Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, diabetes melitus
merupakan
suatu
kelompok
penyakit
metabolik
dengan
karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh,
terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.
Pada tahun 2003, World Health Organization (WHO) memperkirakan
bahwa 194 juta jiwa atau 5.1% dari 3.8 miliar penduduk dunia yang berusia 20-79
tahun menderita diabetes mellitus dan pada tahun 2025 akan meningkat menjadi
333 juta jiwa. WHO memprediksi bahwa di Indonesia akan terjadi peningkatan
dari 8.4 juta diabetisi pada tahun 2000 menjadi 21.3 juta diabetisi pada tahun
2030. Hal ini akan menjadikan Indonesia menduduki peringkat ke-4 dunia setelah
Amerika Serikat, Cina, dan India dalam prevalensi diabetes mellitus (Diabetes
Care, 2004).
Hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, menunjukkan
bahwa prevalensi DM secara nasional berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan
gejala adalah 1.1%, sedangkan prevalensi DM berdasarkan pemeriksaan kadar
gula darah pada penduduk berumur >15 tahun yang bertempat tinggal di
perkotaan adalah 5.7%. Riset ini juga menghasilkan angka Toleransi Glukosa
Terganggu (TGT) secara nasional berdasarkan pemeriksaan kadar gula darah pada
penduduk berumur >15 tahun yang bertempat tinggal di perkotaan adalah 10.2% 9
(Depkes, 2008).
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang tidak menyebabkan
kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila pengelolaannya tidak
tepat. Pengelolaan DM memerlukan penanganan secara multidisiplin yang
mencakup terapi non-obat dan terapi obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1. Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, diabetes
melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Sedang menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes melitus
merupakan suatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan
singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema
anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana
didapat defisiensi insulin absolut ataupun relatif dan gangguan fungsi insulin.
WHO telah mengidentifikasi 3 macam diabetes, yaitu diabetes melitus tipe 1 atau
insuline dependent diabetes mellitus (IDDM), tipe 2 atau non-insuline dependent
diabetes mellitus (NIDDM), dan diabetes mellitus gestasional.
2. Klasifikasi
Klasifikasi etiologis diabetes melitus menurut PERKENI (ADA,1997):
a. Diabetes melitus tipe I
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut
baik melalui proses imunologik maupun idiopatik.
b. Diabetes melitus tipe II
Bervariasi, mulai yang predominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin
bersama resistensi insulin.
c. Diabetes melitus tipe lain
1. Defek genetik fungsi sel beta
2. Defek genetik kerja insulin
3. Penyakit eksokrin pankreas
4. Endokrinopati
Manifestasi Klinik
Keluhan umum pada pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia
pada DM lanjut usia pada umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering
mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada
pembuluh darah dan saraf. Pada DM lanjut usia, terdapat perubahan patofisiologi
akibat proses menjadi tua sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa
gejala sampai dengan komplikasi yang lebih lanjut. Hal yang sering menyebabkan
pasien datang berobat ke dokter adalah adanya keluhan yang mengenai beberapa
organ tubuh, antara lain:
a. Gangguan penglihatan: katarak
b. Kelainan kulit: gatal dan bisul-bisul
c. Kesemutan, rasa baal
d. Kelemahan tubuh
e. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
f. Infeksi saluran kemih
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital ataupun
daerah lipatan kulit lain, seperti di ketiak dan di bawah payudara, biasanya akibat
tumbuhnya jamur. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka lama
yang tidak mau sembuh. Luka ini dapat timbul akibat hal sepele seperti luka lecet
karena sepatu, tertusuk peniti dan sebagainya. Rasa baal dan kesemutan akibat
sudah terjadinya neuropati juga merupakan keluhan pasien, disamping keluhan
lemah dan mudah merasa lelah. Keluhan lain yang mungkin menyebabkan pasien
datang berobat ke dokter adalah keluhan mata kabur yang disebabkan oleh katarak
(diare),
sistem
kardiovaskular
(hipotensi
Diagnosis
Diagnosis DM dapat ditegakan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa
darah. Diagnosis tidak dapat ditegakan atas dasar adanya glukosuria. Untuk
penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukos darah yang dianjurkan adalah
pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.
Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena ataupun kapiler dapat tetap
dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang
berbeda sesuai dengan pembakuan WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan
hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa
darah kapiler.
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan
Diagnosis DM
Kadar glukosa (mg/dl )
Sewaktu
Puasa
Plasma Vena
Darah Kapiler
Plasma Vena
Darah Kapiler
Bukan DM
Belum pasti
DM
< 110
< 90
< 110
< 90
DM
110 199
90 199
110 125
90 109
200
200
126
110
GDP126126
GPS200200
GDP126100-125<100
GDS200140-199<140
DM
TTGO
GD 2 JAM
200140-199<140
TGT
GDPT
b. Pilar Pengelolaan DM
i. Edukasi
Diabetes tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku
telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memmerlukan
60-70 %
b) Protein 10-15 %
c) Lemak 20-25 %
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain:
a) Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan kalori
wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30 kal/ kg BB.
b) Umur
Untuk pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk
dekade antara 40 dan 59 tahun, dikurangi 10% untuk usia 60 s/d 69 tahun
dan dikurangi 20%, di atas 70 tahun.
c) Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik.
Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan pada kedaaan
istirahat, 20% pada pasien dengan aktivitas ringan, 30% dengan aktivitas
sedang, dan 50% dengan aktivitas sangat berat.
d) Berat Badan
Bila kegemukan dikurangi sekitar 20-30% ber-gantung kepada tingkat
kegemukan. Bila kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan
untuk meningkatkan BB. Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah
kalori yang diberikan paling sedikit 1000 - 1200 kkal perhari untuk wanita
dan 1200 - 1600 kkal perhari untuk pria.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di atas
dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%)
serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%) di antaranya. Untuk meningkatkan
kepatuhan pasien, sejauh mungkin perubahan dilakukan sesuai dengan kebiasaan.
11
Untuk penyandang diabetes yang mengidap penyakit lain, pola pengaturan makan
disesuaikan dengan penyakit penyertanya.
Indeks massa tubuh (IMT) dapat dihitung dengan rumus :
IMT = BB (kg) / TB (m2)
IMT Normal Wanita
: 18.5 23.5
: 22.5 25
BB kurang
: < 18.5
BB lebih
Dengan risiko
: 23.0-24.9
Obes I
: 2.5.0-29.9
Obes II
: 30.0
Koreksi/Penyesuaian:
Umur >40 tahun : -5% X Kalori basal = ... Kalori
Aktivitas Ringan : +10% X Kalori basal = Kalori
BB Gemuk
Sedang
: +20 %
Berat
: +30 %
Lebih
: - 10 %
Kurang
: +20 %
= + 300 Kalori
= + 500 Kalori
minuman
13
b.
c.
d.
e.
makan untuk orang sehat masyarakat umum, yaitu makanan yang beragam bergizi
dab berimbang atau lebih dikenal dengan gizi seimbang maksudnya adalah sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Hal yang sangat
penting ditekankan adalah pola makan yang disiplin dalam hal Jadwal makan,
Jenis dan Jumlah makanan atau terkenal dengan istilah 3 J.
Pengaturan porsi makanan sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi
tersebar sepanjang hari. Penurunan berat badan ringan atau sedang (5-10kg) sudah
terbukti dapat meningkatkan kontrol diabetes, walaupun berat badan idaman tidak
dicapai. Penurunan berat badan dapat diusahakan dicapai dengan baik dengan
penurunan asupan energi yang moderat dan peningkatan pengeluaran energi.
Dianjurkan pembatasan kalori sedang yaitu 250-500 kkal lebih rendah dari asupan
rata-rata sehari.
Komposisi makanan yang dianjurkan meliputi:
Karbohidrat
Rekomendari ADA tahun 1994 lebih memfokuskan pada jumlah total
karbohidrat daripada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal. Buah dan
susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik yang lebih rendah dari pada
jumlah
besar
(20%
energi)
potensial
merugikan
15
lain.
Penggunaan
pemanis
tersebut
secaraberlebihan
dapat
Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet
disiplin diet dislipidemia. Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan
kolesterol adalah untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
Garam
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu
tidak lebih dari 3000 mgr atau sama dengan 6-7 g (1 sdt) garam dapur, sedangkan
bagi yang menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 2400 mgr
natrium perhari atau sama dengan 6 gr/hari garam dapur. Sumber natrium antara
lain adalah garam dapur, vetsin dan soda.
Alkohol
Anjuran penggunaan alkohol untuk orang dengan diabetes sama dengan
masyarakat umum. Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah tidak terpengaruh
oleh penggunaan alkohol dalam jumlah sedang apabila diabetes terkendali dengan
baik. Alkohol dapat meningkatkan resiko hipoglikemia pada mereka yang
menggunakan insulin atau sulfonylurea. Karena itu sebaiknya hanya diminum
pada saat makan. Bagi orang dengan diabetes yang mempunyai masalah kesehatan
lain seperti pancreatitis, dislipidemia, atau neuropati mungkin perlu anjuran untuk
mengurangi atau menghindari alkohol. Asupan kalori dari alkohol diperhitungkan
sebagai bagian dari asupan kalori total dan sebagai penukar lemak (1 minuman
alcohol sama dengan 2 penukar lemak).
Kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
Komposisi energy adalah 45-65% dari karbohidrat, 10-20% dari protein dan 2025% dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang
dibutuhkan orang dengan diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan
kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan
dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas,
kehamilan/laktasi, adanya komplikasi dan berat badan.
Perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi:
17
- Keadaan aktifitas berat dan sangat berat: ditambahkan 40 & 50% dari
kebutuhan basal
Jenis aktifitas dikelompokkan sebagai berikut :
- Keadaan istirahat : berbaring di tempat tidur.
- Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah
tangga dan lain-lain
- Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang
tidak perang, .
- Berat : petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit.
- Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi.
Berat badan
- Bila gemuk: dikurangi 20-30% tergantung dari tingkat kegemukan.
- Bila kurus: ditambah 20-30% tergantung dari tingkat kekurusan untuk
menambah berat badan.
- Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan paling
sedikit 1000-1200 kalori perhari untuk wanita dan 1200-1600 kalori
perhari untuk pria.
Pembagian makanan sejumlah kalori terhitung dibagi dalam 3 porsi besar
makan pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%) serta 2-3 porsi makanan ringan
(10 -15 % ). Untuk meningkatkan kepatuhan pasien, sejauh mungkin perubahan
dilakukan secara bertahap dan harus disesuaikan dengan kebiasaan makan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Depkes (2008) Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Penyakit Diabetes
Melitus Cetakan ke 2
National Diabetes Fact Sheet 2011 diakses dari www.cdc.gov
Petunjuk Praktis Terapi Insulin pada Pasien Diabetes Melitus
Perkeni (2006) Konsensus Pengelolaan dan Penceghan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia