PROPOSAL
OLEH :
IIN WAHYUNI LUBIS
NIM : 09.07.022
[[[
MEDAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Ginjal
Kronik
(GGK)
adalah
kegagalan
fungsi
ginjal
untuk
Gagal Ginjal Kronik sering berhubungan dengan anemia. Anemia pada GGK
muncul ketika klirens kreatinin turun kira-kira 40 ml/mnt/1,73m 2. Anemia akan menjadi
lebih berat lagi apabila fungsi ginjal lebih buruk lagi, tetapi apabila penyakit ginjal telah
mencapai stadium akhir, anemia akan secara relatif menetap. Anemia pada GGK terutama
diakibatkan oleh berkurangnya eritropeitin. Anemia merupakan kendala yang
cukup besar bagi upaya mempertahankan kualitas hidup pasien GGK (OCallaghan,
2007).
Pada GGK, keadaan anemia dan adanya inflamasi dapat menyebabkan Laju
Endap Darah (LED) meningkat (Jamaluddin A, 2011).
Laju endap darah (LED) atau ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate) atau BSR
(Blood Sedimentation Rate) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah dan
untuk mengetahui tingkat peradangan dalam tubuh seseorang. Proses pemeriksaan
sedimentasi darah ini diukur dengan memasukan darah kedalam tabung khusus LED
dalam posisi tegak lurus selama satu jam. Semakin banyak sel darah merah yang
mengendap maka makin tinggi laju endap darahnya, laju endap darah mengukur derajat
endap eritrosit dalam suatu sampel darah selama periode waktu tertentu (Jamaluddin A,
2011).
LED adalah uji yang sensitif tapi tidak spesifik namun sering menjadi indikator
paling awal dari penyakit apabila tanda-tanda kimia atau fisik normal. LED biasanya
meningkat secara bermakna pada penyakit inflamasi yang menyebar luas, peninggian
mungkin berlangsung lama pada penyakit inflamasi yang terlokalisir dan keganasan atau
penyakit kronik (Jamaluddin A, 2011).
Darah normal mempunyai LED relatif kecil karena pengendapan eritrosit akibat
tarikan gravitasi diimbangi oleh tekanan keatas akibat perpindahan. Bila viskositas
plasma tinggi tekanan keatas mungkin dapat menetralisasi tarikan kebawa terhadap setiap
sel atau gumpalan sel. Sebaliknya setiap keadaan yang meningkatkan penggumpalan atau
perlekatan satu dengan yang lain akan meningkatkan LED (Jamaluddin A, 2011).
Penentuan nilai LED secara umum telah digunakan dalam pengobatan klinik, dan
memantau perjalana penyakit seperti tuberkulosa dan rematik. Peningkatan kecepatan
pengendapan berhubungan langsung dengan beratnya penyakit (Jamaluddin A, 2011).
Atas dasar inilah dilakukan penelitian untuk identifikasi Laju Endap Darah pada
penderita Gagal Ginjal Kronik.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang diambil adalah
bagaimanakah Gambaran LED pada penderita Gagal Ginjal Kronik.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan pada uji LED terhadap penyakit
Gagal Ginjal Kronik.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit, klinisi/dokter untuk penanganan pasien
GGK dengan LED meningkat.
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ginjal
Ginjal merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi vital bagi manusia,
ginjal merupakan organ ekskresi yang berbentuk seperti kacang (Nursalam dkk, 2006).
2.1.1. Anatomi Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, setinggi daerah lumbal,
terletak dibelakang peritoneum di bawah diafragma kedudukan ginjal kira-kira bagian
atas sejajar puncak columna veretbra thorakalis 12 bagian bawah sampai ke Lumbal 3
setinggi pusar. Kedua ginjal dilindungi dari posterior oleh costae dan otot costae, dari
depan oleh bantalan usus yang tebal. Panjang ginjal lebih kurang 10 cm, lebar lebih
kurang 5 6 cm, tebal lebih kurang 2,5cm, berat ginjal : 125 170 gram, 115
155 gram (Nursalam dkk, 2006).
Setiap ginjal diselubungi oleh kapsul tipis dari jaringan fibros dan membentuk
pembungkus yang halus didalamny terdpat struktur ginjal berwarna ungu tua yang terdiri
atas korteks disebelah luar dan medula disebelah dalam (Nursalam dkk, 2006).
Gagal Ginjal Kronik adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal
dan ditandai dengan uremia (urea, limbah nitrogen, ureum, kreatinin, asam urat dan
amoniak yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau
transplantasi ginjal) (Nursalam dkk, 2006).
9.
Secara ringkas Gagal Ginjal Kronis dimulai pada fase awal gangguan
keseimbangan cairan, penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa dan bergantung
pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal,
manifestasi klinis Gagal Ginjal Kronik mungkin terjadi karena nefron-nefron sisa yang
sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan
kecepatan filtrasi, reabsorbsi, dan sekresinya, serta mengalami hipertrofi (Muttaqin A dan
Sari K, 2011).
10.
Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang
tersisa menghadapi tugas yang semakin berat sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak
dan akhirnya mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan
tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Pada saat
penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darah
ginjal akan berkurang (Muttaqin A dan Sari K, 2011).
Ginjal Kronis. Akan tetapi apapun sebabnya respon yang terjadi adalah penurunan fungsi
ginjal secara progresif, kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan GGK
bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar ginjal (Muttaqin A dan Sari K, 2011).
1. Penyakit dari ginjal
13.
Pada umumnya, gagal ginjal tidak dapat diketahui secara dini. Baru
setelah kecepatan filtrasi glomeruler (KFG/ glomeruler filtration rate) menurun sampai
10
10% dari normal dan timbul gejala-gejala dari penyakit ini (Muttaqin A dan Sari K,
2011).
19.
terlarut tidak berkurang. Apabila klirens kreatinin berkurang 5-25ml/menit ekskresi zat
terlarut berkurang, walaupun kesehatan penderita masih terpelihara. Namun, apabila
klirens kreatinin menurun sampai kurang dari 5ml/menit, maka keadan ini disebut dengan
Gagal Ginjal Kronik berat, yang kemudian membutuhkan penanggulangan dan
pengobatan yang khusus (Naga, S., 2012).
20. 2.2.3. Stadium GGK
21.
Stadium-stadium GGK didasarkan pada tingkat GFR yang tersisa dan meliputi hal-hal
berikut :
1. Penurunan cadangan ginjal, yang terjadi apabila GFR turun 50% dari normal.
2. Insufisiensi ginjal, yang terjadi apabila GFR turun menjadi 20-35% dari
normal
11
biasanya seperti : anoreksia, mual, impotensi, menstruasi tidak teratur, dan hilangnya
fertilitas adalah keluhan yang umum pada pasien dengan usia lebih muda. Pada uremia
berat terdapat bau amis yang khas, cegukan, muntah, prurimentasi kulit (Rubenstein D
dkk, 2005).
27. 2.2.7. Eritropoietin dan GGK
12
28.
sebahagian kecil juga dihasilkan oleh hati. Di ginjal, eritropoietin dibuat di sel
fibroblastoid.
29.
eritropoeitin menjadi terhambat atau berkurang dalam jumlah yang cukup dan
mengakibatkan kadar eritropoietin rendah, sehingga terjadi anemia. Faktor-faktor
lainya disebabkan oleh adanya penyakit inflamasi, keganasan, dan kelaparan
(OCallaghan, 2007).
30. 2.2.8. Pemeriksaan Laboratorium Untuk Diagnosa GGK
31.
asam urat, dan Kreatinin klirens memberikan petunjuk keparahan gagal ginjal
(Rubenstein dkk, 2005).
a. Ureum
32.
melimpah yang menumpuk pada gagal ginjal. Komponen ini merupakan proses akhir
metabolisme protein dan terutama di sintesis di hati. Di filtrasi dengan bebas dari
glomerulus, tetapi sekitar 50% di reabsorpsi sehingga klirens ureum lebih sedikit dari
pada laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate/GFR) (Muttaqin A dan Sari K,
2011).
b. Kreatinin
33.
Kreatinin adalah produk akhir dari kreatin yang disintesa dihati, ginjal,
dan juga terdapat diotot. Kreatinin dilepaskan kedalam plasma pada kecepatan relatif
13
konstan dan konsentrasi dalam plasma tetap stabil, kadar kreatinin dalam serum
dipengaruhi oleh sekresi kreatinin dalam ginjal. Kreatinin dalam urine berasal dari
sekresi tubulus maka dapat digunakan untuk menghitung GFR, apabila kadar
kreatinin tinggi maka fungsi ginjal sudah turun (Muttaqin A dan Sari K, 2011).
34.
c. Asam Urat
35.
Asam urat merupakan produk akhir dari purine dan hampir ditemukan
dalam seluruh jaringan tubuh. Secara normal asam urat diproduksi oleh tubuh
sehingga ditemukan dalam darah dan urine, asam urat relatif tidak larut dalam air.
Sehingga meningkatnya produksi asam urat dan berkurangnya ekskresi dari ginjal
dapat menyebabkan adanya batu asam urat didalam saluran kemih atau ginjal
(Muttaqin A dan Sari K, 2011).
d. Kreatinin Klirens
36.
Kreatini Klirens adalah fungsi ginjal yang didasarkan pada kecepatan ekskresi
kreatinin oleh ginjal. Jumlah kreatinin yang dihasilkan secara metabolik relatif
konstan, jumlah yang ada dalam urine tergantung pada ekskresi ginjal (Muttaqin A
dan Sari K, 2011).
37.
38. 2.2.9. Pemeriksaan Penunjang pada Gagal ginjal kronik
39.
14
darahlah yang mengedarkan berbagai zat dan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh sel-sel
tubuh. Tanpa darah yang cukup, manusia akan mengalami gangguan kesehatan dan
bahkan kematian (Kosasih E.N dan Kosasih A.S, 2008).
44.
Komposisi darah pada manusia adalah 55% cairan darah dan sisanya
adalah sel-sel darah (darah padat) yang secara keseluruhan pada orang dewasa sebanyak
4-5 liter.
45. Fungsi dari darah pada manusia antara lain sebagai berikut :
1. Alat pengangkut air dan diedarkan kesemua bagian tubuh.
2. Alat pengangkut oksigen.
3. Alat pengangkut sari-sari makanan.
4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi (ginjal).
5. Menjaga suhu / temperatur tubuh.
15
suatu sampel darah yang diperiksa dalam suatu alat tertentu yang dinyatakan dalam mm /
jam (Jamaluddin A, 2011).
16
49.
pengendapan sel darah merah jangka waktu 1 jam. Laju endap darah menggambarkan
komposisi plasma dan perbandingan antara plasma eritrosit darah dengan antikoagulan,
yang kemudian dimasukkan kedalam pipet westergren dan diletakkan tegak lurus yang
akan menghasilkan pengendapan eritrosit dengan kecepatan tertentu (jamaluddin A,
2011).
50.
b.
Jumlah eritrosit
c.
Muatan eritrosit
d.
e.
f.
17
Anemia
b.
Penyakit kronik
c.
d.
Rhematik
e.
Peradangan (inflamasi)
f.
Tumor
g.
18
66. Westergren
68. Antikoagul
an
71. Pengencera
0,109M
72. 5/4 kali
EDTA
73. Tidak ada
n darah
74. Panjang
75. 300 mm
pengenceran
76. 110 mm
alat
77. Skala/garis
78. 0-200
79. 0-100
tanda
80. Diameter
81. 2,5 mm
82. 2,5 mm
alat
83. Nilai
normal
67. Wintrobe
mm/jam
mm/jam
mm/jam
mm/jam
88.
89.
90. 2.4.4
Westergren
19
91.
hal ini disebabkan karna pipet westergren yang hampir dua kali panjang pipet wintrobe.
Klemahan dari westergren yaitu pada upaya mengisap darah dengan mulut kedalam pipet
westergren ada bahaya terjadi infeksi kepada pelaku tindakan (GandaSubrata R, 2007).
92. 2.5. Hubungan LED Dengan GGK
93.
meninggi, yaitu disebabkan oleh adanya penyakit kronik dan peradangan (inflamasi)
(Muttaqin A dan Sari K, 2011).
94.
95.BAB III
96.METODE PENELITIAN
97.
98. 3.1. Jenis Penelitian
99.
103.
3.3.1
104.
Populasi
menderita gagal ginjal kronik yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan.
105.
106.
3.3.2. Sampel
Jumlah Sampel dalam penelitian ini adalah 20 sampel yaitu pasien
yang terdiagnosa menderita Gagal Ginjal Kronik di RSUP H. Adam Malik Medan.
107.
108.
Metode Westergren yaitu dengan tabung tegak lurus selama satu jam.
110.
20
21
111.
112.
113.
3.5.1. Bahan
Darah EDTA (Etilen Diamin Tetra Acetat)
3.5.2. Alat
1. Tabung westergren
2.
Rak tabung
3. Tabung reaksi
4. Spuit 3 ml
5. Torniquet
114.
115.
116.
117.
3.5.3. Reagensia
Natrium Citrat 3,8%.
3. 5.4. Prinsip Pemeriksaan
Darah antikoagulan dimasukkan dari tabung kedalam pipet yang
diletakkan tegak lurus. Setelah 1 jam dibaca dan catat kecepatan mengendapnya sel-sel
darah (Kosasih E.N dan Kosasih A.S, 2008).
118. 3.5.5. Cara Pengambilan Darah
119.
vena yaitu :
1.
Torniquiet dipasang pada lengan atas yang yang berjarak tiga jari dari vena sasaran.
2.
Raba dahulu bagian vena yang akan diambil darahnya, kemudian desinfeksi dengan
alkohol 70%.
3.
Tegangkan kulit vena sasaran dngan tangan kiri supaya vena tidak bergerak.
22
a. Darah vena diencerkan dengan larutan natrium sitrat dengan perbandingan 4 : 1 (1,6
ml darah vena dengan 0,4 ml sitrat)
b. Isi pipet westergren dengan darah tersebut sampai garis 0
c. Letakkan pipet tegak lurus pada rak yang tersedia pada suhu kamar
d. Setelah 1 jam, catat tingginya laju endap darah pada skala tabung (Priyana A, 2007)
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
23
131.
132.
133.
134.
BAB IV
telah didiagnosa menderita Gagal Ginjal Kronik yang diperiksa di RSUP. H. Adam Malik
Medan 2012 didapatkan hasil sebagai berikut :
135.
136.
4.1.1 Tabel hasil pemeriksaan Laju Endap Darah Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik
137.
N
144.
1
150.
2
156.
3
162.
4
168.
5
174.
6
180.
7
186.
8
138.
Kode
Sampel
145.
151.
157.
163.
S1
S2
S3
S4
169.
S5
175.
S6
181.
S7
187.
S8
139.
JK
(P
/L
)
140.
141.
Umur
(thn
)
142.
L
ED
(mm/ja
m)
143.
Keteranga
n
146.
P
152.
P
158.
L
164.
P
170.
L
176.
L
182.
L
188.
P
147.
57
153.
51
159.
23
165.
55
171.
59
177.
49
183.
46
189.
50
148.
149.
Normal
155.
Meningkat
161.
Meningkat
167.
Normal
173.
Meningkat
179.
Meningkat
185.
Meningkat
191.
Meningkat
1
5
154.
2
5
160.
4
5
166.
1
5
172.
9
0
178.
3
8
184.
5
0
190.
2
0
24
192.
9
198.
1
204.
1
210.
1
216.
1
222.
1
228.
1
234.
1
240.
1
246.
1
252.
1
258.
2
193.
199.
205.
211.
217.
223.
229.
235.
241.
247.
253.
259.
S9
S10
S11
S12
S13
S14
S15
S16
S17
S18
S19
S20
194.
P
200.
L
195.
39
201.
58
196.
206.
L
207.
43
208.
212.
L
213.
19
214.
218.
L
219.
44
220.
224.
L
225.
21
226.
230.
P
231.
32
232.
236.
P
237.
46
238.
242.
P
243.
34
244.
248.
L
249.
53
250.
254.
P
255.
44
256.
260.
L
261.
69.
262.
7
0
202.
2
3
5
209.
Meningkat
215.
Meningkat
221.
Meningkat
227.
Meningkat
233.
Meningkat
239.
Meningkat
245.
Meningkat
251.
Meningkat
257.
Meningkat
263.
Meningkat
197.
Meningkat
203.
Meningkat
264.
265.
266. 4.1.2. Tabel Hasil Pemeriksaan LED Yang Meningkat Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik
25
268.
N
275.
1
281.
2
287.
3
293.
4
299.
5
305.
6
311.
7
317.
8
323.
9
329.
1
335.
1
341.
1
347.
1
353.
269.
Kod
e sampel
276.
S2
282.
S3
288.
S5
294.
S6
300.
S7
306.
S8
312.
S9
318.
S10
324.
330.
336.
342.
348.
354.
S11
S12
S13
S14
S15
S16
267.
270.
272.
JK
Umur
(
(thn
P
)
/
L
)
271.
277.
278.
P
51
283.
284.
L
23
289.
290.
L
59
295.
296.
L
49
301.
302.
L
46
307.
308.
P
50
313.
314.
P
39
319.
320.
L
58
325.
326.
L
43
331.
332.
L
19
273.
L
ED
(mm/ja
m)
274.
Keteranga
n
279.
280.
Meningkat
286.
Meningkat
292.
Meningkat
298.
Meningkat
304.
Meningkat
310.
Meningkat
316.
Meningkat
322.
Meningkat
328.
Meningkat
334.
Meningkat
2
5
285.
4
5
291.
9
0
297.
3
8
303.
5
0
309.
2
0
315.
7
0
321.
2
3
327.
5
5
333.
6
5
337.
L
338.
44
339.
343.
L
344.
21
345.
349.
P
350.
32
351.
355.
356.
357.
340.
Meningkat
346.
Meningkat
352.
Meningkat
358.
26
359.
1
365.
1
371.
1
377.
1
360.
366.
372.
378.
S17
S18
S19
S20
46
361.
P
362.
34
363.
367.
L
368.
53
369.
373.
P
374.
44
375.
379.
L
380.
69
381.
Meningkat
2
364.
Meningkat
370.
Meningkat
376.
Meningkat
382.
Meningkat
383.
384.
sebanyak 18 pasien dari total keseluruhan sampel pasien yang diperiksa. Jadi, hasil
persentasi hasil peningkatan LED pada pasien Gagal Ginjal kronik adalah sebagai berikut
:
385.
386.
persentase=
persentase=
18
x 100
20
387.
388.
389.
390.
391.
392.
393.
persentase=90
Maka, persentasi hasil LED yang meningkat pada pasien Gagal Ginjal
27
395. 4.1.3 Tabel Hasil Pemeriksaan LED Yang Normal Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik
396. 397.
N
Kode
Sampe
l
398.
JK
(P
/L
)
399.
Umur
(thn)
400.
402.
1
404.
P
405.
57
406.
410.
P
411.
23
412.
408.
2
403.
409.
S1
S4
L
ED
(mm/ja
m)
1
407.
Normal
413.
Normal
5
5
401.
Keterang
an
414.
415.
Dari hasil pemeriksaan yang di peroleh dari table diatas didapatkan hasil
LED yang normal pada pasien Gagal Ginjal Kronik sebanyak 2 pasien dari total
keseluruhan sampel pasien yang diperiksa. Jadi, hasil persentasi jumlah LED yang
normal yaitu :
416.
417.
persentase=
418.
419.
persentasi=
2
x 100
20
420.
421.
Persentasi = 10%
422.
423. Maka, ppersentasi hasil LED yang normal pada pasien Gagal Ginjal kronik
adalah 10%.
28
424.
428.
429.
430.
persentase ( PR )=
7
x 100
20
persentasi ( PR )=35
Maka, persentasi hasil peningkatan LED pada perempuan adalah 35%.
431.
432.
433.
434.
435.
436.
persentase ( LK )=
11
x 100
20
persentase ( LK )=55 %
Maka, persentasi hasil peningkatan LED pada laki-laki adalah 55%.
437.
438.
4.1.4. Pembahasan
29
439.
ginjal secara progresif atau hilangnya fungsi ginjal, sehingga menyebabkan terjadinya
uremia (penumpukan sisa-sisa metabolit seperti urea, ureum, kreatinin, limbah nitrogen,
dan amoniak yang beredar dalam darah). Akibat kerusakan ginjal yang progresif,
sehingga produksi eritropoietin di ginjal menjadi terhambat dan tidak mampu
menghasilkan eritropoietin dalam jumlah yang cukup (Muttaqin A dan Sari K, 2011).
440.
Hasil pemeriksaan yang diperoleh dari pasien Gagal Ginjal Kronik dengan
jumlah pasien 20 orang dan Pemeriksaan ini menunjukkan LED meningkat pada 18
pasien (90%), dan kadar LED yang normal pada 2 orang pasien (10%).
442.
kelamin persentase hasil peningkatan pada perempuan sebanyak 7 pasien (35%), dan
pada peningkatan LED pada laki-laki didapat 11 pasien (55%). Melihat persentasi dari
peningkatan LED diatas maka pada Gagal Ginjal Kronik rata-rata didapatkan LED yang
meninggi jauh diatas nilai normal baik pada laki-laki maupun perempuan ().
443.
444.
30
445.
446.
BAB V
5.1 Kesimpulan
447.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan terhadap 20
sampel pasien Gagal Ginjal Kronik yang diperiksa, didapatkan hasil LED yang meningkat dari
nilai normal sebanyak 18 pasien (90%) dan hasil LED yang normal sebanyak 2 pasien (10%).
Dan pada pasien perempuan didapat hasil peningkatan LED pada 7 pasien (35%) dan
peningkatan LED pada laki-laki 11 pasien (55%). Dengan hasil yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa peningkatan LED pada penderita Gagal Ginjal Kronik baik perempuan
ataupun laki-laki tidak hanya disebabkan oleh adanya penyakit kronik. Tetapi juga disebabkan
oleh banyaknya faktor beberapa diantaranya yaitu faktor kimia fisika, faktor teknis, dan faktor
fisiologis.
448.
5.2 Saran
1. Untuk melihat lebih lanjut perjalanan suatu penyakit khususnya pada asien Gagal Ginjal
Kronik apakah terjadi peradangan atau infeksi pada ginjal, pasien dapat dianjurkan
melakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap khususnya LED.
2. Jika LED meningkat maka nilai peningkatan ini sangat berarti pada pasien Gagal Ginjal
Kronik sehingga dapat diatasi dan dideteksi sejauh mana tingkat infeksi atau peradangan
itu terjadi terhadap ginjal yang sakit.
449.
450.
451.
31
452.
Lampiran I
453.
Tabel Hasil Pemeriksaan hasil LED pada pasien Gagal Ginjal Kronik
454.
N
466.
455.
456.
Kode
J
enis
Samp
kelami
el
467.
S1
468.
1
473.
474.
S2
475.
481.
S3
482.
488.
S4
489.
495.
S5
496.
502.
S6
503.
509.
S7
510.
(mg/dl)
(mg/dl)
m)
470.
483.
490.
497.
504.
511.
516.
S8
517.
518.
477.
S9
524.
525.
3
471.
484.
478.
10,
09
513.
507.
8,77
514.
0,20
3
520.
527.
521.
5,1
9
1
65,80
9,1
3
50,30
3
500.
3,70
3
526.
7,1
5
506.
519.
493.
30,40
3
13,
25
499.
512.
486.
3,10
3
10,
80
492.
505.
479.
94,20
2
11,
02
485.
498.
472.
86,40
3
491.
1
40,00
5
523.
2
5
8
522.
(mm/ja
7
515.
atinin
6
508.
reum
5
501.
476.
Pemeriksaan Laboratorium
464.
U
465.
Kre
ED
4
494.
463.
3
487.
469.
458.
2
480.
457.
528.
15,
10
32
529. 530.
1
S20
539.
540.
559.
546.
561.
568.
575.
4
580.
582.
3
587.
589.
5
594.
596.
4
601.
603.
606.
597.
591.
598.
17,
32
1
43,20
10,
23
604.
8,6
5
54,40
4
584.
53,70
5
11,
37
590.
602.
577.
4,10
2
8,2
4
583.
595.
570.
77,30
3
13,
33
576.
588.
563.
3,60
3
13,
79
569.
581.
556.
16,90
3
17,
07
562.
574.
549.
68,50
4
12,
34
555.
567.
542.
00,60
3
12,
87
548.
560.
535.
79,50
3
554.
3
573.
541.
553.
1
84,30
547.
2
566.
534.
S19
599. 600.
2
S18
592. 593.
1
552.
2
2
S17
585. 586.
1
S16
578. 579.
1
545.
S15
571. 572.
533.
S14
564. 565.
1
S13
557. 558.
1
538.
S12
550. 551.
532.
5
S11
543. 544.
1
S10
536. 537.
1
531.
605.
15,
23
33
607.
608.
609.
Lampiran II
610.
Table hasil pemeriksaan LED yang menngkat berdasarkan jenis kelamin yaitu
sebagai berikut :
611.
612.
N
619.
1
625.
2
631.
3
637.
4
643.
5
649.
6
655.
7
661.
662.
620.
626.
632.
S1
S2
S3
638.
S4
644.
S5
650.
S6
656.
S7
614.
JK
(P
)
615.
616.
Umur
(thn
)
617.
L
ED
(mm/ja
m)
618.
Keteranga
n
621.
P
627.
P
633.
P
639.
P
645.
P
651.
P
657.
P
622.
51
628.
50
634.
39
640.
32
646.
46
652.
34
658.
44
623.
624.
Meningkat
630.
Meningkat
636.
Meningkat
642.
Meningkat
648.
Meningkat
654.
Meningkat
660.
Meningkat
2
5
629.
5
0
635.
2
0
641.
7
0
647.
3
5
653.
3
0
659.
2
6
34
663.
664.
665.
666.
667.
1.
2. Kode
3. J
sampel
K
(
L
)
5. Um
ur
(thn
)
6. LED
(mm/ja
m)
7. Ketera
ngan
671.
9. S2
10. L
11. 23
12. 45
13. Menin
15. S3
16. L
17. 59
18. 90
19. Menin
1
14.
gkat
2
20.
21. S5
22. L
23. 49
24. 38
27. S6
28. L
29. 46
30. 50
33. S7
34. L
35. 58
36. 23
39. S8
40. L
41. 43
42. 55
45. S9
46. L
47. 19
48. 65
51. S10
52. L
53. 44
54. 28
57. S11
58. L
59. 21
60. 37
63. S12
64. L
65. 53
66. 25
69. S13
70. L
71. 69
72. 37
3
26.
4
32.
5
38.
6
44.
7
50.
8
56.
9
62.
1
68.
669.
670.
4.
8.
668.
gkat
25. Menin
gkat
31. Menin
gkat
37. Menin
gkat
43. Menin
gkat
49. Menin
gkat
55. Menin
gkat
61. Menin
gkat
67. Menin
gkat
73. Menin
gkat
DAFTAR PUSTAKA
672.
673.
674.
675.
676.
676.
676.
676.
676.
676.
676.
676.
35
677.
678. Adi Priyana, 2007. Patologi Klinik. Jakarta : Universitas Trisakti
679. Gandasoebrata R, 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Edisi pertama. Jakarta : Dian
Rakyat
680.
681. Hoffbrand. DKK, 2005. Hematologi. Cetakan pertama. Jakarta : ECG
682.
683. Holmes Nancy H. DKK, 2009. Uji Diagnostik. Edisi ketiga. Jakarta : Buku Kedokteran
684.
685. Jamaluddin Anas. 2011. Perbedaan-Hasil-Pemeriksaan-Laju-Endap Darah. Makasar
686.
687. Kosasih E. N dan Kosasih A.S, 2008. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik.
Edisi kedua.Tangerang : Karisma Publishing Group
688.
689. Mehta Atul dan Hoffbrand Victor, 2006. At a Glance Hematologi. Edisi kedua. Jakarta :
Erlangga
690.
691. Muttaqin Arif dan Sari kumala, 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
692.
693. Naga,S. Naga,2012. Buku Panduan Lengkap ilmu Penyakit Dalam. Cetakan pertama,
Jogjakarta : Diva Press
694.
695. Nursalam. DKK, 2006. Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba medika
696.
697. Ocallaghan C. A, 2007. At a Galance Sistem Ginjal. Edisi kedua. Jakarta : Erlangga
698.
699. Rubenstein David. DKK, 2005. Kdokteran Klinis. Edisi keenam. Jakarta : Erlangga
700.
701.
702.
703.
704.
705.
706.
707.
708.
709.
36
710.
711.
LEMBAR PENGESAHAN
726.
727.
728.
729.
730.
731.
732.
733.
738.
744.
745.
746.
747.
KATA PENGANTAR
37
748.
749.
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan berkat-Nya
telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul : PEMERIKSAAN KADAR HDL PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS YANG DIRAWAT DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012. Dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan dan
banyak kekurangan, baik dari segi susunan, bahasa, maupun isi. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
750.
Terwujudnya Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. W. Purba selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Ibu Dr.Dra. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes selaku Direktur Akademi Analis Kesehatan Sari
Mutiara Medan.
3. Bapak dr.Denrison Purba, SpPK selaku pembimbing materi yang telah banyak
membimbing dan meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
4. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara materi, motivasi dan
senantiasa mencurahkan perhatian, doa serta kasih sayang yang tiada hentinya kepada
penulis hingga selesainya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Teman mahasiswa/i seperjuangan yang turut serta dalam memberikan dukungan dan
motivasi serta saran dan bantuan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
751.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, semoga Karya Tulis Ilmiah
ini bermanfaat bagi kita semua.
38
752.
753.
754.
755.
756.
757.
758.
759.
760.
761.
762.
763.
764.
765.
766.
767.
768.
769.
770.
771.
772.
773.
774.
775.
Penulis