah departemen. Disini
semua mesin atau fasilitas produksi yang memiliki ciri-ciri operasi atau fungsi
kerja yang sama diletakkan dalam sebuah departemen.
Tata letak berdasarkan aliran proses umumnya diaplikasikan untuk industri
yang bekerja dengan jumlah atau volume produksi yang relatif kecil dan
terutama sekali untuk jenis produk-produk yang tidak distandartkan. Menurut
Apple (1990), tata letak tipe aliran proses ini akan jauh lebih fleksibel bilamana
10

dibandingkan dengan tata letak tipe aliran produk. Industri yang beroperasi
berdasarkan pesanan konsumen akan lebih tepat kalau menerapkan layout tipe
aliran proses guna mengatur fasilitasfasilitas produksinya.
Keuntungan dari layout proses, antara lain:
a. Mengurangi investasi yang ditanam pada fasilitas produksi.
b. Fleksibel dalam pengaturan peralatan dan karyawan.
c. Pengawas akan lebih menguasai bagian tugasnya.
d. Pengaturan kerja lebih memuaskan karyawan/tidak monoton.
e. Kerusakan pada salah satu mesin tidak menimbulkan gangguan yang berarti
pada proses keseluruhan.
Kerugian dari layout proses, antara lain:
a. Tidak efisien dalam penanganan bahan.
b. Kurang efisien dari segi waktu, menunggu perintah.
c. Proses perencanaan dan pengendalian produksi akan lebih sulit.
d. Karyawan harus lebih ahli dan dibayar lebih tinggi dibanding pada product
layout.
e. Produktifitas karyawan rendah.
3. Layout Posisi Tetap
Penyusunan tata letak pabrik jenis ini adalah berdasarkan tempat, dimana
produk yang dikerjakan tetap tinggal pada tempatnya. Tata letak tipe ini
berdasarkan posisi tetap, material dan komponen dari produk utamanya akan
tinggal tetap pada posisi atau lokasinya, sedangkan fasilitas produksi seperti
tools (peralatan kerja), mesin, manusia serta komponen-komponen kecil
lainnya akan bergerak menuju lokasi material atau komponen produk utama
tersebut. Layout tipe posisi tetap ini sering dijumpai pada proses perakitan
karena tools akan mudah dipindahkan. Semua fasilitas yang diperlukan akan
bergerak menuju produk..
Keuntungan dari layout posisi tetap, antara lain:
a. Meminimalkan kerusakan material akibat pemindahan, karena pergerakan
bahan baku dikurangi.
b. Sangat fleksibel dalam mengakomodasi perubahan desain produk, bauran
produk, dan volume produk.
c. Nilai tambah yang tinggi akan hasil dan kualitas kerja oleh tiap personel
yang menyelesaikan pekerjaannya.
d. Menyediakan kesempatan pekerjaan yang bervariasi.
Kerugian dari layout posisi tetap, antara lain:
a. Operator dan peralatan yang bergerak akan meningkat.
b. Membutuhkan kemampuan operator yang sangat tinggi.
c. Membutuhkan area yang luas.
d. Membutuhkan pengendalian tertutup dengan penjadwalan produksi.
11

III. METODE DAN RENCANA KERJA


A. Metode
Metode yang digunakan dalam kerja lapangan ini adalah:
1. Studi pengamatan langsung dan ikut berperan aktif dalam melakukan kegiatan
proses produksi di PT Sheraton.
2. Wawancara dengan pekerja di PT Sheraton
3. Pengumpulan data sekunder yang diperoleh di PT Sheraton.
4. Studi pustaka.
B. Tata Laksana
1. Pengumpulan data primer
a. Bahan Baku
Jenis bahan baku
Asal bahan baku
Spesifikasi bahan baku
Ketersediaan bahan baku
Seleksi bahan baku
Penanganan bahan baku
b. Tata Letak Industri

Pemilihan lokasi

Tata letak pabrik

Tata letak fasilitas produksi


c. Pembekuan Ikan
Proses pembekuan ikan
Pengemasan produk
Pemasaran produk

Sanitasi lingkungan

2. Pengumpulan data sekunder


a. Sejarah berdirinya perusahaan
b. Lokasi perusahaan
c. Struktur organisasi
d. Ketenagakerjaan
e. Fasilitas-fasilitas perusahaan
f. Data proses produksi
g. Data kapasitas produksi
C. Rencana Pelaksanaan Kerja Lapangan
Kegiatan

Nov 14
Okt 14
Des 14
Jan 14
Feb 14
Mar 14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Survei
Perijinan
Proposal
12

Pelaksanaan
Laporan
Tabel 4. Rencana Pelaksanaan Kerja Lapangan

13

IV. RENCANA ISI LAPORAN


HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
D. Metode
E. Waktu Pelasanaan

II.

KEADAAN UMUM PT SHERATON


A. Struktur Organisasi
B. Visi Misi
C. Tenaga Kerja
D. Fasilitas-fasilitas

III.

BAHAN BAKU
A. Jenis Bahan Baku
B. Asal Bahan Baku
C. Spesifikasi Bahan Baku
D. Ketersediaan Bahan Baku
E. Seleksi Bahan Baku
F. Penanganan Bahan Baku

IV.

PROSES PEMBEKUAN IKAN


A. Proses Pengolahan
B. Peralatan Pengolahan
C. Pengemasan
D. Produk Akhir

VI.

TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI


A. Jumlah Departemen
B. Fasilitas-Fasilitas

14

C. Tipe tata Letak


VII. HASIL DAN PEMBAHASAN
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

15

DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, R. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Apple, J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Barang. Edisi Tiga.
Bandung: Penerbit Institut Teknologi. Bandung
Badan Standarisasi Nasional. 2006. SNI 01-4110.1-2006 tentang Ikan BekuBagian 1: Spesifikasi. Badan Standarisasi Nasional.
Heizer, J. dan B. Render. 2006. Manajemen Operasi. Edisi Ketujuh. Salemba
Empat. Jakarta.
Ilyas, S. 1993. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan. Jilid II. CV Paripurna.
Jakarta.
Purnomo, H. (2004). Perencanaan dan Perancangan Fasilitas. Edisi Satu. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Sritomo, W. 1996. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Penerbit Guna.
Widya. Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai