Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT INFEKSIUS

CARA ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI


Escherichia coli

NAMA

: KHARISMA

NIM

: O111 12 106

KELOMPOK

: 1 (SATU)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

DAFTAR ISI
Halaman Judul
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
I.2 Tujuan Praktikum
BAB II Tinjauan Pustaka
II.1 Penyakit infeksius pada hewan yang disebabkan E.coli
II.2 Teknik isolasi bakteri E.coli: media (EMB Agar dan SMAC) yang
digunakan
II.3 Pewarnaan gram pada bakteri
II.4 Uji Biokimia untuk identifikasi E.coli

1
2
3
4
5
5
7
7

BAB III Materi dan Metode


III.1 Alat Dan Bahan
III.2 Prosedur Kerja
BAB IV Hasil dan Pembahasan
IV.1 Hasil
IV.2 Pembahasan

9
9
11
12

BAB V Penutup
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran untuk praktikum selanjutnya
Daftar Pustaka

13
13
14

Lampiran Foto

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Bakteri(dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok
organisme yang tidak memiliki membran inti sel.Organisme ini termasuk ke
dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta
memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi(Sutiknowati, 2014).
Mikroorganisme yang memiliki arti penting bagi perairan budidaya laut dan
perairan budidaya air tawar. Bakteri dapat menyebabkan penyakit yang dapat
merugikan dan menjadi indikator pencemar. Parameter bakteriologis yang
digunakan sebagai indikator kualitas perairan budidaya laut dan darat (tawar)
adalah kelompok bakteri koli atau bakteri patogen (Anggraini dkk,2013).

E. coli adalah anggota flora normal usus. E. coli berperan penting dalam
sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu, asam-asam empedu dan
penyerapan zat-zat makanan. E. colitermasuk ke dalam bakteri heterotrof
yang memperoleh makanan berupa zat oganik dari lingkungannya karena
tidak dapat menyusun sendiri zat organik yang dibutuhkannya. Zat organik
diperoleh dari sisa organisme lain. Bakteri ini menguraikan zat organik dalam
makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2, H2O, energi, dan mineral. Di
dalam lingkungan, bakteri pembusuk ini berfungsi sebagai pengurai dan
penyedia nutrisi bagi tumbuhan (Maksum, 2010)
E. coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan
meningkat atau berada di luar usus. E. colimenghasilkan enterotoksin yang
menyebabkan

beberapa

kasus

diare.

E.

coli

berasosiasi

dengan

enteropatogenik menghasilkan enterotoksin padasel epitel (Hrenovic, J. and


T. Ivanovic. 2009).
Enterobactericeae dapat dikultur pada media diferensial mengandung
indikator dan karbohidrat, contohnya EMB, Mc Conkey atau DCA, dapat
membedakan koloni lactosefermenting (perubahan warna) dari koloni yang

non lactose fermenting (non pigmentasi) dan bisa digunakan untuk identifikasi
persumtif cepat (Hrenovic, J. and T. Ivanovic. 2009 ).
Di uji analisis air, E. coli yaitu mikroorganisme yang digunakan sebagai
indikator untuk menguji pencemaran air tinja hewan. Di kehidupan seharihari E.coli memiliki peranan yang penting yaitu selain sebagai flora normal
tubuh (di usus besar) juga E. coli menghasilkan kolisin untuk melindungi
saluran pencernaan dari bakteri patogenik. E. coli akan menjadi patogen jika,
pindah dari habitatnya flora normal ke inangnya (Sartika,2012).
I.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum adalah untuk mengetahui cara isolasi dan
identifikasi bakteri Escherichia coli sebagai penyebab penyakit infeksius.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Penyakit infeksius pada hewan yang disebabkan E. coli
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang
pendek yang memiliki panjang sekitar 2 m, diameter 0,7 m, lebar 0,40,7m dan bersifat anaerob fakultatif. E.coli membentuk koloni yang bundar,
cembung, dan halus dengan tepi yang nyata (Sartika,2012).
E. coli yang menyebabkan diare banyak ditemukan di seluruh dunia. E.
colidiklasifikasikan oleh ciri khas sifat-sifat virulensinya, dan setiap
kelompok menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda. Ada
lima kelompok galur E. coli yang patogen, yaitu : E. Coli Enteropatogenik
(EPEC), E. coli Enterotoksigenik (ETEC), E. Coli Enteroinvasif (EIEC), E.
coli

Enterohemoragik

(EHEK),

E.

coliEnteroagregatif

(EAEC)

(Sartika,2012).
Uji mikrobiologis dilakukan untuk mendeteksi bakteri E. coli di
temukan di air secara konvensional, yaitu cara kultur dan uji sifat biokimia.
Namun demikian metode konvensional ini pada umumnya memerlukan
waktu 5-7 hari untuk mendapatkan hasil yang positif. Oleh karena itu,
(BSN,2011).
II.2 Teknik isolasi bakteri E. coli : media (EMB Agar dan SMAC) yang
digunakan
1. EMB (Eosin Methylene Blue) Agar
media isolasi untuk membedakan bakteri Enterobacteriaceae. EMB
Agar adalah media yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
bakteri coliform di dalam suatu sample. Media Eosin Methylene Blue
Agar ini mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi
untuk membedakan mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S.
aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Pembiakan dilakukan dengan cara
menuangkan 1 ml hasil tiap pengenceran ke dalam cawan Petri steril
kemudian ditambahkan kira-kira 10 ml agar EMB pada cawan Petri

lainnya (media masih cair, kira-kira bersuhu 50oC). Media ditunggu


sampai mengeras, lalu biakan dalam cawan Petri diinkubasi pada 37 oC
selama semalam (BSN, 2011).
Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti
berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat
tumbuh koloninya tidak berwarna. Fungsi dari eosin dan metilen blue
membantu mempertajam perbedaan warna. Namun demikian, jika media
ini digunakan pada tahap awal, kuman lain bisa juga tumbuh terutama P.
Aerugenosa dan Salmonella sp. Hal ini dapat menimbulkan keraguan.
Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa
kontaminan tersebut adalah E.coli. Media ini berbentuk padat berguna
untuk menjaga sel tidak berpindah tempat sehingga akan mudah dihitung
dan dipisahkan jenisnya ketika tumbuh menjadi koloni. Media padat juga
menampakkan difusi hasil metabolit bakteri sehingga memudahkan dalam
pengujian suatu hasil metabolit (Michael dkk, 2010).
2. SMAC (Solibitol MacConkey)
MacConkey telah digunakan untuk membedakan orang-bakteri yang
memfermentasi laktosa dari mereka yang tidak. Hal ini penting karena
bakteri usus, seperti Escherichia coli , biasanya dapat memfermentasi
laktosa, sedangkan patogen usus penting, seperti Salmonella enterica dan
sebagian shigellas tidak dapat memfermentasi laktosa. Shigella sonnei
dapat

memfermentasi

laktosa,

tetapi

hanya

berkepanjangan, sehingga disebut sebagai

inkubasi

setelah

fermentor akhir-laktosa

(Michael dkk, 2010).


Pembiakan dilakukan dengan cara menuangkan 1 ml hasil tiap
pengenceran ke dalam cawan Petri steril kemudian ditambahkan kira-kira
10 ml agar MacConkey pada cawan Petri lainnya (media masih cair, kirakira bersuhu 50oC). Media ditunggu sampai mengeras, lalu biakan dalam
cawan Petri diinkubasi pada 37oC selama semalam (BSN,2011).

II.3 Pewarnaan Gram Bakteri


Pengecatan gram dilakukan dengan preparat olesan bakteri difiksasi pada
pembakar spirtus. Kemudian diteteskan larutan kristal violet sebanyak 2-3
tetes selama 2 menit. Dicuci dengan air mengalir, dikeringkan dengan tissu.
Lalu diteteskan larutan lugol dan dibiarkan selama 20-30 detik. Kemudian
dicuci dengan air mengalir, dikeringkan dengan tissu. Setelah itu ditetesi
dengan larutan alkohol 96% dan dibiarkan selama 30 detik. Dicuci dengan air
mengalir dan dikeringkan dengan tissu. Diteteskan dengan larutan safranin,
dibiarkan selama 2 menit lalu dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan
dengan tissu. Selanjutnya diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran
100x menggunakan minyak imersi (Sartika,2012).
II.3 Uji Biokimia untuk identifikasi E.coli
1. Uji TSI (Triple Sugar Iron)
Dengan menggunakan ose steril diambil biakan dari EMBA, lalu
ditaman pada media TSIA dengan cara ditusukkan sampai ke dasar tabung,
kemudian digores secara zig-zag pada permukaannya. Diinkubasikan pada
suhu 37oC selama 24 jam. Diamati perubahan pada media. Bakteri yang
tergolong Enterobacteriaceae dapat memfermentasi karbohidrat (Glukosa,
Laktosa, Sukrosa). Hasil : Berwarna kuning (bersifat asam ) pada bagian
tegak dan miring sehingga bakteri dapat memfermentasi karbohidrat,
berwarna hitam dapat memproduksi H2S (+), dan terbentuk gas didasar
tabung (Sartika,2012).
2. Uji SIM (Sulfid Indol Motility)
nokulasikan 1 ose dari Plate Count Agar (PCA) miring ke dalam
tryptone Broth inkubasi selama 24 jam 2 jam pada suhu 35oC +1oC. Uji
Indol dilakukan dengan menambahkan 0,2 ml 0,3 ml pereaksi Kovacs.
Reaksi positif jika terbentuk cincin merah pada lapisan bagian atas media
dan negatif bila terbentuk cincin warna kuning. Mengetahui motilitas
organisme, adanya pembebasan H2S (sulfide) dan mengetahui adanya
pembentukan indol. Hasil : Adanya H3S ditunjukkan dengan perubahan
warna menjadi hitam pada bagian dasar. Motilitas diketahui dari keruhnya

media dan adanya penyebaran ke atas ( mirip pohon cemara terbalik ).


Adanya indol terlihat berupa cincin merah beberapa detik sampai 5 menit
setelah penambahan 1 ml chloroform dan beberapa tetes reagen Kovac
(Tirnata,2007). .

BAB III
MATERI DAN METODE
III. 1 Alat Dan Bahan
1. Alat

Inkubator

Tabung reaksi

Gelas ukur

Rak tabung reaksi

Cawan petri

Pipet pasteur

Batang pengaduk

Bunsen

(glukosa,

Ose

laktosa)

Object glass

Cover glass

Metil

Red-Voges

Media uji Citrat dan uji


Urea

Media

Media

uji

uji

manitol,

sorbitol, dan laktosa


Alkohol 96%

NaCl fisiologis

Crystal violet

Fuchsin

(SMAC)

Lugol

Triple Sugar Iron Agar

Minyak emersi

(TSI)

Tissue

Methylene

Solibitol

gula-gula
sukrosa,

Eosin

Motility

Broskauer (MR-VP)

Blue

(EMB) Agar
-

Indol

(SIM)

2. Bahan
-

Sulfid

MacConkey

III. 2 Prosedur Kerja


a. EMB (Eosin Methylene Blue)
Bakteri dikultur pada media EMBA dengan cara menggoreskan
bakteri pada permukaan agar kemudian diinkubasi selama 24 jam pada
suhu 37oC.
b. SMAC (Solibitol MacConkey)
Bakteri dikultur pada media EMBA dengan cara menggoreskan
bakteri pada permukaan agar kemudian diinkubasi selama 24 jam pada
suhu 37oC.

c. TSI (Triple Sugar Iron Agar)


Bakteri pada media kultur bakteri diambil menggunakan ose
kemudian
d. SIM (Sulfid Indol Motility)
H2O2 3% dituangkan dalam tabung reaksi, Ose lurus difiksasi
kemudian digunakan untuk mengambil kultur bakteri dari media biakan, Ose
lurus dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi H 2O2 3%, Jika hasil positif
(+) akan menghasilkan gelembung, jika hasil negatif (-) maka tidak ada
gelembung yang terbentuk
e. MR-VP (Metil Red-Voges Broskauer)
Object glass difiksasi, ose bengkok difiksasi kemudian NaCl diletakkan
pada object glass, Kultur bakteri pada media biakan diambil menggunakan
ose dan diletakkan pada object glass yang telah diberikan NaCl, Object
glass ditetesi plasma darah, jika hasil positif (+) akan terjadi penggumpalan
f. Uji Citrat dan uji Urea
Agar miring Simmons citrate agar disiapkan pada tabung reaksi lalu
inokulasikan biakan dan inkubasi pada suhu 37 C selama 24-48 jam. Hasil
uji positif apabila terjadi perubahan warna media dari hijau menjadi biru
yang merupakan indikator bahwa bakteri mampu menggunakan sitrat
sebagai satu-satunya sumber energi.
Urea Broth disiapkan pada tabung reaksi dan biakan di inokulasikan
lalu di inkubasi selama 24-48 jam. Uji positif ditunjukkan oleh terbentuknya
warna merah keunguan setelah inkubasi, yang merupakan indikator bahwa
bakteri mampu menggunakan urea dan mengubah pH menjadi basa
g. Uji Gula-Gula (Glukosa, Sukrosa, Laktosa)
Siapkan medium Nutrient Broth lalu tambahkan BTB (Broom Timol
Blue) sebagai indikator pada tabung reaksi lalu tambahkan gula yang akan
difermentasikan 1-2%. Tabung durham dimasukkan kedalam tabung reaksi
lalu disterilisasi. Setelah steril biakkan 1 ose bakteri pada tabung inkubasi
selama 24-48 jam pada suhu 37 C. Indikasi pembentukan asam laktat
apabila terjadi perubahan media dari hijau kebiruan menjadi kuning tanpa
pembentukan gas pada tabung durham. Uji bersifat fermentasi asam
10

campuran apabila warna medium berubah menjadi kuning dan diikuti


dengan pembentukan gas pada tabung durham. Uji bersifat fermentasi
alkohol apabila terbentuk gas pada tabung durham tanpa diikuti perubahan
warna pada medium.
h. Pewarnaan gram
Pengecatan gram dilakukan dengan preparat olesan bakteri difiksasi
pada pembakar spirtus. Kemudian diteteskan larutan kristal violet sebanyak
2-3 tetes selama 2 menit. Dicuci dengan air mengalir, dikeringkan dengan
tissu. Lalu diteteskan larutan lugol dan dibiarkan selama 20-30 detik.
Kemudian dicuci dengan air mengalir, dikeringkan dengan tissu. Setelah itu
ditetesi dengan larutan alkohol 96% dan dibiarkan selama 30 detik. Dicuci
dengan air mengalir dan dikeringkan dengan tissu. Diteteskan dengan
larutan safranin, dibiarkan selama 2 menit lalu dicuci dengan air mengalir
dan dikeringkan dengan tissu. Selanjutnya diamati di bawah mikroskop
dengan perbesaran 100x menggunakan minyak imersi (Hrenovic, J. and T.
Ivanovic. 2009 ).

11

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
-

EMB (Eosin Methylene Blue)


Bakteri E. coli yang dikultur pada media EMB memberikan warna
koloni hijau metalik (metaliksin/mengkilat).

SMAC (Solibitol MacConkey)


Bakteri E. coli yang dikultur pada media MacConkey memberikan
warna merah pada medium agar MacConkey.

TSI (Triple Sugar Iron Agar)


Bakteri E. coli pada media TSI menunjukkan perubahan warna dari
yang semula berwarna merah kemudian menjadi kuning, terdapar
gelembung gas pada media, sedangkan warna hitam tidak terbentuk
pada media.

SIM (Sulfid Indol Motility)


Bakteri E. coli pada media SIM menunjukkan perubahan warna pada
media yang semula berwarna kuning kemudian membentuk cincin
merah dan warna media menjadi keruh, sedangkan warna hitam tidak
terbentuk pada media.

MR VP (Metil Red Voges Broskauer)


Bakteri E. coli pada media MR setelah ditambahkan metil red pada
media terjadi perubahan warna menjadi merah, sedangkan pada media
VP ditambahkan -naftol 0,5% dan KOH 40% tidak terjadi perubahan
warna menjadi merah.

- Uji Citrat dan uji Urea


Bakteri E. coli pada media uji citrat setelah ditambahkan Brom
Thymol Blue pada media tidak terjadi perubahan warna menjadi biru
namun media menjadi berwarna hijau, sedangkan pada media uji urea
ditambahkan indikator phenol red tidak terjadi perubahan warna menjadi
merah.
- Uji Gula-Gula (Glukosa, Sukrosa, Laktosa)

12

Bakteri E. coli pada media uji laktosa, sukrosa, dan glukosa


menyebabkan perubahan warna merah pada media menjadi kuning.
Selain itu terbentuk gelembung gas pada media uji glukosa.
- Uji Manitol, Sorbitol, dan Laktosa
Bakteri E. coli pada media uji manitol, sorbitol, dan laktosa
menyebabkan perubahan warna merah pada media menjadi kuning.
Namun tidak semua E. coli dapat menyebabkan perubahan warna merah
menjadi warna kuning pada media uji sorbitol.
- Pewarnaan gram
Pada pewarnaan gram bakteri E. coli yang diamati di bawah
mikroskop dengan perbesaran 100x, terlihat koloni bakteri berwarna
merah berbentuk basil (batang).
IV.2 Pembahasan
Bakteri E Coli yang diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran
100x terlihat berwarna merah, berbentuk batang. Bakteri gram negatif
tidak memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal dan sehingga tidak dapat
mengikat zat warna primer pada pewarnaan gram yaitu kristal violet
sehingga bakteri berwarna merah.

13

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
a.

E. coli adalah anggota flora normal usus. E. coli berperan penting dalam
sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu, asam-asam empedu
dan penyerapan zat-zat makanan. E. colitermasuk ke dalam bakteri
heterotrof

yang

memperoleh

makanan

berupa

zat

oganik

dari

lingkungannya karena tidak dapat menyusun sendiri zat organik yang


dibutuhkannya.
b. EMB (Eosin Methylene Blue) Bakteri E. coli yang dikultur pada media
EMB memberikan warna koloni hijau metalik (metaliksin/mengkilat).
c. Uji Gula-Gula (Glukosa, Sukrosa, Laktosa) Bakteri E. coli pada media uji
laktosa, sukrosa, dan glukosa menyebabkan perubahan warna merah pada
media menjadi kuning. Selain itu terbentuk gelembung gas pada media uji
glukosa.
d. Uji Manitol, Sorbitol, dan LaktosaBakteri E. coli pada media uji manitol,
sorbitol, dan laktosa menyebabkan perubahan warna merah pada media
menjadi kuning. Namun tidak semua E. coli dapat menyebabkan
perubahan warna merah menjadi warna kuning pada media uji sorbitol.
e. Pewarnaan gram Pada pewarnaan gram bakteri E. coli yang diamati di
bawah mikroskop dengan perbesaran 100x, terlihat koloni bakteri
berwarna merah berbentuk basil (batang).
V.2 Saran
Sebaiknya praktikan dapat mencoba semua percobaan yang ada.

14

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2011. Cara Uji Mikrobiologi-Bagian 9: Penentuan


Staphylococcus aureus pada Produk Perikanan. Standard Nasional
Indonesia.
Megasari, D. 2012. Uji Hambat Air Perak terhadap Pertumbuhan Bakteri
Straphylococcus Aureus. Skripsi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Sartika, G.P. 2012. Isolasi Staphylococcus aureus dari Mukosa Hidung Perokok
dan Bukan Perokok pada Buruh Makassar serta Penentuan
Staphylococcus aureus Resisten Methicillin. Jurnal Penelitian Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Tirnata, L.P. 2007. Identifikasi Staphylococcus aureus Penyebab Mastitis dengan
Uji Fermentasi Mannitol dan Deteksi Produksi Asetoin Pada Sapi Perah
di Wilayah Kerja Koperasi Usaha Tani Ternak Suka Makmur Grati
Pasuruan. Jurnal Penelitian Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga, Surabaya.

Anggraini, Rina., Marniati Salim., dan Elida Mardiah. 2013. Uji Bakteri
Escherichia Coli yang Resistan Terhadap Antibiotik pada Ikan KapasKapas di Sungai Batang Arau Padang. Jurnal Kimia Unand (ISSN No.
2303-3401) Vol.2, No.2. Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia FMIPA,
Universitas Andalas.
Michael., Philips Onggowidjaja., dan Djaja Rusmana. 2010. Bakteri Coliform
dalam Es Batu pada Tiga Rumah Makan Ayam Goreng Siap Saji di
Bandung. JKM. Vol.9 No.2:124-128
Radji, Maksum., Anglia Puspaningrum., dan Atiek Sumiati. 2010. Deteksi Cepat
Bakteri Escherichia coli dalam Sampel Air dengan Metode Polymerase
Chain Reaction Menggunakan Primer 16e1 Dan 16e2. MAKARA, SAINS,
VOL. 14, NO. 1 : 39-43. Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi,
FMIPA, Universitas Indonesia.
Hrenovic, J. and T. Ivanovic. 2009. Survival of Escherichia coli and
Acinetobacter junii at various concentration of sodium chloride. Eur. Asia
J. BioSci., 3:144-151.Murray, P.R., K.S. Rosenthal, and M.A. Pfaller.
2009. Medical microbiology (6th ed.). Mosby Elsevier. Philadelphia, PA.
307p.

15

Anda mungkin juga menyukai