Anda di halaman 1dari 5

KEKURANGAN YODIUM

Oktober 12, 2009


oleh clupst3r

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium:


GAKY, atau Gangguan Akibat Kekurangan Yodium merupakan salah satu masalah
yang muncul sejak lama. Pada awalnya, hubungan unsur yodium dengan gondok endemik
dilihat sebagai hubungan secara langsung yang ditunjukkan dengan praktek kedokteran Cina
yang menggunakan biji ganggang Sargassum dan Laminaria japonica yang kaya yodium
sebagai obat gondok. Akan tetapi, mulai tahun 1960-an pandangan para ahli terhadap
defisiensi yodium berubah dari memandang defisiensi yodium berakibat pada gondok
endemik dan kretin endemik saja ke perubahan yang lebih luas.Dengan demikian istilah
defisiensi yodium dahulu yang diidentikkan dengan gondok endemik digantikan dengan
gangguan akibat kekurangan iodium yang efeknya amat luas, dapat mengenai semua
segmen usia sejak dikandung ibu hingga pada orang dewasa.
Neonatus dan Ibu hamil
Ketika kita bicara mengenai neonatus dan ibu hamil maka terbayang proses
pertumbuhan fetus intrauterin, yang umumnya mengikuti satu pola. Perkembangan otak dan
intelegensi tepat mutlak perlu untuk manifestasi yang sempurna di kemudian hari.
Perkembangan fetus ibu hipotiroidisme primer yang hamil berbeda dengan perkembangan
fetus ibu hipotiroidisme yang disebabkan karena defisiensi yodium. Patofisiologi yang jelas
dan tegas belum terbukti hingga sekarang, sebab model binatangnya belum ditemukan.
Sumbangan pengetahuan di atas tidak hanya penting untuk memahami dan mendalami
peristiwa yang terjadi di daerah dengan defisiensi berat saja (dengan adanya sindrom GAKI,
lebih-lebih mekanisme terjadinya kretin endemik baik miksudematosa maupun kretin tipe
nervosa) tetapi juga penting untuk upaya pencegahan.
Langkah Preventip
Untuk pencegahan, dibutuhkan informasi yang cukup tentang sebab. Bagi yang
bersebab tunggal pencegahannya tunggal (cf :vaccinasi). Bagi bersebab banyak,
multifaktorial pencegahan juga menghilangkan faktor risiko tersebut. Bagi GAKI upayanya
dengan memberikan unsur yodium. Bagaimana peran pemberian unsur yodium dalam bentuk
garam beryodium dalam berbagai bentuk (garam curai, garam briket, shelf-lifenya,
penyebarannya, harga, tingkat konsumsinya) perlu diteliti lebih lanjut. Juga larutan yodium
dalam minyak diberikan secara oral (OIO, oral iodinated oil) maupun suntikan, efek obat ini
berjangka panjang: oral dapat diberikan setiap 6-12 bulan sekali sedangkan suntikan 3-4
tahun sekali. Di daerah tertentu melarutkan yodium (bentuk tetesan atau slow-release
products) dalam air minum atau sumur. Pemberian suntikan lipiodol sebelum diproduksi
yodiol pun sebenarnya memberi hasil baik dan terlihat dari menurunnya prevalensi gondok,
tercegahnya variabel kretin, misalnya EEG bayi dan sebagainya. Meskipun demikian masih
ditemukan gejala sisa di replete area. Walaupun begitu dengan dosis yang diberikan sekarang
ini, dan dengan kriteria beratnya masalah dinilai dari prevalensi anak sekolah, masih cukup
banyak ibu hamil yang rawan GAKI bagi anak yang dikandungnya. KIE. Penanggulangan

GAKI sering dilupakan orang adalah KIE ini. Meskipun nampaknya sebab GAKI telah
diketahui dan juga sarana pencegahannya dikuasai, namun hasilnya belum seperti yang
diharapkan. Dalam bidang public health, litbang gizi telah melihat berbagai aspek baik dalam
hubungannya dengan program pencegahan gangguan gizi lain, misalnya kadar yodium dalam
ASI ibu menyusui yang mendapat yodiol, kestabilan yodium dalam garam di pelbagai
masakan Indonesia dan pengaruh yodium tinggi pada reaksi vaksinasi. Berhasil tidaknya
upaya penanggulangan masalah GAKY di masyarakat, di samping sistem penanggulangan
sendiri di tingkat program, tidak kalah pentingnya adalah masalah lingkungan dan sosial
budaya yang ada di masyarakat. Secara terperinci, menjelaskan bahwa dampak kekurangan
yodium, di samping kretin endemik adalah (1) kemampuan mental dan psikomotor berkurang
(2) angka kematian perinatal meningkat, demikian gangguan perkembangan fetal dan pasca
lahir (3) hipotiroidisme neonatal banyak ditemukan di daerah dengan endemik berat (4) pada
penduduk normal ditemukan hipotiroidisme klinis dan biokimiawi (5) di daerah gondok
endemic kadar yodium air susu ibu lebih rendah dibandingkan dengan daerah non endemic
(0,44 vs 10,02 ug/dl) (6) pada otak terlihat kalsifikasi ganglion basal, hipofisis membesar,
tetapi arti klinik belum diketahui (7) terdapat minimal brain damage di daerah yang terkesan
sudah iodine replete, dengan IQ point yang terlambat 10-15 point meskipun status tiroid
sudah kembali normal (8) ada keterlambatan per-kembangan fisik anak, misalnya lambatnya
mengangkat kepala, tengkurep, berjalan, hiporefleksi, strabismus konvergen, hipotoni otot.
Upaya Preventip Terkait dengan Sosial Budaya Setelah melalui pengkajian yang
seksama baik dari segi teknis maupun operasional, ditetapkan bahwa garam merupakan bahan
makanan yang paling cocok dan memenuhi kriteria untuk dilakukan fortifikasi. Di Indonesia,
penggunaan garam beryodium dengan kadar yodium 40 ppm, dengan anggapan konsumsi
garam 10 gram sehari, sehingga konsumsi 400 g potassium iodine per hari dan ini sesuai
dengan 237 gram iodide. Konsumsi dalam keluarga juga dipengaruhi oleh faktor persepsi dan
aseptasi terhadap penanggulangan kekurangan yodium dalam masyarakat. Persepsi
merupakan hasil proses pengamatan yang berasal dari komponen kognisi. Persepsi
dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, wawasan, pemikiran dan
pengetahuannya. Proses pembentukan persepsi meliputi proses konseptualisasi dan abstraksi.
Pada tahap ini bahasa memegang peranan yang sangat penting. Hal ini disebabkan, bahasa
merupakan alat untuk menyederhanakan dan mengkategorisasikan berbagai stimulus yang
sampai kepada individu. Melalui bahasa, kognisi individu dan segala sesuatu digambarkan
dan dikomunikasikan. Proses kognisi akan mempengaruhi pembentukan persepsi. Reaksi tiap
individu terhadap seseorang atau segala sesuatu yang ada di sekitarnya dibentuk oleh apa
yang dia lihat atau dunia kognisinya. Sebenarnya Health Belief Model dikembangkan dari
teori perilaku, yang antara lain berasumsi bahwa perilaku seseorang tergantung pada: (1) nilai
yang diberikan individu pada suatu tujuan; dan (2) perkiraan individu terhadap kemungkinan
bahwa perilakunya akan dapat mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan hasil temuan di Jawa
Tengah diketahui bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap lipiodol suntik
dan garam beryodium sangat rendah. Pada umumnya responden dalam studi tersebut
menunjukkan bahwa sebanyak 66,7% belum pernah mendengar suntikan lipiodol baik di
daerah gondok endemik sedang maupun berat. Rendahnya pemahaman mengenai kapsul
yodium disebabkan karena rendahnya pelaksanaan penyuluhan akan manfaat kapsul yodium
di dalam masyarakat. Penggunaan garam beryodium dalam rangka iodisasi juga ada masalah,
mengingat bahwa penguapan kadar yodium dalam garam menyebabkan turunnya kadar
yodium. Tidak satupun kebudayaan di dunia ini yang bebas dari pantangan terhadap makanan
tertentu. Biasanya pantangan tersebut diberlakukan terhadap golongan masyarakat atau
individu berdasarkan umur, jenis kelamin, agama, yang ada di dalam sistem sosial.
Ibu yang sedang hamil atau menyusui merupakan individu yang biasanya diberlakukan

terhadap pantangan makanan yang sukar diterangkan secara alamiah yang akan berpengaruh
pada bayi. Biasanya jenis makanan yang dilarang adalah susu, telur, ikan asin, ikan segar, dan
sebagainya. Ikan, susu, telur, merupakan makanan sumber protein yang sangat baik dan
diperlukan bagi ibu hamil maupun menyusui.
Penilaian Masalah GAKY di Indonesia
Hasil survei nasional membuktikan bahwa status GAKY di sebagian besar daerah di
Indonesia membaik secara nyata. Kriteria diatas didasarkan atas TGR anak sekolah, namun
TGR wanita hamil selalu lebih tinggi. TGR anak sekolah yang baik (non-endemik / ringan)
belum menjamin bahwa wanita hamil di daerah tersebut bebas dari rawan GAKY, untuk ini
diperlukan tolok ukur tambahan. Di daerah lain ( Maluku, NTB, NTT dsb) masih termasuk
endemi berat. Beberapa faktor yang dihubungkan dengan gondok ini, tetapi faktor utama
masih tetap defisiensi yodium.
Faktor-faktor yang Dianggap Berkaitan dengan Kejadian Gondok pada Siswa SD di Daerah
Dataran Rendah
Spektrum GAKY seluruhnya terdiri dari gondok dalam pelbagai tingkat (stadium), kretin,
terhambatnya pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa, kejadian
lahir mati meningkat, demikian juga dengan kematian bayi. Kekurangan unsur Iodium
terutama dipengaruhi faktor lingkungan yang keadaan tanah dan airnya amat miskin unsur
iodium, akibatnya penduduk yang tinggal di daerah tersebut akan selalu kekurangan iodium.
Di Jawa Timur, penanggulangan GAKY merupakan prioritas utama dalam penanggulangan
masalah gizi. Masalah GAKY di Jawa Timur berdasarkan survei GAKY nasional yang
dilakukan pada tahun 1998, prevalensi gondoknya cukup tinggi (16,3 %).
Prevalensi GAKY Berdasarkan Hasil Palpasi Kelenjar Gondok Pemeriksaan kelenjar gondok
(palpasi) dilakukan pada seluruh anak SD Negeri Kejayan I (kelas 1 sampai dengan kelas 6)
sejumlah 203 (dua ratus tiga) anak sesuai jumlah yang hadir. Sebagian besar anak yang
menjadi sampel (97,96%) adalah penduduk asli di daerah penelitian (tinggal di daerah
penelitian sejak lahir) dan hanya 2,04% yang bukan berasal dari daerah penelitian, namun
mereka sudah tinggal di daerah penelitian selama minimal 7 (tujuh) tahun. Sebagian besar
anak (55,10%) berada pada kisaran umur 11 12 tahun, dengan ratarata umur 10,86 tahun
dan SD = 1,21. Berdasarkan jenis kelamin 36,7% laki-laki dan 63,3% perempuan. Semua
anak (100%) tidak pernah mendapat suntikan lipiodol. Sebagian besar (91,8%) anak pernah
mendapat kapsul minyak beriodium, hanya 8,2% tidak pernah mendapat kapsul minyak
beriodium.
Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Iodium dan Goitrogenik Diketahui bahwa
sebagian besar anak (73,5%) di daerah penelitian tidak pernah mengkonsumsi ikan tawar
basah dan 100% anak SD juga tidak mengkonsumsi ikan tawar kering (dalam satu tahun
terakhir). Ikan laut basah hanya dikonsumsi kurang dari tiga kali per minggu (18,4%) dan
dikonsumsi 3-5 kali per minggu (4,1%). Hanya 12,2% anak SD mengkonsumsi ikan laut
basah dalam frekuensi 1 kali per hari, 6,1% mengkonsumsi 2 kali sehari dan 4,1%
mengkonsumsi 3 kali sehari. Tampaknya ikan laut basah/segar belum masuk dalam pola
konsumsi harian anak SD. Faktor lain yang diduga ikut berperan dalam menimbulkan
kejadian gondok adalah miskinnya Iodium dalam air minum (dan tanah) 22. Sumber air
minum keluarga pada umumnya (40,8%), berasal dari Air PAM, mata air (34,8%) dan 20,4 %
air sumur. Sebelum mengkonsumsi air minum pada umumnya responden (65,3%) merebus

air sampai mendidih. Berdasarkan palpasi kelenjar gondok, ditemukan Total Goiter Rate
sebesar 23,65% dan Visible Goiter Rate sebesar 0,98%, daerah penelitian tergolong daerah
endemik sedang. Bila ditinjau dari nilai median Iodium urin (253 ug/l), maka daerah
penelitian belum termasuk daerah endemik gondok (masih di atas 100 ug/l).
Perlu dilakukan upaya membudayakan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) agar anak
SD dapat memenuhi kecukupan gizinya, terutama meningkatkan konsumsi pangan sumber
energi dan Iodium yang masih kurang dari kecukupan yang dianjurkan.
Diperkirakan prevalensi gondok dunia adalah 12%. Dari 5 milyar lebih penduduk dunia,
sebanyak 38% atau sekitar 2.2 milyar penduduk berisiko kekurangan iodium karena
bertempat tinggal di daerah kekurangan iodium dimana TGR lebih dari 5%.
Data yang lebih mutakhir menunjukkan bahwa dari 6 milyar lebih penduduk 159 negara,
sekitar
50%
kekurangan
iodium
dan
3%
kelebihan
iodium.
Daerah basis kekurangan iodium di Indonesia ditemukan di seluruh kepulauan mulai dari
Sumatera di bagian barat hingga Papua di bagian timur. Gangguan Akibat Kekurangan
Iodium (GAKY) di masa lalu identik dengan gondok yaitu pembesaran kelenjar tiroid.
Total Goiter Rate TGR anak sekolah untuk tingkat nasional tahun 1996/1998 adalah 9.8%
sedangkan tahun 2003 adalah 11.1%. Propinsi dengan TGR tertinggi tahun 1996/1998
maupun tahun 2003 adalah Maluku yaitu 33.39% dan 31.6%. Propinsi dengan TGR yang
terendah tahun 1996/1998 adalah Riau yaitu 1.1% sedangkan tahun 2003 Sulawesi Utara
yaitu 0.7%. Intensitas dari kekurangan yodium dapat dilihat dari pembesaran kelenjar
gondok. Hubungan TGR Anak Sekolah dengan Konsumsi Garam Beriodium Rumah Tangga
Hubungan antara TGR dan proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium
dalam suatu daerah adalah negatip, berarti semakin tinggi proporsi rumah tangga yang
mengkonsumsi garam beriodium semakin rendah TGR. Indikator TGR telah sejak lama
digunakan di Indonesia dalam survei maupun sebagai dasar penetapan kebijakan program
penanggulangan GAKY. TGR tidak menunjukkan penurunan dalam 1998-2003 walaupun
dilaksanakan program penanggulangan intensif. Masalah yang sering dijumpai pada palpasi
kelenjar tiroid adalah inter-observervariation (variasi antar palpator) demikian juga nilai
sensitivitas dan spesifisitas. Sebagian pakar dan lembaga yang kompeten di bidang GAKY
yang tidak lagi merekomendasikan penggunaan indikator TGR untuk memantau kemajuan
eliminasi GAKY.
Faktor yang Berhubungan dengan Ketersediaan Garam Beryodium di Rumah Tangga: Sebuah
Studi Kasus di Probolinggo.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden memilih atau menyediakan bentuk
garam beryodium dengan alasan beryodium penting bagi kesehatan sebesar 67,2%.
Responden yang tidak pernah membeli atau menyediakan garam beryodium sebesar 32,8%.
Diantara 32,8% responden yang tidak pernah membeli atau menyediakan garam beryodium
tersebut beralasan: karena hanya tersedia bentuk garam itu saja (42,9%), harga garam
beryodium lebih mahal (19,0%) dan dengan alasan tidak tahu (28,6%). Adapun tempat
membeli garam konsumsi sehari-hari responden adalah toko/warung dekat rumah (98,4%)
dan dari tambak sebesar 1,6%. Sebagian besar pedagang garam setuju jika garam non yodium
tidak beredar di pasaran (66,7%) atau ada peraturan larangan menjualnya (83,3%). Oleh
karena garam non yodium banyak beredar di pasaran dan dengan alasan untuk memenuhi
permintaan konsumen, maka sebagian besar pedagang juga menyediakan garam non yodium
(terutama dalam bentuk krosok). Sebagian besar pedagang sebenarnya sudah mendengar dan
mengetahui manfaat garam beryodium, yaitu: untuk mencegah gondok (76,7%). Tingkat
pengetahuan responden tentang garam beryodium masih kurang. Sikap responden terhadap

ketersediaan garam beryodium di rumah tangga sebagian besar mendukung, namun karena
pada umumnya pedagang masih menyediakan garam non yodium di tingkat pasar, maka hal
ini berdampak pada rendahnya ketersediaan garam beryodium di tingkat rumah tangga.
Hanya sebesar 34,8% garam di tingkat pasar kan-dungan yodiumnya cukup, Warung/toko
yang termasuk kriteria baik hanya 20%. Dapat dikatakan bahwa ketersediaan garam yodium
di tingkat pasar kurang. Tingkat pendidikan responden, tingkat pengetahuan dan sikap
responden tentang garam beryodium serta ketersediaan garam beryodium di tingkat pasar
berhubungan dengan ketersediaan garam beryodium di tingkat rumah tangga.
Sumber Jurnal: Internet Djoko Kartono, dkk. Jurnal GAKY Indonesia Vol. 5, N0; 1 April
2006. Indikator Total Goiter Rate (TGR) Anak Sekolah Sebagai Dasar Kebijakan Program
GAKY di Indonesia. Triyono dan Inong Retno Gunanti. Jurnal GAKY Indonesia Vol. 3, N0;
1-3 April, Agustus dan Desember 2004. Identifikasi Faktor yang Diduga Berhubungan
dengan Kejadian Gondok pada Anak Sekolah Dasar di Daerah Dataran Rendah. Sri
Rusminah dan Inong Retno Gunanti. Jurnal GAKY Indonesia. Faktor yang Berhubungan
dengan Ketersediaan Garam Beryodium di Tingkat Rumah Tangga. R. Djokomoeljanto.
Jurnal GAKY Indonesia Vol. 3, N0; 1 Desember 2002. Evaluasi Masalah Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia. R. Djokomoeljanto, dkk. Jurnal GAKY Indonesia
Vol. 1, N0; 1 April 2002. Aspek Sosio-Kutural Pada Program Penanggulangan GAKY. R.
Djokomoeljanto. Jurnal GAKY Indonesia. Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium:
Pengamatan Selama Seperempat Abad Terbukanya Kemungkinan Penelitian.
http://gudangmadu.blogspot.com/2008/06/gangguan-akibat-kekurangan-yodium.html

Anda mungkin juga menyukai