Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK

Nama percobaan

: URINALISIS 1 (Pemeriksaan Fisik Urin)

Hari/tanggal praktikum

Kelompok

Nama / NRP

I.

II.

TUJUAN
o Dapat melakukan analisis fungsi organ yang berkaitan dengan urinalisis.
o Dapat melakukan pengujian terhadap sampel normal dan sampel patologis.
DASAR TEORI
Ginjal

melakukan

berbagai

fungsi

metabolik

dan

ekskretorik.

Selain

membersihkan tubuh dari zat sampah bernitrogen dan hasil metabolisme lain-lain, ginjal
dengan cara cermat melaksanakan homeostatis cairan, elektrolit dan asam basa. Ginjalginjal menerima sekitar satu liter darah atau 500 ml plasma per menit. Dengan
menggunakan proses-proses filtrasi, reabsorbsi dan sekresi diproduksi 500-2000 ml urin
setiap hari. Bagian-bagian tertentu dari ginjal melakukan fungsi tertentu, sehingga ciriciri dan lokasi penyakit ginjal dapat diketahui dengan memperhatikan aspek-aspek cara
pembentukan urin dan cara pengaturan metabolisnme (Frances W, 1995).
Sistem urinaria terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra. Sistem ini
membantu mempertahankan homeostasis dengan menghasilkan urine yang merupakan
hasil sisa metabolisme (Soewolo, 2003). Ginjal yang mempertahankan susunan kimia
cairan tubuh melalui beberapa proses, yaitu:
1) Filtrasi Glomerular, yaitu filtrasi plasma darah oleh Glomerulus
2) Reabsorpsi tubular, melakukan reabsorpsi (absorpsi kembali) secara selektif
zatzat seperti garam, air, gula sederhana, asam amino dari tubulus ginjal ke
kapiler peritubular.
3) Sekresi peritubular, sekresi zat zat dari kapiler darah ke dalam lumen tubulus,
proses sekresi ini mengikutsertakan penahanan kalium, asam urat, amino
organik dan ion hidrogen, yang berfungsi untuk memperbaiki komponen
buffer darah dan mengeluarkan zat zat yang mungkin merugikan.
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urine pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis

penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan
darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum. Urine yang
normal memiliki cirri-ciri antara lain: warnanya kuning atau kuing gading, transparan,
pH berkisar dari 4,6-8,0 atau rata-rata 6, berat jenis 1,001-1,035, bila agak lama berbau
seperti amoniak (Basoeki, 2000).
Cara mendapatkan spesimen. Urinalisis yang baik harus mulai dari spesimen
yang baik. Biarpun spesimen yang secara acak diperoleh sepanjang hari (urin sewaktu)
cukup memuaskan untuk kebanyakan jenis test, spesimen yang pertama-tama dilepaskan
pagi hari (urin pagi) adalah yang paling baik. Urin itu dibentuk dalam satu periode tanpa
minum dan urin itu selama berjam-jam ada dalam kandung kencing, sehingga
terkumpullah protein, bakteri dan unsur-unsur berbentuk dalam jumlah memadai
(Frances W, 1995).
Reaksi urine biasanya asam dengan pH kurang dari 6 (berkisar 4,7-8). Bila
masukan protein tinggi, urine menjadi asam sebab fosfat dan sulfat berlebihan dari hasil
katabolisme protein. Keasaman meningkat pada asidosis dan demam. Urine menjadi
alkali karena perubahan urea menjadi ammonia dan kehilangan CO2 di udara. Urine
menjadi alkali pada alkalosis seperti setelah banyak muntah. Pigmen utama pada urine
adalah urokrom, sedikit urobilin dan hematofopirin (Soewolo, 2003).
Dalam (Basoeki, 2000) disebutkan bahwa pada proses urinalisis terdapat banyak
cara metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung di
dalam urine. Analisis urine dapat berupa analisis fisik, analisi kimiawi dan anlisis secara
mikroskopik.
Analisis urine secara fisik meliputi pengamatan warna urine, berat jenis cairan
urine dan pH serta suhu urine itu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi
analisis glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis kandungan
proteinm ada banyak sekali metode yang ditawarkan , mulai dari metode uji millon
sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir adalah analisis secara mikroskopik,
sampel urine secara langsung diamati dibawah mikroskop sehingga akan diketahui zatzat apa saja yang terkandung di dalam urine tersebut, misalnya kalsium phospat, serat
tanaman, bahkan bakteri (Basoeki, 2000).
Berat jenis urin diukur dengan:

Urometer, dasar pengukurannya adalah hukum Archimedes

Refraktometer, dasar pengukurannya adalah indeks refraksi.

Carik celup, dasar pengukurannya adalah osmolalitas.

Berat jenis normal : 1,003 1,030 rata-rata 1,020 (Frances W.K., 1995).

Prosedur pengukuran BJ urin dengan urometer (Urinemeter)

Urometer dikalibrasi dengan akuades. Catat hasil pembacaan pada miniskus


urometer.

Disiapkan gelas ukur yang kemudian diisi dengan urin sampai penuh. Gelas ukur
diletakkan di tempat yang datar. Apabila kondisi urin berbuih, hilangkan buih
dengan menambahkan 1 tetes eter atau mengisap buih dengan kertas saring.

Urometer dimasukkan kedalam gelas ukur berisi urin. Putar urometer pada
sumbunya, dan usahakan urometer tidak menyentuh dinding dan dasar gelas ukur.
Baca meniskus (skalaurometer = 0,001). Hasil pembacaan dikoreksi terhadap hasil

kaliberasi dengan akuades. Koreksi BJ terhadap suhu ruangan. Setiap kenaikan suhu 3 derajat
Celcius di atas suhu tera urometer, BJ urin yang terbaca ditambahkan 0,001 (Frances W.K.,
1995).

Gambar 1. Urometer
PENGERTIAN CARIK CELUP
Banyak jenis pemeriksaan penyaring sekarang dilakukan dengan menggunakan
metode carik celup (dipstik, strip reagen, strip tes urin). Sebuah carik celup atau dipstik
merupakan alat diagnostik dasar yang digunakan untuk menentukan perubahan patologis
dalam urin pada urinalisis standar. Carik celup berupa carik plastik tipis kaku yang pada
sebelah sisinya dilekati dengan satu sampai sembilan kertas isap atau bahan penyerap

lain (kertas seluloid) yang masing-masing mengandung reagens-reagens spesifik


terhadap salah satu zat yang dicari ditandai perubahan warna tertentu pada bagian yang
mengandung reagens spesifik, skala warna yang menyertai carik celup memungkinkan
penilaian semikuantitatif. Tes carik celup dapat terdiri dari hingga 10 bantalan kimia
yang berbeda atau reagen yang bereaksi (berubah warna) ketika direndam, dan kemudian
dihapus dari sebuah sampel urin . Pemeriksaan yang memakai carik celup biasanya
sangat cepat, mudah dan spesifik. Tes ini dapat dibaca antara 60 dan 120 detik setelah
pencelupan (Sacher & McDherson, 2002).

Gambar 2. Carik celup (www.perpustakaan.depkes.go.id, 16-02-2014)

Gambar3 .Analisis carik celup (www.perpustakaan.depkes.go.id, 16-02-2014)

III.

ALAT DAN BAHAN


A Alat

B Bahan

Urometer

Urin Sesaat

Gelas Ukur

Akuadest

Carik celup (dipstick)

C
IV.

CARA KERJA
A Pengukuran Berat Jenis Urin dengan Urometer
-

Kalibrasi urometer dengan akuadest (catat skala terkalibrasinya)

Masukan sampel urin bagian gelas ukur

Masukan urometer yang telah dikalibrasi sebelumnya lalu putar tanpa


menyentuh dinding dan dasar gelas ukur.

Lakukan pembacaan skala (1 skala = 0,001)

E
F Gambar 4. Pembacaan Urometer (http://www.extension.umn.edu/).
G
B Pengujian Urin dengan Carik Celup
-

Siapkan sampel urin sesaat pada wadah bersih.

Ambil 1 buah carik celup, kemudian celupkan pada urin sampel, tunggu 5
detik.

Angkat dan angin-anginkan selama 1-2 menit.

Baca hasil yang terbaca berupa spot warna, cocokan warna setiap carik dengan
yang tertera pada botol.

Catat hasil pengujiannya, kemudian buatlah kesimpulan.

Lakukan hal yang sama pada sampel urin patologis kemudian bandingkan
hasilnya.

H
I

Gambar 5.Penggunaan carik celup (http://www.extension.umn.edu/)

J
V.

HASIL PENGAMATAN
K Spesimen Urin yang Diambil
L

Pengambilan urin pukul

: 07.50 WIB

Pengujiandilakukan

: 08.00 WIB

Urin yang diambil

: Urin Sesaat (Urin kedua setelah bangun tidur)

Jenis Kelamin Subjek

: Laki-Laki /

Usia / Berat Badan

: 19 tahun / 88 kg

Pemeriksaan Fisika Urin


R Parameter

S Hasil

Uji
T Warna

U Kuning

V Bau
X Buih
Z Kekeruhan

Muda
W Tidak Berbau
Y Buih Putih
AAJernih

AB
AC

Pengukuran Bj Urin dengan Urometer

AD

Bj Air terbaca = 1,001 nilai koreksi 0,001

AE

Bj Urin terbaca

= 1,003

AF

Bj Urin

= 1,003 0,001 = 1,002

AG
AH
AI
AJ
AK
AL

Bj terhadap suhu (25oC)

AM Bj =
AN

2515
x 0,001=3,34 x 103
3

Bj = 1,002 + 0,00334 = 1,00534

AO
AP

b. Pengujian dengan Metode Carik Celup


AQ

ARSAMP

ENG

EL

UJIA

Norm

N
AS Gluko

al
AT 50

sa
AUProtei

AV -

n
AW

AX-

ilirubi
n
AY Urobi

AZ Norma

linoge

n
BA pH
BC Bj
BE Darah
BGKeton
BI Nitrit
BKLeuko
sit
BM

BB 5
BD 1,010
BF 0,03
BH BJ BL 25
leu/l
K

BN

esimp
ulan
BO
VI.

PEMBAHASAN
BP

Pada praktikum kali ini praktikan akan melakukan analisis urin secara fisis.

Pemeriksaan fisis ini meliputi jumlah, warna, bau, kekeruhan, volume, buih, berat jenis
dan lain-lain. Sampel urin kali ini diambil dari seorang praktikan yang berjenis kelamin
laki-laki yang berumur 19 tahun dengan berat badan 88kg. Urin diperiksa berat jenisnya
dengan urometer, prinsip urometer ialah hukum Archimedes. Setelah diukur berat
jenisnya, urin di tes dengan tes carik celup yang meliputi pemeriksaan glukosa, protein,

bilirubin, urobilinogen, pH, Blood, Keton, Nitrit, Leukosit. Pada praktikum kali ini
didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Pemeriksaan fisik
Bau Bau urin yang dihasilkan sampel ialah tidak berbau
Buih Buih yang dihasilkan oleh sampel ialah berwarna putih
Warna Warna yang dihasilkan oleh sampel ialah kuning muda. Hal ini sesuai

dengan teoritis bahwa urin normal memiliki warna kuning muda (Brooker, 2001)
Kekeruhan Kekeruhan yang dihasilkan oleh sampel ialah jernih (tidak keruh).

Hal ini sesuai dengan teoritis yaitu urin yang normal adalah jernih (Adam, 1995)
Berat jenis Berat jenis yang dihasilkan oleh sampel ialah 1,010. Hal ini sesuai
dengan teoritis yaitu 1,005-1,030 (akua destilata memiliki bj 1,000) (Brooker,

2001).
2. Pemeriksaan dengan carik celup
A. Urin normal
Glukosa Tes glukosa yang dilakukan dengan metode carik celup ialah 50
Protein Tes protein yang dilakukan dengan metode carik celup ialah Negatif
Bilirubin Tes bilirubin yang dilakukan dengan metode carik celup ialah

negatif
Urobilinogen Tes urobilinogen yang dilakukan dengan metode carik celup

ialah normal
pH Tes pH yang dilakukan dengan metode carik celup ialah pH 6. Hal ini
sesuai dengan teoritis yaitu sekitar 6,0 (agak asam), tetapi ginjal dapat
mengubah pH dalam kisaran 4,5-8,0 menurut kebutuhan homeostatik

(Brooker, 2001)
Blood Tes Blood yang dilakukan dengan metode cari celup ialah 0,003
Keton Tes keton yang dilakukan dengan metode carik celup ialah negatif
Nitrit Tes nitrit yang dilakukan dengan metode carik celup ialah negatif
Leukosit Tes leukosit yang dilakukan dengan metode carik celup ialah 25
leu/L

BQ
VII.

KESIMPULAN
BR

VIII.

DAFTAR PUSTAKA
BS

Basoeki, Soedjono, dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi


Manusia. Malang: FMIPA UM.

BT

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Edisi 31; EGC, Jakarta

BU Frances W.K., 1995, Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi 9,
Penerbit; EGC, Jakarta.

BV http://www.extension.umn.edu/
BW Sacher & Mcdherson, 2002, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ed.
11. Penerbit; EGC, Jakarta
BX

Soewolo. 2003. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA UM

BY Syamsunir, Adam. 1995. Dasar-Dasar Mikrobiologi dan Patofisiologi untuk


Perawat; EGC, Jakarta
BZ

www.perpustakaan.depkes.go.id, 16-02-2014

Anda mungkin juga menyukai