TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Umum
Tanah saja biasanya tidak cukup untuk kuat dan tahan, tanpa
atau
dapat
dilakukan
penambahan
lapis
Susunan lapisan pada perkerasan kaku umumnya seperti pada gambar dibawah
ini:
keempat
jenis
perkerasan
kaku
tersebut
diatas,
perkerasan
perkerasan
yang
lentur
(flexible
menggunakan
aspal
pavement),
sebagai
yaitu
bahan
No
1
2
Perkerasan Lentur
Perkerasan
Aspal
Timbul rutting
Kaku
Semen
Timbul retak
retak pada
Penurunan tanah
roda)
Jalan bergelombang
permukaan
Bersifat
dasar
(mengikuti tanah
sebagai balok
dasar)
di atas dua
Bahan pengikat
Repetisi beban
Perubahan
Modulus kekakuan
berubah
Timbul tegangan
temperatur
perletakan
-Modulus
kekakuan
tidak
berubah
-Timbul
tegangan
dalam yang
besar
Lalu-lintas harian
Fungsi
Kelas
Utama
I
II A
rata-rata (LHR)
dalam smp
>20.000
6000 20.000
Sekunder
Penghubung
II B
II C
III
1500 8000
< 2000
Pemompaan (pumping)
Adalah peristiwa keluarnya air disertai butiran-butiran tanah dasar
melalui sambungan dan retakan atau pada bagian pinggir perkerasan,
akibat gerakan lendutan atau gerakan vertikal pelat beton karena beban
lalu lintas, setelah adanya air bebas yang terakumulasi di bawah pelat
beton. Pumping dapat mengakibatkan terjadinya rongga di bawah
pelat beton sehingga menyebabkan rusak/retaknya pelat beton.
Patahan (faulting)
Perbedaan elevasi antara slab akibat penurunan pada sambungan atau
retakan.
Amblas (depression)
Penurunan permanen permukaan slab dan umumnya terletak di
sepanjang retakan atau sambungan. Kerusakan ini dapat menimbulkan
terjadinya genangan air dan seterusnya masuk melalui sambungan atau
retakan.
Rocking
adalah fenomena, dimana terjadi pergerakan vertikal pada sambungan
atau retakan yang disebabkan oleh beban lalu lintas.
B. Retak (Cracks)
Retak yang terjadi pada perkerasan beton berdasarkan pada tekanan yang
terjadi
pada
lapisan
permukaan
beton.
Keretakan
juga
(longitudinal
arah
memanjang
seperti
longitudinal
Partikel-pertikel dari
bagian-bagian.
secepatnya, dapat
Kerusakan
agregat
ini
berlanjut
terurai
menjadi
tidak
dicegah
bila
sampai
perkerasan
hanya
dipermukaan
perkerasan
perkerasan, sehingga
permukaannya
Popouts
Popouts adalah pecahan kecil-kecil perkerasan oleh aksi
kombinasi beku - cair dan ekspansi agregat, yang
menyebabkan material perkerasan lepas dan menyebar
di permukaan. Popouts biasanya berdiameter antara
25 100 mm dengan kedalaman 13 50 mm.
Oleh
kurangnya
pemadatan,
maka
di
area
permukaan
berbentuk
perkerasan
cekungan
beton
dengan
akibat
tidak
lubang,
perkerasan
beton
pecah
dan
dapat
menyebabkan
masuknya
material
keras
Volume
lalu
lintas
yang
tinggi
membutuhkan
lebar
cenderung
yang
lebih
mengemudikan
tinggi
sedangkan
kendaraannya
kondisi
jalan
belum
pada
tentu
jalan yang tidak pada tempatnya/ tidak ekonomis (Sukirman, 1994). Satuan volume
lalu lintas yang umum dipergunakan sehubungan dengan penentuan jumlah dan lebar
jalur adalah:
1. Lalu lintas harian rata-rata
2. Volume jam perencanaan
2.3.1
(Sukirman,1994). Cara memperoleh data tersebut dikenal dua jenis lalu lintas harian
rata-rata, yaitu lalu lintas harian rata-rata tahunan (LHRT) dan lalu lintas harian ratarata.
LHRT adalah jumlah lalu lintas kendaraan rata-rata yang
melewati satu jalur jalan selama 24 jam dan diperoleh dari data
selama satu tahunan penuh.
LHRT =
lalu
lintas
untuk
perencanaan
geometrik
Jenis Kendaraan
Datar/Perbukit
an
Pegunungan
Sedan,
Jeep,
Station 1,0
Wagon
Pick-up, Bus Kecil, Truck 1,2-2,4
1,0
1,9-3,5
Kecil
3
Bus dan Truck Besar
1,2-5,0
2,2-6,0
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen
Bina Marga 1997.
Besarnya
volume
jam
perencanaan
ditentukan
dengan
persamaan:
VLRH
VJR =
Dimana :
VJR
K
F
dalam
Setahun
F
tersibuk
(Peak Hour Faktor / PHF)
Faktor K dan F untuk jalan perkotaan biasanya mengambil
nilai 0,1 dan 0,9 sedangkan untuk jalan antar kota disesuaikan
dengan besarnya VLHR seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.4 Kecepatan Rencana, VR, Sesuai Klasifikasi Fungsi dan
Klasifikasi Medan Jalan
VLHR
FAKTOR K
FAKTOR F
(%)
>50.000
46
30.000 50.000
68
10.000 30.000
68
5.000 10.000
8 10
1.000 5.000
10 12
<1.000
12 16
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik
(%)
0,9 1
0,8 1
0,8 1
0,6 0,8
0,6 0,8
<0,6
Jalan Antar Kota, Ditjen
ARTERI
Ideal
KOLEKTOR
Minimum Ideal
Minimu
LOKAL
Ideal
Minimu
Leba
Leb
Leba
Leb
Leba
Leb
Leb
Leb
Leb
Leb
Leb
Leb
ar
ar
ar
ar
ar
ar
ar
ar
ar
Jalur
Jalur
Jalur
Jalur
Jalur
Jalur
Jalur
Jalur
Jalur
Jalur
Jalur
Jalur
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
<
6,0
1,5
4,5
1,0
6,0
1,5
4,5
1,0
6,0
1,0
4,5
1,0
3000
3000
7,0
2,0
6,0
1,5
7,0
1,5
6,0
1,5
7,0
1,5
6,0
1,0
7,0
2,0
7,0
2,0
7,0
2,0
**)
**)
0
>25.0
2n
2,5
2 x 2,0
2n
2,0
**)
**)
00
7,0
3,5
*)
3,5
10.00
0
10.00
1
25.00
*)
*)
Keterangan:
**)
*)
= Tidak ditentukan
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga
1997.
2.4
Deformasi
8
-
9
-
(deformation)
a. Amblas (depression)
b. Patahan (faulting)
c. Pumping
d. Rocking
Retak (cracking)
off)
Gompal/rompal
(spalling)
Kerusakan bagian tepi v
slab
Kerusakan
v
-
v
v
v
v
crack)
c. Diagonal (diagonal
crack)
d. Memanjang
(longitudinal)
e. Tidak beraturan
3
Kerusakan
pengisi
tekstur
permukaan
1. Scalling
2. Polished aggregate
7
8
Lubang (pothole)
Ketidakcukupan
drainase permukaan
Sumber: Suryawan (2005).
2. Untuk lebar retak > 5 mm, penanganannya dengan rekonstruksi setempat (partial
reconstruction), PPK 8.
(e) Retak tidak beraturan (meandering crack)
Akibat lanjutan dari retak tidak beraturan (meandering crack) bila dibiarkan terus
dan tidak dilakukan pemeliharaan perbaikan, antara lain:
1. Meluasnya area dan slab yang mengalami retak,
2. Terjadinya patahan (faulting) atau gompal/rompal (spalling),
3. Berkurangnya kenyamanan dan keselamatan berkendaraan.
Cara mengatasinya, antara lain:
1. Untuk lebar retak < 5 mm, penangannya dengan pengisian celah retak dengan
aspal (crack filling), PPK 1.
2. Untuk lebar retak > 5 mm, penanganannya dengan rekonstruksi satu slab, PPK 9.
(f) Retak melintang (transverse crack)
Akibat lanjutan dari retak melintang (transverse crack) bila dibiarkan terus dan
tidak dilakukan pemeliharaan perbaikan, antara lain:
1. Meluasnya area dan slab yang mengalami retak,
2. Terjadinya patahan (faulting) atau gompal/rompal (spalling),
3. Berkurangnya kenyamanan dan keselamatan berkendaraan.
Cara mengatasinya, antara lain:
1. Untuk lebar retak < 5 mm, penangannya dengan pengisian celah retak dengan
aspal (crack filling), PPK 1.
2. Untuk lebar retak > 5 mm, penanganannya dengan rekonstruksi setempat (partial
reconstruction), PPK 8.
2.5.3
Akibat dari kerusakan pengisi sambungan, tegangan di dalam slab dapat naik,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya retak retak (crack) maupun gompal
(spalling) pada pelat betonnya. Juga dengan rusaknya bahan pengisi sambungan, akan
mempermudah air permukaan untuk masuk ke bawah perkerasan, sehingga dapat
menimbulkan pumping.
Akibat lanjutan dari kerusakan bahan pengisi bila dibiarkan terus dan tidak
dilakukan pemeliharaan atau perbaikan, antara lain:
1. Akan terjadi pumping dan rocking,
2. Berkurangnya kenyamanan dan keselamatan berkendaraan,
3. Meningkatkan kebisingan.
Cara mengatasinya, antara lain dengan melakukan penggantian bahan pengisi
(joint sealing), PPK 2.
2.5.4
Gompal/rompal (spalling)
Akibat lanjutan dari kerusakan gompal/rompal bila dibiarkan dan tidak
Akibat lanjutan dari penurunan bagian tepi jalan bila dibiarkan dan tidak
dilakukan pemeliaharaan atau perbaikan, antara lain:
1. Masuknya air permukaan ke bawah perkerasan,
2. Dapat menimbulkan kerusakan yang lebih parah (spalling),
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi penurunan bagian tepi
perkerasan, antara lain:
1. Untuk penurunan < 15 mm, dengan pengisian celah sambungan/retak, PPK 1.
2. Untuk penurunan > 15 mm, dengan perataan (leveling), PPK 4.
2.7.6
ke permukaan slab,
5. Kualitas mortar pada permukaan perkerasan yang kurang baik.
Akibat lanjutan dari keausan agregat bila dibiarkan terus dan tidak dilakukan
pemeliharaan atau perbaikan, antara lain:
1. Meluasnya area atau slab yang mengalami kerusakan,
2. Membahayakan pengguna jalan.
Saran penangannya, antara lain:
1. Pembuatan alur (grooving), PPK 8.
2. Pelapisan ulang tipis (while topping atau black topping), PPK 7.
2.5.7
Lubang (pothole)
Akibat lanjutan dari adanya lubang bila dibiarkan dan tidak dilakukan
besarnya rata rata lendutan di daerah retakan > 0,7 mm, agar dilakukan
penyumbatan atau pembongkaran setempat sebelum dilakukan overlay, Tebal taksiran
overlay untuk pelapisan dengan pemisah pada jalan kecil (road) sekitar 75 100 mm,
untuk jalan raya (highway) sekitar 100 125 mm, dan untuk jalan raya besar (interstate highway) atau lapangan terbang sekitar 125 200 mm. Sedangkan tebal taksiran
untuk pelapisan langsung pada jalan kecil (road) 50 75 mm, untuk jalan raya
(highway) sekitar 75 100 mm, dan untuk jalan raya besar( inter-state haighway)
atau lapangan terbang sekitar 100 150 mm.
Untuk menentukan perlu dilakukan overlay atau tidak maka harus dilihat ratio
keretakan pada perkerasan lama seperti pada gambar.
(sumber: Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Tata Cara Pemeliharaan Perkerasan
Kaku (rigid pavement), 1992)
a. Pekerjaan persiapan
Hal yang perlu diperhatikan pada permukaan perkerasan yang ada
sebelum dilakukan pelapisan tambah pada perkerasan beton
adalah:
pada
perkerasan
atau
tanah
dasar,
harus
dilakukan