Anda di halaman 1dari 3

PERBEDAAN KARAKTER JENIS JENIS

SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT)


A. GRANULOSIT
Granulosit merupakan leukosit yang memiliki granula pada sitoplasmanya.
Berdasarkan sifat-sifat granul yang dimilikinya, granulosit dibedakan menjadi
tiga, yaitu neutrofil, basofil, eosinofil.
1. NEUTROFIL
Neutrofil merupakan 60-70% dari jumlah sel darah putih
Neutrofil dapat bergerak secara ameboid dari darah dan masuk ke jaringan
yang terinfeksi lalu menghancurkan mikroba yang ada
Gerak neutrofil terjadi karena adanya sinyal kimiawi dari daerah yang terinfeksi
Neutrofil berumur sekitar 6-20 jam
2. EUSINOFIL
Eosinofil kira-kira berjumlah 15% dari jumlah sel darah putih
Eosinofil hanya sedikit bersifat fagositik tetapi mempunyai enzim penghancur
Eosinofil berfungsi untuk melawan parasit besar seperti cacing dengan cara
menghancurkan dinding luar tubuh cacing
3. BASOFIL
Granula Basofil mengandung histamin.
Histamin adalah salah satu sinyal kimia yang akan dikirimkan jika terjadi luka
dan peradangan
Basofil diduga terlibat dalam reaksi alergi atau melawan protein asing yang
masuk
B. AGRANULOSIT
Agranulosit merupakan leukosit yang tidak memiliki granula pada sitoplasmanya.
Terdapat dua jenis agranulosit, yaitu monosit dan limfosit.
1. MONOSIT
Monosit terdapat sekitar 5% dari jumlah sel darah putih
Monosit merupakan fagosit yang efektif
Monosit beredar di dalam darah selama beberapa jam, kemudian berpindah ke
jaringan.
Di dalam jaringan monosit membesar dan berkembang menjadi makrofag
Makrofag bersifat ameboid dan dapat merentangkan pseudopodia untuk
menarik mikroba
2. LIMFOSIT
Vertebrata memiliki dua macam sel limfosit, yaitu sel B (limfosit B) dan sel T
(Limfosit T)
Limfosit dibuat di sumsum tulang dan hati (pada fetus)
Limfosit berfungsi menghasilkan antibodi untuk melawan zat asing yang masuk
Vaksinasi berarti melakukan kekebalan secara buatan
Vaksin adalah bibit penyakit yang telah dilemahkan
Leukosit Granulosit
*Eosinofil
Eosinofil adalah sel darah putih dari kategori granulosit yang berperan dalam
sistem kekebalan dengan melawan parasit multiselular dan beberap infeksi pada

makhluk vertebrata. Bersama-sama dengan sel biang, eosinofil juga ikut


mengendalikan mekanisme alergi.
Eosinofil terbentuk pada proses haematopoiesis yang terjadi pada sumsum
tulang sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah.
Eosinofil mengandung sejumlah zat kimiawi antara lain histamin, eosinofil
peroksidase, ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase, [[plasminogen] dan
beberapa asam amino yang dirilis melalui proses degranulasi setelah eosinofil
teraktivasi. Zat-zat ini bersifat toksin terhadap parasit dan jaringan tubuh.
Eosinofil merupakan sel substrat peradangan dalam reaksi alergi. Aktivasi dan
pelepasan racun oleh eosinofil diatur dengan ketat untuk mencegah
penghancuran jaringan yang tidak diperlukan.
Individu normal mempunyai rasio eosinofil sekitar 1 hingga 6% terhadap sel
darah putih dengan ukuran sekitar 12 17 mikrometer.
Eosinofil dapat ditemukan pada medulla oblongata dan sambungan antara
korteks otak besar dan timus, dan di dalam saluran pencernaan, ovarium, uterus,
limpa dan lymph nodes. Tetapi tidak dijumpai di paru, kulit, esofagus dan organ
dalam lainnya, pada kondisi normal, keberadaan eosinofil pada area ini sering
merupakan pertanda adanya suatu penyakit.
Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah selama 8-12 jam, dan bertahan
lebih lama sekitar 8-12 hari di dalam jaringan apabila tidak terdapat stimulasi.
*Basofil
Basofil adalah granulosit dengan populasi paling minim, yaitu sekitar 0,01 0,3%
dari sirkulasi sel darah putih
Basofil mengandung banyak granula sitoplasmik dengan dua lobus. Seperti
granulosit lain, basofil dapat tertarik keluar menuju jaringan tubuh dalam kondisi
tertentu. Saat teraktivasi, basofil mengeluarkan antara lain histamin, heparin,
kondroitin, elastase dan lisofosfolipase, leukotriena dan beberapa macam
sitokina. Basofil memainkan peran dalam reaksi alergi (seperti asma).
*Neutrofil
Neutrofil adalah bagian sel darah putih dari kelompok granulosit. Bersama
dengan dua sel granulosit lain: eosinofil dan basofil yang mempunyai granula
pada sitoplasma, disebut juga polymorphonuclear karena bentuk inti sel mereka
yang aneh. Granula neutrofil berwarna merah kebiruan dengan 3 inti sel.
Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri dan
proses peradangan kecil lainnya, serta menjadi sel yang pertama hadir ketika
terjadi infeksi di suatu tempat. Dengan sifat fagositik yang mirip dengan
makrofaga, neutrofil menyerang patogen dengan serangan respiratori
menggunakan berbagai macam substansi beracun yang mengandung bahan
pengoksidasi kuat, termasuk hidrogen peroksida, oksigen radikal bebas, dan
hipoklorit.
Rasio sel darah putih dari neutrofil umumnya mencapai 50-60%. Sumsum tulang
normal orang dewasa memproduksi setidaknya 100 miliar neutrofil sehari, dan
meningkat menjadi sepuluh kali lipatnya juga terjadi inflamasi akut.

Setelah lepas dari sumsum tulang, neutrofil akan mengalami 6 tahap morfologis:
mielocit, metamielocit, neutrofil non segmen (band), neutrofil segmen. Neutrofil
segmen merupakan sel aktif dengan kapasitas penuh, yang mengandung
granula sitoplasmik (primer atau azurofil, sekunder, atau spesifik) dan inti sel
berongga yang kaya kromatin. Sel neutrofil yang rusak terlihat sebagai nanah.
Leukosit Agranulosit
*Limfosit
Limfosit adalah sejenis sel darah putih pada sistem kekebalan makhluk
vertebrata. Ada dua kategori besar limfosit, limfosit berbutiran besar (large
granular lymphocytes) dan limfosit kecil. Limfosit memiliki peranan penting dan
terpadu dalam sistem pertahanan tubuh.
Limfosit dibuat di sumsum tulang hati (pada fetus) dengan bentuk awal yang
sama tetapi kemudian berdiferensiasi. Limfosit dapat menghasilkan antibodi
pada anak-anak dan akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
*Monosit
Monosit (bahasa Inggris: monocyte, mononuclear) adalah kelompok darah putih
yang menjadi bagian dari sistem kekebalan. Monosit dapat dikenali dari warna
inti selnya.
Pada saat terjadi peradangan, monosit :
bermigrasi menuju lokasi infeksi
mengganti sel makrofaga dan DC yang rusak atau bermigrasi, dengan
membelah diri atau berubah menjadi salah satu sel tersebut.
Monosit diproduksi di dalam sumsum tulang dari sel punca haematopoetik yang
disebut monoblas. Setengah jumlah produksi tersimpan di dalam limpa pada
bagian pulpa. Monosit tersirkulasi dalam peredaran darah dengan rasio plasma
3-5% selama satu hingga tiga hari, kemudian bermigrasi ke seluruh jaringan
tubuh. Sesampai di jaringan, monosit akan menjadi matang dan terdiferensiasi
menjadi beberapa jenis makrofaga, sel dendritik dan osteoklas.
Umumnya terdapat dua pengelompokan makrofaga berdasarkan aktivasi
monosit, yaitu makrofaga hasil aktivasi hormon M-CSF dan hormon GM-CSF.
Makrofaga M-CSF mempunyai sitoplasma yang lebih besar, kapasitas fagositosis
yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap infeksi virus stomatitis vesikular.
Kebalikannya, makrofaga GM-CSF lebih bersifat sitotoksik terhadap sel yang
tahan terhadap sitokina jenis TNF, mempunyai ekspresi MHC kelas II lebih
banyak, dan sekresi PGE yang lebih banyak dan teratur. Setelah itu, turunan
jenis makrofaga akan ditentukan lebih lanjut oleh stimulan lain seperti jenis
hormon dari kelas interferon dan kelas TNF.[3]
Stimulasi hormon sitokina jenis GM-CSF dan IL-4 akan mengaktivasi monosit dan
makrofaga untuk menjadi sel dendritik

Anda mungkin juga menyukai