PENDAHULUAN
Istilah
hipertiroidisme
dan
tirotoksikosis
sering
dipertukarkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Hipertiroidisme adalah gangguan yang terjadi dimana kelenjar tiroid
ETIOLOGI
Lebih dari 90% hipertiroidisme adalah akibat penyakit Graves dan nodul
tiroid toksik.
Tabel 1: Etiologi hipertiroidisme1
Biasa
Penyakit Graves
Nodul tiroid toksik: multinodular dan mononodular toksik
Tiroiditis: de Quervains dan silent
Tidak Biasa
Hipertiroidisme neonatal
Hipertiroidisme faktisius
Sekresi TSH yang tidak tepat oleh hipofisis: tumor, nontumor
Iodium eksogen
Jarang
C.
PATOFISIOLOGI4
Hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) dibentuk di sel epitel (tirosit)
meningkat secara lebih cepat dan lebih nyata daripada orang sehat, peningkatan
akan diikuti oleh penurunan yang cepat (toleransi glukosa terganggu).
Meskipun hormon tiroid meningkatkan sintesis protein, hipertiroidisme
akan meningkatkan enzim proteolitik sehingga menyebabkan proteolisis yang
berlebihan dengan peningkatan pembentukan dan ekskresi urea. Massa otot akan
berkurang. Pemecahan matriks tulang, akan menyebabkan osteoporosis,
hiperkalsemia, dan hiperkalsiuria.
Akibat kerja perangsangan jantung, cardiac output (CO) dan tekanan darah
sistolik akan meningkat. Fibrilasi atrium kadang-kadang dapat terjadi. Pembuluh
darah perifer akan berdilatasi. Laju filtrasi glomerulus (LFG), aliran plasma ginjal
(RPF), serta transpor tubulus akan meningkat di ginjal. Sedangkan di hati,
pemecahan hormon steroid dan obat akan dipercepat. Perangsangan otot di usus
halus akan menyebabkan diare. Peningkatan eksitabilitas neuromuskular akan
menimbulkan hiperrefleksia, tremor, kelemahan otot dan insomnia. Pada anak,
percepatan pertumbuhan kadang-kadang akan terjadi. T3 dan T4 meningkatkan
ekspresi reseptornya dan dengan demikian mensensitisasi organ target terhadap
kerjanya sehingga meningkatkan efek hipertiroidisme.
Pada hipertiroidisme imunogenik (Graves Disease), hipertiroidisme
paling sering disebabkan oleh long-acting thyroid stimulator (LATS) atau thyroid
stimulating immunoglobulin (TSI), suatu IgG yang mirip dengan reseptor TSH.
Eksoftalmus dapat terjadi akibat peningkatan hormon tiroid. Penonjolan mata
dengan diplopia, aliran air mata yang berlebihan, dan peningkatan fotofobi juga
terjadi. Penyebabnya terletak pada reaksi imun terhadap antigen retrobulbar yang
tampaknya sama dengan reseptor TSH. Akibatnya terjadi inflamasi retrobulbar
dengan
pembengkakan
otot
mata,
infiltrasi
limfosit,
akumulasi
asam
Klinis
Anamnesis5
rasa gugup
rasa cemas
tremor
hiperaktif
palpitasi
oligomenore
hiperaktifitas
hipertensi sistolik
mata melotot
tremor
kelemahan otot
Pemeriksaan Fisik5
Dari pemeriksaan fisik mungkin dapat ditemukan penyebab dari
tirotoksikosis. Tirotoksikosis yang disebabkan oleh penyakit Graves berhubungan
dengan adanya pembesaran difus kelenjar tiroid. Kadang dapar didengar bruit
pada tiroid dengan menggunakan sisi membran stetoskop. Struma multinodular
Graves
jarang
menimbulkan
efek
pada
kulit,
yaitu
deposit
Tanda-tanda
Nilai apabila
Ada
Tidak
dan/atau
bertambah berat
Sesak bila bekerja
Berdebar-debar
Kelelahan
Lebih menyukai udara panas
Lebih
Nilai
menyukai
udara
dingin
Tidak dipengaruhi suhu
Keringat berlebihan
Gugup
Nafsu makan: bertambah
berkurang
Berat badan : naik
turun
Hasil:
+1
+2
+2
-5
+3
+2
+2
+2
-3
-2
-
Keterlambatan
+1
menutupnya
+5
kelopak mata
Gerakan hiperkinetik
+4
-2
0
+3
+2
+3
-3
-3
+3
+1
+2
+1
+4
-3
0
+3
-2
-1
-
> 19
: hipertiroid
: eutiroid
Gejala
Umur saat timbulnya (tahun)
Pencetus psikologis
Frequent checking
Goiter
Bruit tiroid
Eksoftalmus
Derajat
15 24
25 34
35 44
45 54
> 55
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Nilai
0
+4
+8
+12
+16
-5
0
-3
0
-3
0
+5
0
+3
0
+18
0
+9
0
Lid retraction
10
11
Hasil
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
> 90
80 90
<80
+2
0
+7
0
+16
+8
0
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan Lab
Alat utama untuk mendeteksi hipertiroid adalah pengukuran kadar TSH
dalam darah. Seperti disebutkan lebih awal, TSH dikeluakan oleh kelenjar
pituitari. Jika suatu jumlah hormon tiroid yang berlebihan hadir, TSH diatur
untuk turun dan tingkat TSH turun dalam suatu usaha untuk mengurangi
produksi hormon tiroid. Jadi, pengukuran TSH harus berakibat pada tingkattingkat yang rendah atau tidak terdeteksi pada kasus-kasus hipertiroid.
Bagaimanapun, ada satu pengecualian. Jika jumlah hormon tiorid yang
berlebihan disebabkan oleh suatu tumor pituitari yang mengeluarkan TSH,
maka kadar TSH tingginya menjadi tidak normal. Penyakit tidak umum ini
dikenal sebagai "hipertiroid sekunder". 2
Penurunan kadar TSH pada tiroid mencapai <0,05 IU/mL. Keparahan
tirotoksikosis tidak dapat dinlai dar kadar TSH, namun harus diukur dari
kadar hormon tiroid di dalam plasma. Sebanyak 99% T3 dan T4 berikatan
dengan protein. Hanya hormon tiroid yang bebas yang aktif. T3 20 100 kali
lebih aktif dibandingkan T4. Jadi, mengukur kadar T3 dan T4 bebas (fT3 dan
fT4) sebaiknya dilakukan pada pasien dengan suspek tirotoksikosis yang
TSHnya rendah. 5
Antibodi antitiroid dapat ditemukan meningkat pada penyakit Grave dan
tiroiditis limfositik namun tidaklah terlalu bermakna untuk menegakkan
diagnosis. Nilai thyroid-stimulating antibody digunakan untuk memonitor efek
terapi antitiroid pada pasien dengan penyakit Grave.
Antibodi yang paling soesifik untuk penyakit tiroid autoimun adalah ELISA
untuk antibodi anti-TPO. Titernya meningkat pada setiap penyakit hipertiroid.
TSI jika meningkat, dapat menunjang diagnosis penyakit Graves.
Kelainan laboratorium non-spesifik dapat ditemukan seperti anemia,
granulositosis, limfositosis, hiperkalsemia, peningkatan transaminase dan
alkalin fosfatase.
2.
Pemeriksaan Radiologis
USG dapat dilakukan untuk mendeteksi nodul yang kecil atau nodul di
posterior yang secara klinis belum dapat dipalpasi. Di samping itu, dapat
dipakai untuk membedakan nodul yang padat atau kistik serta dapat
dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan biopsy aspirasi jarum halus.
Jika etiologi dari tirotoksikosis belum jelas setelah serangkaian pemeriksaan
fisik dan laboratorium, dapat dilakukan scan dan uptake iodine 123 (I 123) ntuk
menentukan fungsi tiroid. Normalnya uptake 15-40 % dalam 24 jam. Bila
uptake > normal disebut hot area, sedangkan jika uptake < normal disebut
cold area (pada neoplasma). 5
Gambar 5. Beberapa gambaran dari scan dan uptake tiroid. Pada keadaan
hipertiroid, uptake radioiodin terlihat meningkat.
- Adenoma toksik
TERAPI
Pengobatan hipertiroidisme tergantung pada penyebab dan beratnya
penyakit, usia pasien, ukuran goiter, komorbitas dan keinginan untuk sembuh.
Pada prinsipnya, pengobatan dapat dibagi 3 yaitu: Tirostatika, Tiroidektomi, dan
Yodium Radioaktif
Tirostatika 1, 12
Thionamid merupakan kelompok utama jenis obat ini. Beberapa
contohnya: propylthiouracil (PTU), karbimazole,methimazole. Obat tersebut
menghambat proses organifikasi dan reaksi autoimun tetapi PTU memiliki efek
tambahan yaitu menghambat deiodinasi dari T4 menjadi T3.
Terdapat berbagai variasi regimen tirostatika. Dosis inisial karbimazol atau
metimazol biasanya 10-20 mg tiap 8-12 jam dan dapat diberikan satu kali per hari
bila eutiroid telah tercapai. PTU diberikan dalam dosis 100-200 mg tiap 6-8 jam.
Kemudian dosis secara perlahan dikurangi (dititrasi) setelah klinis
membaik. Metode lain dengan pemberian dosis tinggi tirostatika dan dikombinasi
dengan
suplemen
levothyroxine
(regimen
pengganti)
untuk
mencegah
hipotiroidisme.
Tes fungsi tiroid dan manifestasi klinik dinilai tiap 3-4 minggu setelah
terapi dimulai dan dosis dititrasi berdasarkan nilai fT4. Umumnya pasien
mencapai eutiroid pada minggu ke 6 hingga ke 8. Nilai TSH tetap tersupresi untuk
beberapa bulan sehingga tidak sensitif untuk indeks respon terapi. Dosis harian
Yodium Radioaktif
Terapi ini menyebabkan kerusakan progesif dari sel tiroid dan dapat
digunakan untuk terapi utama atau untuk yang mengalami relaps setelah
pengobatan antitiroid. Resiko terjadinya krisis tiroid kecil dan dapat
KOMPLIKASI
o Komplikasi bedah
Hipoparatiroidisme
I.
Prognosis
Umumnya pasien dengan hipertiroidisme menunjukkan hasil yang baik
dengan terapi yang tepat. Namun dengan pengobatan terbaik pun beberapa
manifestasi penyakit sulit hilang sepeti gangguan pada mata, jantung dan
psikologik.
Hipertiroidisme dari goiter multinoduler toksik dan adenoma toksik
biasanya permanen dan muncul kala dewasa. Setelah normalisasi fungsi tiroid
dengan tirostatika, ablasi dengan yodium radioaktif biasanya direkomendasikan.
Penggunaan jangka panjang dosis tinggi tirostatika tidak dianjurkan. Biasanya
terjadi pembesaran secara perlahan selama pemberian tirostatika. Prognosis baik
setelah terapi yodium radioaktif. Umumnya pasien akan tetap eutiroid.
Pasien dengan penyakit Grave sering menjadi hipotiroidisme dalam
perjalanan alami penyakitnya. Walaupun terapi yang diberikan berupa yodium
radioaktif
ataupun
pembedahan,
biasanya
akan
jatuh
dalam
keadaan
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
2. Anonim. 2009. Hipertiroid. Available on: http://www.bascommetro.blog
spot.com/2009/12/hipertiroid.html. Accessed at: 12 April 2010
3. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta:
EGC
4. Silbernagl, Stefan dan Florian Lang. 2000. Teks dan Atlas Berwarna
Patofisiologi. Jakarta: ECG
5. Lee, Stephanie L. dkk. 2009. Hyperthyroidism:Differential Diagnoses and
Workup.
Available
on:
http://emedicine.medscape.com/article/121865-
2007.
Ilustrasi
Kasus
Thyroid.
Available
http://www.scribd.com/doc/5554952/ILUSTRASI-KASUS-tyroid.
on:
Accessed