Cover
Cover
Oleh :
Yosef Y. D. N. Oematan
Pembimbing :
Dr. Hj. N. Masloman, SpA(K)
Dr. Rocky Wilar, SpA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
pada
neonatus.
Pelepasan
dini
mediator
inflamasi
perlu
waktu
yang
lama.
Keterlambatan
pengobatan
akan
kematian.
Sebaliknya
penanganan
yang
berlebihan
akan
meningkatkan
biaya
untuk
perawatan
dan
pengobatan.
Sepsis
merupakan
akibat
dari
interaksi
kompleks
antara
disebabkan
menyebabkan
oleh
coagulase-negative
trombositopenia
yang
staphylococci
bermakna. 18
Torkaman
juga
dkk
staphylococci
mereda.25
Namun
Manzoni
dkk
dkk
melaporkan
sensitivitas
dan
spesifisitas
pemeriksaan
infeksi.30
Papoff
dkk
dan
Colarizi
dkk
mendapatkan
dkk
pada
penelitian
orang
dewasa
dengan
sepsis
indeks
hematologis
dan
antara
titer
awal
trombopoietin,
antara
titer
awal
trombopoietin,
1.5
Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui peran trombopoietin pada NCB dengan sepsis
neonatorum maka:
1. Diharapkan diagnosis sepsis neonatorum menjadi lebih cepat,
mengurangi resistensi antibiotika, mengurangi biaya dan lama
perawatan di neonatal intensive care unit (NICU) sehingga pada
akhirnya
dapat
menurunkan
morbiditas
dan
mortalitas
sepsis
neonatorum.
2. Membuka peluang untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
peran trombopoietin pada neonatus dengan sepsis neonatorum.
3. Membuka peluang untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap
marker/sitokin dalam usaha untuk mendiagnosis dini dan menilai
respon pengobatan agar hasil outcome sepsis neonatorum menjadi
lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sepsis Neonatorum
Sepsis merupakan respon inflamasi penjamu terhadap invasi
dalam
pelayanan
dan
perawatan
neonatus.
Sepsis
10
hari ketiga lahir, dimana infeksi terjadi secara horisontal, termasuk infeksi
nosokomial.34
Sejak adanya konsensus dari American College of Chest
Physicians/Society of Critical Care Medicine (1991) dan North American
and European Critical Care Societies (2001) telah timbul berbagai istilah
dan definisi di bidang infeksi yang banyak pula dibahas pada kelompok
neonatus dan penyakit anak. Istilah/definisi tersebut antara lain:
Sindroma disfungsi multi organ terjadi apabila bayi tidak mampu lagi
mempertahankan homeostasis tubuh sehingga terjadi perubahan
fungsi dua atau lebih organ tubuh. 34-37
2.1.1 Etiologi
Pola kuman penyebab sepsis tidak selalu sama antara satu rumah
sakit dengan rumah sakit lain. Perbedaan tersebut terdapat pula antara
suatu negara dengan negara lain. Perbedaan pola kuman ini akan
11
Tempat
Jumlah
Mikroorganisme
12
Suarca (2004)
38
RS Sanglah, Denpasar
kultur darah
positif
104
terbanyak
Staphylococcus
coagulated-negative,
Enterobacter sp,
Klebsiella sp
Siswanto (2004)39
NICU RS Harapan Kita, 264
Serratia sp, Klebsiella
Jakarta
pneumonia, Enterobacter
aerogenes, Klebsiella sp,
P. aeroginosa
Rohsiswatmo
RSCM, Jakarta
320
Acinetobacter
(2005)40
calciaceticus,
Enterobacter sp,
Staphylococcus sp
Yuliana (2006)41
RS Hasan Sadikin,
53
Staphylococcus
Bandung
epidermidis, Burkholderia
cepacia, Klebsiella
pneumonia
Sofiah (2006)42
RS Moh. Husein,
36
Acinetobacter
Palembang
calcoaceticus, Klebsiella
pneumonia,
Staphylococcus
epidermidis,
Streptococcus viridians
Rahman (2006)43
RS Sutomo, Surabaya
36
Staphylococcus
coagulated-negative,
Acinetobacter,
Enterobacter aerogenes,
Klebsiella pneumonia
Sumber: Suarca38, Siswanto39, Rohsiswatmo40, Yuliana41, Sofiah42, Rahman43
1985 1990
1995 2003
Salmonella sp
Klebsiella sp
Pseudomonas sp
Klebsiella sp
E.coli
Acinetobacter sp
Enterobacter sp
Pseudomonas sp
Serratia sp
E. coli
Group B Strep.
E. coli
Listeria sp
E. coli
Group B Strep.
Listeria sp
Enterovirus
Group B Strep
Listeria sp
Strep. Pneumonia
Group B Strep.
E. coli
Listeria sp
Enterovirus
Group B Strep.
Listeria sp
E. coli
Enterovirus
Sumber: Aminullah34
13
Pemilihan
antibiotika
empirik
untuk
sepsis
neonatorum
harus
Infeksi kuman, parasit atau virus yang diderita ibu dapat mencapai
janin melalui aliran darah menembus barier plasenta dan masuk ke
sirkulasi janin. Keadaan ini ditemukan pada infeksi TORCH, Triponema
14
Pada saat ketuban pecah, paparan kuman yang berasal dari vagina
akan lebih berperan dalam infeksi janin. Pada keadaan ini kuman
vagina masuk ke dalam rongga uterus dan bayi dapat terkontaminasi
kuman melalui saluan pernapasan ataupun saluran cerna. Kejadian
kontaminasi kuman pada bayi yang belum lahir akan meningkat
apabila ketuban telah pecah lebih dari 18-24 jam. 34
Setelah lahir, kontaminasi kuman terjadi dari lingkungan bayi baik
15
bayi masih
16
harus
pula
mencakup
pemeriksaan
penunjang
baik
17
berperan
menimbulkan
dalam
aktivasi
proses
faktor
koagulasi.
IX
dan
Kedua
sehingga
faktor
terjadi
tersebut
proses
2.1.3 Diagnosis
Diagnosis
dini
sepsis
neonatorum
sangat
penting
dalam
18
19
Faktor resiko sepsis awitan dini maupun awitan lambat ini walaupun tidak
tidak selalu berakhir dengan infeksi, harus tetap mendapat perhatian
khusus terutama bila disertai gejala klinis. Hal ini akan meningkatkan
identifikasi dini dan tatalakasana yang lebih efisien pada sepsis neonatal
sehingga dapat memperbaiki mortalitas dan morbiditas pasien. 34
Pada sepsis awitan dini, janin yang terkena infeksi mungkin
menderita takikardi, lahir dengan asfiksia dan memerlukan resusitasi
karena nilai Apgar yang rendah. Setelah lahir, bayi terlihat lemah dan
tampak gambaran klinis sepsis seperti hipotermia atau hipertermia,
hipoglikemia dan kadand-kadang hiperglikemia. Selanjutnya akan terlihat
berbagai kelainan dan berbagai fungsi organ tubuh. Gangguan fungsi
organ tersebut antara lain kelainan susunan saraf pusat seperti letargi,
refleks hisap yang buruk, menangis lemah kadang-kadang terdengar high
pitch cry dan bayi menjadi iritabel serta mungkin disertai kejang. Kelainan
kardiovaskular seperti hipotensi, pucat, sianosis dan akral dingin. Bayi
dapat pula memperlihatkan kelainan hematologik, gastrointestinal ataupun
gangguan respirasi seperti perdarahan, ikterus, muntah, diare, distensi
abdomen, intoleransi minum, waktu pengosongan lambung memanjang,
takipnu, apnu, merintih dan retraksi.34,45
20
penunjang
baik
pemeriksaan
laboratorium
ataupun
ditemukan.
Dalam
penentuan
diagnosis,
interpretasi
hasil
kontaminasi
kuman
nosokomial.34,51 Untuk
mengenal
21
dapat
digunakan
dipertimbangkan
sebagai
kombinasi
indikator
berbagai
sepsis,
informasi
sehingga
dalam
perlu
menentukan
22
2.2
Trombopoietin
untuk
meningkatkan
produksi
trombosit.54-56
Gen
tunggal
yang
trombositosisnya
bersifat
reaktif,
dimana
level
23
maka
trombosit
akan
membawa
keluar
lebih
banyak
24
25
units-megakaryocyte
perkembangan
megakariosit,
(CFU-MK),
ditandai
menjadi
oleh
megakariosit;
poliploidisasi
inti
2)
dan
26
27
dalam
memberikan
informasi
untuk
membedakan
28
2.3
29
neonatus sehat harusnya 150x109/l, dan jika jumlahnya kurang dari level
ini menunjukkan keadaan trombositopenia. 61
Sepsis merupakan faktor resiko untuk terjadinya trombositopenia,
beratnya sepsis sesuai dengan penurunan jumlah trombosit. Mekanisme
terjadinya trombositopenia pada sepsis sebenarnya masih belum jelas.
Namun dari gambaran trombositopenia pada sepsis yang memiliki onset
cepat dan progresi diikuti oleh penyembuhan yang berlangsung lambat
menunjukkan bahwa trombositopenia yang terjadi akibat kombinasi
mekanisme konsumsi/destruksi trombosit (fase onset cepat) diikuti oleh
gangguan produksi trombosit (fase penyembuhan lambat). Faktor lain
yang juga berpengaruh untuk terjadinya trombositopenia pada sepsis
adalah sekuestrasi trombosit di limpa.61-64
Pada penderita sepsis terjadi hemofagositosis, baik terhadap
megakariosit maupun terhadap sel darah lainnya, oleh monosit dan
makrofag. Hal ini sesuai dengan temuan berupa peningkatan level
macrophage colony-stimulating factor (M-CSF) pada sepsis.62-66 Baker
dkk. telah menunjukkan bahwa pemberian M-CSF meningkatkan aktivitas
sistim monosit/makrofag.67
Konsumsi trombosit terkait kelangsungan generasi trombin juga
terjadi pada setiap kejadian sepsis. Seperti diketahui bahwa trombin
merupakan aktivator trombosit yang paling kuat. Normalnya trombin
berfungsi memelihara keseimbangan antara koagulasi dan fibrinolisis.
Pada sepsis, generasi trombin menjadi tidak teratur yang mana akan
menyebabkan fase awal berupa hiperkoagulasi, dimana faktor pembekuan
30
tubuh
kurang
bisa
menghilangkan
mikrotrombus
dan
tidak
terkait
langsung
dengan
ukuran
limpa.
Mekanisme
31
lebih
tergantung
pada
jumlah
trombosit
dalam
sirkulasi
selama
sepsis
bersifat
konstitusif
sedangkan
level
32
2.4
Kerangka Teori
infeksi
Pelepasan ACTh
dan endorfin
Aktivasi system
koagulasi
Aktivasi neutrofil
Agregasi
Degranulasi
pelepasan
radikal O2/
protease
Mediator
Primer
Sitokin proinflamasi
TNF, IL18,1l6,il8,il12,
IFN
Aktivasi Sistem
Komplemen
Sitokin
antiinflamasi IL 4,
IL 10, IL 13
Aktifasi molekul
endotel/ leukosit
(LEUKOSITOSIS)
Stimulasi
kalikrein/kinin
DIC
(trombositopen
ia)
ARDS
Kerusakan
sel
endotelial
Supresi sistem
imun
(perkembangan
pengeluaran
sitokin)
Stimulasi
PMN
(leukositosis,
IT ratio )
Kebocoran
kapiler dan
vasodilatasi
Gagal Organ
Multipel
Kematian
33
2.5
NCB, lahir
spontan, SC,
ekstraksi vakum
Tersangka
Sepsis
Neonatorum
Bayi Sehat
Pemeriksaan
Petanda Sepsis
Kultur darah
+
Seri leukosit
:
- Leukopeni
a
- Leukositos
Seri trombosit :
- Trombositope
nia
- Trombopoieti
Evaluasi
respon
pengobatan
Penghenti
an
Gejala klinis
Profil
hematologis
Trombopoietin
Kultur darah
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Manado.
Pemeriksaaan
sampel
darah
di
Pusat
Riset
Kriteria inklusi:
-
Kriteria eksklusi:
3.4
Kelainan bawaan
Gemeli
Besar Sampel
dan
profil
hematologis
(lekopenia/lekositosis,
3.6.9 Trombopoietin
Merupakan sitokin hematopoetik pengatur produksi trombosit yang
akan menstimulasi diferensiasi megakariosit menjadi trombosit
matur. Pada sepsis neonatorum didapatkan peningkatan kadar
trombopoietin yang berbanding terbalik dengan jumlah trombosit
sehingga trombopoietin dapat dijadikan salah satu petanda derajat
sepsis. Nilai normal trombopoietin untuk neonatus cukup bulan
adalah 73 89,8 pg/ml. Trombopoietin diperiksa di laboratorium
dari bahan pemeriksaan serum.
3.7
Instrumen Penelitian
Alat:
Bahan:
3.8
sampel
darah
vena
mediana
kubiti
sebanyak
ml
trombopoietin.
Pada usia 72 jam dilakukan pemeriksaan kultur darah, indeks
hematologis dan trombopoietin ulang dengan metode yang sama untuk
3.8
Alur Penelitian
NCB lahir secara spontan, SC, ekstraksi vakum
Tersangka sepsis / Bayi sehat
Pengisian formulir penelitian
Pengambilan sampel darah I (<24 jam)
Kultur darah +/-
Kontrol/Bayi sehat
3.9
Analisis Data
Analisis deskriptif
Uji t independen
Analisis multivariate
3.10
Rp. 1.000.000,-
Rp. 15.000.000,-
3. Pengumpulan data
Rp. 50.000.000,-
4. Analisa data
Rp. 2.000.000,-
Rp. 1.000.000,-
Rp. 10.000.000,-
Rp. 6.000.000,-
TOTAL
Rp. 85.000.000,-
3.11
Jadwal Penelitian
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini kurang lebih 6 bulan yang
terdiri dari 5 tahap, yaitu:
TAHAP
KEGIATAN
Persiapan
Pengumpulan
April
1
Mei
4
Juni
4
Juli
4
Agust
4
Sept
4
Sampel
Pengolahan/
Analisa Data
Diskusi
Penyusunan
Laporan
3.12
Personalia Penelitian
8. Konsultan penelitian
3 orang
9. Peneliti
1 orang
2 orang
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Clark RH, Bloom BT, Spitzer AR, Gerstmann DR. Empiric use of
ampicillin and cefotaxime, compared with ampicillin and gentamicin,
for neonates at risk for sepsis is associated with an increased risk of
neonatal death. Pediatrics 2006; 117: 67-74.
4.
5.
Zaidi AK, Thaver D, Ali SA, Khan TA. Pathogens associated with
sepsis in newborns and young infants in developing countries.
Pediatr Infect Dis J. 2009; 28: S10-S18.
6.
8.
Weinstein MP, Towns ML, Quartey SM, dkk. The clinical significance
of positive blood cultures in the 1990s: a prospective comprehensive
evaluation of the microbiology, epidemiology, and outcome of
bacteremia and fungemia in adults. Clin Infect Dis. 1997; 24(4): 584602.
9.
10. Monintja HE. Infeksi sistemik pada neonatus. Dalam: Yu VY, Monintja
HE, penyunting. Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1997. h. 217-30.
11. Gotoff SP. Infections of the neonatal infant. Dalam: Behrman RE,
Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Textbook of Pediatrics. Edisi
ke-17. Philadelphia: WB Saunders, 2000. h. 538-52.
12. Pusponegoro TS. Sepsis pada neonatus (sepsis neonatal). Sari
Pediatri 2000; 2: 96-102.
13. Short MA. Linking the sepsis triad of inflammation, coagulation, and
suppressed fibrinolysis to infants. Adv Neonatal Care. 2004; 4(5):
258-73.
10
11
platelet
response
and
factors
affecting
survival
in
12
discriminating
between
hyperdestructive
and
hypoplastic
13
14
15
Bagian Ilmu
K.
The
molecular
mechanisms
that
control
discriminating
between
hyperdestructive
and
hypoplastic
16
59. Kuter DJ. New thrombopoietic growth factors. Blood 2007; 109(11):
4607-16.
60. Van Den Oudenrijn S, Bruin M, Folman CC, Bussel J, De Haas M,
Von Dem Borne AE. Three parameters, plasma thrombopoietin
levels, plasma glycocalicin levels and megakaryocyte culture,
distinguish between different causes of congenital thrombocytopenia.
British J Haem. 2002; 117: 390-8.
61. Roberts I, Murray NA. Neonatal thrombocytopenia: causes and
management. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed. 2003; 88: F359F364.
62. Levi M. Platelets in sepsis. Hematology 2005; 10(suppl 1): 129-31.
63. Levi M, Opal SM. Coagulation abnormalities in critically ill patients.
Critical Care 2006; 10: 222.
64. Levi M, Marder VJ. Coagulation abnormalities in sepsis. Dalam:
Colman RW, MArder VJ, Clowes AW, George JN, Goldhaber SZ,
penyunting. Hemostasis and Thrombosis: Basic Principles and
Clinical Practice. Edisi ke-5. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins, 2006. h. 1601-8.
65. Franois B, Trimoreau F, Vignon P, Fixe P, Praloran V, Gastinne H.
Thrombocytopenia in the sepsis syndrome: role of hemophagocytosis
and macrophage colony-stimulating factor. Am J Med. 1997; 103(2):
114-20.
66. ren H, Duman N, Abaciolu H, zkan H, Irken G. Association
between serum macrophage colony-stimulating factor levels and
17
of
macrophage
colony-stimulating
factor:
18